Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Fungsi paru-paru adalah untuk menyediakan oksigen dan membuang karbon

dioksida. Untuk mencapai tujuan ini, pernafasan dibagi menjadi empat proses fungsional

utama:

1. Ventilasi pulmoner, atau proses penukaran udara dalam alveoli dengan

atmosfir.

2. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.

3. Transpor oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.

4. Pengaturan ventilasi dan hal-hal lain dari pernafasan.

Sistem respirasi dibagi menjadi 2 menurut fungsinya yaitu pars konduktoria

(saluran napas) dan pars respiratoria. Pars konduktoria berfungsi menghantarkan udara

napas dari lingkungan sekitar masuk ke saluran napas. Pars konduktoria terdiri dari

cavum nasi, laring, trakea, bronkus primer, bronkus secunder, bronkus tertier,

bronkhiolus dan alveolus di bronkiolus terminalis.

Pars respiratoria adalah bagian sistem respirasi yang mampu melakukan proses

difusi O2-CO2 di mulai dari bronkhiolus respiratorius, ductus alveolaris, saccus alveolaris,

atrium dan berakhir di alveolus.

Pada waktu kita menarik napas (proses inspirasi), oksigen dari lingkungan sekitar

kita ambil, akan tetapi udara napas yang kita ambil tidak hanya mengandung oksigen

saja, ada partikel lain yang terbawa udara napas yang kadang-kadang adalah partikel

yang membahayakan tubuh kita, sehingga udara napas dalam saluran napas kita

1
mengalami proses pembersihan oleh komponen bulu-bulu hidung, concha dengan

gerakan turbulensi yang menyebabkan tidak ada partikel yang berukuran lebih besar dari

6 mikrometer dapat masuk ke paru melalui hidung, mucus yang melapisi sepanjang epitel

saluran napas dan cilia yang akan menggerakkan partikel tidak berguna yang melekat

pada mucus ke arah luar, juga adanya nodulus limfatikus pada lamina propria saluran

napas. Udara napas yang masuk ke saluran napas juga mengalami proses penghangatan

oleh karena suhu tubuh kita lebih besar dari pada suhu di lingkungan sekitar kita.

Komponen yang berperan dalam menghangatkan udara napas adalah anyaman kapiler

darah (plexus venosus) yang paling banyak ditemukan di cavum nasi (rongga hidung).

  Di samping itu, udara napas yang masuk ke saluran napas juga dilembabkan oleh

mucus kelenjar seromucosa dan sel goblet yang terletak di antara epitel

pseudostratificatum kolumner penyusun dinding trakea dan bronkus.

Kebutuhan oksigen pada sel-sel tubuh kita berlangsung terus-menerus, sehingga

saluran napas dipertahankan selalu terbuka agar suplai oksigen berjalan lancar. Oleh

karena itu komponen saluran napas yang berperan penting agar saluran napas selalu

terbuka adalah kartilago hyaline pada trakea yang berbentuk seperti huruf C dan lempeng

kartigo pada bronkus, bronkhiolus, dan berakhir di bronkhiolus terminalis.

           / Pertukaran difusi O2-CO2 paling optimal terjadi pada alveolus. Ada 2 macam sel

epitel penyusun dinding alveolus yaitu pneumocytus tipe I berbentuk pipih selapis dan

pneumocytus tipe II berbentuk kuboid selapis. Pneumocytus tipe II berufngsi

menghasilkan surfactant yaitu senyawa yang melapisi permukaan alveolus berfungsi

untuk menurunkan tegangan permukaan alveolus, sehinga alveolus tidak kolaps pada

waktu kontraksi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI SALURAN NAPAS

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring,

laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus.

A.1. Hidung

Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu

bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi

sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan

lapisan faring dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam

rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari

tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi

oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh

sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan

melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae superior,

media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.

Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap

cavum nasi adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale.

Membrana mukosa olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan,

mengandung sel saraf khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati

3
lamina cribriformis os frontale dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I

olfaktorius.

Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui

lubang kedalam cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang

bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :

1. Lubang hidung

2. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior

3. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan

diantara concha media dan inferior

4. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior

5. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.

Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui

appertura nasalis posterior.

A.2. Faring

4
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka

letaknya di belakang laring (laring-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring

merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.

A.3. Laring

Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula

tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.

Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas:

1. Cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2

cartilago arytenoidea

2. Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os.

