Anda di halaman 1dari 13

1.

Bahan baku simplisia

 Tanaman liar : banyak kendala dan variabilitas yang tidak dapat dikendalikan,
seperti asal tanaman, umur dan tempat tumbuh.

 Tanaman budi daya : keseragaman umur, masa panen, dan galur (asal usul,
garis keturunan) tanaman dapat dipantau.

2. Proses pembuatan simplisia

 Pengumpulan bahan baku .

Tahapan ini sangat menentukan kualitas bahan baku, dimana faktor yang paling
berperan adalah masa panen. Misal : Biji, pada saat mulai mengeringnya buah atau
sebelum semuanya pecah.

 Sortasi basah.

Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar, dilakukan
terhadap : tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain
dari tanaman yang tidak digunakan, serta bagian tanaman yang rusak( dimakan
ulat).

 Pencucian.

Bertujuan untuk membersihkan kotoran yang melekat pada tanaman, terutama yang
berasal dari dalam tanah (akar, umbi, rimpang, dsb), dan yang tercemar oleh
pestisida.

 Pengubahan bentuk.

Bertujuan untuk meningkatkan luas permukaan bahan baku sehingga proses


pengeringan akan berlangsung cepat. Contoh perlakuan untuk pengubahan bentuk:
Perajangan pada rimpang, daun dan herba.

 Pengeringan.

Mengurangi kandungan air sampai kadar kurang lebih 10 %, proses pengeringan


simplisia bertujuan untuk :
1.

1. Mengurangi kadar air, sehingga simplisia tidak mudah dikontaminasi


oleh fungi/jamur dan bakteri

2. Menghentikan aktivitas / kerja enzim

3. Mengurangi/mencegah perubahan kimia kandunngan yang berkhasiat

4. Ringkas, mudah disimpan, tahan lama.

 Sortasi kering.

Merupakan pemilihan bahan setelah proses pengeringan, dimana bahan-bahan yang


rusak( terlalu gosong, terlindas kendaraan) dan kotoran hewan yang mungkin
terdapat didalamnya harus disortasi/dibuang.

 Pengepakan dan penyimpanan.

Pengepakan dilakukan dalam wadah tersendiri tiap-tiap simplisia dengan identitas


(label) dan disimpan dengan baik. Persyaratan wadah yang digunakan : inert, tidak
beracun, mampu melindungi simplisia dari cemaran, penguapan kandungan aktif,
pengaruh cahaya, oksigen dan uap air. Wadah simplisia umumnya dipakai : karung
goni, plastik, peti kayu, karton, kaleng tahan air, dan alumunium. Bahan cair
menggunakan botol kaca, atau guci porselen. Bahan beraroma menggunakan peti
kayu yang dilapisi timah atau kertas timah.

Pengeringan adalah suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara
mengurangi kadar air, sehingga proses pem-busukan dapat terhambat. Dengan
demikian dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan
disimpan dalam waktu yang lama Dalam proses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat
aktif dalam bahan akan berkurang, sehingga suhu dan waktu pengeringan perlu
diperhatikan. Suhu pengeringan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan. Pada
umumnya suhu pengeringan adalah antara 40 – 600C dan hasil yang baik dari proses
pengeringan adalahsimplisia yang mengandung kadar air 10%. Demikian pula dengan
waktu pengeringan juga bervariasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan
seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam
proses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan menggunakan sinar
matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling
menumpuk). Pengeringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan
menggunakan sinar matahari ataupun secara modern dengan menggunakan alat
pengering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.
Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan dengan menggunakan
sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 – 500C. Pengeringan pada
suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat
menurun. Untuk irisan rimpang jahe dapat dikeringkan menggunakan alat pengering
energi surya, dimana suhu pengering dalam ruang pengering berkisar antara 36 –
450C dengan tingkat kelembaban 32,8 – 53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri
lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari langsung maupun oven.
Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum
dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3%
selama 3 jam. Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai bersih, ditiriskan
kemudian dijemur dipanas matahari. Tujuan dari perendaman adalah untuk
mencegah terjadinya degradasi kurkuminoid pada simplisia pada saat penjemuran
juga mencegah penguapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh
kadar minyak atsirinya 13,18% dan kurkumin 1,89%. Di samping menggunakan
sinar matahari langsung, penjemuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan
blower pada suhu 40 – 500C. Kelebihan dari alat ini adalah waktu penjemuran lebih
singkat yaitu sekitar 8 jam, dibandingkan dengan sinar matahari membutuhkan
waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis pengeri-ng tersebut juga terdapat alat
pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang, tempat
tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu pengeringan selama
3 hari. Untuk daun atau herba, pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan
sinar matahari di dalam tampah yang ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat
pengering fresh dryer atau cukup dikering anginkan saja. Pengeringan dapat
menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzimatis, pencokelatan, fermentasi
dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengeringan sudah berakhir apabila daun ataupun
temu-temuan sudah dapat dipatahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan
(simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air ± 8 – 10%. Dengan jumlah kadar air
tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan maupun waktu
penyimpanan.
Ekstraksi cair-cair menggunakan corong pemisah pada dasarnya satu-satunya jenis
ekstraksi dilakukan di laboratorium mengajar organik. The "liquid-liquid" phrase
means that two liquids are mixed in the extraction procedure. The "cair-cair" frase
berarti bahwa dua cairan dicampur dalam prosedur ekstraksi. The liquids must be
immiscible: this means that they will form two layers when mixed together, like oil and
vinegar do in dressing. Cairan harus bercampur: ini berarti bahwa mereka akan
membentuk dua lapisan ketika dicampur bersama, seperti minyak dan cuka lakukan
dalam berpakaian. Some compounds are more soluble in the organic layer (the "oil")
and Beberapa senyawa yang lebih larut dalam lapisan organik (yang "minyak") dan
some compounds are more soluble in the aqueous layer (the
"vinegar"). beberapa senyawa yang lebih larut dalam lapisan berair
(yang "cuka").

