SOLUSI TOTAL MASALAH BANGSA Zuchdi, 2009: 38). Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman Oleh : Drs. Nur Kholiq *). tersebut sudah ada dan menggejala di Indonesia. Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak Hal ini terbukti karena dalam aspek dan bukan aspek moral adalah ancaman mara- pengembangan sumber daya manusia, Indonesia bahaya kepada masyarakat ((Theodore Roosevelt) kehilangan daya saing. Dalam laporan World "Tanamkanlah tindakan, anda akan Competitivness Scoreboard tahun 2007, menuai kebiasaan. Tanamkanlah kebiasaan, anda akan mendapatkan Indonesia menempati peringkat 54 dari 55 karakter. Tanamkanlah karakter anda negara, turun dari peringkat 52 pada tahun 2006. akan mengukir nasib” Kita kehilangan niat untuk menaati hukum, (Prof. Dr. Quraish Shihab) bahkan menaati aturan yang paling sederhana misalnya dalam hal aturan berlalu-lintas A. MASALAH KRISIS BANGSA (Raka,2008:3). Dalam aspek budaya kita sudah kehilangan kecintaan terhadap kesenian ”Indonesia dikenal memiliki karakter kuat tradisional sebagai warisan budaya adiluhung sebelum zaman kemerdekaan, tatkala bangsa. Sebagian dari kita sudah kehilangan mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kejujuran dan rasa malu. Sudah sekian lamanya kemerdekaan. Sekarang, karakter masyarakat Indonesia mendapat predikat sebagai salah satu Indonesia tidak sekuat pada masa lalu, sangat negara yang tingkat korupsinya sangat tinggi di rapuh. Pemimpin saat ini juga tidak menjaga dunia. Celakanya predikat ini tidak membuat kita pembangunan karakter dan budaya bangsa.”. merasa malu dan korupsi nyatanya terus Demikian antara lain pernyataan Prof. Dr. Yahya berlangsung dengan modus operandi yang Muhaimin dalam Sarasehan Nasional berubah-ubah. Kita nampaknya telah kehilangan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter rasa ke-Indonesiaan kita. Oleh karena kita makin Bangsa (Kompas.com, 15/01/2010). menonjolkan kepentingan daerah dan golongan Hal senada disampaikan oleh Thomas Lickona daripada kepentingan bangsa dan negara. Kita (1991) - seorang profesor pendidikan Karakter dari Cortland University -mengungkapkan kehilangan cita-cita bersama (in-group feeling) bahwa “ada sepuluh tanda-tanda jaman sebagai bangsa. Tiada lagi “Indonesian Dream” yang harus diwaspadai karena jika tanda- yang mengikat kita bersama, yang lebih tanda ini sudah ada, maka itu berarti menonjol adalah cita-cita golongan untuk bahwa sebuah bangsa sedang menuju mengalahkan golongan lain. (Dasim jurang kehancuran”. Tanda-tanda yang Budimansyah, 2009 : 5-6). dimaksud adalah : (1) meningkatnya Dalam dunia pendidikan di Indonesia (kata Doni kekerasan di kalangan remaja, (2) Kusuma) selama bertahun-tahun mengalami penggunaan bahasa dan kata-kata yang penyakit kronis yang bahkan sampai mengancam memburuk, (3) pengaruh peer-group yang jiwa orang, baik itu siswa sendiri maupun orang kuat dalam tindak kekerasan, (4) lain. Penyakit itu adalah tawuran antar pelajar, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti kekerasan dan tindak kejahatan serta penggunaan penggunaan narkoba, alkohol dan seks obat-obatan terlarang.(Kusuma D, 2007 ; 286). bebas. (5) semakin kaburnya pedoman moral Oleh karena, sekolah seolah-olah tidak berdaya baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) menghadapi kenyataan ini. Sekolah selalu semakin rendahnya rasa hormat kepada menjadi kambing hitam dari merosotnya watak orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa dan karakter bangsa. Padahal, sekolah sendiri tanggung jawab individu dan warga negara, menghadapi berbagai masalah berat menyangkut (9) membudayanya ketidakjujuran, dan (10) kurikulum yang overload, fasilitas yang tidak adanya rasa saling curiga dan kebencian di memadai, kesejahteraan guru dan tenaga Pendidikan Nasional, Pasal 3 ditegaskan bahwa: kependidikan yang rendah. Menghadapi beragam “Pendidikan nasional berfungsi masalah ini sekolah seolah kehilangan mengembangkan kemampuan dan membentuk relevansinya dengan pembentukan karakter. watak serta peradaban bangsa yang (Azumardi Azra,2010 ; 3). bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk B. DIPERLUKAN SOLUSI TOTAL berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa Bila dengan mencermati masalah-masalah di kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, atas, maka sekarang diperlukan solusi untuk sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mengatasi secara frontal dan total masalah jati menjadi warga negara yang demokratis serta diri bangsa sesegera mungkin. Sebab apabila bertanggung jawab”. tidak segera dilakukan, maka bangsa kita ini Dalam Pembinaan Pendidikan Karakter di akan berada diambang kehancuran. Berkenaan Sekolah Menengah Pertama Tim Pendidikan dengan itu, setelah melalui pengkajian, Krakter Kemendiknas (2010:9-10) menyatakan penelitian dan pembahasan yang cukup lama visi Depdiknas 2014 : dicanangkanlah “Pendidikan Karakter dan “Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan Budaya Bangsa” sebagai