Hyoideum, membrana mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica

vokalis

Cartilago tyroidea berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun.

Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya

ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi

dengan bagian luar cartilago cricoidea.

Membrana Tyroid mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum.

Membrana cricothyroideum menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.

A.4. Epiglottis

Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah.

Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.

5
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago

arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring

A.5. Kartilago cricoidea

Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak

dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane

cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea

pada setiap sisi. Membrana cricottrakeale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin

trakea I

A.6. Kartilago arytenoidea

Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea.

Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol

kedepan

A.7. Membrana mukosa

Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder

yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.

A.8. Plica vokalis

Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas

ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago

thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.

Plica vocalis palsu adalah dua lipatan. membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati.

Bagian ini tidak terlibat dalarn produksi suara.

A.9. Otot

6
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea,

yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis.

Otot-otot tersebut diinervasi oleh nervus cranialis X (vagus).

Respirasi

Selama respirasi tenang, plica vocalis ditahan agak berjauhan sehingga udara

dapat keluar-masuk. Selama respirasi kuat, plica vocalis terpisah lebar.

Fonasi

Suara dihasilkan olch vibrasi plica vocalis selama ekspirasi. Suara yang

dihasilkan dimodifikasi oleh gerakan palaturn molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi

tertentu oleh sinus udara cranialis.

Gambaran klinis

Laring dapat tersumbat oleh:

(a) benda asing, misalnya gumpalan makanan, mainan kecil

(b) pembengkakan membrana mukosa, misalnya setelah mengisap uap atau pada reaksi

alergi,

(c) infeksi, misalnya difteri,

(d) tumor, misalnya kanker pita suara.

A.10. Trakea

Trakea merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar

2,5 cm. trakea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan

dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan

corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat

ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trakea tersusun atas 16 – 20 lingkaran

7
tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa

dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trakea, selain itu juga membuat

beberapa jaringan otot.

A.11. Bronkus

Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira

vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi

oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah

tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada

yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang

utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang

dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di

belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.

Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan

kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus

yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu

saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus

terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh

cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.

Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran

penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat

pertukaran gas paru-paru.

8
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan

respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya.

Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis

merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan

kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trakea sampai

Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

A.12. Paru-Paru

Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru

memilki :

1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula

2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada

3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.

4. dan basis.

Terletak pada diafragma paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura

dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi

untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan

inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus

dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula,

bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap

paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup

luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

Suplai Darah

9
1. arteri pulmonalis

2. arteri bronkialis

Innervasi

1. Parasimpatis melalui nervus vagus

2. Simpatis mellaui truncus simpaticus

Sirkulasi Pulmonal

Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri

pulmonalis. Darah di atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup AV lainnya,

yang disebut katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel kanan dan

mengalir melewati katup keempat, katup pulmonalis, kedalam arteri pulmonais. Arteri

pulmonais bercabang-cabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-

masing mengalir keparu kanan dan kiri. Di paru arteri pulmonalis bercabang-cabang

berkali-kali menjadi erteriol dan kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi

kepada saluan pernapasan, melalui sebuah alveolus, semua kapiler menyatu kembali

untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena.Vena-vena menyatu untuk membentuk

vena pulmonalis yang besar.

Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk

menyelesaikan siklus aliran darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru.

Tekanan darah pulmoner sekitar 15 mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida

dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap, melalui siklus darah yang kontinyu

mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa

dapat berlangsung bagi semua sel.

B. FISIOLOGI PERNAPASAN

10
B.1. Ventilasi

Ventilasi paru adalah proses masuknya O2 ke dalam paru dan keluarnya CO2 ke

udara luar, setelah melalui proses metabolisme. Jalur masuk udara ialah; hidung,

nasofaring, urofaring, trakea, bronkus, bronkeolus, alveolus. Hidung terdiri dari beberapa

sinus-sinus dan sekat yang memperluas permukaan dan terdapat kelenjar lender, pleksus

vena, rambut dan bulu. Terdapat ruang rugi anatomi jalan nafas dari hidung sampai

bronkhiol terminalis karena tidak dapat melakukan fungsi difusi. Ruang rugi faal

(functional dead space) terdiri dari: Ruang rugi anatomi, alveoli tanpa kapiler, alveoli

dengan kapiler tertutup, dan alveoli dengan kapiler yang alirannya kurang.

