Anda di halaman 1dari 17

TUGAS BERSTRUKTUR DOSEN PENGAJAR

HADITS AHMAD ZAKKI MUBARAK, M. Ag

MEMILIH CALON ISTERI

OLEH:
M. ATHO’ILLAH
NIM. 0701248218
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS
BANJARMASIN
2008
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI 1

BAB

I. PENDAHULUAN 2

II. HADITS, TERJEMAH DAN SYARAH 3

III. KETERANGAN MENURUT ULAMA TENTANG ISI HADITS 9

IV. ANALISA HADITS 13

2
V. PENUTUP 15

DAFTAR REFERENSI 16

BAB I

PENDAHULUAN

ِ ‫حي ْم‬
ِ ‫ن الّر‬
ِ ‫ما‬
َ ‫ح‬
ْ ‫سم ِ اللهِ الّر‬
ْ ِ‫ب‬

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah yang telah mengutus Rasul-Nya untuk

memberikan pedoman kepada kaum laki-laki dalam memilih pasangan. Shalawat dan salam

semoga selalu dilimpahkan kepeda Nabi kita, Muhammad saw., keluarganya, para

shahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang berpegang teguh pada Sunnahnya.

3
Terbentuknya keluarga sakinah merupakan dambaan setiap pasangan suami-isteri.

Untuk mewujudkannya hal penting yang perlu diperhatikan adalah memilih pasangan.

Bagi muslimin pemilihan isteri yang baik merupakan hal yang sangat mutlak, karena

kelak dia akan mendidik anak dan memelihara hartanya. Oleh karena itu, para muslimin harus

memiliki tolok ukur yang benar. Apabila dia berpegang pada tolok ukur yang salah bukan

ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan yang dia dapatkan, melainkan keributan dan

pertengkaran dengan pasangannya.1

Makalah ‘Memilih Calon Isteri’ ini saya susun dari beberapa referensi yang saya

kumpulkan sebagai tugas mata kuliah Hadits yang diasuh oleh Bapak Ahmad Zakki Mubarak,

M. Ag dan disajikan pada diskusi mata kuliah Hadits tersebut.

Pepatah mengatakan ‘Tidak ada gading yang tak retak’. Oleh sebab itu, kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan dari Bapak Dosen dan juga teman-teman untuk

memperbaiki makalah ini.

Akhirnya, mari kita semua berdo’a semoga kita sebagai orang islam dapat berpegang

teguh pada kriteria yang baik dan benar sesuai dengan Al-Qur’an dan as-sunnah dalam

memilih calon pendamping hidup kelak di kemudian hari. Amin. Wa Shallallahu ‘ala

sayyidina wa maulana Muhammadin wa alihi wa ashhabihi wa sallam walhamdulillahi Rabbil

‘alamin.

BAB II

HADITS, TERJEMAH DAN SYARAH

‫ح حدّث َِنى‬ َ ‫ل‬ َ ‫قا‬ َ ‫ه‬ ِ ‫د الل‬ ِ ْ ‫عب َي‬ُ ‫ن‬ ْ ‫ع‬َ ‫حَيى‬ ْ َ ‫حدّث ََنا ي‬ َ ٌ‫سدّد‬ َ ‫م‬ ُ ‫حدّث ََنا‬ َ
‫ه‬ َ َ َ
ُ ‫ي اللحح‬ َ ‫ض‬ ِ ‫هَري َْرةَ َر‬ ُ ‫ن أِبى‬ ْ ‫ع‬ َ ‫ه‬ ِ ْ ‫ن أب ِي‬ ْ ‫ع‬
َ ‫د‬ ٍ ْ ‫عي‬
ِ ‫س‬ َ ‫ن أِبى‬ ُ ْ ‫عي ْدُ ب‬ ِ ‫س‬ َ
َ
ُ‫محْرأة‬َ ْ ‫ح ال‬ُ ‫ل ت ُن ْك َح‬ َ ‫قا‬َ ‫م‬ َ ّ ‫سل‬
َ ‫و‬ َ ‫ه‬ ِ ْ ‫عل َي‬َ ‫ه‬ ُ ‫صّلى الل‬ َ ‫ي‬ ّ ِ ‫ن الن ّب‬ ِ ‫ع‬ َ ‫ه‬ ُ ْ ‫عن‬ َ
‫ت‬ َ ‫فْر ِبحح‬
ِ ‫ذا‬ َ ْ‫فاظ‬ َ ‫ها‬ َ
َ ِ ‫دي ْن‬ِ ِ‫و ل‬ َ ‫ها‬ َ ِ ‫مال‬ َ ‫ج‬َ ‫و‬ َ ‫ها‬ َ ِ ‫سب‬َ ‫ح‬ َ ِ‫و ل‬ َ ‫ها‬ َ ِ ‫مال‬َ ِ‫ع ل‬ ٍ َ ‫ِلْرب‬
‫ك )أخرجه البخاري فى كتاب النكاح باب‬ َ ‫دا‬َ َ‫ت ي‬ ْ َ ‫رب‬ ِ َ‫ن ت‬ ِ ْ ‫الدّي‬

