Anda di halaman 1dari 15

Analisis Perkembangan Kinerja Bank Mandiri sebagai BUMN

dan Konstribusinya pada Penerimaan Negara

Disusun Oleh :

Dinil Asyrofi (06/2F)

Habib Asagaf (14/2F)

Helmi Binawan Widyantoro (16/2F)

Ivan Firmansyah (19/2F)

M. Ittaqih (20/2F)

Muhammad Fuzy Wahyudi (23/2F)

Rizky Andrian Nugroho (26/2F)

Sayyidah Tahirah (29/2F)

Tam Abdul Majid (32/2F)

Wildan Rudi Ramdani (34/2F)

Program Diploma III Kebendaharaan Negara

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Mei 2011
Abstraksi

BUMN adalah salah satu penggerak utama perekonomian bangsa. Salah


satu BUMN yang dirasa cukup sukses dalam kinerja dan kontribusinya
pada penerimaan negara adalah Bank Mandiri. Prestasinya sebagai bank
terbesar di Indonesia dan kedudukannya sebagai peringkat kedua
BUMN dengan pendapatan dan laba bersih terbesar, mengundang tanya
apakah prestasi tersebut berpengaruh pada kontribusinya pada negara.
Dengan data-data yang ada akan dianalisis pengaruh dan hubungan
tersebut. Peningkatan kinerja Bank Mandiri yang dibuktikan dengan
peningkatan pendapatan dan laba perusahaan, juga mengakibatkan
peningkatan pajak dan dividen yang dibayarkan pada negara. Berkaitan
dengan kontribusi BUMN, selama ini kontribusi pajak BUMN memang
lebih besar daripada dividen BUMN. Begitu pula dengan kondisi yang
dialami oleh Bank Mandiri. Hubungan antara pajak dan dividen ini
memang saling bertolak belakang dan saling mengorbankan (trade-off).
Namun, keduanya tetap merupakan kontribusi BUMN yang sangat
membantu perekonomian negara.

I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

BUMN merupakan salah satu penggerak utama perekonomian nasional, di samping


usaha swasta dan koperasi. Begitulah hal yang terkandung dalam Pasal 33 UUD 1945.
Keberadaan BUMN selama ini telah memberikan kontribusi kepada penerimaan negara, baik
berupa dividen, pajak, ataupun bagi pergerakan sektor riil. Rata-rata dividen yang diberikan
BUMN kepada Negara selama periode 2005–2009 sebesar Rp.23,14 Triliun per tahun,
sedangkan kontribusinya dalam bentuk pajak cenderung meningkat dimana rata-rata pajak
yang diberikan selama periode 2005–2009 sebesar Rp.73,27 Triliun per tahun. Belanja
modal (capital expenditures/Capex) dan belanja operasional (operational
expenditures/Opex) BUMN juga mengalami peningkatan. Peningkatan kontribusi BUMN ini
tentunya tidak terlepas dari peningkatan kinerja BUMN itu tersendiri. Kinerja BUMN dapat
diukur dan dianalisis dengan indikator kinerja BUMN yag antara lain adalah jumlah BUMN,
kinerja keuangan BUMN, dan kontribusi BUMN.

Perkembangan BUMN secara sektoral terbagi menjadi beberapa sektor seperti sektor
usaha perbankan, asuransi, jasa keuangan, jasa kontruksi, dan kelima belas sektor usaha
BUMN lainnya. Dalam sektor perbankan, satu hal yang menarik adalah kenyataan bahwa
pada kuartal ketiga tahun 2010 Bank Mandiri menduduki peringkat kedua sebagai BUMN
TBK dengan pendapatan usaha terbesar, peringkat kedua sebagai BUMN TBK dengan
pertumbuhan pendapatan terbesar, dan peringkat kedua sebagai BUMN TBK dengan laba
bersih terbesar. Hal ini manarik perhatian penulis sehingga penulis memutuskan untuk
melakukan analisi lebih spesifik terhadap Bank Mandiri, perkembangan kinerjanya sebagai
BUMN dan terutama kontribusinya terhadap penerimaan negara. Apakah laba bersih dan
pendapat BUMN itu berpengaruh terhadap kontribusinya pada penerimaan negara.
Kontribusi yang akan dianalisi terbatas ruang lingkupnya khususnya hanya kontribusi dividen
dan pajak.