B.2. Mekanisme Ventilasi

Otot yang Menimbulkan Pengembangan dan Pengempisan Paru

Paru-paru dapat dikembangkempiskan melalui dua cara:

1) diafragma bergerak turun naik untuk memperbesar atau memperkecil rongga

dada, dan

2) depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter

anteroposterior rongga dada.

Selama inspirasi, kontraksi diafragma menarik permukaan bawah paru ke arah

bawah. Kemudian, selama ekspirasi, diafragma melakukan relaksasi dan sifat elastis daya

lenting paru (elastic recoil), dinding dada dan struktur abdominal akan menekan paru-

paru. Namun, selama bernapas kuat, daya elastis tidak cukup kuat menghasilkan ekspirasi

cepat yang diperlukan, sehingga diperlukan tenaga ekstra yang terutama diperoleh dari

kontraksi oto-otot abdominal, yang mendorong isi abdomen ke atas melawan dasar

diafragma.

11
Metode kedua untuk mengembangkan paru adalah dengan mengangkat rangka

iga. Pengembangan paru ini dapat terjadi karena pada posisi istirahat, iga miring ke

bawah, dengan demikian sternum turun ke belakang ke arah kolumna vertebralis. Tetapi,

bila rangka iga dielevasikan, tulang iga langsung maju sehingga sternum bergerak ke

depan menjauhi spina, membentuk jarak anteroposterior dada kira-kira 20% lebih besar

selama inspirasi maksimum dibandingkan ekspirasi. Oleh karena itu, otot-otot yang

mengelevasikan rangka dada diklasifikasikan sebagai otot-otot inspirasi, dan otot-otot

yang menurunkan rangka dada diklasifikasikan sebagai otot-otot ekspirasi.

Otot paling penting yang mengangkat rangka iga adalah otot interkostalis

eksterna, tetapi otot-otot lain yang membantunya adalah,

(1) sternokleidomastoideus, mengangkat sternum ke atas,

(2) seratus anterior, mengangkat sebagian besar iga, dan,

(3) skalenus, mengangkat dua iga pertama.

Otot-otot yang menarik rangka iga ke bawah selama ekspirasi adalah

12
(1) rektus abdominis, mempunyai efek tarikan ke arah bawah yang sangat kuat

terhadap iga-iga bagian bawah pada saat yang bersamaan ketika otot-otot ini dan

otot abdominal lainnya menekan isis abdomen ke atas ke arah diafragma, dan

(2) interkostalis internus.

Gambar menunjukkan mekanisme kerja otot interkostalis internus dan eksternus

untuk menimbulkan inspirasi dan ekspirasi. Pada bagian kiri, selama ekspirasi tulang-

tulang iga membentuk sudut ke bawah dan otot interkostalis eksternus memanjang ke

depan dan ke bawah. Bila otot-otot ini berkontraksi, mereka menarik tulang iga bagian

atas ke depan dalam hubungannya dengan tulang iga yang lebih bawah, keadaan ini akan

menghasilkan daya ungkit padda tulang iga untuk mengangkatnya ke atas, dengan

demikian meinumbulkan inspirasi. Fungsi otot interkostalis internus beutl-betul

sebaliknya, berfungsi sebagai otot-otot ekspirasi, karena otot-otot ini membentuk sudut di

antara tulang iga dalam arah yang berlawanan dan menghasilkan daya ungkit yang

berlawanan pula.

B.3. Pergerakkan Udara ke Dalam dan Ke Luar Paru-paru.

Paru-paru merupakan struktur elastis yang akan mengempis seperti balon dan

mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk

mempertahankan pengembangannya. Juga, tidak terdapat pelekatan antara paru-paru dan

dinding dada kecuali pada bagian di mana paru-paru tergantung pada hilum dari

mediastinumnya. Bahkan, paru-paru sebetulnya mengapung dalam rongga toraks,

dikelilingi oleh suatu lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-

paru di dalam rongga. Selanjutnya, cairan yang berlebihan akan diisap terus menerus ke

dalam saluran limfatik agar lapisan terus menerus ke dalam saluran limfatik agar isapan

13
antara permukaan viseral dari pleura paru dan permukaan parietal pleura dari rongga

toraks tetap sedikit saja. Oleh karena itu, kedua paru menetap pada dinding toraks seolah-

olah terlekat padanya, kecuali ketika dada melakukan pengembangan dan berkontraksi,

maka paru-paru dapat bergeser secara bebas karena pelumas dengan baik.