1
Muhammad Thalib, 20 Petunjuk Memilih Isteri, Penerbit Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2002. h. 5.

4
‫ )رواه الجماعححة إّل‬3(‫ة‬
ُ ‫س‬
َ ‫م‬ َ ْ ‫واهُ ال‬
ْ ‫خ‬
2
َ ‫الكفاء فى الدين( )َر‬
5
(‫ )متفق عليه مع بقّية السبعة‬4(‫ي‬ ّ ‫الترمذ‬
Artinya :
...Abdurrahman Ibn Shakhar (Abu Hurairah) Ra. Rasulullah SAW bersabda :
“Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena
karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya karena jika tidak binasalah kedua
tanganmu” (HR. Al-Bukhary pada kitab Nikah bab Orang-orang yang mampu
beragama)6 ...maka pilihlah wanita yang beragama, niscaya engkau berbahagia” (Riwayat
Khamsah)7 ...Maka pilihlah yang beragama, mudah-mudahan engkau memperoleh
keberuntungan.”8 ...Maka pilihlah wanita yang beragama (jika tidak), maka binasalah
engkau” (H.R. Jama’ah ahli hadits kecuali Turmudzi) 9 ...Lalu pilihlah perempuan yang
beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaq ‘Alaih beserta sisa As Sab’ah (perawi yang
tujuh, selain Al Bukhari dan Muslim, yaitu Ahmad, Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasa’i dan
Ibnu Majah. Pent.)), yaitu mereka yang sudah disebutkan dalam pendahuluan kitab Subulus
Salam I.10

Hadits tersebut, memberikan gambaran mengenai kriteria-kriteria yang

menjadi bahan pertimbangan seorang lelaki dalam memilih seorang perempuan sebagai

isterinya. Kriteria-kriteria tersebut adalah kecantikan, keturunan, kekayaan, dan agamanya.

Orang yang mengutamakan kriteria agama, dijamin oleh Allah akan memperoleh kebahagiaan

dalam berkeluarga.11

2
H. Abidin Ja’far dan M. Noor Fuady, Hadits Nabawi Memuat 50 hadits-hadits Nabi SAW Sesuai
dengan Silabus Fakultas Tarbiyah, Penerbit Antasari Press, Banjarmasin, 2006. h. 50.
3
Bahrun Abu Bakar, Terjemahan Attaajul jaami’ lil ushull fii ahaadiitsir Rasuul – 2, Penerbit Sinar
Baru Aggesindo, Bandung, 1993. h. 850.
4
Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Penerbit PT. Bulan Bintang, Jakarta,
1993. h. 29.

Mu’ammal Hamidy, Imron A. M. dan Umar Fanany, Terjemahan Nailul Authar Himpunan Hadits-
hadits Hukum Jilid 5, Penerbit P.T. Bina Ilmu, Surabaya, 1993. h. 2135.
5
Abu Bakar Muhammad, Terjemahan Subulus Salam III, Penerbit Al-Ikhlas, Surabaya, 1995.
h. 401.
6
H. Abidin Ja’far dan M. Noor Fuady, loc. cit
7
Bahrun Abu Bakar, loc. cit.
8
Kamal Muchtar, loc. cit.
9
Mu’ammal Hamidy, Imron A. M. dan Umar Fanany, loc. cit.
10
Abu Bakar Muhammad, loc. cit.
11
Muhammad Thalib, op. cit., h. 13.

5
Ada empat kepentingan yang disebutkan dalam hadits di atas, sebagai motivasi

pemilihan istri. Pertama, kepentingan ekonomi, yang diungkapkan dengan li maaliha, karena

hartanya. Bahwa seorang laki-laki memilih calon istri yang memiliki harta sehingga bisa

memberikan berbagai fasilitas kemudahan dalam kehidupan setelah berkeluarga nanti.

Kedua, kepentingan sosial, yang diungkapkan dengan li hasabiha, karena

keturunannya. Seorang laki-laki memilih perempuan dari keturunan yang baik-baik, dan

memperhatika kemampuan reproduksi agar kelak bisa memiliki keturunan yang baik pula.