1.2 Permasalahan

Dengan peringkat Bank Mandiri sebagai tiga besar dalam laba bersih dan pendapatan
usaha, apakah hal itu berpengaruh pada konstribusinya dalam penerimaan negara? Apakah
kontribusi pajak dan dividen juga meningkat searah dengan penigkatan laba bersih dan
pendapatan usaha? Secara logika sederhana jawabannya tentu saja iya.

Paper ini akan menjelaskan secara lebih akademis jawaban tersebut. Disertai dengan
bukti-bukti berupa data dan analisinya, akan penulis tunjukan bahwa kontribusi BUMN pada
penerimaan negara berbanding lurus dengan laba bersih dan pendapatan usahanya.

BUMN yang dimaksudkan tentunya adalah Bank mandiri. Dan kinerja yang akan
dianalisi dibatasi kira-kira selama enam tahun terakhir. Yaitu antara tahun 2005-2010.
1.3 Maksud dan Tujuan

Paper ini akan mengidentifikasi hubungan dan tren kinerja BUMN, khususnya Bank
Mandiri dalam hal ini adalah kontribusi pajak dan dividen, terhadap penerimaan negara.

II Pembahasan dan Analisis

2.1 Keadaan Terkini Bank Mandiri dan Kinerjanya secara Garis Besar

Bank Mandiri adalah bank gabungan dari empat bank pemerintah di tahun 1998.
Keempat bank tersebut adalah BPD, BDN, Bank Exim dan Bapindo. Saham Bank Mandiri
yang dikuasai Pemerintah RI adalah lebih dari 50% (menguasi sebesar 66.68% saham Bank
Mandiri per tanggal 31 Desember 2010).

Sebagai Bank berpelat merah, saat ini PT Bank Mandiri Tbk berhasil mengukuhkan diri
sebagai bank terbesar di Indonesia. Bank Mandiri berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp
3,8 triliun pada kuartal pertama di tahun 2011. Hal ini berati adanya kenaikan laba bersih
sebesar 88,7 % year on year jika dibandingkan dengan laba bersih pada kuartal pertama di
tahun 2010 yang hanya mencapat angka Rp 2 triliun. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
Bank Mandiri sudah memiliki kinerja yang cukup bagus dalam menjalankan operasi
bisnisnya.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kenaikan laba bersih pada kuartal pertama di
tahun 2010, seperti yang diungkapkan oleh Direktur utama PT Bank Mandiri Tbk Zulkifli
Zaini, adalah :

1. Keberhasilan Bank Mandiri memperoleh hasil penjualan saham PT Garuda Indonesia


Tbk sebesar Rp 1,4 triliun.
2. Pendapatan bunga dari AXA mandiri tercatat sebesar Rp 875 miliar
3. Pendapatan nonbunga ( fee based income ) Bank Mandiri sebesar Rp 3,7 triliun. Angka
ini mengalami kenaikan sebesar 145,6 % year on year dari sebelumnya sebesar Rp 1,5
triliun
4. Pelunasan kredit hapus buku sebesar 1,9 triliun
Bank Mandiri memiliki fokus bisnis pada Corporate Banking, Commercial Banking dan
Consumer Banking. Namun demikian, dengan adanya peningkatan jumlah penyaluran kredit
dan jumlah nasabah terhadap sektor mikro dan sektor usaha kecil dan menengah
menandakan bahwa saat ini Bank Mandiri sudah melakukan transformasi dimana
sebelumnya bank mandiri merupakan Bank yang lebih condong pada sektor priority banking
daripada fokus pada sektor mikro dan usaha kecil dan menengah. Peningkatan jumlah kredit
ini dibuktikan dengan jumlah penyaluran kredit sebesar Rp 5,6 triliun pada Maret 2011 yang
mengindikasikan adanya peningkatan penyaluran kredit sebesar 35 % year on year dari
sebelumnya yang berjumlah 4,1 triliun. Sedangkan peningkatan jumlah nasabah dibuktikan
dengan nasabah kredit mikro Bank Mandiri yang mengalami peningkatan sebesar 110.000
nasabah menjadi lebih dari 560.000 nasabah. Dengan transformasi ini, diharapkan Bank
Mandiri dapat membantu para pengusaha mikro dan kecil dan menengah dalam
mengembangkan usaha mereka sehingga dapat membantu dalam memperkuat ketahanan
ekonomi Indonesia.