C. TEKANAN PARU

C.1. Tekanan Intrapleura

Tekanan pleura adlah tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura dan pleura

dinding dada. Seperti yang telah ditekankan di atas, secara normal terdapat sedikit isapan,

yang berarti suaatu tekanan negatif yang ringan. Tekanan pleura normal pada saat

dimulainya inspirasi adalah sekitar -5 cmH20, yang merupakan nilai isap yang dibutuhkan

untuk mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai nilai istirahatnya. Kemudian,

selama inspirasi, pengembangan rangka dada akan mendorong permukaan paru dengan

kekuatan yang sedikit lebih besar dan menciptakan tekanan yang sedikit lebih negatif

turun sampai rata-rata sekitar 7.5 cmH20.

Hubungan tekanan pleura dan perubahan volume paru tampak selama inspirasi

dan ekspirasi. Pada saat inspirasi tekanan intrapleura menjadi negatif, -5 menjadi -7.5

14
cmH20, sehingga volume paru sebanyak 0.5 liter. Kemudian selama ekspirasi, peristiwa

yang terjadi adalah sebaliknya.

C.2. Tekanan Alveolar

Tekanan alveolus adalah tekanan dibagian dalam alveoli paru. Ketika glotis

terbuka, dan ada udara yang mengalir ke dalam atau ke luar paru, maka tekanan pada

semua bagian nafas, sampai alveoli, semuanya sama dengan tekanan atmosfer, yaitu 0

cmH2O. Untuk menyebabkan aliran udara ke dalam selama inspirasi, maka tekanan

dalam alveoli harus turun sampai nilainya sedikit di bawah tekanan atmosfer. Tekanan

alveolus sampai dengan sekitar -1 cmH2O pada inspirasi normal dapat menarik sekitar 0.5

liter udara ke dalam paru dalam 2 detik.

Selama ekspirasi, terjadi perubahan yang berlawanan: tekanan alveolus meningkat

sampai sekitar 1 cmH2O, dan tekanan ini mendorong 0.5 liter udara inspirasi ke luar paru

selama 2 sampai 3 detik waktu ekspirasi. Pernapasan maksimal pada saat berolahraga

berat adalah – 80 cmH2O pada saat inspirasi dan +100 cmH2O pada saat ekspirasi.

 Inspirasi volume gas >  tekanan udara menurun

 Tekanan negatip alveoli : - 3 mm Hg. Menarik udara ke dalam alveoli.

 Expirasi + 3 mmHg, udara keluar dari alveoli

 Pernapasan maximal - 80 mmHg atau +100 mmHg

Terjadi pada saat berolahraga berat.

C.3. Tekanan Transpulmoner

Tekanan transpulmoner adalah perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada

permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang cenderung

15
mengempiskan paru pada setiap titik pengembangan, disebut “tekanan daya lenting

paru”.

C.4. Compliance Paru

Nilai dimana pengembangan paru untuk setiap unit dapat meningkatkan tekanan

transpulmoner, disebut compliance. Nilai compliance total normal dari kedua paru

seorang dewasa rata-rata sekitar 200 ml/cmH20, tetapi nilai ini bervariasi kurang lebih

sebanding dengan berat badan orang yang tanpa lemak. Artinya, setiap kali tekanan

transpulmoner meningkat sebanyak 1 cmH20, maka terjadi pengembangan paru sebanyak

200 mililiter. Perbandingan volume paru dan compliance paru bergantung pada daya

elastis paru. Daya elastis ini dapat dibagi menjadi dua bagian:

1. daya elastis jaringan paru itu sendiri dan

2. daya elastis yang disebabkan oleh tegangan permukaan cairan yang

membatasi dinding bagian dalam alveoli dan ruang udara paru lainnya.

Kerja complaince paru dapat dinilai dengan mengalikan volume pengembangan paru

(∆V) dengan tekanan rata-rata yang dibutuhkan untuk menimbulkan tegangan (∆):

Kerja compliance = ∆V . ∆P

Menurut tingkat elastisitas, compliance paru terbagi dua;

 Low compliance : Edema paru, pneumonia berat, ARDS, efusi pleura,

hematopneumotoraks, abdominal pressure >>:untuk memasukkan volume yang

diinginkan dibutuhkan pressure yg lebih besar.