Ketiga, kepentingan fitrah kemanusiaan, yang diungkapkan dengan li jamaliha,

karena kecantikannya. Seorang laki-laki menikahi perempuan karena faktor kecantikan,

sebagai bahan dari pemenuhan kepentingan fitrah dan penguat kecenderungan dan

ketertarikan kepada pasangannya.

Keempat, kepentingan agama, yang diungkapkan dengan li diniha karena agamanya.

Perempuan dinikahi karena kebaikan agamanya, yang akan emnjadi jaminan kebaikan

kepribadian dan urusan keluarga nanti. Dengan kepentingan agama ini, seorang laki-laki

meletakkan pondasi yang kokoh bagi kehidupan keluarga. Itulah sebabnya Rasul Saw.

Menjlaskan dengan “Pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu”12

Kriteria utama yang harus ditetapkan oleh para lelaki dalam memilih calon istri

adalah agama, yaitu seorang perempuan yang salehah, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta

berakhlak mulia. Tentu saja kepentingan yang lain tidak diabaikan, hanya haruslah

berlandaskan kebaikan agama, bukan yang lain.13

Rasulullah Saw. bersabda :

Empar hal yang apabila dianugerahkan kepada seseorang berarti telah


mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat; hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu
berdzikir, tubuh yang sabar menerima musibah dan istri yang bisa menjaga diri dan harta
suami (HT. Rhabarani dari Ibnu Abbas)14

Empat hal yang apabila dianugerahkan kepada seseorang berarti telah mendapatkan
kebaikan di dunia dan akhirat; hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, tubuh

12
http://www.baituna.info/?p=19 yang direkam pada 29 Feb 2008 14:55:15 GMT.
13
Ibid.
14
Ibid.

6
yang sabar menerima musibah dan istri yang bisa menjaga diri dan harta suami (HT.
Thabarani dari Ibnu Abbas)15

Bagi seorang lelaki yang ingin menikah, hendaklah dalam memilih pendamping

memperhatikan satu hal: Agama. Sebab menikah yang dilatar belakangi pilihan agama, akan

selalu mendatangkan kebahagiaan. Kecantikan dan harta benda bukanlah tujuan, sebab

semuanya bisa musnah bersama perjalanan waktu. Kecantikan dan harta benda tidak akan

kekal dalam perjalanan mengarungi hidup berumah tangga. Harta dan kecantikan hanyalah

bersifat penunjang bagi terbinanya tatanan rumah tangga yang baik, sementara pilar yang

sebenarnya adalah agama.16

Agama atau diin ialah keyakinan yang disertai peribadatan yang sesuai dengan

ketentuan syariat Islam. Bila keyakinan dan peribadatan yang dilakukan seseorang

menyimpang dari ketentuan syari’at Islam, orang yang melakukannya telah sesat. Untuk

mengetahui ketaatan seseorang dalam beragama, kita harus berpedoman pada ketentuan Al-

Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw..17

Bila dalam diri seorang wanita terdapat kemuliaan agama, keturunan, harta benda,

dan kecantikan, maka islam tidak menghalangi untuk menikahinya, bahkan menganjurkan.

Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda (Tunkahu-l-mar’atu... Sampai akhir hadits

sebagaimana hadits pokok dalam makalah ini).18

Persoalan agama, selalu ditegaskan oleh islam. Sebab hanya dengan kekuatan agama

saja rumah tangga akan tetap berjaya. Dan hanya wanita yang kuat agamanya saja yang siap

diajak mengarungi suka dan duka dalam berumah tangga. Dalam hal ini Rasulullah telah

bersabda:

“Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, boleh jadi kecantikannya


itu akan membinasakan mereka. Jangan kalian menikahi wanita karena hartanya, boleh jadi
hartanya itu akan membuat mereka durhaka. Tapi nikahilah mereka atas dasar agamanya.

15
Ibid.
16
Abu Iqbal Al-Mahalli, Muslim Modern dalam Bingkai Al-Qur’an dan Al-Hadits, Penerbit LeKPIM
Brajan, Yogyakarta, 2000. h. 177.
17
Muhammad Thalib, loc. cit.
18
Abu Iqbal Al-Mahalli, loc. cit.

7
Budak wanita yang cacat telinga lagi hitam kelam yamg memiliki agama, adalah lebih utama
untuk dinikahi. “(HR. Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar).19

Secara umumnya, mereka yang baik agamanya dan lebih taqwanya adalah mulia dan

dipandang tinggi di sisi Allah s.w.t.

