Anda di halaman 1dari 5

Gadis di Tengah Hujan

“ Hoi, Jazz!!! ” sebuah suara membuyarkan lamunan Jason.


“ Apaan sih? ” Jason membalikkan badan untuk mengambil tasnya dan
menyimpan selembar kertas.
Ben dengan cepat meraih kertas itu sebelum Jason menutup tasnya.
“ Foto ini lagi? ” Ben memandang kertas itu yang ternyata adalah selembar
foto.
“ Ah! ‘Udahlah! ” Jason merebut foto itu dan memasukkannya ke dalam tas.
“ Jazz! Loe ga’ akan nemuin cewek itu kalau kerjaan loe hanya mandangin
fotonya setiap hari. Lagian, loe kan ga’ kenal sama tu’ cewek. “ ucap Ben
Jason hanya diam tak peduli. Matanya mulai menerawang lagi.
Meninggalkan Ben yang masih berbicara panjang lebar.

Hujan turun dengan lebatnya. Aku yang awalnya berniat untuk segera
pulang, akhirnya memutuskan untuk berteduh di bawah pondok kecil di tengah
taman kota. Aku segera membuka tasku dan mengeluarkan kamera. Memeriksa
apakah kameraku basah atau tidak. Saat itulah mataku menangkap satu
pemandangan.
Sekitar 1 meter dari tempatku berteduh. Ditengah – tengah hujan yang
sedikit mereda, seorang gadis berdiri diam. Kepalanya menengadah menghadap
hujan. Rambutnya yang panjang tergerai basah melewati pundaknya. Kedua
matanya terbuka seakan tetes – tetes hujan tidak mengenainya. Air hujan turun
melewati setiap lekuk tubuhnya dengan lembut seakan dirinya terbuat dari sutra.
Dressnya yang berwarna biru lembut sangat menyatu dengan kulitnya yang putih
bersih. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, entah kenapa
diantara air yang membasahi wajahnya, aku seperti melihat setetes air mata turun
meninggalkan jejak di pipinya.
Aku mengangkat kameraku dan dengan sigap memotret gadis itu. Tiba –
tiba, gadis itu menurunkan kepalanya perlahan. Ia menolehkan kepalanya
kearahku seakan telah lama menyadari bahwa aku memperhatikannya. Ia
memandangku dengan pandangan sayu. Lalu, ia melangkah pergi ke arah pelangi
yang mulai muncul mengakhiri hujan.

“ Jazz! Tunggu donk! Mau kemana loe?” Ben berlari mengejar Jason yang
meninggalkannya sendiri di tengah keramaian sekolah.
Jason berlari cepat mengejar sesuatu. Matanya menyapu setiap sudut
sekolah. Ia sedang berada di SMA Pertiwi saat itu, untuk menyosialisasikan cara
pengambilan gambar menggunakan kamera yang baik. Dirinya, Ben, dan beberapa
temannya yang lain ditunjuk untuk mewakili kampusnya. Saat mereka sedang
berkemas untuk memulai praktek, Jason melihat di antara kerumunan murid –
murid SMA Pertiwi, seorang gadis yang pernah ia foto di tengah hujan. Gadis itu
memandang dirinya dengan mata sayu yang sama dengan saat Jason melihatnya
pertama kali.
Secara naluri, Jason langsung menyeruak kerumunan untuk mengejar gadis
yang saat itu telah melangkah pergi. Jason berhenti berlari di tengah lapangan
basket dan mengelilingkan pandangan mencari sang gadis. Namun, gadis itu telah
menghilang bagai ditelan bumi.
“ Jazz!! Ngapain sih loe? “ Ben berdiri di samping Jason setelah berhasil
mengejarnya.
“ Enggak…” Jason terdiam beberapa saat “ Yuk, balik ke yang lain! “
Jason melangkah pergi ke tempat temannya yang lain menunggu. Ben mengikutinya
dengan bertanya – tanya dalam hati.
“ Loe yakin itu cewek yang sama? “ Ben bertanya sambil buru – buru
membereskan tas kameranya. Ia dan Jason harus segera masuk kelas.
“ Iya. Gue yakin! “ Jason mengikuti langkahnya “ Gue ingat benget
wajahnya. “
“ Wah, berarti selama ini loe ngejar anak SMA donk! Gila loe! “ Ben
terperangah.
“ Lalu kenapa? Ada yang salah? “ Jason memandang Ben kesal.
“ Ga ada sih. Lalu, sekarang loe mau ngapain? “ tanya Ben
“ Balik ke SMA Pertiwi. “ Jason melangkah masuk ke kelas
“ Lalu? “ Ben mengikutinya dan sedikit memelankan suara karena di dalam
kelas sudah ada sang pengajar.
Jason mengambil bangku paling belakang diikuti Ben.
“ Ya, cari ta’u siapa cewek itu. “ Jason mengeluarkan buku catatannya.
Ben bersiap untuk bertanya lagi namun dihentikan oleh sang dosen yang menyuruhnya
duduk, dan ia baru sadar kalau dirinya masih berdiri.