16
 High compliance : Muscle relaxant, COPD, open chestdengan tekanan yg kecil dapat

tidal volume yg masuk besar.

C.5. Surfaktan, Tegangan Permukaan, dan Pengempisan Paru.

Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan, yang berarti bahwa ketika cairan

bahan ini meliputi seluruh permukaan cairan, maka surfaktan akan sangat menurunkan

tegangan permukaan. Surfaktan disekresikan oleh sel-sel epitel khusus, dan kira-kira

merupakan 10 persen dari seluruh daerah permukaan alveoli. Sel-sel ini berbentuk

granular, mengandung inti lipid, disebut “sel epitel alveolus tipe II”.

Peran surfaktan diperlukan untuk melawan ketidakstabilan alveoli melalui dua

cara. Pertama, surfaktan menurunkan jumlah total tegangan dan hal ini memungkingkan

fenomena salin ketergantungan dan jaringan fibrosa untuk mengatasi efek tegangan

permukaan. Kedua, ketika ukuran alveolus menjadi lebih kecil, maka molekul surfaktan

pada permukaan alveolus menjadi terperas bersama-sama, sehingga konsentrasinya

meningkat dan tegangan permukaan menurun.

D. VOLUME DAN KAPASITAS PARU

Volume dan kapasitas paru dapat dinilai dengan menggunakan spirometri. Bentuk

spirometri dasar yang khas terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di atas bak air, dan

drum tersebut diimbangi suatu beban. Dalam drum terdapat gas untuk bernafas, biasanya

udara atau oksigen; dan sebuah pipa menghubungkan mulut dengan ruang gas. Apabila

seseorang bernafas dari dan ke dalam ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi

perekam yang sesuai di atas gulungan yang berputusan.

D.1. Volume paru

Volume paru dibagi dalam empat bagianyang memiliki arti yang berbeda-beda :

17
1. Volume alun nafas (tidal, Vt) adalah volume udara yang

diinspirasi atau ekspirasi setiap kali bernafas norma; besarnya kira-kira 500

mililiter pada rata-rata orang dewasa.

2. Volume cadangan inspirasi (IRV) adalah volume ekstra yang

dapat diinspirasi setelah dan di atas volume alun nafas normal; biasanya mencapai

3000 mililiter.

3. Volume cadangan ekspirasi (ERV) adalah jumlah udara ekstra

yang dapat pada ekspirasi ekspirasi kuat pada akhir ekpirasi alun nafas normal;

jumlah normalnya adalah sekitar 1100 mililiter.

4. Volume residu (RV) adalah volume udara yang masih tetap

berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini besarnya kira-kira

1200 mililiter.

D.2. Kapasitas Paru

Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru, kadang-kadang perlu

menyatukan dua atau lebih volume di atas. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru,

yang diuraikan sebagi berikut :

1. Kapasitas inspirasi (IC) sama dengan volume tidal ditambah

volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mililiter) yang

dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan

pengembangan paru sampai jumlah maksimum

IC = Vt + IRV

18
2. Kapasitas residu fungsional (FRC) sama dengan volume

cadangan ekspirasi ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa

dalam paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 mililiter)

FRC = ERV +RV

3. Kapasitas vital (VC) sama dengan volume cadangan inspirasi

ditambah volume alun nafas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adlah jumlah

udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih

dahulu mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-

banyaknya (kira-kira 4600 mililiter)

VC = IRV + Vt + ERV

4. Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimal dimana

paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800

mililiter); jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah residu).

TLC = VC + RV

Volume pernafasan satu menit adalah jumlah total udara baru yang masuk ke

dalam saluran nafas tiap menit, dan ini sesuai dengann volume tidal dikalikan dengan

frekuensi nafas.

Volume pernafasan = Volume tidal x laju pernafasan

Volume tidal normal kira-kira 500 mililiter, dan frekuensi pernafasan normal kira-

kira 12 kali permenit. Oleh karena itu, volume pernafasan semenit rata-rata 6 liter/menit.

Seseorang dapat hidup untuk watu yang pendek dengan volume pernafasan 1.5 liter/menit

dan dengan frekuensi pernafasan dua sampai empat kali per menit.