20
...‫م‬ َ ْ ‫عن ْد َ اللهِ أ َت‬
ْ ُ ‫قاك‬ ْ ُ ‫مك‬
ِ ‫م‬ َ ‫إ‬...
َ ‫ن أك َْر‬
ّ ِ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu…” (al-Hujuraat 49: 13)21

Orang yang menikah hanya karena dilatar belakangi harta atau kecantikan,

tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan dan kemuliaan. Harta, boleh jadi

membuat wanita itu congkak dan sombong terhadap suami. Kecantikan, boleh jadi

membuat dirinya lupa daratan, berselingkuh dan macam-macam tingkah yang

dilakukan. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda:

“Barangsiapa menikahi wanita karena kemuliaannya, maka Allah tidak menambah

kecuali kehinaan. Barangsiapa menikahi wanita karena hartanya, maka Allah tidak menambah

kecuali kemiskinan. Barangsiapa menikahi wanita karena kemuliaan keturunannya, maka

Allah tidak menambah kecuali kehinaan. Dan barangsiapa menikahi wanita tanpa tujuan lain

kecuali untuk menjaga pandangan mata dan kemaluannya, atau menyambung tali

kekerabatan, maka senantiasa Allah akan memberkahi pasangan ini.” (H.R. Thabrani dari

Anas dalam Al-Ausath).22

Menurut pandangan islam, wanita shalihah adalah perhiasan dunia yang paling mahal

nilainya. Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda:

19
Ibid., h. 177-178.
20
Q. S. Al-Hujuroot (49) : 13.
21
http://nursyirah.wordpress.com/2008/02/16/kriteria-memilih-calon-isteri/ yang direkam pada 4 Mar
2008 22:49:53 GMT.
22
Abu Iqbal Al-Mahalli, op. cit., h. 178-179.

8
“Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.”
(H.R. Muslim, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abdullah bin Amr bin Ash).23

Islam telah menggariskan, bahwa kunci kebahagiaan dan kesengsaraan manusia ada

tiga. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda:

“Kunci kebahagiaan anak Adam ada tiga, demikian pula kunci kesengsaraanya. Kunci
kebahagiaannya adalah wanita (isteri) shalihah, rumah yang baik dan kendaraan yang layak.
Kunci kesengsaraannya adalah: wanita (isteri) yang jahat, rumah yang jelek, dan kendaraan
yang tidak layak.” (H.R. Ahmad Thabrani dan Hakim dari Ismail bin Muhammad bin Sa’ad
bin Abi Waqash dari ayahnya dari kakeknya. Dan termasuk hadits shahih).24

Orang yang beriman kepada Allah hanya meyakini ketentuan-Nya. Ia tidak akan

mempercayai ramalan ahli nujum atau peramal misalnya, sebab orang yang mempercayai

ramalannya berarti tidak sepenuhnya beriman kepada Allah. Perbuatan seperti ini disebut

syirik karena berlawanan dengan keyakinan bahwa hanya Allah yang tahu segala yang ghaib.

Orang yang berbuat syirik telah sesat.

Tanda lain seseorang dikatakan taat beragama adalah bila ia menjalankan ibadah yang

diperintahkan oleh Islam dengan tekun dan benar. Ibadah pokok dalam Islam dan tidak dapat

ditinggalkan adalah shalat. Siapa pun yang telah memeluk Islam harus melaksanakannya.

Rasulullah saw. telah menyatakan telah menyatakan bahwa shalat adalah hal pokok dalam

Islam. Hal ini disebutkan dalam hadits berikut.

