Tanto Sukardi
ABSTRACT
Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat fundamental dalam
meningkatkan kualitas kehidupan dan merupakan faktor penentu bagi
perkembangan sosial dan ekonomi ke arah yang lebih baik. Pendidikan juga
dipandang sebagai sarana paling strategis untuk mengangkat harkat dan martabat
suatu bangsa. Mengingat begitu pentingnya peran pendidikan bagi kehidupan
masayarakat, maka pemerintah dewasa ini sangat memperhatikan segala aspek
pendidikan yang ada untuk dikembangkan. Dengan harapan agar pendidikan di
Indonesia bangkit dari keterpurukan dan menjadi yang terdepan dalam
pembangunan. Bentuk perhatian ini secara khusus tercermin dalam kebijakan
pemerintah antara lain yang berupa sarana perundang-undangan, peningkatan
anggaran pendidikan, sampai pada upaya penyempurnaan berbagai regulasi yang
berlaku untuk memajukan dunia pendidikan.
Saat ini pemerintah pusat maupun daerah tengah berkonsentrasi secara
penuh terhadap kemajuan dalam pembangunan pendidikan, dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia yang diyakini sebagai faktor penunjang
_____________
Dr. Tanto Sukardi, M.Hum. adalah staf pengajar tetap pada Program Studi
Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto
sebagai prasyarat penguasaan ilmu dan teknologi agar suatu bangsa dapat
mengantisipasi perubahan-perubahan yang begitu cepat dan kompleks. Dengan
demikian dinamika suatu bangsa pada era global sangat diwarnai oleh perlombaan
untuk menggapai puncak ilmu pengetahuan. Agar suatu bangsa dalam era
globalisasi tetap dapat eksis, maka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam kadar yang memadai termasuk kemampuan berkreativitas,
mengembangkan dan menerapkannya merupakan tuntutan yang mutlak (Hatten &
Rosenthal, 2001: 5).
Pemerintah malalui Depdiknas berusaha mengantisipasi perkembangan
yang terjadi di era global secara kritis. Melalui VISI Depdiknas, pendidikan ingin
mewujudkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif. Visi pendidikan yang
dikembangkan menjadi sangat jelas dan menjadi pedoman arah MISI agar
“Pendidikan yang mampu Membangun insan Indonesia yang Cerdas dan
Kompetitif dengan Adil, Bermutu, dan Relevan untuk Kebutuhan
Masyarakat Global” (Depdiknas, 2008: 2).
Tidak dapat diingkari bahwa konteks baru bagi peningkatan daya saing
antar bangsa dewasa ini adalah kebutuhan untuk mengetahui segala perubahan.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan penguasaan ilmu pengetahuan. Oleh sebab
itu berbagai bangsa dewasa ini di samping semakin ketat berlomba dalam
penguasaan ilmu pengetahuan, juga berlomba untuk mampu menciptakan,
mengembangkan, dan menggunakan IPTEKS dalam rangka mencapai kesuksesan
kompetitif. Sudah pasti Bangsa Indonesia dewasa ini juga tengah berusaha ikut
ambil bagian dalam arena tersebut dengan pembenahan-pembenahan dalam
bidang pendidikan. Hal ini mengingat untuk dapat eksis dan diakui keberadaannya
pada era globalisasi, harus menempatkan pendidikan sebagai unsur penting yang
harus mendapat prioritas dan perhatian utama. Arus globalisasi yang ditandai oleh
peradaban dunia yang terus berubah, diwarnai oleh inovasi sosial dan kemajuan
ekonomi. Dua hal itu tampak sebagai suatu kekuatan pendorong untuk
meningkatkan kualitas imajinasi dan kreativitas sebagai ungkapan dari kebebasan
manusia dan standarisasi tingkah laku perorangan (UNESCO, 1996: 94).
Satu-satunya pilihan bagi pemerintah yang bertanggung jawab adalah,
mempersiapkan diri agar rakyatnya dapat memasuki era global dengan kesiapan
yang mantap. Cara yang seharusnya ditempuh adalah menyelenggarakan
pendidikan yang memungkinkan rakyatnya memperoleh pengetahuan yang
diperlukan sebanyak mungkin. Penguasaan informasi dan penguasaan sebanyak
mungkin pilihan agar generasi muda nantinya memiliki kompetensi untuk
berkompetisi pada era global (Ohmae, 1990: 195). Kualitas pendidikan yang
tinggi sangat diperlukan dalam rangka menciptakan masyarakat yang cerdas,
damai, terbuka, demokratis, dan memiliki daya saing. Hal ini pada gilirannya
akann dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap penerapan hak
azasi manusia, kehidupan demokratis, globalisasi, dan otonomi daerah
(Depdiknas, 2001: 6).
