Anda di halaman 1dari 18

SENI MUSIK DALAM

PERSPEKTIF ISLAM
Waway Qodratullah S, S.Pd, M.Ag
(Penikmat Musik)
KONSEPSI
 PendapatUlama (Salaf dan Khalaf)
mengenai Musik
 Bagaimana Kaidah Ushl yang bisa
digunakan untuk musik
 Bagaimana Musik dalam Perspektif Islam
MARI SEJENAK KITA DENGARKAN LAGU
BERIKUT
BAGAIMANA DENGAN LAGU BERIKUT
HMM, SAYA MINTA PENDAPAT ANDA
TENTANG MUSIK BERIKUT..
PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT
MENGENAI HUKUM MUSIK DALAM ISLAM

 Sebagian Ulama ada yang membolehkan


semua jenis nyanyian dan musik;
 Sebagian yang lain ada yang
membolehkan nyanyian, namun
mengharamkan musik;
 Sebagian yang lain mengharamkan sama
sekali.
DALIL ULAMA YANG
MENGHARAMKAN..
‫سبيل‬ ‫ومن الناس من يشترى لهو الحديث ليضل عن‬
‫هللا بغير علم‬
Beberapa ulama yang menafsirkan maksud lahwal hadits ini sebagai nyanyian, musik
atau lagu, di antaranya al-Hasan, al-Qurthubi, Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud. Ayat-
ayat lain yang dijadikan dalil pengharaman nyanyian adalah Qs. an-Najm [53]: 59-
61; dan Qs. al-Isrâ’ [17]: 64
(Abi Bakar Jabir al-Jazairi, Haramkah Musik Dan Lagu? (al-I’lam bi Anna
al-‘Azif wa al-Ghina Haram), hal. 20-22).
 Dari Nafi bahwa Ibnu Umar mendengar suara seruling gembala, maka ia menutupi
telingannya dengan dua jarinya dan mengalihkan kendaraannya dari jalan tersebut.
Ia berkata:`Wahai Nafi` apakah engkau dengar?`. Saya menjawab:`Ya`. Kemudian
melanjutkan berjalanannya sampai saya berkata:`Tidak`. Kemudian Ibnu Umar
mengangkat tangannya, dan mengalihkan kendaraannya ke jalan lain dan berkata:
Saya melihat Rasulullah saw. mendengar seruling gembala kemudian melakukan
seperti ini. (HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
LANJUTAN
 Sungguh akan ada di antara umatku, kaum yang menghalalkan zina, sutera,
khamr dan alat-alat yang melalaikan`. (HR Bukhari)
 Hadits Abu Malik Al-Asy’ari ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya akan ada di kalangan umatku golongan yang menghalalkan
zina, sutera, arak, dan alat-alat musik (al-ma’azif).” [HR. Bukhari,
Shahih Bukhari, hadits no. 5590].
 Hadits Aisyah ra Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan nyanyian-nyanyian (qoynah) dan
menjualbelikannya, mempelajarinya atau mendengar-kannya.” Kemudian
beliau membacakan ayat di atas. [HR. Ibnu Abi Dunya dan Ibnu
Mardawaih].
LANJUTAN
 Hadits dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah Saw bersabda: “Nyanyian itu
bisa menimbulkan nifaq, seperti air menumbuhkan kembang.” [HR.
Ibnu Abi Dunya dan al-Baihaqi, hadits mauquf].
 Hadits dari Abu Umamah ra, Rasulullah Saw bersabda:

“Orang yang bernyanyi, maka Allah SWT mengutus padanya dua


syaitan yang menunggangi dua pundaknya dan memukul-mukul
tumitnya pada dada si penyanyi sampai dia berhenti.” [HR. Ibnu
Abid Dunya.].
 Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Auf ra bahwa Rasulullah Saw
bersabda:
“Sesungguhnya aku dilarang dari suara yang hina dan sesat, yaitu: 1.
Alunan suara nyanyian yang melalaikan dengan iringan seruling
syaitan (mazamirus syaithan). 2. Ratapan seorang ketika mendapat
musibah sehingga menampar wajahnya sendiri dan merobek
pakaiannya dengan ratapan syetan (rannatus syaithan).”
DALIL ULAMA YANG
MENGHALALKAN/MEMBOLEHKAN
 Firman Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-
apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu dan janganlah
kamu melampaui batas, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang melampaui batas.” (Qs. al-Mâ’idah [5]: 87).
 Ruba’i Binti Mu’awwidz Bin Afra berkata: Nabi Saw mendatangi
pesta perkawinanku, lalu beliau duduk di atas dipan seperti
dudukmu denganku, lalu mulailah beberapa orang hamba
perempuan kami memukul gendang dan mereka menyanyi dengan
memuji orang yang mati syahid pada perang Badar. Tiba-tiba salah
seorang di antara mereka berkata: “Di antara kita ada Nabi Saw
yang mengetahui apa yang akan terjadi kemudian.” Maka Nabi Saw
bersabda:“Tinggalkan omongan itu. Teruskanlah apa yang kamu
(nyanyikan) tadi.” [HR. Bukhari, dalam Fâth al-Bârî, juz. III, hal.
113, dari Aisyah ra].
LANJUTAN
 Dari Aisyah ra; dia pernah menikahkan seorang wanita
kepada pemuda Anshar. Tiba-tiba Rasulullah Saw
bersabda: “Mengapa tidak kalian adakan permainan
karena orang Anshar itu suka pada permainan.” [HR.
Bukhari].
 Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Umar melewati
shahabat Hasan sedangkan ia sedang melantunkan syi’ir
di masjid. Maka Umar memicingkan mata tidak setuju.
Lalu Hasan berkata: “Aku pernah bersyi’ir di masjid dan
di sana ada orang yang lebih mulia daripadamu (yaitu
Rasulullah Saw)” [HR. Muslim, juz II, hal. 485].
SIKAP PEMATERI
 Jika terdapat dua dalil yang sama kuat, maka sikap
terbijak adalah mengkompromikan bukan mengambil
yang satu dan membuang yang lain.
 Al-‘amal bi ad-dalilaini —walaw min wajhin— awlâ
min ihmali ahadihima
“mengamalkan dua dalil – walau dengan satu pengertian
– lebih utama daripada tidak mengamalkannya” (Dr.
Muhammad Husein Abdullah)
 Al-ashlu fi ad-dalil al-i’mal lâ al-ihmal