‫صصّلى‬ ُ ْ ‫س صو‬ َ ‫ َقا‬:‫ل‬ َ ‫ه َقا‬ َ َ‫ع‬


َ ِ‫ل اللصه‬ ُ ‫ل َر‬ ُ ْ ‫ه ع َن‬ ُ ‫ي الل‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ن أِبى هَُري َْرة َ َر‬ ْ
ْ ْ َ ّ
‫ن‬ ْ ‫مص‬ ِ ِ ‫م صة‬َ ‫قَيا‬
ِ ‫م ال‬ َ ْ‫ب ب ِصهِ العَب ْصد ُ ي َصو‬ ُ ‫س‬ َ ‫حا‬ َ ُ ‫ما ي‬ َ
َ ‫ن أوّل‬ ّ ِ ‫ إ‬:‫م‬ َ ‫سل‬ َ َ‫ه ع َل َي ْهِ و‬ ُ ‫الل‬
َ َ‫ت ف‬ َ َ َ َ َ
ْ ‫ق صد‬ ْ َ ‫س صد‬ َ َ‫ن ف‬ ْ ِ ‫ وَ إ‬،‫ح‬ َ ‫جص‬ َ ْ ‫ح و َ أن‬ َ ‫ق صد ْ أفْل ص‬ َ َ‫ت ف‬ ْ ‫ح‬ َ ‫صل‬ َ ‫ن‬ ْ ِ ‫ فَإ‬،‫ه‬ ُ ُ ‫صلت‬ َ ِ‫مل ِه‬ َ َ‫ع‬
:‫ل‬ ّ ‫جص‬ َ َ‫ب ع َّز و‬ ّ ‫ل الّر‬ َ َ ‫شي ًْئا قا‬ َ ِ‫ضت ِه‬ َ ْ ‫ن فَرِي‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ق‬ َ َ ‫ن ان ْت‬ ِ ِ ‫ فَإ‬،‫سَر‬ ِ ‫خ‬ َ َ‫ب و‬ َ ‫خا‬ َ
‫ة‬
ِ ‫ضصص‬ َ ْ ‫فرِي‬َ ْ ‫ن ال‬َ ‫م‬ ِ ‫ت‬ ْ ‫ص‬ َ ‫ق‬ َ َ ‫ل ب َِها ما َ ان ْت‬ ُ ‫م‬ ّ َ ‫ن ت َط َوٍّع فَي ُك‬ ْ ‫م‬ ِ ‫دى‬ ِ ْ ‫ل ل ِعَب‬ ْ َ‫ا ُن ْظ ُُرْوا ه‬
َ ِ ‫مال ِهِ ع ََلى ذ َل‬ َ
‫ك‬ َ ْ ‫سائ ُِر أع‬ َ ‫ن‬ ُ ْ‫م ي َك ُو‬ ّ ُ‫ث‬
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Perbuatan manusia
yang pertama kali dihisab pada hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya tidak
benar, dia akan gagal dan merugi. Jika ada yang kurang sedikit dari kewajiban yang
dilakukannya, kelak Tuhan Yang Mahagagah dan Mahamulia akan berfirman: ‘(Wahai
malaikat), perhatikanlah apakah hamba-Ku ini melakukan shalat sunnah sehingga dapat
dapat menyempurnakan kekurangannya dalam melakukan shalat wajib, kemudian semua
amalnya akan dihisab dengan cara seperti ini).’”(HR. Tirmidzi no. 378 CD, Hadits hasan)25

23
Ibid., h. 179.
24
Ibid., h. 179-180.

9
Maksud Hadits ini ialah seseorang dinilai taat beragama bila menunaikan kewajiban

shalat dengan benar. Seseorang yang mengaku muslim tetapi terkadang menjalankan shalat,

terkadang tidak, berarti tidak taat beragama. Bila ia melakukan shalat tetapi tidak mengikuti

tuntunan Rasulullah saw., shalatnya tidak benar. Orang seperti ini termasuk orang yang tidak

taat beragama.

Seorang laki-laki yang hendak menilai calon isterinya haruslah lebih dulu mengerti

ajaran Islam tentang keyakinan dan peribadatan secara benar sebagaimana diajarkan dalam

Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.. Bila dia sendiri tidak tahu hal-hal yang menjadi

ketetapan dan hal-hal yang bukan menjadi ketetapan islam, tentu dia tidak akan dapat memilih

calon isteri yang taat beragama dengan benar menurut ketentuan syari’at islam.26

BAB III

KETERANGAN MENURUT ULAMA TENTANG ISI HADITS

As Shan’ani telah menulis di dalam kitabnya Subulus Salam yang diterjemahkan oleh

Drs. Abu Bakar Muhammad, menjelaskan bahwa: Hadits tersebut memberitakan: bahwa yang

mendorong orang-orang lelaki adalah salah satu dari empat perkara itu dan yang terakhir

menurut mereka adalah perempuan yang beragama. Lalu menyuruh mereka, bilamana mereka

sudah mendapat perempuan yang beragama itu, maka jangan hendaknya meninggalkannya.

