BAB 4
KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR
Oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2011
BAB II
KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR
LINGKUNGAN HUKUM
Kegagalan audit sangat jarang sekali terjadi, namun jika hal itu terjadi, maka akan
menimbulkan akibat yang luar biasa.
KECENDERUNGAN LITIGASI DI AMERIKA SERIKAT
Kecenderungan penting dimulai pada tahun 1980an, berlanjut pada tahun 1990, dan
sampai pada lahirnya private securities litigation reform act pada tahun 1945. Jumlah dan
biaya litigasi yang berkaitan dengan dugaan kekurangan audit mencapai tingkat yang
membahayakan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh banyaknya laporan kegagalan bisnis
yang berakibat pada kerugian signifikan yang diderita oleh para investor dan pembayar pajak.
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa tingginya biaya ligitasi, ditambah dengan adanya
persepsi bahwa para anggota dewan juri seringkali memberikan keterangan yang tidak benar
dalam memberikan keputusan yang seharusnya wajar dan tidak memihak.
Hukum Kerugian
Tindakan merugikan adalah tindakan salah yang merugikan milik, badan, atau reputasi
seseorang. Tindakan merugikan yang sering dilakukan adalah sebagai berikut :
Kelalaian yang biasa ~ kelalaian untuk menerapkan tingkat kecermatan yang biasa
dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam kondisi yang sama
Kelalaian kotor ~ kelalaian untuk menerapkan tingkat kecermatan yang paling ringan
pada suatu kondisi tertentu
Kecurangan ~ penipuan yang direncanakan
Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to Third party)
Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi kerugian pada pihak
penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan
Kewajiban kepada pemegang hak utama
Kewajiban kepada pemegang hak lainya
Pihak ketiga yang terdiri dari pemegang saham, calon pemegang saham, pemasok, bankir dan
kreditor lain, karyawan, dan pelanggan. Konsep kewajiban tersebut antara lain sebagai
berikut :
Doktrin ultramares, Kewajiban dapat timbul jika pihak ketiga primary beneficiary atau
orang yang harus diberikan informasi audit. pemakai yang dapat diketahui sebelumnya, orang
yang mengandalkan keputusannya pada laporan keuangan. Foreseeable user’s, pemakai yang
dapat diketahui lebih dahulu mempunyai hak yang sama dengan pemakai laporan keuangan
yang mepunyai hubungan kontrak .
Kewajiban perdata menurut hukum sekuritas federal
1. Securities Act tahun 1933, persyaratan pelaporan untuk perusahaan yang mengeluarkan
efek-efek baru. Peraturan membolehkan pihak ketiga menggugat auditor jika laporannya
menyesatakan dan tidak mempunyai beban pembuktian hal tersebut, sementara auditor
dapat membela jika audit telah memadai dan pemakai laporan tidak menderita kerugian.
2. Securities Exchange Act tahun 1934, persyaratan penyampaian laporan tahunan setiap
perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa. Akibat tuntutan ini SEC dapat
mencabut ijin praktek dari KAP yang yang melakukan kesalahan.
3. Racketeer Influenced and Corrupt Organization Act 1970, peraturan ini ditujukan untuk
kriminalitas tetapi auditor sering dituntut berdasarkan peraturan ini.
4. Foreign Corrupt Practice Act tahun 1977, larangan pemberian uang suap kepada pejabat
di luar negeri untuk mendapatkan pengaruh dan mempertahankan hubungan usaha.
Kewajiban criminal
Beberapa undang-undang seperti Uniform Securities Acts, Securuties Acts 1933 dan 1934,
Federal Mail Fraud Statute dan Federal False Statement Statute menyebutkan bahwa menipu
orang lain dengan sadar terlibat dalam laporan keuangan yang palsu adalah perbuatan
kriminil.
Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum AICPA dan profesi mengurangi resiko
terkena sanksi hukum dengan langkah-langkah berikut :
1. Riset dalam auditing
2. Penetapan standar dan aturan.
3. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
4. Menetapka persyaratan penelaahan sejawat
5. Melawan tuntutan hokum
6. Pendidikan bagi pemakai laporan
7. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
8. Perundingan untuk perubahan hukum.
Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara eksplisit
memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti tertuang dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Peraturan-
Peraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan. (Rachmad Saleh AS dan Saiful Anuar
Syahdan,2003)
Keberadaan perangkat hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia sangat
dibutuhkan oleh masyarakat termasuk kalangan profesi untuk melengkapi aturan main yang
sudah ada. Hal ini dibutuhkan agar disatu sisi kalangan profesi dapat menjalankan tanggung
jawab profesionalnya dengan tingkat kepatuhan yang tinggi, dan disisi lain masyarakat akan
mempunyai landasan yang kuat bila sewaktu-waktu akan melakukan penuntutan tanggung
jawab profesional terhadap akuntan publik.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang akuntan
publik adalah bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi
kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor, maka akuntan publik dapat dimintai
pertanggung jawaban secara hukum sebagai bentuk kewajiban hukum auditor