Uraian ringkas tentang kondisi Bank Mandiri di atas secara sekilas menggambarkan
nilai positif Bank Mandiri dalam hal kinerjanya sebagai suatu entitas BUMN. Namun
demikian, Bank Mandiri masih memiliki nilai negatif dalam kinerjanya yaitu loan to deposit
ratio (LDR) PT Bank Mandiri Tbk baru mencapai 70,21 % atau belum mencapai 78 % - 100 %
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (BI). Selain itu, meskipun Bank Mandiri mampu
menjaga rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) net pada posisi 0,67 % namun
angka itu mengalami kenaikan 0,12 % year on year dari 0,55 %.

Kinerja serta kondisi keuangan Bank Mandiri periode setelah tahun 2005 bisa
diketahui melalui analisis rasio keuangan yang dimilikinya, diantaranya Marjin Pendapatan
Bunga Bersih, Imbal Hasil Rata-rata Ekuitas (ROE) dan Imbal Hasil Rata-rata Aktiva (ROA) .

Marjin Pendapatan Bunga Bersih Bank Mandiri bisa


diperlihatkan dalam grafik di samping bawah.
Selama periode setelah tahun 2005 mengalami
peningkatan yang cukup stabil dan berada di kisaran
angka 4%-6%, seperti yang diperlihatkan pada
diagram batang di samping. Meskipun, pada tahun
2009 terjadi sedikit penurunan sehingga Marjin Pendapatan Bunga Bersih pada tahun
tersebut berada di posisi angka 5,2%. Hal ini disebabkan meningkatnya cost of funds pada
tahun tersebut sebesar 0,4%. Jika dibandingkan dengan bank-bank lain yang sejenis, Marjin
Pendapatan Bunga Bersih Bank Mandiri cukup rendah. Seperti yang ditunjukkan pada
diagram garis di samping. Garis kuning adalah marjin yang dimiliki bank swasta, sedangkan
garis coklat menunjukkan marjin dari bank pemerintah.

Dalam hal Imbal Hasil Rata-rata Ekuitas (ROE),


Bank Mandiri mengalami peningkatan yang positif
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 Imbal Hasil
Rata-rata Ekuitas yang diperoleh Bank Mandiri
mencapai 22,1%. Faktor yang paling berperan
terhadap peningkatan ROE ini adalah laba bersih
yang terus meningkat secara signifikan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2009 pula, ROE Bank Mandiri
mampu melebihi ROE bank-bank swasta, walaupun
masih tetap di bawah bank pemerintah. Namun hal
ini lebih baik jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, dimana ROE yang dimiliki Bank Mandiri
terpaut jauh dengan bank-bank lain baik dengan bank
pemerintah maupun bank swasta.

Peningkatan dari tahun ke tahun juga berlaku


untuk Imbal Hasil Rata-rata Aktiva (Return On Assets).
Pada tahun 2009, ROA Bank Mandiri mencapai 3% dari
tahun sebelumnya yang hanya 2,5%. Ini disebabkan peningkatan laba bersih sebesar 34,7%
dibanding peningkatan aset sebesar 10,1%. Dan di tahun 2009 ini pulalah ROA Bank Mandiri
berhasil melampaui bank pemerintah dan bank swasta.

2.2 Analisi Segi Dividen

Dividen pada dasarnya adalah aset perusahaan yakni aset lancar berupa dana kas.
Dividen adalah salah satu kontribusi yang diberikan oleh BUMN kepada negara, terutama
terhadap APBN sebagai salah satu Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dividen adalah
bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham yang besarnya ditentukan
melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kebijakan pembagian dividen menunjukkan
bahwa perusahaan memiliki performa yang bagus. Jika setiap tahun perusahaan selalu
membagikan dividen, maka hal itu menunjukkan bahwa arus kas perusahaan cukup stabil
dan baik, tidak terganggu dengan rencana ekspansi yang akan dilakukan perusahaan.
Pembagian dividen juga menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan untuk masa
mendatang tidak perlu diragukan. Investor atau pemegang saham akan merasa aman
dengan arus kas perusahaan karena terbukti perusahaan bisa membagi dividen.

