Anda di halaman 1dari 8

PENELITIAN LUAS LAHAN OPTIMAL TANAMAN JARAK UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN BAHAN BAKAR ALTERNATIF BBM DALAM SKALA

RUMAH TANGGA Tim Peneliti Balitbang Prov. Jateng Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang Telp. 0243540025 RINGKASAN Pendahuluan Kelangkaan minyak tanah sering terjadi beberapa tahun terakhir ini, di satu sisi ketergantungan masyarakat pedesaan terhadap minyak tanah sangat tinggi. Jawa Tengah memiliki potensi untuk pengembangan jarak pagar sebagai sumber energi alternatif. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis luas lahan dan jumlah tanaman optimal budidaya jarak pagar sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah dalam skala rumah tangga dan usahatani jarak pagar yang efisien dan efektif. Penelitian dilaksanakan selama 10 bulan dimulai Pebruari 2007 di Kabupaten Cilacap, Tegal, Batang, Kudus, Grobogan, Blora dan Kabupaten Semarang. Pemilihan lokasi menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel per kabupaten 35 orang dengan teknik random probability sampling. Analisis dilakukan secara deskriptif. Data yang diperlukan untuk mengetahui luasan lahan optimal : Jumlah tanaman; Produksi biji; Rendemen; Kebutuhan minyak tanah per KK/th; Jumlah tanaman yang diperlukan dihitung menggunakan asumsi : Konversi minyak tanah ke minyak jarak kasar = 80 %; Rendemen minyak= 20%; Produksi optimal= 2 kg/phn/th; Jarak tanam monokultur 2X2 m dan Jarak tanam pagar/memanjang 1 m. Untuk menilai efisiensi usahatani digunakan teknik skoring, efektifitas usahatani didekati dengan analisis finansial menggunakan B/C rasio, NPV dan IRR.

Hasil dan Pembahasan KABUPATEN GROBOGAN Kabupaten Grobogan terpilih sebagai lokasi pencanangan pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) pada tanggal 21 Februari 2007. Pencanangan DME dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertempat di Desa Tanjung Harjo, Kecamatan Ngaringan. Desa Mandiri energi merupakan program yang diharapkan dapat mengurangi/melepaskan ketergantungan masyarakat desa terhadap minyak tanah, program ini juga bertujuan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan sekaligus menunjang program reboisasi. Rencana pengembangan jarak pagar di Kabupaten Grobogan tahun 2007 akan dikembangkan di lahan-lahan kritis di 19 Kecamatan yang dibina oleh PT RNI dan PT GMI. Realisasi pengembangan jarak pagar di Kabupaten Grobogan pada tahun 2007 seluas 1.143,69 Ha kebun jarak pagar yang tersebar di berbagai desa di bawah binaan dan koordinasi lima instansi. Dari hasil penelitian jumlah tegakan optimal pertanaman jarak untuk kebutuhan rumah tangga tani di Kabupaten Grobogan menunjukkan bahwa rerata kebutuhan/konsumsi minyak tanah di wilayah ini sebesar 285,48 l/KK/th, jika dikonversi dengan beberapa minyak jarak yang dibutuhkan akan setara dengan 228,38 l/KK/th. Jumlah biji jarak yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minyak jarak adalah 1.141,92 kg yang dapat dihasilkan dari 571 pohon dengan asumsi produksi optimal 2 kg/phn/thn. Luasan optimal apabila tanaman jarak dibudidayakan secara monokultur akan diperoleh jumlah lahan yang dibutuhkan adalah seluas 2.283,84 m atau kalau penanaman sebagai pagar tanaman akan dibutuhkan panjang pagar 569,96 m. Namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi baru mencapai 60,35% dari persyaratan normal sehingga masih dibutuhkan penerapan teknologi yang sesuai terutama dalam budidaya tanaman untuk itu masih diperlukan koordinasi berbagai pihak agar

produktivitas tanaman lebih optimal mengingat jarak memang tidak direkomendasikan untuk ditanam secara monokultur karena secara ekonomis belum bisa diandalkan dan pertanaman secara monokultur akan lebih besar resikonya terkena serangan hama dan penyakit. Rerata kepemilikan pohon jarak di Kabupaten Grobogan 1.002 pohon/KK, berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi maka kemampuan produksi biji jarak saat ini mencapai 1.150 kg/KK/th dari jumlah tersebut mampu menghasilkan minyak jarak kasar sebesar 230,2/KK/th. Apabila hasil tersebut digunakan sebagai substitusi minyak tanah maka akan diperoleh penghematan sebesar 100,2 % atau sebesar Rp. 856.611,- /KK/th. Nilai ini juga dapat disamakan dengan pendapatan rumah tangga tani dari penghematan penggunaan minyak tanah. KABUPATEN KUDUS Potensi pengembangan jarak pagar di Kabupaten Kudus adalah di Kecamatan Jekulo dengan luas lahan 250 Ha terutama di lahan-lahan tidur, lahan kritis, lahan bantaran sungai dll. Pada tahun 2006 telah dilakukan realisasi penanaman seluas 20,7 Ha dengan dana yang berasal dari APBD Kabupaten. Untuk tahun 2007 rencananya akan dilakukan penanaman seluas 15 Ha secara swadaya dari masyarakat, tahun 2008 akan ditambah 45 Ha dan tahun 2009 dan rencananya akan ditambah 75 Ha lagi dengan dana APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Menurut hasil survey jumlah tegakan optimal pertanaman jarak untuk kebutuhan rumah tangga tani di Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa rerata konsumsi minyak tanah di wilayah ini sebesar 286/KK/th, jika dikonversi dengan berapa minyak jarak yang dibutuhkan akan setara dengan 228,80 l/KK/th. Jumlah biji jarak yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minyak jarak adalah 1.144 kg yang dapat dihasilkan dari 572 pohon.