19
E. VENTILASI ALVEOLUS

Hal paling penting dari sistem ventilasiparu adalah terus menerus memperbarui

udara dalam area pertukaran gas paru, di mana udara dan darah paru berdekatan. Yang

termasuk area-area ini adalah alveoli, kantong alveolus, duktus alveolaris, bronkiolus

respiratorius. Kecepatan udara baru yang masuk pada area ini disebut ventilasi alveolus.

Selama pernafasan normal dan tenang, volume tidal hanya cukup untuk mengisi

saluran nafas bagian bawah sampai bronkiolus terminalis, dengan hanya sebagian kecil

udara inspirasi yang masuk ke dalam alveoli. Oleh karena itu, udara baru ini bergerak

dari bronkiolus terminalis ke dalam alveoli melalui jarak yang pendek ini dengan cara

difusi. Difusi disebabkan oleh gerakan kinetis molekul-molekul, tiap molekul gas

bergerak dengan kecepatan tinggi di antara molekul lainnya. Kecepatan gerak molekul

dalam udara pernafasan demikian besar melalui jarak yang begitu pendek yaitu dari

bronkiolus terminalis ke alveoli di mana gas bergerak hanya dalam waktu sepersekian

detik.

Ruang Rugi (Dead Space)

Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada daerah

pertukaran gas, tetapi tetap berada dalam saluran nafas di mana pada tempat ini tidak

terjadi pertukaran gas. Udara ini disebut “udara ruang rugi” sebab tidak berguna untuk

proses pertukaran gas; saluran nafas dimana tidak terjadi pertukaran gas disebut ruang

rugi. Terdiri dari:

1. Ruang rugi anatomi jalan nafas dari hidung sampai bronkhiol terminalis.

2. Ruang rugi faal (functional dead space) terdiri dari:

a. Ruang rugi anatomi

20
b. Alveoli tanpa kapiler

c. Alveoli dengan kapiler tertutup

d. Alveoli dengan kapiler yang alirannya kurang.

F. PERNAPASAN JARINGAN ATAU PERNAPASAN INTERNA

Darah yang telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin)

mengitari seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel

jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung

dan darah menerima sebagai gantinya hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida.

Perubahan- perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang

disebabkan pernapasan eksterna dan pernapasan interna atau penapasan jaringan.

Udara (atmosfer) yang dihirup :

 Nitrogen : 79 %

 Oksigen : 20 %

 Karbondioksida : 0-0,4 %

Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer.

Udara yang dihembuskan

 Nitrogen : 79 %

 Oksigen : 16 %

 Karbon dioksida : 4-0,4

Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama

dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara yang dikeluarkan).

Daya Muat Udara oleh Paru-paru

21
Besarnya daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai 5.000 ml atau 4,5

sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya atau 500 ml

adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang dihirup masuk dan dihembuskan ke luar

pada pernapasan biasa dengan tenang.

Volume tidal adalah volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-

paru pada penarikan napas dan pengeluaran napas paling kuat, disebut kapasitas vital

paru-paru. Pengukuran dengan menggunakan spirometer. Pada laki-laki, normal 4-5 liter

dan pada seorang perempuan 3-4 liter. Kapasitas akan berkurang pada penyakit paru-

paru, pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan pada kelemahan

otot pernapasan.

G. KECEPATAN DAN PENGENDALIAN PERNAPASAN

Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama; (a)

kimiawi, dan (b) pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat

pernapasan yang terletak di dalam medula oblongata. Jika terjadi perangsangan akan

mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan - yaitu otot

diafragma dan otot interkostalis.

Pengendalian oleh saraf

Pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula oblongata yang

mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radix saraf servikalis

impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus: dan di bagian yang lebih rendah

pada sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah torax melalui saraf interkostalis

untuk merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot

diafragma dan interkostal yang kecepatan kira-kira lima belas kali setiap menit. Impuls

22
aferen yang dirangsang oleh pemekaran gelembung udara, diantarkan oleh saraf vagus

ke pusat pernapasan di dalam medula.

Pengendalian secara kimiawi

Faktor kimiawi ini ialah faktor utama dalam pengendalian dan pengaturan

frekuensi, kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Pusat pernapasan di dalam

sumsum sangat peka pada reaksi : kadar alkali darah harus dipertahankan.

Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme, dan bahan kimia yang asam ini

merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas otot

pernapasan.

