Anda di halaman 1dari 8

Tema : EVOLUSI DAN DEFORESTASI

Judul :

Kelompok 9 : Rendiko... i 1404100600...

Aulia... 14004100700...

Tammy M. 1400410083

Hanna M. Hendriks 1400410080090

Latarbelakang

Deforestasi adalah penghapusan hutan dan hutan wilayah pada skala besar dan

muncul sebagai masalah besar karena kerugian skala besar terlihat terutama di

daerah tropis daerah yang dapat menghilangkan habitat utama yang

mendukung spesies sangat khusus dan sensitif, dan Hutan menghilangkan

kemampuan untuk bertindak sebagai air alami dan filter udara dan dengan

hilangnya habitat datang hilangnya spesies yang sangat khusus, menghilangkan

lanjutan

spesiasi, dan sering menyebabkan kepunahan luas.

Deforestasi menyebabkan masalah pada kedua skala evolusi, sosial, dan

ekologis.

deforestasi masih bermasalah di negara berkembang. Daerah tropis merupakan

resiko tertinggi. Negara maju. Pengaruh deforestasi ialah termasuk dalam hilang

Hutan Tropis Tanah lapisan atas perlahan terakumulasi Erosi Tanah tidak dapat

digunakan Bencana Banjir


Kasus yg akan di bahas

Evolusi deforestasi

Model kasus dihasilkan dari analisis pola evolusi deforestasi di Agraria Proyek

Permukiman disebut Vale do Anari di Rondônia. Penyelesaian didirikan oleh

INCRA (Kolonisasi dan Reformasi Tanah Nasional Institute), terletak Vale do

kotamadya Anari, di negara Rondônia. Proyek pemukiman didirikan pada tahun

1982, dengan ukuran banyak sekitar 50 ha. Proses utama yang ditangkap

dengan pertambangan gambar adalah konsentrasi banyak tanah. Proses ini

dapat digambarkan sebagai akuisisi berturut-turut kavling tanah di permukiman

pedesaan hanyut oleh pemerintah, sehingga peternakan menengah dan besar.

Penebangan hutan semakin bertambah persentasinya ini dikarenakan

pemancaran emisi co2 dari manusia dan ancaman terhadap perubahan pola

curah hujan.

Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan akibat dari suatu

sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam,

khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk

kepentingan politik dan keuntungan pribadi. Pertumbuhan industry pengolahan


kayu dan perkebunan di Indonesia terbukti sangat menguntungkan selama

bertahuntahun, dan keuntungannya digunakan oleh rejim Soeharto sebagai alat

untuk memberikan penghargaan dan mengontrol teman-teman, keluarga dan

mitra potensialnya. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, negara ini secara

dramatis meningkatkan produksi hasil hutan dan hasil perkebunan yang ditanam

di lahan yang sebelumnya berupa hutan. Dewasa ini Indonesia adalah produsen

utama kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, pulp dan kertas, disamping

beberapa hasil perkebunan, misalnya kelapa sawit, karet dan coklat.

Pertumbuhan ekonomi ini dicapai tanpa memperhatikan pengelolaan hutan

secara berkelanjutan atau hak-hak penduduk lokal.

Ini merupakan salah satu gambar tentang keadaan hutan di Indonesia

Pembahasan

Deforestasi di Indonesia berlangsung cukup panjang. Semasa penjajahan

Belanda dan Inggris, penebangan hutan (deforestasi) terjadi atas kebijakan

perdagangan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yang mengijinkan

penebangan hutan untuk kebutuhan konstruksi dan pembuatan kapal. Kegiatan


ini didukung kebijakan ijin pembukaan lahan untuk kepentingan pertanian agar

beroleh pendapatan dari pajak bumi melalui system tanam paksa

(cultuurstelsel). Sistem ini memaksa perubahan fungsi hutan menjadi kebun

tebu, kopi, nila dan karet. (Disarikan dari tulisan Peneliti Center for International

Forestry Research (CIFOR), Ani Adiwinata dan Staf Pusat Penelitian Sosial-

Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan, Balitbang Departemen Kehutanan, Lukas

Rumboko. Dalam buku ”Rehabilitasi Hutan di Indonesia : Akan kemanakah

arahnya setelah lebih dari tiga dasawarsa, 2008)

Menurut fakta deforestasi yang dilakukan oleh Rully Syumanda

menyatakan bahwa ada tiga masalah mendasar dalam kehutanan Indonesia: 1)

tidak adanya pengakuan terhadap hak-hak masyarakat dalam pengelolaan

hutan, 2) korupsi yang merajalela, dan 3) besarnya gap antara supply dan

demand. Pada tahun 2006, kebutuhan industri terhadap kayu mencapai 96,19

juta meter kubik pertahun. Sementara kemampuan hutan alam dan HTI dalam

mensuplly kayu hanya mencapai 46,77 juta meter kubik/tahun. Lebih dari 30 juta

meter kubik kayu ditebang secara illegal di Indonesia pada tahun 2006, belum

termasuk penyelundupan kayu ke Malaysia dan Singapura yang angkanya

diperkirakan mencapai 12 juta meter kubik pertahun. Operasi illegal logging

dalam 7 tahun terakhir hanya mampu menyentuh rata-rata 8,7 persen dari total

tebangan illegal yang mencapai rata-rata 24 juta meter kubik pertahun. Angka

ini hanya didasarkan pada kayu tebangan yang berhasil diketahui. Seperti

fenomena gunung es, angka ini jauh lebih besar dari angka sebenarnya.