Kontribusi dividen yang diberikan Bank Mandiri sebagai salah satu BUMN dengan
pendapatan terbesar yaitu mulai tahun 2005 sampai 2010 tercatat bahwa dividen Bank
Mandiri yang diberikan kepada pemerintah terus mengalami peningkatan dan hal ini
tentunya tidak terlepas dari peningkatan kinerja dan jumlah dari sumber daya manusia
yang dimiliki oleh Bank Mandiri. Pada tahun 2008 jumlah dividen dari bank mandiri yang
diberikan kepada pemerintah sejumlah 1,85% yang merupakan 35% dari perolehan laba
bersih bank mandiri tahun 2008 dan pada tahun 2009 dividen yang diberikan kepada
pemerintah mengalami kenaikan dibanding tahun 2008 yaitu menjadi sebesar 2,504 triliun
rupiah.

Setoran dividen oleh Bank Mandiri cukup besar nilainya dan meningkat dari tahun ke
tahun. Dividen yang telah disetorkan oleh Bank Mandiri kepada Kementerian BUMN adalah
sebagai berikut:

 tahun 2005 sebesar 2,63 triliun rupiah


 tahun 2006 sebesar 301,68 miliar rupiah
 tahun 2007 sebesar 1,45 triliun rupiah
 tahun 2008 sebesar 3,91 triliun rupiah
 tahun 2009 sebesar 1,86 triliun rupiah
 tahun 2010 sebesar 2,50 triliun rupiah.

Jika kita bandingka dengan laba bersih Bank mandiri antara tahun 2005-2010 yaitu
laba bersih Bank Mandiri dalam Laporan Laba Rugi Konsolidasian untuk tahun 2005-2010
memperlihatkan adanya kenaikan. Dimulai dari tahun 2005 dengan angka sebesar Rp 603
miliar hingga tahun 2010 yang mencapai jumlah Rp 7.155 miliar. Dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 93,35%. (Untuk ringkasan laporan keuangannya dapat dilihat di
bagian lampiran).

Sedangkan, jika dibandingkan dengan sisi pendapatan yang terangkum dalam


Pendapatan Operasional, tren yang terjadi dari kurun waktu 2005-2010 juga selalu
mengalami kenaikan. Kontribusi terbesar dalam peningkatan Pendapatan Operasional
perusahaan ini berasal dari Pendapatan Bunga Bersih yang kemudian diikuti dengan
Pendapatan Selain Bunga. (Untuk ringkasan laporan keuangannya dapat dilihat di bagian
lampiran).

Jika diperhatikan dari perbandingan ketiga hal di atas, kenaikan dividen dari tahun ke
tahun disebabkan karena peningkatan laba bersih dari Bank Mandiri itu sendiri. Dan
kenaikan dari laba bersih tentunya tidak lepas dari kenaikan pendapatan. Buktinya bahwa
salah satu pemicu kenaikan laba bersih tersebut adalah adanya kenaikan pendapatan bunga
khususnya dari pemberian kredit, peningkatan kualitas kredit dan peningkatan penyaluran
kredit yang merupakan salah satu faktor kuncinya.

Peningkatan-peningkatan ini tentunya tidak terlepas dari peran peningkatan performa


keuangan Bank Mandiri. Karena peningkatan performa keuangan Bank Mandiri yang
semakin meningkat itulah akhirnya yang mendorong minat investor untuk menanamkan
modalnya di bank tersebut. Tingkat pengembalian ekuitas pemegang saham yang
merupakan indikator untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menyejahterakan
pemiliknya berhasil membawa pengaruh positif bagi kinerja bank tersebut. Tingkat ROE
yang meningkat dengan stabil setidaknya bisa menjamin keinginan investor untuk
mempertahankan modalnya di Bank Mandiri. Dengan modal yang cukup, akan
memungkinkan perusahaan melakukan bisnisnya dengan lancar. Sehingga, memperbesar
kemungkinan peningkatan pendapatan dan laba bersih, yang berakibat pada meningkatnya
kontribusi Bank Mandiri pada segi dividen untuk penerimaan negara.