Sudah terdapat larangan menikahi perempuan, karena bukan agamanya itu. Ibnu majah , Al

25
Muhammad Thalib, op. cit. h. 14-15.
26
Ibid., h. 15-16.

10
Bazzar dari Abdullah bin Umar yang disambung sanadnya hingga Rasulullah saw. (bahwa

beliau bersabda):

ُ ‫ن فَل َعَل ّص‬


‫ه‬ ّ ِ‫مصصال ِه‬َ ِ ‫ن وَ َل ل‬
ّ ‫ه ي ُْرد ِي ْهِص‬ُ ّ ‫ن فَل َعَل‬ ّ ِ‫سن ِه‬
ْ ‫ح‬ ُ ِ ‫ساَء ل‬
َ ّ ‫حوا الن‬ ُ ِ ‫َل ت َن ْك‬
َ
.‫ن‬
ٍ ْ ‫ت د ِي‬ ُ ‫ذا‬َ ‫خْرَقاٌء‬
َ ‫داٌء‬ َ ْ ‫سو‬ َ ‫ة‬ ٌ ‫م‬َ ‫ن وَ َل‬ ِ ْ ‫ن ِللد ّي‬
ّ ُ‫واه‬ْ ‫ح‬
ُ ِ ‫ن وَ ان ْك‬ ّ ِ‫ي ُط ْغِي ْه‬
Artinya: Janganlah kamu sekalian menikahi kaum wanita itu karena kecantikannya,
karena mungkin kecantikannya itu akan membinasakan mereka, dan janganlah
kamu sekalian menikahi mereka karena hartanya, karena mungkin hartanya itu
akan menganiaya mereka. Kawinilah mereka karena agamanya. Sungguh hamba
sahaya yang hitam pekat lagi beragama adalah paling utama/lebih baik.27

Terdapat penjelasan tentang sifat-sifat kaum wanita yang terbaik dari hadits-hadits

yang diriwayatkan oleh An Nasa’i dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata:

‫ن ن َظ َصَر‬ َ
ْ ِ ‫سّره ُ إ‬ُ َ ‫ل ال ِّتى ت‬ َ ‫خي ٌْر؟ َقا‬
َ ‫ساِء‬ َ ّ ‫ل اللهِ أيّ الن‬ َ ْ ‫سو‬ َ ْ ‫قِي‬
ُ ‫ل َيا ََر‬
ُ ‫ما ي َك َْر‬
.‫ه‬ َ ِ ‫مال َِها ب‬
َ َ‫سَها و‬ِ ‫ف‬
ْ َ ‫ه ِفى ن‬ ُ ‫ف‬ َ ُ ‫مَر وَ َل ت‬
ُ ِ ‫خال‬ َ ‫نأ‬ ْ ِ‫ه إ‬
ُ ُ‫وَ ت ُط ِي ْع‬
Artinya: Pernah ditanya: Ya, Rasulullah, Manakah/siapakah kaum wanita yang terbaik?
Beliau menjawab: (Wanita yang terbaik) itu ialah wanita yang menyenangkan
hati suaminya apabila ia memandang kepadanya, dia mematuhi suaminya
bilamana suaminya menyuruhnya, dia tidak menentang suaminya dalam dirinya
dan hartanya dengan sesuatu yang dia benci/tidak ia senangi.28

Kata “Al-Hasabu” ialah perbuatan yang baik bagi lelaki dan orang dan keturunannya.

Kata “hasabu” juga ditafsirkan dengan harta dalam hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi

dan yang beliau nilai hasan, dari Samurah yang disambung sanadnya hingga Rasulullah saw.:

Hasab itu adalah harta dan kemuliaan dan kemuliaan itu adalah ketaqwaan. Hanya

saja kata itu tidak dimaksudkan dengan harta dalam hadits ini, karena harta itu disebutkan di

sampingnya. Jadi yang dimaksudkan di sini adalah menurut pengertian yang pertama.29

Hadits tersebut menunjukkan bahwa persahabatan dengan orang-orang yang

beragama dalam segala adalah yang paling baik, karena persahabatan dengan mereka

memberikan faedah kepada kita sebagian dari akhlaknya, kebaikan mereka dan cara-cara

hidup mereka, lebih-lebih isteri, paling utama untuk diperhatikan segi keagamaannya, karena

27
Abu Bakar Muhammad, op. cit., h. 402-403.
28
Ibid., h. 403.
29
Ibid., h. 403.

11
dia adalah teman setidur, ibu anak-anaknya dan orang kepercayaannya yang memelihara

hartanya, mengurus rumah tangganya dan memelihara dirinya.

Sabdanya “Taribat Yada-ka” itu maksudnya kedua tangannya berlumuran tanah

karena faqir miskin. Kata ini menyimpang dari kebiasaan ungkapan orang dalam percakapan,

bukan karena Nabi saw. maksudkan doa dengan ucapan itu.30

Menurut syarah/keterangan yang di kutip dari Syekh Manshur Ali Nashif di dalam

kitab beliau Attaajul jaami’ lil ushuul fii ahaadiitsir Rasuul yang diterjemahkan oleh Bahrun

Abu Bakar, L. c., beliau menulis: Hadits ini menerangkan tentang wanita-wanita yang disukai

oleh kaum lelaki dan terpuji menurut syariat.

