Anda di halaman 1dari 12

KONSEP TEORI

GANGGUAN SISTEM PENDENGARAN TELINGA TENGAH DENGAN


DIAGNOSA MEDIS MASTOIDITIS

A. PENGERTIAN
1. Mastoiditis adalah infeksi akut dan kronik yang mengenai mukosa dan
sel – sel mastoid, yang merupakan kelanjutan dari proses Otitis media
akut supuratif yang tidak teratasi.
2. Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang
terletak pada tulang temporal. (hennykartika.wordpress.com)

B. ETIOLOGI
Kuman penyebab :
a. S. Pneumonie
b. S. Aureus.
c. H. Influenzae.
d. Kuman aerob :
- Gram positif : S. Pyogenes, S. Albus.
- Gram negative : Proteus spp, Pseudomonas spp, E.coli.

C. PATOFISIOLOGI
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri
yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada
infeksi telinga tengah. streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang
paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas,
bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi
dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Seperti
semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya
penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri.

Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah
dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya

1
seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya
penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada
dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri
terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya
penyakit.

D. TANDA DAN GEJALA


a. Nyeri tekan di belakang telinga.
b. Bengkak pada mastoid
c. Kemerahan pada kompleks mastoid
d. Keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga
minggu
e. Gejala demam biasanya hilang dan timbul
f. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada
besarnya kompleks mastoid akibat infeksi
g. Bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga
pada sisi telinga yang lainnya)

D. KOMPLIKASI
a. Abses retro aurikula.
b. Paresis/paralisis syaraf fasialis.
c. Labirintitis.
d. Komplikasi intra kranial: meningitis, abses extra dural, abses otak.

E. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti
peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan
mastoiditis. Tetapi pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test
kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan
pada mastoid. Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan
jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang
normal.

2
Antibiotik. Bisa digunakan siprofloxacin, amoxicillin, penisilin,
sefotaksim, eritromisin, dan lain-lain. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100
mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40
mg/kgBB/hari.

F. PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan fisik :
Inspeksi :
a. Daun telinga terdorong kedepan lateral bawah, sulkusretoaurikuler
menghilang (infiltrat / abses retroaurikula).
b. bengkak/ udeme.

Palpasi :
a. Nyeri tekan pada planum mastoid.
Pada otoskopi tampak :
a. Dinding belakang atas MAE menurun ( sagging ).
b. Perforasi membran timpani.
c. Reservoir sign
d. Sekret mukopurulen.

2. Pemeriksaan penunjang :
a. Pada X-foto mastoid schuller tampak kerusakan sel-sel mastoid
( rongga empyema ).
b. Tes lab :
Pus  tes kultur dan sensitivitas antibiotik.
Pemeriksaan audiometri  tuli konduktif
Poengrap  perkembangan bukan difus sel-sel mastoid.

3
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM
PENDENGARAN TELINGA TENGAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS
MASTOIDITIS

A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data
1. Biodata
Nama :
Umur : Rata-rata usia yang terkena penyakit mastoiditis antara 6-13 bulan.
Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan sama-sama bisa terkena penyaki
mastoiditis.
2. Keluhan Utama.
a. Nyeri di belakang telinga.
b. Bengkak pada mastoid
c. Keluarnya cairan dari dalam telinga
d. Hilangnya pendengaran
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Sedang menderita mastoiditis
4. Riwayat Penyakit Dahulu.
Pernah menderita otitis media akut, maupun kronik.
Pengelompokan data
DS : Mengeluh nyeri, suhu badan meningkat
DO : Ada pembengkakan, kemerahan, keluar cairan dari saluran telinga
Validasi data
Membandingkan antara apa yang disampaikan pasien atau dikeluhkan dengan
pengukuran-pengukuran dengan alat yang sesuai dengan konsep-konsep
standar.

4
Pengkajian Bio-psiko-sosio-kultural ( virginia handerson )
1. Pernapasan
Biasanya mengalami peningkatan frekuensi pernapasan karena nyeri.
2. Makanan/Cairan
Biasanya klien tidak mampu untuk mempertahankan masukan dan
penggunakan nutrien dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi
karena nyeri yang begitu hebat.
3. Eliminasi
BAB/BAK Biasanya normal.
4. Aktifitas
Pada klien yang menderita Mastoiditis biasanya aktivitasnya terganggu
karena adanya nyeri.
5. Kebutuhan istirahat dan tidur
Pada klien yang menderita Mastoiditis biasanya pola istirahatnya
terganggu karena adanya nyeri.
6. Rasa aman dan nyaman
Biasanya pada anak yang mengalami Mastoiditis merasa tidak nyaman,
karena nyeri yang sangat hebat dan dibarengi dengan pengeluaran cairan
dari telinga.
7. Hygiene
biasanya kurang memperhatikan kebersihan telinga sehingga terjadi
Mastoiditis..
8. Temperatur tubuh
Suhu meningkat karena terjadi proses infeksi.
9. Berkomunikasi
kurang mampu berkomunikasi karena mengalami pengurangan
pendengaran
10. Kebutuhan bekerja
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu terhambat.
11. Kebutuhan bermain
Anak biasanya tidak mampu bermain seperti biasa karena nyeri.