2.3 Analisis dari Segi Pajak

Sebagaimana diketahui bahwa selalu terdapat trade off pendapatan yang diterima
pemerintah dari dividen dan pajak BUMN dari hasil investasi pemerintah pada BUMN.
Hingga saat ini, manfaat terbesar atas investasi pemerintah pada BUMN adalah terletak
pada setoran pajaknya pada negara. Seperti yang telah dibicarakan sekilas dalam bagian
pendahuluan bahwa rata-rata dividen yang diberikan BUMN kepada negara selama periode
2005–2009 sebesar Rp.23,14 Triliun per tahun, sedangkan kontribusinya dalam bentuk pajak
cenderung meningkat dimana rata-rata pajak yang diberikan selama periode 2005–2009
sebesar Rp.73,27 Triliun per tahun. Kontribusi pajak BUMN tiga kali lipat daripada dividen
terhadap penerimaan negara.

Kontribusi Bank Mandiri kepada negara sebagai salah satu BUMN di bidang perbankan
sisajikan dalam tabel di bawah ini :

Manfaat/Beban Pajak (Dalam Satuan Jutaan Rupiah)


Tahun
Tahun Berjalan Tangguhan Jumlah Beban Pajak Bersih
2005 (500.501) (127.845) (628.346)
2006 (1.675.010) (1.266.286) (408.724)
2007 (2.686.154) (700.262) (1.985.892)
2008 (2.686.154) (700.262) (1.985.892)
2009 (3.479.867) (145.719) (3.625.586)
2010 (3.026.466) (1.576.470) (4.602.936)

Laporan Arus Kas Tahun


(dalam satuan
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jutaan Rupiah)

Tahun Berjalan 724.524 364.311 2.988.556 2.817.792 4.798.538 3.473.497


Tren Penerimaan Pajak Pemerintah dari Bank Mandiri
berdasarkan laporan Arus Kas Bank Mandiri

6,000,000

5,000,000

4,000,000

3,000,000

2,000,000

1,000,000

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Tahun Berjalan Column1 Column2

Tren Penerimaan Pajak Pemerintah dari Bank Mandiri


berdasarkan laporan Laba Rugi Bank Mandiri
6000000

5000000

4000000

3000000

2000000

1000000

0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
-1000000

-2000000

-3000000

Beban Tahun Berjalan Beban Tangguhan Jumlah Beban Pajak-bersih

Tahun 2004 sebagai tahun-tahun awal reformasi keuangan negara dimana terjadi
perubahan basis pendapatan negara yang semula dari sektor migas ke sektor perpajakan
turut serta mempengaruhi beban pajak BUMN khusunya beban pajak Bank Mandiri. Tren
dari tahun 2004 sampai dengan Tahun 2010, beban pajak Mandiri terus mengalami
peningkatan dengan jumlah peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Dari data di atas sebenarnya yang mencerminkan kas yang benar-benar disetor ke kas
negara adalah data yang berasal dari Laporan Arus Kas, karena dalam Laporan Arus Kas
melaporkan perubahan kas yang benar-benar terjadi selama periode tertentu, sedangkan
beban pajak yang ada di laporan laba rugi adalah yang menjadi beban dan belum tentu
dibayarkan ke kas negara pada tahun tersebut.

Dari data di atas dapat kita lihat bahwa kecenderungan tren beban pajak dan
pembayaran pajak secara umum menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun, kecuali
tahun 2004 yang mempunyai beban dan pembayaran pajak cukup tinggi. Hal ini disebabkan
pada tahun tersebut dilakukan pemeriksaan pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk
tahun fiskal 2003. Dari hasil pemeriksaan, dikeluarkan SKP Kurang Bayar untuk pajak
penghasilan perusahaan. untuk PPh pasal 21, 22, 23, 4(2) final, 26 dan PPN dengan
dikenakan denda sebesar Rp 46,819 milar rupiah. Bank membayar pajak-pajak tersebut
beserta denda pada tanggal 30 Desember 2004.