Jason dan Ben turun dari mobil Kijang biru yang berhenti tepat di depan
SMA Pertiwi. Mereka memasuki gerbang sekolah. Suasana saat itu sepi, karena
mereka datang pada saat jam pulang sekolah. Yang ada di sana hanya para siswa
yang sedang mengikuti kegiatan ekskul. Jason melangkah santai, sedangkan Ben
melancarkan aksinya ‘tepe – tepe’ pada siswi – siswi yang lewat.
Tiba – tiba seseorang memanggil mereka.
“ Hai, Bang. “ seorang siswa laki – laki melambaikan tangannya ke arah
mereka berdua.
“ Ya? “ Ben menoleh ke arah suara yang datang
“ Abang – abang yang kemarin datang untuk mensosialisasikan dunia
fotografi kan? “ tanya murid itu
“ Iya. “ Ben menjawab
“ Saya Rico. Saya dari ekskul fotografi. “ ucapnya memperkenalkan diri.
“ Ekskul baru ya? Waktu kami datang, ekskul itu kan belum ada. “ jawab
Ben lagi karena ia merasa bahwa Jason tidak berniat untuk menjawab.
“ Iya. Sehari setelah abang – abang datang, kami berniat untuk mengadakan
ekskul fotografi. Ternyata seru juga. “ Rico tersenyum semangat.
“ Oh… “ Ben melayangkan pandangan ke arah Jason yang terlihat sedang
berpikir.
“ Mmh… Rico. “ panggil Jason tiba – tiba
“ Ya? “
“ Saya mau tanya. “ ucap Jason sambil membuka tasnya “ Kamu kenal dia?
“ tanya Jason sambil menunjukkan foto ‘gadis hujan’
Rico mengamati foto yang dipegang Jason.
“ Mmmh . . . Enggak. Saya engga’ kenal dengan cewek itu. “ Jawab Rico
seraya menggeleng “ Saya malah engga’ pernah li’at dia. Memanggnya dia anak
sekolah mana? “
“ Mmh . . . Makasih ya. “ Jason melenggang pergi tidak mempedulikan
pertanyaan Rico. Ia merasa tidak mendapat jawaban.

“ Mungkin dia memang bukan anak Pertiwi kali . . . “ Ucap Ben saat
mengemudikan Kijang birunya.
“ Enggak mungkinlah! Aku li’at sendiri waktu itu dia jelas – jelas ada di
lapangan SMA Pertiwi. Itu pun kalau bukan kita yang salah masuk sekolah. “ Jason
melengos.
“ Tapi Jazz, Kita ‘udah keliling – keliling SMA Pertiwi dan cewek itu
enggak ada! “ bantah Ben.
“ Ya iyalah. Kita kan nyarinya pas anak – anak ‘udah pada pulang.” Ucap
Jason sambil memandang keluar jendela mobil.
“ Iya tapi, kita kan ‘udah nanya ke orang – orang yang ada di sekolah dan
apa jawaban yang kita dapat? Enggak ta’u, enggak kenal, enggak pernah li’at. “ Ben
membela diri. “ Lagian, apa sih pentingnya cewek itu? Loe kan enggak kenal dia. “
Jason terdiam memikirkan pertanyaan dari Ben, karena dirinya sendiri pun
tidak tahu alasan apa yang membuat dia memaksakan diri untuk mencari gadis
tersebut.
Tiba – tiba Jason berteriak sambil membuka kaca jendela mobil.
“ BEN! STOP! “
Ben terkejut dan langsung menginjak rem mobil hingga mobil berhenti. Hal
itu membuat pengemudi di belakang mereka ikut mengerem mendadak dan
mengklakson marah.
“ Apaan sih loe Jazz? “ omel Ben kepada Jason yang ternyata telah keluar
dari mobil.

Anda mungkin juga menyukai