23
Kedua pengendalian melalui saraf dan secara kimiawi adalah penting. Tanpa

salah satunya orang tak dapat terus bernafas. Pada paralisa otot pernapasan (interkostal,

dan diafragma), digunakan ventilasi paru-paru atau suatu alat pernapasan buatan lainnya

untuk membantu pernapasan, sebab dada harus bergerak agar udara dapat terjadi proses

pernafasan.

Faktor tertentu lain yang menyebabkan penambahan kecepatan dan dalamnya

pernapasan. Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk

memberi energi yang diperlukan untuk pekerjaan, akan menimbulkan kenaikan pada

jumlah karbon dioksida di dalam darah dan akibatnya pembesaran ventilasi paru-paru.

Emosi, rasa takut dan sakit misalnya, menyebabkan impuls yang merangsang

pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara secara kuat. Hal yang kita ketahui

semua.

Impuls aferen dari kulit menghasilkan efek serupa- bila badan dicelup dalam air

dingin atau menerima guyuran air dingin, maka penarikan napas kuat menyusul.

Pengendalian secara sadar atas gerakan pernapasan mungkin, tetapi tidak dapat

dijalankan lama. Oleh sebab gerakannya adalah otomatik. Suatu usaha untuk menahan

napas untuk waktu lama akan gagal karena pertambahan karbondioksida yang melebihi

normal di dalam darah akan menimbulkan rasa tak enak.

Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. Kalau bernapas

secara normal maka ekspirasi akan menyusul inspirasi, dan kemudian ada istirahat

sebentar. Inspirasi-ekspirasi-istirahat. Pada bayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik

dan urutannya menjadi : innspirasi-istirahat-ekspirasi. Hal ini disebut pernapasan terbalik.

Kecepatan normal setiap menit :

24
 Bayi baru lahir 30-40

 Dua belas bulan 30

 Dari dua sampai lima tahun 24

 Orang dewasa 10-20

BAB III

FISIOLOGI PARU DAN KAITANNYA

TERHADAP ANAESTHESIA

Respirasi adalah Pertukaran gas antara udara inspirasi dan darah (pengambilan

oksigen dan pengeluaran karbon dioksida).

Fisiologi paru sangat penting dalam praktik anesthesia karena:

1. Zat anestetik yang paling sering digunakan yaitu agen inhalasi bergantung

pada paru untuk uptake dan eliminasinya.

2. Efek samping terpenting zat anestetik baik inhalasi dan intravena

berhubungan dengan system respirasi.

3. Paralisis otot, posisi saat pembedahan, dan teknik operasi menggunakan

ventilasi satu paru dan cardiopulmonary bypass secara nyata mengubah

fisiologi paru.

Jenis respirasi :

25
1. Metabolisme aerob → 38 ATP

2. Metabolisme anaerob → 2 ATP

Pertukaran gas secara periodik dalam alveolus, meresaturasi darah dan

mengeliminasi CO2. Pertukaran ini terjadi akibat adanya perbedaan tekanan kecil dalam

saluran napas. Saat ventilasi spontan, tekanan ini berubah sesuai dengan tekanan

intratorakal. Dalam keadaan ventilasi mekanik tekanan ini diproduksi oleh tekanan positif

intermiten di saluran napas atas.

Pergerakan paru bersifat pasif dan tergantung pada impedensi system respirasi,

yang dapat dibagi menjadi resistensi elastik jaringan dan antarmuka gas-cair, dan

hambatan nonelastik terhadap lairan gas. Hal yang pertama menguasai volume paru dan

tekanan dalam kondisi stati (no gas flow). Yang kedua berhubungan dengan hambatan

friksional aliran udara dan deformasi jaringan. Usaha yang diperlukan untuk melampaui

resisrensi elastik disimpasn sebagai energi potensial, tetapi usaha yang dibutuhkan untuk

melampaui hambatan nonelastik hilang sebagai panas.

Efek Anestesi Inhalasi pada Respirasi:


 Menurunkan FRC 15 – 20 %.

 Menurunkan compliance dinding dada dan paru-paru.

 Meningkatkan work of breathing.

 Meningkatkan dead space.

 Meningkatkan intra pulmonary shunting

 Menyebabkan hypoventilasi.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur C. dan John E. Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi

9. Jakarta:EGC

2. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MM. Breathing Systems. Clinical

Anesthesiology 4th ed. Philadelpia : Lippincott William & Wilkins 2006.

27

Anda mungkin juga menyukai