Ada 2 kemungkinan penyebab yang terjadi yaiutu penyebab tidak langsung dan

penyebab secara langsung: pemyebab tidak langsung ialah adanya korupsi,

Akuntabilitas legal dan politis yang sangat lemah dari para elite politik, militer

dan ekonomi, intensif dan kebijakan yang merugikan dalam penetapan harga

kayu, tidak adanya pengakuan lahan atas hutan dan sumber daya, dan
kekurangan tentang data akurat kondisi, tipe hutan dan lokasi. Sedangkan

Penyebab langsung dari Proses Degradasi Hutan dan Deforestasi di Indonesia

ialah tata guna lahan hutan dan keputusan alokasi yang tidak tepat, status resmi

yang tidak jelas, penegakan undang-undang kehutanan yang lemah dan tidak

konsisten, kapasitas pengelolaan kayu yang terlalu tinggi, konflik atas hutan dan

sumber daya, kemiskinan dan kondisi petani tanpa lahan pendesaan. Produksi

kayu yang berasal dari konsesi HPH (Hak Pengusahaan Hutan), hutan tanaman

industri dan konversi hutan secara keseluruhan menyediakan kurang dari

setengah bahan baku kayu yang diperlukan oleh industri pengolahan kayu di

Indonesia walaupun HPH pada mulanya dimaksudkan untuk mempertahankan

lahan-lahan hutan sebagai hutan produksi permanen, sistem konsesi ini

sebenarnya malah menjadi penyebab utama dari deforestasi dan degradasi

hutan.

Contoh Praktek Ilegal yang Umum Dilakukan Perusahaan Kayu


Ketika membuka suatu kawasan untuk penebangan, perusahaan sering

membangun jalan sarad di bawah standar tanpa sistem drainase (selokan,

gorong-gorong, dll.), yang mengakibatkan erosi dan tanah longsor. Jembatan-

jembatan dibangun dengan menumpuk kayu bulat, sehingga menyebabkan

saluran air hutan menjadi tersumbat. Kemudian air meresap ke sekeliling area,

membuat genangan air yang membuat akar pohon membusuk. Kegiatan

penebangan sering diserahkan kepada perusahaan lain, yang beroperasi tanpa

pengawasan. Subkontraktor cenderung untuk melakukan penebangan demi

keuntungan jangka pendek – sebanyak-banyaknya yang dapat mereka tebang

dalam waktu sesingkat-singkatnya – yang menyebabkan pohon-pohon yang

ditebang berdiameter lebih kecil dari batas penebangan (diameter 50 cm

setinggi dada); kayu-kayu tersebut dipindahkan dari sungai dan tepian sungai

kecil, atau dijatuhkan melalui lereng yang curam. Pepohonan yang dilindungi

mungkin ikut tertebang tanpa pandang bulu.

Penebangan sering dilakukan di luar blok-blok penebangan yang ditentukan

(yang ditetapkan secara khusus setiap tahun dalam suatu Rencana Karya

Tahunan) dan bahkan di luar batas HPH. Potongan kayu sering tidak

dikumpulkan atau disimpan di tempat-tempat yang ditentukan. Pada beberapa

HPH, tidak sulit menemukan banyak tempat yang pernah menjadi tempat

penyimpanan kayu "tidak resmi" dimana hutan telah ditebangi dan lahan ini

mengalami degradasi sampai pada titik dimana tumbuhan yang dapat tumbuh

kembali hanyalah semak. Para pemegang HPH diminta untuk menanami kembali

lahan dua tahun setelah mereka membalak suatu kawasan, tetapi beberapa

diantaranya diamati hanya menanami suatu kawasan sempit dimana pejabat

kehutanan kemungkinan besar akan melakukan kunjungan. Tempat pembenihan

mungkin dibuat, tetapi karena sulitnya memproduksi benih dari tumbuhan


Dipterocarpaceae, pohon muda sering tidak dapat bertahan hidup. (Sumber:

Laporan dari lapangan oleh para aktivis lingkungan).

Kesimpulan

Daftar pustaka

Anonym.2008.Deforestasi dan Degradasi Hutan. Diakses pada tanggal 25 Mei

2011.

Anonym.2009.Deforestation. diakses pada tanggal 25 mei

2011.http:/Wikipedia.com/deforestation_journal.

Chris Maser and James R. Sedell.1994.From The Forest To The Sea.St. Lucie

Press.

Cristina Coc and Amanda Navickis Francois.Deforestation & loss of

Biodiversity.diakses pada tanggal 25 mei 2011.

http:/Wikipedia.com/journal.

Rully Syumanda.2009.Fakta Deforestasi.diakses pada tanggal 25 mei 2011 by

http:/Wikipedia.com/deforestasi.

Anonym.2008.http://www.nationalgeographic.com/eye/deforestation/deforestatio

n.html. diakses pada tanggal 26 mei 2011.


Joice Seleme Mota, Gilberto Câmara, Leila M.G. Fonseca,Maria Isabel Sobral

Escada, Olga Oliveira Bittencourt.Applying Case-Based Reasoning In The

Evolution Of Deforestation Patterns In The Brazilian Amazonia

Anda mungkin juga menyukai