Pada tanggal 29 Oktober 2003 Bank Mandiri menerima SKP tertanggal 24 Oktober
2004 yang berisi hasil pemeriksaan pajak BDN dalam periode 1 Januari 1999 sampai 31 Juli
1999. Berdasarkan SKP, BDN dinyatakan Kurang Bayar sebesar Rp717,229 miliar. Setelah
Bank mengajukan keberatan dan banding ke pengadilan pajak akhirnya menetapkan SKP
pada tahun 2005 yang berisi pengurangan dengan jumlah yang cukup signifikan atas hutang
pajak Bank Mandiri.

Pada tanggal 2 September 2008, Pemerintah telah mengumumkan adanya perubahan


terhadap pajak penghasilan dengan dikeluarkannya UU No 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan yang berlaku sejak 1 Januari 2009, yang menyatakan bahwa pajak penghasilan
untuk Perusahaan akan dikenakan satu tarif sebesar 28% pada tahun 2009 dan akan
berkurang menjadi 25% sejak 2010. Perubahan dalam tarif pajak ini menyebabkan
penyesuaian dalam perhitungan pajak tangguhan.

Penyesuaian tarif pajak yang ditangguhkan termasuk Pengurangan tarif dimungkinkan


untuk Bank Madiri. Saat ini komposisi kepemilikan saham Bank yang dimiliki oleh
Pemerintah adalah sebesar 60% dan publik sebesar 40%. Komposisi kepemilikan saham
yang dimiliki publik sebesar 40% merupakan salah satu persyaratan utama yang harus
dipenuhi oleh Bank untuk memperoleh manfaat pengurangan tarif pajak penghasilan
sebesar 5% yaitu dari sebelumnya 25% menjadi 20%. Persyaratan lainnya antara lain,
meliputi kepemilikan saham paling sedikit oleh 300 pemegang saham, dimana masing-
masing pemegang saham hanya boleh memiliki kurang dari 5% dari keseluruhan saham yang
disetor, yang harus dipenuhi dalam jangka waktu paling sedikit 183 hari kalender dalam
jangka waktu 1 tahun pajak. Persyaratan ini sesuai dengan peraturan No. 238/PMK.03/2008
tertanggal 30 Desember 2008 mengenai Tata Cara Pelaksanaan dan Pengawasan Pemberian
Penurunan Tarif Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Yang Berbentuk Perseroan Terbuka
(PMK 238).

Dalam analisi jika dibandingkan dengan data penerimaan pendapatan dan laba bersih
Bank Mandiri, ini dapat disimpulkan bahwa tren pajak Bank Mandiri juga mengalami
peningkatan searah dengan peningkatan pendapatan dan laba bersi perusahaan.
Sedangkan, kontribusi langsung terhadap negara melalui dividen oleh BUMN masih lebih
kecil daripada kontribusi yang berasal dari pajak, dividen hanya berkontribusi sekitar 20%
dari total kontribusi langsung yang diberikan oleh BUMN. Pajak masih menjadi kontributor
terbesar dengan persentase sekitar 75% (data kinerja BUMN akhir tahun 2010).

Melihat hal ini, kontribusi dalam hal pajak dirasa perlu untuk lebih ditingkatkan.
Walaupun terjadi trade-off antara pajak dan dividen yang diterima - apabila ingin
menambah penerimaan pajak, kita bisa mengurangi dividen dan sebaliknya - namun pajak
memiliki trade-off yang lebih kuat daripada dividen. Hal ini terjadi karena pajak adalah yang
pertama kali dibebankan atas pendapatan usaha BUMN. Kemudian dari pendapatan setelah
dikurangi pajak barulah ditentukan besaran dividen yang akan dibagikan kepada pemegang
saham. Selain itu, diskresi pemerintah untuk melakukan kebijakan fiskal, dalam hal ini pajak,
lebih besar daripada diskresi pemerintah dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
(RUPST) untuk menentukan besarnya dividen. Pajak Badan Usaha cenderung lebih tetap
karena ditentukan melalui suatu mekanisme undang-undang yang sifatnya statis, daripada
dividen yang berubah-ubah mengikuti dinamika bisnis dan kebutuhan perusahaan tersebut.
III Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan

Berkaitan dengan kontribusi Bank mandiri, Sebagian besar kepemilikan saham Bank
Mandiri adalah dikuasai oleh Pemerintah yaitu sebesar 60%, dengan kepemilikan sebesar
itu, cukup bagi pemerintah untuk memberikan “suara” mayoritas bagi kebijakan Bank
Mandiri. 40% saham yang dimiliki oleh swasta berguna sebagai pengawasan intervensi
pemerintah disamping tujuan utamanya yaitu memperoleh pendanaan tambahan. Selain
itu, masuknya Bank Mandiri di lantai Bursa juga memberikan dampak positif dengan adanya
regulasi pasar modal yang menuntut adanya transparansi dan akuntabilitas sehingga dapat
memicu perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya.