“adanya dalil itu untuk diamalkan, bukan ditinggalkan”


(Taqiyuddin an-Nabhani)
KOMPROMI DALIL
 Kalau ada dalil bertentangan dan kududukannya sama kuat,
maka kemungkinannya ‘amm-khas, mujmal-mubayyan,
nasikh-mansukh
 Atas dasar itu, kedua dalil yang seolah bertentangan di atas
dapat dipahami sebagai berikut : bahwa dalil yang
mengharamkan menunjukkan hukum umum nyanyian. Sedang
dalil yang membolehkan, menunjukkan hukum khusus, atau
perkecualian (takhsis), yaitu bolehnya nyanyian pada tempat,
kondisi, atau peristiwa tertentu yang dibolehkan syara’, seperti
pada hari raya. Sedang dalil yang menghalalkan, menunjukkan
bolehnya nyanyian secara muqayyad (ada batasan atau
kriterianya) (Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam
Pandangan Islam, hal. 63-64; Syaikh Muhammad asy-
Syuwaiki, Al-Khalash wa Ikhtilaf an-Nas, hal. 102-103).
KAIDAH USHL MENGENAI MUSIK
 Al-ashlu fi al-asy-yâ’ al-ibahah ma lam yarid dalilu
at-tahrim
 Al-wasilah ila al-haram haram
BANTAHAN ULAMA YANG
MENGHALALKAN MUSIK
 Imam Ibnu Hazm dalam kitab Al Muhalla. Ia berkata:
“Ayat (QS Luqman, 6) tersebut tidak dapat dijadikan
alasan dilihat dari beberapa segi:
 Pertama: tidak ada hujjah bagi seseorang selain
Rasulullah saw.
 Kedua: pendapat ini telah ditentang oleh sebagian
sahabat dan tabi’in yang lain.
 Ketiga: nash ayat ini justru membatalkan argumentasi
mereka, karena didalamnya menerangkan kualifikasi
tertentu.
 Keempat : semua dalil yang mengharamkan musik dan
nyanyian bathil dan lemah
FATWA YUSUF QARDHAWI MENGENAI
MUSIK

Tema atau isi nyanyian harus


sesuai dengan ajaran dan adab
Islam;
Penampilan penyanyi juga harus
dipertimbangkan;
Tidak berlebih-lebihan.
KESIMPULAN
 Pada dasarnya Islam membolehkan musik dan nyanyian,
 Namun begitu, ketika musik menyebabkan lalai pada
kewajiban dan tugas, maka hal tersebut dilarang dan
menjadi haram,
 Tugas selanjutnya adalah bagaimana menjadikan musik
sebagai penguat misi Islam melalui manajemen dan
pengemasan sehingga tidak kalah oleh musik lain yang
cenderung membawa kepada kemaksiatan secara terang-
terangan
EPILOG
DAN JIKA DITELITI DENGAN CERMAT, MAKA
ULAMA MUTA`AKHIRIN YANG
MENGHARAMKAN MUSIK KARENA MEREKA
MENGAMBIL SIKAP WARA`(HATI-HATI).
MEREKA MELIHAT KERUSAKAN YANG TIMBUL
DI MASANYA. SEDANGKAN ULAMA SALAF
DARI KALANGAN SAHABAT DAN TABI`IN
MENGHALALKAN ALAT MUSIK KARENA
MEREKA MELIHAT MEMANG TIDAK ADA DALIL
BAIK DARI AL-QUR`AN MAUPUN HADITS YANG
JELAS MENGHARAMKANNYA. SEHINGGA
DIKEMBALIKAN PADA HUKUM ASALNYA YAITU
MUBAH.

Anda mungkin juga menyukai