PENDAHULUAN
Dari uraian Schramm itu dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commoness); kesepahaman antara sumber
(sourc) dengan penerima (audienc-receiver)-nya. Sebuah komunikasi akan benar-benar efektif
apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang
dikehendaki oleh penyampai.
Menurut Fisher (1986:8), komunikasi merupakan :
”Pendekatan semua aspek kehidupan bermasyarakat, atau sebaliknya semua aspek kehidupan
masyarakat menyentuh komunikasi. Justru itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubikuitous
atau serba hadir. Artinya komunikasi berada dimanapun dan kapanpun juga. Memang
komunikasi merupakan sesuatu yang memang serba ada. Setiap orang berkomunikasi. Fenomena
komunikasi terdapat dimana saja. Suatu konsekuensi wajar yang sifatnya pasti dari pada
kehadirannya dimana saja, sehingga setiap orang menganggap dirinya sebagai ahli komunikasi,
baik yang menyangkut permasalahannya maupun pemecahannya”.
2.3 Narkoba
2.3.1 Pengertian Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan/zat adiktif lainnya.
Narkotika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan tanaman, bsik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesaaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Undang-undang Nomor 22, tahun 1997, tentang Narkotika).
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika, yang
berkhasiat psikosktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. (Undang-undang Nomor 5, tahun 1997,
tentang psikotropika).
Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan yang tidak termasuk kedalam goglongan narkotika
atau psikotropika, tetapi menimbulkan ketergantungan, antara lain seperti alkohol, tembakau,
sedatif-hipnotika, dan inhalansia.
2) Faktor lingkungan
a) Hubungan tidak harmonis dengan orang tua.
b) Lingkungan keluarga dan atau lingkungan pergaulan rawan narkoba.
c) Kurangnya kontrol dari orang tua dan keluarga.
d) Tekanan kelompok sebaya dan pengaruh media.
3) Faktor narkoba itu sendiri.
a) Sifat dan khasiat narkoba yang dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan fisik dan
psikis.
b) Ketersediaan dan keterjaukauan narkoba (mudah didapat).
Lawrence mencoba menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran
informasi (pesan), dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta
kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang yang ikut serta dalam komunikasi.
Sesuai dengan posisi dan profesi masing-masing, dengan pola komunikasi intra personal melalui
pendekatan kepada para remaja dan putra-putri kita, kita telah turut berpartisipasi dalam
meminimalisir penyalahgunaan narkoba dan bertambahnya penderita HIV/AIDS. Dimulai
dengan terobosan yang sederhana, yaitu saling menasihatkan dan mengingatkan, namun
dampaknya akan dasyat dan membanggakan, secara ekplisit, metode komunikasi intra personal
dapat dijalankan dengan pendekatan-pendekatan berikut ini :
Memulainya dari sekup yang terkecil, yaitu keluarga sendiri, ciptakan hubungan yang harmonis
dalam rumah tangga, beri perhatian yang cukup terhadap anak-anak, arahkan pola fikir mereka
kepada hal-hal positif yang bermanfaat, curahkan kasih sayang dan tanamkan kehidupan yang
religius.
5.2 Konseptualisasi Diri
Deddy Mulyana (2005:11) mengatakan :
”proses konseptualisasi diri ini berlangsung sepanjang hayat kita. Sejak kanak-kanak kita sering
berfantasi, mengenai diri yang kita inginkan, atau citra-diri yang kita tunjukkn pada orang lain.
Sering konsep-diri, atau citra-diri ini berubah-ubah, khususnya pada masa pertumbuhan. Konsep
diri kita itu tidak pernah terisolasi, melainkan bergantung pada reaksi dan respons orang lain.
Dalam masa pertumbuhan konsep-diri itu kita sering mengujinya, baik secara sadar ataupun
tidak”.
Disini penulis memberikan strategi alternatif , bagaimana langkah pencegahan dan pemulihan
penyalahgunaan narkoba dan anatisipasi virus HIV/AIDS pada remaja melalui komunikasi antar
personal. Adapun strategi alternatif tersebut terintervensi dalam tiga tingkat, yaitu :
1) Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran
informasi mengenai bahaya narkoba dan seks bebas, pendekatan melelui keluarga, dan
penanaman nilai-nilai agama. Instansi pemerintah, seperti halnya BNN, lebih banyak berperan
pada tahap intervensi ini. Kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai
bentuk materi yang ditujukan kepada remaja dan keluarga.
2) Sekunder, pada saat penggunaan narkoba sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan
(treatment). Fase ini meliputi : fase penerimaan awal (initialintake) antara 1 – 3 hari dengan
melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan fase detoksifikasi dan trapi komplikasi medik,
antara 1 – 3 minggu melakukan pengurangan ketergantungan bahan adiktif secara bertahap.