Luasan optimal apabila tanaman jarak dibudidayakan secara monokultur akan diperoleh jumlah lahan yang dibutuhkan adalah seluar 2.288 m atau kalau penanaman sebagai pagar tanaman akan dibutuhkan panjang pagar 571 m. Namun demikian kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi baru mencapai 61% dari persyaratan normal sehingga masih dibutuhkan penerapan teknologi yang sesuai terutama dalam budidaya tanaman untuk itu masih diperlukan koordinasi berbagai pihak agar produktivitas tanaman lebih optimal mengingat jarak memang tidak direkomendasikan untuk mengkonversi lahan tanaman pokok yang menjadi sumber penghasilan utama masyarkat tetapi lebih diarahkan pada lahan-lahan yang terlantar sehingga lebih produktif. Rerata kepemilikan pohon jarak di Kabupaten Kudus masih rendah 75 pohon/KK, berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi, kemampuan produksi biji jarak saat ini mencapai 99,59 kg/KK/th. Dari jumlah tersebut mampu menghasilkan minyak jarak kasar sebesar 19,91 lt/KK/th. Apabila hasil tersebut digunakan sebagai subsitusi minyak tanah maka akan diperoleh penghematan sebesar 8,7 % atau sebesar Rp. 74.646,lt/KK/th. Nilai ini juga dapat disamakan dengan pendapatan rumah tangga tani dari penghematan penggunaan minyak tanah. KABUPATEN BLORA Pengembangan jarak di Kabupaten Blora, merupakan salah satu wilayah yang cocok untuk pengembangan tanaman jarak pagar tersebut, mengingat separuh luas wilayahnya (49,51%) merupakan kawasan hutan. Sehingga desa-desa yang berada di sekitar hutan tersebut mempunyai lahan yang cukup untuk penanaman jarak pagar, terutama di pekarangan (16.791,86 Ha) dan tegalan (26.278,28 Ha). Usaha ini juga didukung oleh semangat dan kesiapan masyarakat setempat untuk menanam jarak pagar guna mendukung dan mensukseskan program Desa Mandiri Energi tersebut.

Hasil analisis jumlah optimal petanaman jarak di Kabupaten Blora dapat diketahui bahwa rerata konsumsi minyak tanah adalah sebesar 152,36 lt/KK/th hal ini menunjukkan bahwa penggunaan minyak tanah untuk kebutuhan memasak para responden tidak semuanya menggunakan minyak tanah tetapi responden juga menggunakan kayu bakar, secara teoritis volume tersebut setara dengan minyak jarak kasar sebesar 121,89 lt/KK/th. Untuk memperoleh minyak jarak sejumlah tersebut dibutuhkan biji jarak sebesar 609,44 kg/KK/th. Yang dapat dihasilkan dari 305 pohon yang tumbuh dan berproduksi normal. Luasan pertanaman apabila ditanam secara monokultur 1.220 m atau kalau ditanam mengikuti pagar maka dibutuhkan panjang pagar 305 m. Namun demikian realita di lapangan menunjukkan bahwa kondisinya baru mencapai 53% dari prasyarat normal sehingga untuk mencapai hasil normal masih diperlukan upaya-upaya tertentu terutama dalam hal penerapan teknologi budidaya yang benar. Rerata kepemilikan pohon jarak di Kabupten Blora saat ini 656 pohon/KK, berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi maka kemampuan produksi biji jarak saat ini mencapai 625,82 kg/KK/th sehingga mampu menghasilkan minyak jarak kasar sebesar 125,16 lt/KK/th. Apabila hasil tersebut digunakan sebagai subsitusi minyak tanah maka akan diperoleh penghematan sebesar 102,69 % atau sebesar Rp. 469.375/KK/th. Nilai ini juga dapat disamakan dengan pendapatan rumah tangga tani dari penghematan penggunaan minyak tanah. KABUPATEN BATANG Pengembangan Jarak di Kabupaten Batang belum ada program yang secara khusus ditujukan untuk pengembangan jarak pagar. Tanaman ini umumnya tumbuh sebagai pagar batas pemilik lahan, pinggiran jalan atau peneduh di lahan perkebunan. Jarak pagar yang rencananya diarahkan sebagai substitusi konsumsi BBM belum dapat dilaksanakan, dengan pertimbangan margin usaha yang dirasakan masih sangat mahal.