solusi total masalah Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia bangsa. Bapak Presiden SBY, Mendiknas Cerdas Komprehensif. Pemahaman insan Muhammad Nuh dan para menteri lainya dalam Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas berbagai acara peringatan hari besar Nasional komprehensif yaitu cerdas spiritual, cerdas selalu menekankan pentingnya segera emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan mengimplementasikan pendidikan karakter di cerdas kinestetis. (1) Cerdas spiritual : sekolah dan dukungan dari berbagai pihak. beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk Dalam kerangka tersebut, maka mulai tahun menumbuhkan dan memperkuat keimanan, pelajaran 2010/2011 Pendidikan Karakter ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi dilaksanakan (diimplementasikan) di tingkat pekerti luhur dan kepribadian unggul; Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) berkepribadian unggul dan gandrung akan dan Sekolah Menengah Lanjutan Pertama keunggulan; bersemangat juang tinggi; mandiri; (SLTP), Sekolah Menengah Lanjutan Atas pantang menyerah; pembangun dan pembina (SLTA) dan Perguruan Tinggi (PT). Kepala jejaring; bersahabat dengan perubahan; inovatif Badan Penelitian dan Pengembangan, dan menjadi agen perubahan; produktif; sadar Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), mutu; berorientasi global; pembelajaran Mansyur Ramli, menyatakan bahwa sekurang- sepanjang hayat; dan menjadi rahmat bagi kurangnya 25 persen satuan pendidikan sudah semesta alam; (2) Cerdas emosional dan sosial: mengembangkan pendidikan karakter bangsa beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk pada 2012. Kementerian Pendidikan Nasional meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas telah menyusun grand desain pendidikan akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, karakter bangsa. Konsep ini akan segera serta kompetensi untuk mengekspresikannya; diimplementasikan pada tingkat satuan beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang pendidikan. Ditargetkan, seluruh satuan membina dan memupuk hubungan timbal balik; pendidikan telah mengembangkan pendidikan demokratis; empatik dan simpatik; menjunjung karakter bangsa pada 2014. (28 Agustus 2010 tinggi hak asasi manusia; ceria dan percaya http://www.kemdiknas.go.id/berita/2010/8/28/ka diri; menghargai kebhinekaan dalam rakter.aspx.). bermasyarakat dan bernegara; berwawasan Apalagi bila dilihat dalam amanat Undang- kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem kewajiban warga negara; (3) Cerdas Dalam buku Emotional Intelligence and School intelektual: beraktualisasi diri melalui olah Succes (Joseph Zins, et. al 2001) pikir untuk memperoleh kompetensi dan mengkomplikasikan berbagai hasil penelitian kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan tentang pengaruh kecerdasan emosi anak teknologi; aktualisasi insan intelektual yang terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan kritis, kreatif, inovatif dan imajinatif; (4) bahwa ada sederet faktor-faktor risiko penyebab Cerdas kinestetis: beraktualisasi diri melalui kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor risiko olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, yang disebutkan ternyata bukan terletak pada bugar, berdayatahan, sigap, terampil, dan kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa trengginas; serta aktualisasi insan adiraga....” percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan C. DAMPAK PENDIDIKAN KARAKTER berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Apa dampak pendidikan karakter terhadap Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang keberhasilan akademik?. Beberapa penelitian di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen Ringkasan dari beberapa penemuan penting ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin Character Educator, yang diterbitkan oleh Sedangkan berdasarkan hasil penelitian dari The Character Education Partnership. Monk Study. dalam penelitiannya, Mr. Doug Monk dari Kingwood Middle School di Humble, Dari hasil studi Dr. Marvin Berkowitz Texas, membandingkan evaluasi para guru dariUniversity of Missouri – St Louis, terhadap murid sebelum dan sesudah menunjukkan peningkatan motivasi siswa diimplementasikannya kurikulum Lessons in sekolah dalam meraih prestasi akademik pada Character. Dalam kurikulum yang lebih banyak sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan mengajak murid untuk berinteraksi dalam karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif kegiatan-kegiatan sosial dan mengembangkan terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan kepekaan mereka, telah memberikan dampak penurunan drastis pada perilaku negatif siswa positif dalam perubahan cara belajar, kepedulian yang dapat menghambar keberhasilan akademik. dan rasa hormat terhadap para staff sekolah, dan meningkatnya keterlibatan para murid secara Pendidikan karakter adalah pendidikan budi sukarela dalam