5
12. Kebutuhan berpakaian
Biasanya dibantu oleh orang tuannya.
13. Belajar
Kurang mampu menerima informasi untuk mencapai gaya hidup yang
sehat/kesejahtraan optimal.
14. Kebutuhan spiritual
Biasanya klien bisa melakukan kegiatan ibadah sesuai keyakinan.

B. WOC - MASTOIDITIS

Bakteri ( streptococus, stapilococus )

Infeksi telinga tengah

Penurunan sistem imunologi

Invasi bakteri ke mastoid

Perubahan pH local Pirogen endogen


Peradangan mastoid
atau konsentrasi ion

Pelebaran PD Sistemik
Pelepasan mediator
nyeri ( histamine,
prostaglandin ) Peningkatan jumlah Merangsang set
sel fagosit point di
hhipotalamus
Merangsang ujung saraf
Kematian Sel
Febris
Eksudasi yg
Nyeri
meningkat Hospitalisasi

Mengeluarkan Bau yg tidak Pembedahan


sedap

Cemas
Ggn.
Harga Diri Non aseptik
Rendah
Resti infeksi
Sumber: Prise SA & Willson LM.2005. Patofisiologi: Konsep
6 ( Hal :
Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta: EGC
56)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
pre operasi
1. Nyeri akut/kronis b/d proses peradangan pada mastoid di tandai dengan
nyeri tekan pada mastoid.
2. Gangguan termoregulasi berhubungan dengan proses peradangan ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh.
3. Gangguan harga diri rendah b/d keluarnya pus dari telinga ditandai
dengan menarik diri.

Post operasi
1. Tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan (radikal mastektomi ).
2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalaman
tentang operasi, infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil
yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi).

.C. INTERVENSI
pre operasi
Diagnosa 1 : Nyeri akut/kronis b/d proses peradangan pada mastoid di tandai
dengan nyeri tekan pada mastoid.
Kriteria hasil 1 : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Nyeri
berkurang atau rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria hasil :
a. Klien mengatakan tidak terasa nyeri pada daerah opersinya.
b. lokasi nyeri minimal
c. keparahan nyeri berskala 0
d. Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
Intervensi :
- Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya.
R/ Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan kefektifan tindakan
penghilangan nyeri.
- Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya.
R/ Informasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu
yang diperkirakan.

7
- Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis
(posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi.
R/ Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol
terhadap nyeri.
- Terapi analgetik
R/ Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan peredam nyeri.
Diagnosa 2 : Gangguan termoregulasi berhubungan dengan proses
peradangan ditandai dengan peningkatan suhu tubuh.
Kriteria hasil 2 : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan suhu tubuh normal dengan criteria hasil :
1. TTV Normal :
N : 60-100x/mnt
S : 36,5-37,5 Oc
TD : 120/80 mmhg
RR : 14- 20x / mnt
2. Tidak terjadi dehidrasi.
Intervensi :
- Observasi suhu, N, TD, RR tiap 2-3 jam.
R/ Sebagai pengawasan terhadap adanya perubahan keadaan umum
pasien sehingga dapat diakukan penanganan dan perawatan secara
cepat dan tepat.
- Catat intake dan output cairan dlm 24 jam
R/ Mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh pasien untuk
membuat perencanaan kebutuhan cairan yang masuk.
- Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga dan pasien tentang
hyperthermia
R/ Mengetahui kebutuhan infomasi dari pasien dan keluarga
mengenai perawatan pasien dengan hypertemia.
- Jelaskan upaya – upaya untuk mengatasi hypertermia dan bantu
klien/keluarga dlm upaya tersebut:
:: Tirah baring dan kurangi aktifitas
:: Banyak minum 2-3 lt/ sesuai kebutuhan

