Anda di halaman 1dari 3

MARAH SETENGAH HATI

Oleh Indra Lesmana R. / XI IPA 2


ADEGAN 1
Pemeran :
1. Tredy
2. Laluos
3. Louly
4. Pak Dhuleos

Pagi itu sungguh putih, cahaya tak berani menerobos masuk di kedinginan pagi penuh kabut.
Semua kaca dalam ruangan tertutupi embun, seperti menutupi rahasia di baliknya.

Pukul 05:45
Tredy duduk di sofa dasti dengan kepala menyandar menyamping pada kaca jendela. Tangan
kirinya iseng menyentuh kaca itu dan menorehkan garis tanpa arti sampai terbentuk lubang
yang tembus pada keadaan luar. Tredy melamun sejenak. Ekor matanya menatap lubang
seolah-olah mencari sesuatu di luar sana.

Laluos : (Menepuk bahu kiri Tredy) “Pagi kak Tredy....!!” (Ceria).

Tredy diam. Ia hanya melihat adiknya, Laluos sambil menebar senyum marahnya. Lalu
kembali ke posisinya semula.

Laluos : “Hmmmmm... Marah... Lalu berangkat duluan ya kak! Daaahhhh...”


(Menggoyangkan kedua tangannya tepat di depan wajah Tredy).

Tiba-tiba Louly datang dengan wajah jahilnya.


Louly : “Heyyyyy...” (Mencolek dagu Tredy).
Tredy : “Ini lagi, satu lagi. Pagi-pagi sudah membuat marah orang saja kerjaannya.”
Louly : “Loh kok marah Dy?”
Tredy : “Iya... ” (Datar)
Louly : “Kamu kenapa Dy? Tidak biasanya kamu seperti ini ? Biasanya kamu pagi-pagi
sudah membuat semua orang di rumah tertawa.”
Tredy : “Marah sih tidak, hanya kaget saja.”
Louly : “Kamu sakit Dy? Sepertinya pagi ini kamu lesu sekali.”
Tredy : “Iya nih, sakit di bagian dada dan bagian punggung.”
Louly : “Kapan mau check up ke dokter lagi?” (Duduk di samping kiri Tredy sambil
membuka kotak sabun mandi).
Tredy : “Hari ini. Kakak mau tidak menemani Tredy nanti?”

Louly : (Mengalungkan handuk di lehernya). “Bisa saja sih, siang mungkin bisa. Jam 10.00
ya! Kita naik kereta saja perginya.” (Menempelkan tangan kananya ke tangan kiri
Tredy. Kemudian pergi meninggalkan Tredy).

Tredy : “Ok. Jam 10 ya. Awas kalau lupa!”

Pak Dhuleos masuk ke dalam ruangan yang sama sambil membawa makanan ringan.
Tredy : “Itu apa,Yah?”
Pak Duleos : “Ini, goreng ubi sama goreng singkong.”
Tredy : “Yah, nanti siang ada acara kemana?”
Pak Dhuleos : “Ayah nanti mau pergi ke kolam. Dy, kamu hari ini tidak masuk sekolah?”
Tredy : “Libur. Soalnya ada UN.”
Pak Dhuleos : “Oh, ya sudah. Ayah memperbaiki saluran air dulu di belakang. Makan itu,
singkong sama ubinya. Kamu biasanya suka lupa makan terus.”

Pukul 09.45

Tredy duduk di sofa sambil menonton TV. Kakaknya, Louly terlihat asyik dengan kegiatan di
dalam kamarnya, bersolek.
Ssssttttt,, sstttt,, ssttt... (suara semprotan parfum dari dalam kamar).
Tredy : “Hemmm.. Baunya semerbak sekali.” (Mata Tredy melihat ke daun pintu kamar
Louly yang terbuka). “Kak, 15 menit lagi nih, jangan lupa!”
Louly : “Memangnya jam berapa sekarang?”
Tredy : “Jam sembilan lewat empat puluh tujuh menit, merangkak menuju detik ke lima
belas.”
Louly : “Haaa???” (Kaget). “Sungguh?”
Tredy : “Kenapa memang?”
Louly : “Pergi naik kereta jam 11 saja sepertinya, Dy?”
Tredy : “Haaa??? Kalo jam 11 Tredy tidak yakin rumah sakitnya masih buka kak.”
Louly : “Bagaimana ya, Dy? Tadi Ibu SMS, bahwa kakak harus pergi ke Bank untuk
menukarkan Giro. Bagaimana?”
Tredy : “Aghhh.... Kakak tadi sudah janji jam 10. Kalau pergi naik kereta jam 11
sampainya pasti siang. Bagaimana jika keretanya datang tidak tepat jadwal? Dan
di tambah waktu untuk memarkir lokomotifnya. Satu lagi, waktu untuk kita
berjalan dari stasiun menuju rumah sakit?”
Louly : “Jadi, bagaimana? Lagi pula dirumah sekarang pasti kosong. Ayah baru saja pergi
ke kolam. Nanti Ayah pasti marah. Pintu ruangan tempat barang-barang belum di
perbaiki Ayahkan?”
(Keadaan berubah menjadi hening).
Tredy : “Masalahnya, kalau tidak sekarang kapan lagi? Lagipula Tredy tidak mau kalau
harus meninggalkan rumah ini dalam keadaan kosong. Tapi kalau tidak
sekarang, kapan lagi? Tredy juga tidak mau pergi check up di waktu sekolah.
Karena itu akan mengganggu. Tertinggal satu pelajaran saja, menurut Tredy
rasanya seperti terseret-seret.”
Louly : “Jadi, bagaimana?” (Keluar dari kamar sambil menyisir rambut).
Tredy : “Ya, sudahlah. Mungkin lain kali saja.”
Louly : “Maaf ya, Dy.”
Tredy : “Ya, tidak apa-apa kak. Tapi lain kali jangan mengulangi hal itu lagi!”
Louly : “Ok... deeehhh adikku..” (Mengusap kepala Tredy sambil tersenyum).
Tredy : (Tredy membalas senyuman kakaknya).

Anda mungkin juga menyukai