   Ekstraksi adala jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari


suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari
penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak
antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka
bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan
cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut
yang telah menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan
melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di
bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan
konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan.

    Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas.
Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut:

 Cara Dingin

o Maserasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa kali


pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi termasuk ekstraksi
dengan prinsip metoda pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
Maserasi kinetic berarti dilakuakn pengadukan kontinyu. Remaserasi
berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarutsetelah dilakukan
ekstraksi maserat pertama dan seterusnya.

o Perkolasi, adalah ekstraksi pelarut yang selalu baru sampai sempurna


yang umumnya pada suhu ruang. Prosesnya didahului dengan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penampungan ekstrak) secara terus menerus samapai
diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan

 Cara Panas

o Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperature didihnya


selamawaktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan
dengan adanya pendingin balik

o Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru


menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan
jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik.

o Digesi, adalahmaserasi kinetic pada temperature lebih tinggi dari


temperature kamar sekitar 40-50 C

o Destilasi uap, adalah ekstraksi zat kandungan menguap dari bahan


dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial zat kandungan
menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai
sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fse uap campuran menjadi
destilat air bersama kandungan yang memisah sempurna atau sebagian.

o Infuse, adalah ekstraksi pelarut air pada temperature penangas air 96-
98 C selama 15-20 menit.

Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini
berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi.
Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut polar dan
sebaliknya.
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:

 Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.

 Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak


yang besar.

 Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh
larut dalam bahan ekstraksi.

 Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara


pelarut dengan bahan ekstraksi.

 Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada


komponen bahan ekstraksi.

 Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan
pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.

 Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak
beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak
korosif, buaka emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik.

Karena tidak ada pelarut yang sesuai dengan semua persyaratan tersebut, maka
untuk setiap proses ekstraksi harus dicari jenis pelarut yang paling sesuai dengan
kebutuhan.
1. Pengertiaan

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan
dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.

2. Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme.


Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat
modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan
dengan kebutuhan pemakai.

2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,


misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya
dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi
seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang
diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau
kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu

3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional,


dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine
(TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok
dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat
mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih
lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat
tradisional.

4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara
apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika
tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau
didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa
dengan aktivitas biologi khusus.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat
akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi
keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.

3. Prinsip ekstraksi

· Prinsip Maserasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari
cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan
larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di
luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di
dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan
penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

· Prinsip Perkolasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3
jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi,
dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah.
Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

· Prinsip Soxhletasi

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia


ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan
penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan
oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam
klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai
permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa
kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

· Prinsip Refluks

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke


dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-
uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari
kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut
dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.

· Prinsip Destilasi Uap Air

Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu
berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu
sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap
air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan
terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap
akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

· Prinsip Rotavapor

Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat
oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah
titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan
bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang
ditampung dalam labu alas bulat penampung.
 Prinsip Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2


fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase
pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan
terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua
fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi
yang tetap.

 Prinsip Kromatografi Lapis Tipis

Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang


ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-
komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan
kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan.

 Prinsip Penampakan Noda

a. Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada
lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat
energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi.

b. Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi
antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada
noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat
energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat
terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

c. Pereaksi Semprot H2SO4 10%

Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan


kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari
zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih
panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

4. Jenis Ekstraksi

1. Ekstraksi secara dingin

· Metode maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara


merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen


kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan
lilin.

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya


antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan
penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan
yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :

· Modifikasi maserasi melingkar

· Modifikasi maserasi digesti

· Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

· Modifikasi remaserasi
· Modifikasi dengan mesin pengaduk

· Metode Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari


dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon

Keuntungan metode ini adalah :

o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak
tahan terhadap pemanasan secara langsung.

o Digunakan pelarut yang lebih sedikit

o Pemanasannya dapat diatur

Kerugian dari metode ini :

o Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di


sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi peruraian oleh panas.

o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui


kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam
wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk
melarutkannya.

o Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk


menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti
metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor
perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang
efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik
dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya
heksan :diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena
uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah.

· Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah
kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode
refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak
melarutkan komponen secara efisien.

2. Ekstraksi secara panas

· Metode refluks

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel


yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..

Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.

· Metode destilasi uap

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap
(esensial) dari sampel tanaman

Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung
minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih
tinggi pada tekanan udara normal.

Anneva_08

Anda mungkin juga menyukai