Ukuran kualitas dalam bidang pendidikan menunjukkan bahwa lulusan
sebuah lembaga pendidikan tidak cukup jika hanya diukur dengan standar lokal
atau nasional saja. Hal ini disebabkan era global telah membuka sekat-sekat lokal
21 Tanto Sukardi, Peningkatan
Profesionalisme ...
KHAZANAH PENDIDIKAN:
Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1 (September 2008)
Serara lebih rinci Ditjen Dikti Depdiknas dalam Standar Kompetensi Guru
Kelas SD/MI Lulusan S1 PGSD (2006: 4) dinyatakan, bahwa sosok utuh
kompetensi profesional guru, terdiri atas kompetensi akademik dan kompetensi
profesional itu sendiiri yang dalam realisasinya merupakan kemampuan
terintegrasi, yang terdiri dari: 1) Kemampuan mengenal peserta didik secara
mendalam, yang meliputi pemahaman secara mendalam tentang karakteristik
intelektual, sosial emosional, dan fisik, serta latar belakang peserta didik sebagai
landasan bagi guru agar dapat mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal; 2) Kemampuan menguasai bidang studi, yang meliputi penguasaan
substansi dan metodologi bidang ilmu (diciplinary content knowledge) yang
bersangkutan, serta kemampuan memilih dan mengemas bidang ilmu tersebut
menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks kurikuler dan kebutuhan peserta didik
(pedagogical content knowledge); 3) Kemampuan menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik, yang meliputi kemampuan merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, kemampuan mengases (menilai) proses dan hasil
pembelajaran, serta kemampuan menindaklanjuti hasil asesmen untuk perbaikan
pembelajaran secara berkelanjutan; dan 4) Kemampuan mengembangkan
kompetensi profesional secara berkelanjutan, yang menekankan pada kemampuan
guru dalam menfaatkan setiap peluang untuk belajar meningkatkan
profesionalitas, sehingga pembelajaran yang dikelolanya selalu mengedepankan
kemaslahatan peserta didik.
Tabel 1
Status Guru Sekolah Dasar di Eks.Karesidenan Banyumas
Kabupaten Total GT GTT GT % GTT %
Banyumas 7365 5416 1949 73,53 26,47
Cilacap 7544 5720 1824 75,82 24,18
Purbalingga 4304 3502 802 81,37 18,63
Banjarnegara 4970 3557 1413 71,57 28,43
JUMLAH 24.183 18.195 5.988 75,23 27,74
Sumber: Dihimpun dari data UPK Diknas Kecamatan se Eks. Karesidenan Banyumas,
2008.
Berdasarkan data table 1 tersebut jumlah GTT untuk setiap Kabupaten
bekisar 18,63 % sampai dengan 28,43 %. Sementara itu di Eks Karesidenan
Banyumas jumlah mencapai 27, 74 % dibanding GT. Untuk meningkatkan status
GT menjadi GTT bukanlah perkara mudah. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan, di antaranya, kemampuan dana, kebutahan, usia, masa kerja,
dan kualifikasi pendidikan. Berikut ini dikemukakan kualifikasi GTT di Eks
Karsidenan Banyumas, ditinjau dari usia, masa kerja, dan pendidikan terakhir.
Tabel 2
Kualifikasi Guru Tidak Tetap SD Eks. Karesidenan Banyumas
Total Usia Masa kerja Pendidikan
Kabupaten
< 30 th >30 th < 20 th >20 th Blm S1 Sdh S1
Banyumas 1949 1933 16 1694 255 1612 337
Cilacap 1824 1129 695 1649 175 1757 67
27 Tanto Sukardi, Peningkatan
Profesionalisme ...
KHAZANAH PENDIDIKAN:
Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. I, No. 1 (September 2008)
Sumber: Dihimpun dari data UPK Diknas Kecamatan se Eks. Karesidenan Banyumas,
2008.
Dari data pada tabel 2, maka GTT yang perlu diubah statusnya menjadi
GT berjumlah sangat besar. Konsentrasi ditujukan pada guru dengan usia kurang
dari 30 tahun , dengan memperhatikan lama masa kerja pengabdian mereka. Di
samping itu kualifikasi pendidikan S1 juga perlu menjadi pertimbangan utama,
mengingat hal itu merupakan persyaratan pengankatan guru PNS. Tentu saja
pertimbangan yang sangat teliti, sehingga kebijakan yang diambil tidak
mendatangkan banyak permasalahan baru.