proyek-proyek kemanusiaan pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek (Brooks, 2005). pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, Demikian pula dari hasil penelitian Cheng Chao- tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter Shun dan Lee Ro-Yu diperoleh kesimpulan tidak akan efektif dan pelaksanaannya pun harus bahwa pendidikan karakter telah terbukti dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. memiliki hubungan yang signifikan dengan Dengan pendidikan karakter, seorang anak akan karaktersifat, kemampuan untuk merawat menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi masyarakat, dan pengembangan potensi setiap adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak individu. (Chao-Shun, Cheng, and Lee Ro-Yu, menyongong masa depan karena dengannya 2007 ; 2) seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut untuk berhasil secara akademis. menunjukkan bahwa pelaksaaan pendidikan karakter akan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan emosional siswa dan dasar dalam hubungan antarmanusia, dan berdampak pada prestasi akademisnya. mengapresiasi manifestasi nilai-nilai tersebut di sekolah dan masyarakat. Semua komponen D. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN sekolah bertanggung jawab terhadap standar- KARAKTER standar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti. (Bashori, 2010). Pendidikan karakter merupakan upaya-upaya Dengan demikian pendidikan karakter yang dirancang dan dilaksanakan secara merupakan konsekuensi logis dari proses sistematis untuk membantu peserta didik pendidikan itu sendiri, Kemendiknas (Tim memahami nilai-nilai perilaku manusia yang Pendidikan Karakter: 2010:22- 24) telah berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri mengidentifikasi peluang implementasi sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan pendidikan karakter di sekolah melalui tiga jalur, kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, yaitu ; (1). kegiatan pembelajaran di kelas, (2). perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan kegiatan ekstrakurikuler dan (3). dalam kegiatan norma-norma agama, hukum, tata krama, organisasi dan manajemen sekolah. budaya, dan adat istiadat (Kemendiknas, 2010 : Sedangkan tehnik pendekatannya menurut 116). Sedangkan menurut Williams, Russell T. Thomas Lickona (1993) sebagaimana dikutip & Ratna Megawangi (2010), pendidikan karakter oleh (Kathleen Shea, 2003 ; 6) adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang “menggunakan pendekatan komprehensif melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), holistik untuk nilai / pendidikan karakter adalah perasaan (feeling), dan tindakan (action). direkomendasikan, berdasarkan asumsi bahwa Dengan demikian, pendidikan karakater bangsa segala sesuatu yang terjadi di dan sekitar siswa pendidikan yang dilakukan melalui pendidikan mempengaruhi nilai / karakter”. nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan E. PENUTUP yang menjadi atribut suatu karakter pada Memperhatikan betapa arti penting pendidikan dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu karakter untuk mengatasi masalah bangsa, agar pendidikan karakter bangsa pada dasarnya dalam proses implementasi benar-benar berhasil adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dan berdayaguna, maka kini diperlukan dari pandangan hidup atau ideologi bangsa komitmen, dukungan dan perhatian yang kuat Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang dari berbagai pihak. Apabila hal ini tidak terjadi, terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dikhawatirkan nasib pendidikan karakter Berkaitan dengan itu, maka dalam barangkali tidak kalah jauh dengan para implementasinya pendidikan karakter penting pendahulunya, seperti : Pendidikan Moral sekali untuk dikembangkan nilai-nilai etika inti Pancasila (PMP, P-4), Pendidikan Budipekerti, seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, Integrasi Imtaq dan lain-lain. tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri Guna menopang dan mendukung amanat besar dan orang lain bersama dengan nilai-nilai bangsa, mari kita kembali kepada jati diri kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos bangsa. Presiden Barack Obama saja (belum kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagai basis lama ini) ketika berkunjung ke Indonesia masih karakter yang baik. Sekolah harus berkomitmen sangat mengagumi falsafah dan nilai-nilai untuk mengembangkan karakter peserta didik adiluhung bangsa kita. Karena itu, apabila kita berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mampu mengimpementasikannya, maka kita mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang akan menjadi bangsa yang kuat, mandiri dan dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari- disegani oleh bangsa lain. Semoga !. hari, mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji dan *). Kepala SMAN 1 Kembang – Jepara. mendiskusikannya, menggunakannya sebagai