Terhadap pendrita HIV/AIDS, terus berikan motifasi dan perhatian yang lebih, tunjukkan kasih
sayang dan perbanyak interaksi.
3) Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dalam proses
penyembuhan. Tahap ini terdiri dari fase stabilisasi, antara 3 – 12 bulan, untuk mempersiapkan
pengguna kembali kemasyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan
kehidupan yang berguna dimasyaraat. Tahap ini berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-
kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.
Penyembuha ketergantungan NFZA sulit. Oleh karena itu, pencegahan melalui upaya promotif
dan pereventif menjadi sangat penting, tujuan upaya promotf, preventif dan edukatif pada
penyalahguna zat adalah pengaruh kebutuhan atau permintaan (demamd reducation).
Preventif penting bagi remaja yang beresiko tinggi (calon pengguna). Upaya yang dipandang
paling efektif untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba, dan antisifasi virus HIV/AIDS
pada kalangan remaja adalah melalui pendidikan dan mencagah sebelum terjadi. Upaya prevebtif
juga perlu memperhatikan apa yang disebut gateway seperti rokok, ganja,dan alkohol yang
terlebih dahulu digunakan sebelum menggunakan obat/zat lain yang lebih berat perlu dicegah.
Sedangkan metode komunikasi intra personal yang digunakan dalam upaya tersebut adalah :
1) Adakanlah persiapan yang seksama sebelum berkomunikasi.
2) Bangkitkanlah perhatian sebelum komunikasi dimulai.
3) Peliharalah kontak pribadi sebelum berkomunikasi.
4) Tunjukkan diri sebagai komunikator terpercaya.
5) Bicarahlah dengan tenang dan tegas, jelas dan meyakinkan.
6) Kemukakanlah fakta dan opini dalam uraian yang sistematis dan logis.
7) Jangan gegabah (emosional) dan memaksakan kehendak.
8) Gunakan pendekatan dengan kasih dan sayang.
9) Aturlah intonasi sehingga menimbulkan gairah.
10) Siapkan ilustrasi dan anekdot.
Melaui komunikasi dengan orang lain, kita dapat memenuhi kebutuhan emosioal dan intelektual
kita, dengan memupuk hubunngan yang hangat dengan orang-orang disekitar kita. Tanpa
pengasuhan dan pendidikan yang wajar, manusia akan mengalami kemerosotan emosional dan
intelektulal. Kebutuhan emosional dan intelektusl itu pertama-tama kita peroleh dari lingkungan
keluarga, lalu dari orang-orang dekat disekeliling kita seprti kerabat dan kawan-kawan sebaya,
dan barulah dari masyarakat umumnya, termasuk sekolah dan media massa, seperti surat kabar
dan televisi. Khususnya dalam lingkungan keluarga, kebutuhan biologis, emosional dan
intelektual anak bisa dipenuhi dengan tindakan anggota keluarga lainnya, dan kebutuhan mereka
bersama-sama sebagai suatu komunitas juga akan dipenuh oleh komunitas lainnya, begitulah
seterusnya. Semua kerjasama untuk mencapai kesejahteraan itu pertama-tama dilakukan lewat
komunikasi.
Ilmuan John Loock mengatakan :
”Seorang anak yang dilahirkan, perumpamaan mereka ibarat sebuah meja lilin. Bagaimana
goresan yang ada diatasnya tergantung bagaimana lingkungannya”.
Berbagai peneitian telah membuktikan bahwa kepercayaan dan pengetahuan anak diperoleh dan
dibentuk dari apa yang diajarkan yang pertama kalinya diperoleh dari rumah. Selanjutnya
pengetahuan inilah yang akan membekali mereka dalam ”melawan” arus masyarakat, pengaruh
lingkungannya, pengaruh teman, bacaan, film, atau bintang idola mereka. Bila bekal yang
didapatkan dari orang tua tidak cukup mampu melindungi anak dari tantangan, sulit anak dapat
bebas dari kesulitan dan keterikatan kepada hal negatif.
Tetapi perlu diingat bahwa, paling gampang menyalahkan pihak lain dan mencari kambing
hitam. Sebenarnya papun yang terjadi disekitar kita, bila kita masing-masing mencintai hidup,
benar-benar beriman, meyakini adanya Yang Maha Kuasa, serta memiliki tanggung jawab
terhadap diri sendiri, masyarakat dan bangsa, maka HIV/AID dan penyalahgunaan narkoba dapat
dicegah.
PENUTUP
6.1 Simpulan
Remaja sebagai kalangan muda emiliki peran dan posisi strategis dalam menentukan masa depan
bangsa. Pemuda indinesi tidak saja sebagai pewaris sejarah, bukan hanya sebagai aset sosial,
tetapi juga sejarah telah membuktikannya sebagai agen perubahan bangsa dan negara. Oleh
karenanya kasus penyalahgunaan narkoba dan penyebaran virus HIV/AIDS yang marak
menimpa kalangan remaja patut menjadi keprihatinan kita semua.