Al-Hasab, kehormatan yang dimiliki oleh bapak-bapak dan kaum kerabatnya, seperti

terkenal dengan kedermawanannya, atau keberaniannya, atau gemar menolong dan

berwibawa. Tetapi kata Al-Hasab ini terkadang bermakna harta, beralasan pada hadits yang

mengatakan, “Al-Hasab adalah harta, sifat dermawan dan bertaqwa.”31

Wanita yamg yang biasanya disukai untuk dikawin, ialah karena faktor memiliki

harta yang banyak, atau karena kecantikannya, atau karena keturunannya. Tetapi syara’

menganjurkan, “Pilihlah yang beragama (kuat dalam agamanya), jadikanlah ia isterimu,

niscaya engkau akan bahagia.”32

Taribat yadaaka, niscaya engkau akan merugi jika tidak memilih wanita yang kuat

agamanya, karena wanita yang beragama itu dapat membawa kepada kebahagiaan.33

Menurut riwayat yang diketengahkan oleh Imam Nasai dan Imam Muslim

mengatakan:

َ ْ ‫خير متاع الدنيا ال‬


.‫ة‬
ِ ‫ح‬
َ ِ ‫صال‬
ّ ‫مْرأة ُ ال‬
َ َّْ َ ‫ن الد ّن َْيا ك ُل َّها‬
ِ َ َ ُ ْ َ َ‫مَتاع ٌ و‬ ّ ِ‫إ‬
Sesungguhnya duniawi ini seluruhnya merupakan kesenangan, dan kesenangan
duniawi yang paling baik ialah wanita yang saleh.34

30
Ibid., h. 404.
31
Bahrun Abu Bakar, op. cit., h. 851.
32
Ibid., h. 851.
33
Ibid., h. 851.
34
Ibid., h. 851.

12
Begitu juga Syekh Fayshol bin Abdul Aziz, beliau berkata tentang penjelasan hadits

tersebut di dalam kitab Nailul Authar yang diterjemahkan oleh Mu’ammal Hamidy dan yang

lainnya, bahwa: dianjurkan memilih perempuan yang beragama.35

Akan tetapi, Drs. Kamal Mukhtar menjelaskan hadits tersebut di dalam buku yang

ditulisnya: Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, dipahami di sana bahwa hadits ter

sebut menjadi dasar salah satu syarat mustahsinah, yang syarat mustahsinah itu menjadi salah

satu dari dua macam syarat meminang. Yaitu: yang dimaksud dengan syarat mustahsinah

ialah: Wanita yang dipinang itu hendaklah sejodoh dengan laki-laki yang meminangnya,

seperti satu kedudukannya dalam masyarakat, sama-sama baik bentuknya, sama dalam tingkat

kekayaannya, sama-sama berilmu dan sebagainya. Adanya keharmonian dan keserasian

dalam kehidupan suami isteri diduga perkawinan akan mencapai tujuannya.36

Dalam hal ini, Sheikh al-‘Azim Abad di dalam kitab ‘Annul Ma’buud Syarh Sunan

Abi Daud, ada menyatakan bahawa yang sewajarnya dipilih adalah wanita yang baik

agamanya dan memiliki adab yang baik agar kelak berupaya menjadi pertimbangan

kepadanya dalam pelbagai urusan kehidupan, terutamanya dalam urusan rumahtangga. Oleh

kerana itu, Nabi s.a.w. memerintahkan supaya mencari wanita beragama yang merupakan

puncak kepada pencarian (keutamaan pilihan).37

35
Mu’ammal Hamidy, Imron A. M. dan Umar Fanany, op. cit., h. 2136.
36
Kamal Mukhtar, op. cit., h. 28-29.
37
http://nursyirah.wordpress.com/2008/02/16/kriteria-memilih-calon-isteri/ yang direkam pada 4 Mar
2008 22:49:53 GMT.

13
BAB IV

ANALISA HADITS

 Perawi awal hadits ini adalah Abdurrahman Ibn Shakhar (Abu Hurairah) Ra sedangkan

perawi akhirnya adalah al-Bukhary.38

 Sanad dan cara penyampaian Hadits tersusun sebagai berikut:

Abu Hurairah (Abdurrahman Ibn Shakhar)


(‘An’anah)

Abu Said Kisan


(‘An’anah)

Said Ibn Abu Said Kisan


(Tahdits)

Ubaidillah Ibn Umar


(‘An’anah)

Yahya Ibn Said


38
H. Abidin Ja’far dan M. Noor Fuady, loc. cit.

14
(Tahdits)

