0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan15 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang rekayasa genetika tanaman transgenik tahan hama. Teknologi ini melibatkan penentuan gen tahan hama target, transformasi tanaman dengan gen tersebut, dan regenerasi tanaman transgenik untuk menguji ketahanannya terhadap hama. Tujuan akhirnya adalah menghasilkan tanaman transgenik tahan hama yang dapat meningkatkan hasil pertanian.
Dokumen tersebut membahas tentang rekayasa genetika tanaman transgenik tahan hama. Teknologi ini melibatkan penentuan gen tahan hama target, transformasi tanaman dengan gen tersebut, dan regenerasi tanaman transgenik untuk menguji ketahanannya terhadap hama. Tujuan akhirnya adalah menghasilkan tanaman transgenik tahan hama yang dapat meningkatkan hasil pertanian.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PPT, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dokumen tersebut membahas tentang rekayasa genetika tanaman transgenik tahan hama. Teknologi ini melibatkan penentuan gen tahan hama target, transformasi tanaman dengan gen tersebut, dan regenerasi tanaman transgenik untuk menguji ketahanannya terhadap hama. Tujuan akhirnya adalah menghasilkan tanaman transgenik tahan hama yang dapat meningkatkan hasil pertanian.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PPT, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
TANAMAN TRANSGENIK TAHAN HAMA Kerugian yang disebabkan oleh hama dan penyakit tanaman diperkirakan mencapai 37% dari total produksi, dan 13% di antaranya karena serangan hama. Berkembangnya teknologi rekombinan DNA telah membuka peluang untuk merakit tanaman tahan hama melalui rekayasa genetika. Teknologi ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi konvensional, yaitu: 1) dapat memperluas pengadaan sumber gen resisten 2) dapat memindahkan gen spesifik ke bagian yang spesifik pula pada tanaman 3) dapat menelusuri stabilitas gen yang dipindahkan 4) memperpendek waktu perakitan tanaman dengan resistensi ganda 5) dapat menelusuri dan mempelajari perilaku gen yang diintroduksi dalam lingkungan tertentu Perakitan tanaman transgenik tahan hama merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian besar dalam perbaikan tanaman. Perakitan tanaman transgenik tahan hama umumnya mempergunakan gen dari Bacillus thuringiensis (Bt).
Penanaman tanaman transgenik tahan hama yang
mengandung gen Bt dapat mengurangi penggunaan pestisida secara nyata.
Area tanaman transgenik meningkat dari tahun ketahun
2.1. PENENTUAN JENIS HAMA TARGET DAN GEN TAHAN YANG AKAN DIGUNAKAN Sebelum tanaman transgenik dirakit, perlu dilakukan penentuan prioritas jenis atau spesies hama yang akan dikendalikan dengan tanaman transgenik yang akan dirakit. Untuk keperluan ini umumnya akan dicari hama yang tidak mempunyai sumber gen tahan dari spesies tanaman inangnya, misalnya hama penggerek batang padi, penggerek batang jagung,hama kepik, dan hama pengisap polong. Setelah itu ditentukan kandidat gen tahan yang akan dipakai, misalnya Bt-toksin, proteinase inhibitor (PI) atau gen tahan Lainnya.
PI dapat menghambat pertumbuhan serangga dengan
mengganggu proses pencernaannya. Untuk mengetahui insektisida protein yang mempunyai potensi untuk menghambat pertumbuhan hama target dapat dilakukan percobaan in vitro atau in vivo.
Dari penelitian ini dapat diketahui jenis enzim pencernaan
yang dominan pada spesies hama tersebut dan insektisida protein yang dapat dipakai untuk menghambat aktivitas pencernaan Hama. Penelitian in vivo dapat dilakukan dengan membuat makanan buatan atau menyemprot tanaman atau bagian tanaman dengan gen produk (protein) dari kandidat gen, dilanjutkan dengan infestasi serangga target dan pengamatan pertumbuhan serangga. Dari penelitian ini dapat diketahui potensi insektisida protein dalam menghambat pertumbuhan serangga, serta dosis yang dibutuhkanuntuk dapat membunuh serangga hama Dimaksud. 2.2. KONFIRMASI KETAHANAN TANAMAN TRANSGENIK TAHAN HAMA TARGET untuk menentukan kemampuan gen yang terekspresi pada tanaman transgenik dalam menahan perkembangan hama Target
Setelah dilakukan pengujian dilaboratorium dan rumah kaca,
penelitian dilanjutkan di lapangan (uji terbatas pada daerah terisolasi) untuk mengetahui penampilan tanaman transgenik di lapangan Pengaruh tanaman transgenik terhadap hama target dan nontarget terutama musuh alaminya juga harus diketahui untuk memenuhi persyaratan sebelum tanaman transgenik dilepas, dan juga sebagai bahan dalam perakitan paket pengendalian hama terpadu (PHT) tanaman transgenik yang akan dilepas tersebut. 2.3. PERAKITAN TEKNOLOGI PHT TANAMAN TRANSGENIK Penyediaan sel atau jaringan target Jika jenis tanaman yang akan ditransformasi telah ditetapkan, langkah berikutnya adalah menentukan bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan serta media untuk induksi kalus regenerasi atau organogenesis. Jenis media akan menentukan keberhasilan kultur jaringan dan transformasi Media ini biasanya terdiri atas vitamin, hormon, asam amino, dan sumber energi dalam bentuk sukrosa, dan untuk media padat diperlukan agar atau gelating agent lainnya. Sebelum transformasi tanaman dimulai, perlu ditentukan varietas (genotipe) tanaman yang akan digunakan sebagai target sel atau jaringan untuk ditrans formasi. Hal ini disebabkan tidak semua varietas responsif terhadap kultur jaringan. Setelah transgen dipastikan terkandung dalam tanaman transgenik,selanjutnya ditentukan apakah transgen tersebut diturunkan pada keturunannyamengikuti rasio Mendelian. Dalam upaya perbaikan tanaman transgenik perlu dilakukan penyilangan antara tanaman transgenik dan galur elit untuk mendapatkan tanaman transgenik tahan hama yang mempunyai sifat agronomi yang diinginkan pula Untuk maksud tersebut dapat digunakan teknik mo lekuler guna menyeleksi keturunan dari tanaman transgenik, seperti seleksi restriction fragment length polymorphism (RFLP), dan random amplified polymorphic DNA-PCR (RAPD- PCR). Melalui pemuliaan diharapkan dapat diperoleh tanaman transgenik yang mampu bersaing dengan tanaman nontransgenik, antara lain dalam potensi hasil tinggi yang dapat dicapai oleh petani. 2.4.TRANSFORMASI DAN SELEKSI
Beberapa teknik transformasi yang dikenal adalah
elektroforesis, gene-gun, dan dengan mempergunakan bakteri Agrobakterium. Sel atau jaringan yang telah tertransformasi dipisahkan dari jaringan yang tidak tertransformasi untuk menghindarkan terjadinya jaringan yang dichotume. 2.5. REGENERASI SEL ATAU JARINGAN TRANSGENIK Jika transformasi dilakukan dengan embriogenesis maka ahli kultur jaringan dituntut untuk dapat meregenerasikan sel atau jaringan yang sudah tertransformasi itu menjadi plantlet. Pada komoditas tertentu, regenerasi sel atau jaringan transgenik menjadi plantlet sulit dilakukan sehingga diperlukan kejelian mata untuk melihat jaringan yang embriogenik. Jaringan embriogenik yang telah tertransformasi ditumbuhkan pada media regenerasi untuk mendapatkan plantlet yang normal bentuknya.