analisis jumlah optimal penanaman jarak pagar diperoleh potensi pendapatan Rp. 3.168.565/ Ha/Th. Menurut perhitungan finansial perusahaan, usaha jarak saat ini masih rugi karena biaya untuk memproduksi biji jarak adalah sekitar Rp. 3200/kg KABUPATEN TEGAL Di kabupaten Tegal terdapat program yang secara khusus ditujukan untuk pengembangan jarak pagar yang dimulai tahun 2006, dan saat ini telah mendapat bantuan bibit dan mesin pengolah dari pemerintah pusat. Selama ini jarak pagar digunakan masyarakat sebagai pagar batas milik antar petak lahan. Dukungan lingkungan sumberdaya lahan untuk tanaman jarak pagar kurang mendukung karena beberapa faktor, diantaranya drainase tidak cukup baik, tekstur tanahnya didominasi tektur yang berat/ liat, struktur tanahnya menggumpal sehingga membuat akar tanaman sulit berkembang. KABUPATEN CILACAP Kabupaten cilacap memiliki lahan sawah seluas 2.000 Ha. Pada tahun 2006 terdapat 268 Ha lahan yang sudah ditanami jarak yang dilakukan secara swadaya maupun dengan dana APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten. Analisis jumlah tegakan optimal pertanaman jarak untuk kebutuhan rumah tangga tani di Kabupaten Cilacap menurut hasil survey nampak bahwa rerata kebutuhan/konsumsi minyak tanah sebesar 2181,40 lt/KK/th. Rerata kepemilikan pohon jarak di Kabupaten Cilacap sebanyak 1.184 pohon/KK, berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi maka kemampuan produksi biji jarak saat ini mencapai 806,19 kg/KK/th, sehingga mampu menghasilkan minyak jarak kasar sebesar 161,24 lt/KK/th, apabila hasil tersebut digunakan sebagai subsitusi minyak tanah akan diperoleh penghematan sebesar 92,28% atau sebesar Rp. 604.619,- /KK/th. Nilai ini juga dapat

disamakan dengan pendapatan rumah tangga tani dari penghematan penggunaan minyak tanah. KABUPATEN SEMARANG Potensi pengembangan jarak pagar terdapat di 17 Kecamatan dengan luasan 1.593,5 Ha yang terdiri dari potensi pengembangan dilahan petani seluas 1.157,5 Ha dan potensi dari lahan kehutanan/perkebunan 440 Ha. Dimana pola tanam yang akan dikembangkan berupa tumpangsari. Berdasarkan hasil survey diperoleh rerata konsumsi minyak tanah sebanyak 153,40 lt/KK/th. Volume tersebut setara dengan konversi minyak jarak kasar 122,72 lt/KK/th yang berasal dari 613,60 biji jarak kering hasil dari pertanaman jarak berproduksi normal 307 batang. Apabila diusahakan secara monokultur tanpa naungan secara teoritis memerlukan lahan terbuka seluas 1.227 m atau ditanam untuk pagar panjang yang diperlukan adalah 307 m. Realita saat ini jumlah kepemilikan rerata hanya 98 pohon/KK sehingga berdasarkan tingkat dukungan faktor penentu produksi baru dapat menghasilkan sekitar 100 kg/KK/th sehingga bila dibuat minyak akan menghasilkan sekitar 20 lt/KK/th. Berdasarkan perhitungan diatas maka apabila hasil tersebut digunakan untuk subtitusi minyak tanah maka potensinya baru mencapai 16,30% atau senilai R. 75.013,-/KK/th. Efektivitas kemampuan subsitusi jarak dapat ditingkatkan di Kab. Semarang melalui peningkatan populasi tanaman/KK dengan disertai penerapan baku teknis budidaya. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Hasil penelitian diketahui bahwa konsumsi minyak tanah tiap rumah tangga di antara 143,5 - 285,5 liter/tahun atau rerata 0,6 liter/hari. Jumlah tanaman sebanyak 438 pohon. Jika ditanam dengan cara memanjang/pagar diperlukan lahan sepanjang 438 m

atau apabila ditanam secara monokultur dengan jarak tanam 2 x 2 m diperlukan lahan seluas 1752 m. Usaha tani jarak pagar di lokasi penelitian dinilai masih belum efektif ditunjukkan oleh nilai rerata faktor internal dan eksternal usaha tani jarak yang masih di bawah nilai optimal (80,00%), hal tersebut dikarenakan dukungan sumberdaya lahan, teknologi budidaya dan sumberdaya rumah tangga yang belum didayagunakan secara optimal. Dengan nilai B/C ratio < 1,NPV negatif, dan nilai IRR yang tidak dapat terukur, maka usaha tani jarak pagar di lokasi penelitian sampai dengan saat dilakukan penelitian dinyatakan belum efisien. Saran Perlunya dukungan sumberdaya lahan, teknologi budidaya dan sumberdaya rumah tangga yang dengan mendayagunakannya secara optimal

Hak Cipta 2007 Balitbang Prov. Jateng Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang 50132 Telp : (024) 3540025, Fax : (024) 3560505 Email : sekretariat@balitbangjateng.go.id

Anda mungkin juga menyukai