Musaddad Ibn Masrahad


(‘An’anah)39

 Takhrij Hadits yaitu tabel di bawah ini:40

No NAMA KITAB KITAB/BAGIAN NO. HADITS


1. Shahih Muslim Al-Radha’ 2661
2. Sunan al-Nasa’i Nikah 3178
3. Sunan Abu Daud Nikah 1751
4. Sunan Ibnu Majah Nikah 1848
5. Musnad Ahmad Baqi Musnad al- 9156
Mukatsirin
6. Sunan al-Darimi Nikah 2076

 Sedangkan Skema sanad hadits bisa dilihat di bawah ini:41

ABU HURAIRAH
(ABDURRAHMAN IBN SAKHAR)

ABU SAID KISAN

SAID IBN ABU SAID KISAN

UBAIDULLAH IBN UMAR

YAHYA IBN SAID

SHADAQAH YAHYA IBN AHMAD MUSADDAD ZUHAIR IBN HARB


IBN AL- AHKIM IBN MUHAMMAD IBN AL-
FADHL MASRAHAD MUTSANNA
ABDULLAH IBN SAID

AL-DARIMY IBNU MAJAH

39
Ibid, h. 51.
40
Ibid, h. 51.
41
Ibid., h. 51.

15
ABU AL- AL- MUSLIM
DAUD BUKHARI NASA’I

 Nilai hadits Shahih riwayat al-Bukhary pada kitab al-Nikah bab al-Akfa’ fi al-Din.42

BAB V

PENUTUP

Dalam makalah ‘memilih calon isteri ini, kami berupaya menghimpun bahan-bahan

referensi dari buku-buku maupun dari artikel-artikel yang terdapat melalui internet.

Tujuannya, agar makalah ini dapat dipergunakan secara mestinya melalui sajian diskusi pada

mata kuliah hadits yang diasuh oleh Bapak Ahmad Zakki Mubarak, M. Ag. Dan agar semoga

kiranya kita semua dapat terbantu mendapatkan pasangan hidup yang baik.

Dalam makalah ini pasti masih banyak yang kurang. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dapat menjelaskan di mana letak

kekurangan makalah kami, agar wawasan kita dapat bertambah dan luas. Dan semoga kami

dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepada kami. Karena kami memang belum

banyak mempunyai ilmu pengetahuan.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu

terlaksananya penerbitan makalah ini. Semoga Allah menjadikan bagi kita semua, terutama
42
Ibid., h. 51.

16
bagi para pemuda muslim yang mendambakan isteri muslimah yang shalihah, dan para

pemudi muslimah yang mendambakan suami muslim yang shaleh. Kami juga berharap

semoga Allah menjadikan makalah ini sebagai amal shalih bagi penyusunnya, kedua orang

tuanya, pihak-pihak yang membantu penerbitannya, dan semua yang pernah mengajarkan

ilmunya kepada penyusun.

Banjarmasin, 03 April 2008

Dosen Pengajar Pemakalah

(Bapak Ahmad Zakki Mubarak, M. Ag) (M. Atho’illah)

DAFTAR REFERENSI

Ja’far, H. Abidin, dan Fuady, M. Noor, Hadits Nabawi Memuat 50 Hadits-hadits Nabi SAW
Sesuai dengan Silabus Fakultas Tarbiyah, Antasari Press, Banjarmasin, 2006

Thalib, Muhammad, 20 Petunjuk Memilih Isteri, Penerbit Irsyad Baitus Salam, Bandung,
2002.

Al-Mahalli, Abu Iqbal, Muslim Modern Dalam Bingkai Al-Qur’an dan Al-Hadits, Penerbit
LeKPIM Brajan, Yogyakarta, 2000.

Mukhtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Penerbit PT. Bulan Bintang,
Jakarta, 1993.

Hamidy, Mu’ammal, A. M., Imron, dan Fanany, Umar, Terjemahan Nailul Authar Himpunan
Hadis-hadis Hukum, Penerbit PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1993.

Abu Bakar, Bahrun, Terjemahan Attaajul jaami’ lil ushuul fii ahaadiitsir Rasuul-2, Penerbit
Sinar Baru Aggesindo, Bandung, 1993.

Muhammad, Abu Bakar, Terjemahan Subulus Salam III, Penerbit Al-Ikhlas, Surabaya, 1995.

http://www.baituna.info/?p=19 yang direkam pada 29 Feb 2008 14:55:15 GMT.

http://nursyirah.wordpress.com/2008/02/16/kriteria-memilih-calon-isteri/ yang direkam pada


4 Mar 2008 22:49:53 GMT.

17

Anda mungkin juga menyukai