Kemudian mengenai kualitas sumber daya GT di Eks Karsidenan
Banyumas, dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 3
Jumlah Siswa dan Kualifikasi GT SD di Eks Karesidenan Banyumas
Kabupa- Jumlah Usia Masa Kerja Golongan Pendidikan
ten <30th >30th <20th >20th Bl.IV Sd.IV Bl.S1 Sdl.S1
Banyumas 5416 249 5167 2112 3294 3191 2225 3887 1529
Cilacap 5720 1230 4490 2040 3680 4424 1256 4566 154
Purbalingga 3502 364 3138 1449 2053 2042 1460 2769 733
Banjarnega 3557 285 3272 1271 2286 1288 2269 2872 689
ra
JUMLAH 18195 6618 13617 6872 11313 10945 7210 14094 3105
Sumber: Dihimpun dari data UPK Diknas Kecamatan se Eks. Karesidenan Banyumas,
2008.
Ditinjau dari usia, sebagian besar GT telah berusia di atas 30 tahun dengan
masa kerja sebagian besar di atas 20 tahun. Akan tetapi ditinjau dari golongan
(kepangkatan) merekan sebagian besar belum berada pada golongan IV, sebagai
golongan yang maksimal bagi PNS, kecuali untuk GT di Banjarnegara golongan
IV menunjukkan angka yang lebih besar. Lebih-lebih jika ditinjau dari segi
pendidikannya, GT di Eks Karesidenan Banyumas sebagian besar belum memilki
kualifikasi pendidikan S1. Dari paparan data tersebut, menunjukkan bahwa
sumber daya guru di Eks Karesidenan Banyumas memang cukup besar, tetapi
kualitasnya belum maksimal dan masih perlu ditingkatkan.
Untuk analisis yang lebih rinci, untuk Kabupaten Banyumas pada tahun
2008 ini jumlah GT Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas sekitar 5416 orang.
Dari sejumlah itu hanya 902 orang yang sudah berstatus Sarjana S 1
Kependidikan (16,65 %) dan 43 orang (0,79) memilki ijazah Sarjana Non
Kependidikan. Dari daerah tersebut guru sebagian besar sudah yang memiliki
masa kerja 20,5 tahun ke atas yang berjumlah 3294 orang (60,81 %), tetapi guru
yang berpangkat IVa hanya 2221 orang ( 41 %) dan hanya 4 orang saja yang
sudah mencapai di atas golongan IVb (0,07 %).
Rekomendasi
Mencermati data pada tabel 1-3 di atas, maka dapat dinyatakan, bahwa
kondisi guru Sekolah Dasar di Eks Karesidenan Banyumas, ditinjau dari segi
kualifikasi akademik masih sangat rendah. Begitu juga tentang kualifikasi
kepangkatan juga belum memuaskan, dan untuk memastikannya masih perlu
kajian lebih serius lagi. Kemudian untuk kepentingan peningkatan kualitas guru,
dapat dikemukakan beberapa rekomendasi, sebagai berikut:
1. Peningkatan Mutu Guru
a. Dalam upaya peningkatan mutu guru melalui pendidikan dalam
jabatan, penekanan diberikan pada kemampuan guru agar dapat
meningkatkan efektifitas mengajar, mengatasi persoalan-persoalan
praktis dan pengelolaan PBM, dan meningkatkan kepekaan guru
terhadap perbedaan individu para siswa yang dihadapinya.
b. Pembinaan mutu guru perlu secara sungguh-sungguh memberikan
perhatian melatih kepekaan guru terhadap para siswa yang semakin
beragam, terutama pada pendidikan dasar sebagai konsekuensi dari
semakin terbukanya akses peserta didik terhadap sekolah.
c. Dalam rangka peningkatan mutu guru, lembaga-lembaga Diklat (PPG
dan BPG) di lingkungan Depdiknas perlu lebih dioptimalkan
peranannya sesuai dengan tugas dan fungsinya.
d. Sesuai dengan prisip-prinsip peningkatan mutu berbasis sekolah dan
semangat desentralisasi, sekolah diberi kewenangan yang lebih besar
untuk menentukan apa yang terbaik untuk meningkatkan mutu guru-
gurunya.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, R..C, & Biklen, S.K. 1982. Qualitative Research for Education. Boston:
Allyn & Bacon Inc.
Goetz, J.P. & Comte, LMD. 1984. Ethnography and Qualitative Design And
Educational Research. New York: Academy Press Inc.
Hasan, S.H. 2004. Kurikulum dan Tujuan Pendidikan. Bandung: Pasca Sarjana
UPI.
Hatten, K.J. & Rosenthal, S.R. 2001. Reaching for the Knowledge Edge. New
York: American Management Association.
Ohmae, K. 1995. The End of the Nation State: The Rise of Regional Economies.
New York: The Free Press.
Spardley, J.P. 1980. Partisipant Observation. New York: Halt Rinehart &
Wiston.Inc.