Kinerja Bank Mandiri setelah dilakukan marjer empat bank pemerintah di tahun 1998
mengalami peningkatan yang menggembirakan dan menghasilkan suatu prestasi yang patut
diapresiasi. Terbukti dengan kenaikan pendapatan dan laba bersih yang cukup signifikan
yang dibuktikan dengan didudukinya peringkat kedua sebagai BUMN TBK dengan
pendapatan usaha terbesar, peringkat kedua sebagai BUMN TBK dengan pertumbuhan
pendapatan terbesar, dan peringkat kedua sebagai BUMN TBK dengan laba bersih terbesar
(data kinerja BUMN tahun 2010).

Peningkatan kinerja ini berpengaruh pada konstribusinya berupa dividen dan saham
pada penerimaan negara. Kontribusi Bank mandiri tersebut juga mengalami peningkatan
seiring dengan peningkatan pendapatan, laba bersih, yang merupakan salah satu indikator
kualitas kinerja yang meningkat.

Hubungan antara pajak dan dividen sendiri adalah adanya trade-off pada
pertumbuhan keduanya. Apabila ingin menambah penerimaan pajak, kita bisa mengurangi
dividen dan sebaliknya. Namun pajak memiliki trade-off yang lebih kuat daripada dividen.
Selain itu, hingga saat ini, manfaat terbesar atas investasi pemerintah pada BUMN adalah
terletak pada setoran pajaknya pada negara. Pajak memiliki kontribusi tiga kali lebih besar
daripada dividen. Melihat hal ini, kontribusi dalam hal pajak dirasa perlu untuk lebih
ditingkatkan.
3.2 Saran

Dari segi pajak dan dividen, begitu besar kontribusi BUMN menjadi keuntungan
tersendiri bagi pemerintah dan seharusnya dapat dipicu lagi agar pendapatan pajak dan
dividen yang disetor oleh BUMN terus meningkat. Stimulus-stimulus perlu diberikan
pemerintah untuk meningkatkan laba BUMN sehingga dapat meningkatkan penerimaan
pajak dan dividen.

Pertama, pemerintah perlu mengucurkan dananya/ menambah


pendanaan(menambah investasi) untuk BUMN termasuk Bank Mandiri.

Kedua, pemerintah harus menciptakan iklim usaha yang bagus termasuk bidang
perbankan. Iklim usaha yang bagus tidak terlepas dari kondisi keamanan dan politik yang
kondusif untuk menarik investor datang ke Indonesia.

Ketiga, khusus untuk Bank Mandiri, perlu adanya penguatan peran perbankan dalam
pembiayaan UMKM dan sektor Usaha besar terutama dengan sistem perbankan syariah
dimana dalam sistem syariah ini lebih mengedepankan asas keadilan, kemanfaatan,
kepastian, dan kerja sama saling menguntungkan antara kedua belah pihak serta
menghindarkan spekulasi yang tidak jelas.

IV Daftar Pustaka

 http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/
 http://www.bumn.go.id/wpcontent/uploads/data/0000/PRES/00004795(Penguatan
_Sense_of_Corporation_,_Bisnis_Indonesia_16_Maret_205).pdf
 http://bataviase.co.id/node/213543
 http://www.fajar.co.id/read-20110430002558-mandiri-bukukan-laba-bersih-rp38-t
 http://keuangan.kontan.co.id/v2/read/1304422223/66440/Empat-bulan-realisasi-
KUR-sudah-42-dari-target-tahunan
 http://pusatdata.kontan.co.id/v2/quote/BMRI#
 http://m.jpnn.com/news.php?id=90394
 http://www.scribd.com/doc/51202514/6/II-1-3-Perkembangan-Kontribusi-BUMN
V Lampiran

Anda mungkin juga menyukai