8
:: Beri kompres hangat di daerah lipatan paha, axila dan kepala
dekat hipotalamus.
:: Pakaian tipis dan menyerap keringat
:: Ganti pakaian, seprei bila basah
:: Lingkungan tenang, sirkulasi cukup.
R/ Upaya – upaya tersebut dapat membantu menurunkan suhu
tubuh pasien serta meningkatkan kenyamanan pasien.
- Anjurkan klien/klg untuk melaporkan bila tubuh terasa panas dan
keluhan lain.
R/ Penanganan perawatan dan pengobatan yang tepat diperlukan
untuk megurangi keluhan dan gejala penyakit pasien sehingga
kebutuhan pasien akan kenyamanan terpenuhi.
Kolaborasi:
- Kolaborasi pengobatan: antipiretik, cairan dan pemeriksaan kultur
darah.
R/ Antipiretik dan pemberian cairan menurunkan/mempertahankan
suhu tubuh pasien serta pemeirksaan kultur darah membantu
penegakan diagnosis OMA.
Diagnosa 3 : Gangguan harga diri rendah b/d keluarnya pus dari telinga
ditandai dengan menarik diri.
Kriteria hasil 3 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat
beradaptasi dengan keadaan dengan criteria hasil :
1. Mengungkapkan penerimaan diri dalam situasi
2. Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang telah terjadi
3. Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi
4. Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam
cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri yang negative.
Intervensi :
- Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan derajat
ketidakmampuannya.

9
R/ Penentuan faktor-faktor secara individual membantu dalam
mengembangkan perencanaan asuhan/intervensi.
- Dorong klien untuk mengeksplorasi perasaan tentang kritikan
orang lain.Diskusikan cara koping perasaan ini dan bagaimana
menerima ketidaksetujuan orang lain tanpa mengalami perasaan
gagal.
R/ Mungkin memiliki perasaan tidak realistik saat dikritik dan
perlu mempelajari bagaimana menerapkan kriktik konstruktif
untuk pertumbuhan pribadi bukan merusak diri sendiri.Membantu
mengembangkan percaya pada kemampuan dan penilaian sendiri
disamping apa yang dipikirkan orang lain
- Identifikasi arti dari kehilangan/ disfungsi/ perubahan pada pasien.
R/ Kadang-kadang pasien menerima dan mengatasi gangguan
fungsi secara efektif dengan sedikit penanganan, dilain pihak ada
juga orang yang mengalami kesulitan dalam menerima dan
mengatasi kekurangannya.
- Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk
rasa bermusuhan dan perasaan marah.

R/ Mendemontrasikan penerimaan/membantu pasien untuk


mengenal dan mulai memahami perasaan ini .
Post operasi :
Diagnosa 1 : Tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan (radikal mastektomi ).
Kriteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Infeksi tak
terjadi dengan kriteria hasil :
1. Tanda-tanda infeksi tidak -ditemukan :- kemerahan sekitar luka operasi
2. drainase baik
3. suhu dalam batas normal
4. nilai laboratorium Sel Darah Putih normal
Intervensi :
- Tingkatkan Penyembuhan luka :
:: diit seimbang
:: menjaga kebersihan luka

10
R/Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan umum.
Mempercepat kesemubuhan luka.
- Tindakan untuk mencegah regangan pada jahitan.
R/ Regangan pada jahitan dapat menimbulkan gangguan, membuat
jalan masuk mikroorganisme.
- Tindakan perawatan luka aseptik dan antiseptik.
R/ Teknik aseptik menimimalkan masuknya mikroorganisme dan
mengurangi risiko infeksi.
- Terapi antibiotika
R/ Anti kuman atau babteri berspektrum luas.

Diagnosa 2 : Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan


pengalaman tentang operasi, infomrasi (sifat operasi, semua pilihan
alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi).
Kriteria hasil : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan Cemas
berkurang dengan kriteria hasil :
1. Klien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya
2. Klien tenang dan tidak gelisah, tidak berkeringan dingin
3. Konsentrasi dan orientasi baik
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal (tensi 120/80 mmHg, nadi 88
kali/menit, RR 18 kali/mnt)
Intervensi :
- Ciptakan saling percaya, komunikasi terapuetik dan tunjukkan rasa
empati.
R/ Dasar untuk menemukan dan pemecahan masalah.
- Dorong pengungkapan masalah atau rasa cemas.
R/ Perasaan cemas yang diungkapakan pada orang yang dipercaya
akan memberikan dampak lega dan merasa aman.
- jawab pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan
keperawatan dan perawatan medis.
R/ Pertanyaan yang dijawab dan dimengerti akan mengurangi rasa
cemasnya.

11
D. IMPLEMENTASI
Tindakan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat

E. EVALUASI
1. nyeri berkurang
2. resiko infeksi berkurang
3. tidak terjadi dehidrasi.
4. TTV normal
5.cemas berkurang

12

Anda mungkin juga menyukai