Infeksi virus AIDS terutama disebabkan oleh perilaku seksual berganti-ganti pasangan. Oleh
karena itu yang paling berisiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja yang mempunyai perilaku
tersebut. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan hanya dimiliki oleh kelompok pekerja
seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti misalnya remaja, mahasiswa, eksekutif muda dsb.
Jadi yang menjadi masalah disini bukan pada ”kelompok” mana tetapi pada ”perilaku” yang
berganti-ganti pasangan.
Penyalahgunaan narkoba dan jenis obat-obatan terlarang lainnya hanya akan membuat
penyesalan yang amat dalam bagi kaulamuda. Adapun dampak-dampak negative yang
ditimbulkan diantaranya :
Narkotika : merupakan psykotrophik substance yang dapat membelenggu dan merubah jiwa atau
mental pemakainya, sehingga tingkah lakunya bisa seperti orang gila,yang linglung tidak dapat
mengenali jati dirinya, efek dari pemakaian ganja atau marijuana ialah timbulnya ketergantungan
psikis yaitu orang merasa tidak enak, tidak senang, selalu gelisah dan bimbang.
Sedangkan Hard Drag, morfin misalnya, akan menimbulkan ketergantungan fisik, pencandunya
akan merasa gelisah,panic, seluruh tubuhnya merasa sakit-sakitan, keringat banyak keluar, dan
suka muntah-muantah.
Remaja yang banyak mengkonsumsi,obat-obat terlarang ini, baik itu ,morfine, heroin,ganja,
ektasi dan sebagainya, saraf dan jiwanya akan terganggu, pemakainya akan terbuai melayang-
layang, suka menghayal melamun panjang, dan seperti orang dungu, bodoh dan lemah cara
berfikirnya, serta banyak pengaru-pengaruh negatif lainnya yang akan berakibat fatal dan bisa
menyebabkan kematian.
Untuk itu peran orang tua sangat penting dalam perkembangan putra-putrinya. Dengan
menggunakan pendekatan komunikasi antar personal. Menanamkan pendidikan agama dan ahlak
kepada anak merupakan salah satu cara paling efektif untuk menyelamatkan mereka dari
kehancurn dan kesesatan. Menanamkan nilai-nilai akidah dan ahlak sedini mungkin, guna
menjadi filter dari pengaruh budaya, ideologi dan slogan-slogan yang menyesatkan yang dapat
menjerumuskan remaja pada dekadensi moral dan ideologi yang sesat.
6.2 Saran
Adapun saran-saran penulis dalam karya ilmiah ini adalah.
1) Keluarga merupakan lingkungan pendidikan penting bagi remaja. Peran dan tanggung jawab
orang tua dalam bentuk perhatian dan kepedulian berperan besar bagi kehidupan mereka. Perlu
dikembangkan program untuk mendidik anak-anak agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja.
Salah satunya adalh dengan melakukan pendekatan komunikasi intra personal.
2) Kepada pemerintah dan dinas terkait agar lebih meningkatkan program P4GN (Pencegahan,
Pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba), tidak sekedar ditetapkan sebagai
program kebijakan pemerintah tetapi yang jauh lebih penting pelaksanaanya dilapangan.
3) Mengingat bahwa remaja/kaum muda sangat rawan terhadap godaan-godaan. Pejabat/intansi
berwenang perlu mengadakan program-program penerangan dan pendidikan terutama di kota-
kota besar, guna menumbuhkan kewaspadaan pada kaum muda khususnya dan masyarakat pada
umumnya, terhadap bahaya yang timbul dari penyalahgunaan narkoba.
4) Memperkuat peran sektor-sektor lingkungan seperti keluarga, sekolah, masyarakat yang dapat
mendukung, dan meningkatkan kesadaran ancaman bahya narkoba dan seks bebas dan
megembangkan kepribadian generasi muda.
5) Pentingnya upaya preventif untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba dan bahya virus
HIV/AIDS di kalangan remaj yaitu melalui pendidikan dan mencegah sebelum terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Husein dan Bambang Madiono. 2003. Penanggulangan Korban Narkoba: Meningkatkan
peran keluarga dan lingkungan. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedoktoran Universitas
Indonesia.
Cangara, Hafied. Ilmu Komunikasi Dalam Lintas Sejarah dan Filsafat. Karya Anda, Surabaya.
1996.
Dwiloka, bambang. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1997.
www.bbn.go.id
www.presidensby.go.id
www.setneg.go.id
www.unesco.org/aids
http://forumperadaban.blogspot.com/2010/01/pengaruh-komunikasi-antarpersonal.html