UVEITIS ANTERIOR
Oleh
NIM I1A006003
Pembimbing
H
LAMAN JUDUL......................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Definisi ...............................................................................................................2
B. Etiologi ...............................................................................................................2
C. Patofisiologi ........................................................................................................3
G. Komplikasi….................................................................. ...................................8
H. Penatalaksanaan .................................................................................................9
I. Prognosis ..........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid)
pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang
disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis
disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan
bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis
uveitis anterior. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik
1
BAB II
ISI
A. DEFINISI
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid)
B. ETIOLOGI
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar yang dapat
berjalan akut maupun kronis. Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan
melihat gambaran klinisnya saja. Iritis dan iridosiklitis dapat merupakan suatu
manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap
jaringan uvea anterior. Uveitis anterior dapat disebabkan oleh gangguan sistemik
di tempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul reaksi
alergi mata.5
Reiter, penyakit crohn’s, Psoriasis, herpes zoster/ herpes simpleks, sifilis, penyakit
2
C. PATOFISIOLOGI
langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya
mengikuti suatu trauma tembus okuli; walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi
sebagai reaksi terhadap zat toksik yang diproduksi mikroba yang menginfeksi
jaringan tubuh di luar mata. Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi
atau antigen dari dalam badan (antigen endogen). Dalam banyak hal antigen luar
berasal dari mikroba yang infeksius . Sehubungan dengan hal ini peradangan uvea
hipersensitivitas. 2,8
Barrrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam
humor akuos yang tampak pada slitlamp sebagai berkas sinar yang disebuit fler
Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat
permukaan endotel kornea. Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi
3
pupil disebut koeppe nodules, bila dipermukaan iris disebut busacca nodules,
yang bisa ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata depan. Pada
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan
miosis dan dengan adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi
seklusio maupun oklusio pupil, sehingga cairan di dalam kamera okuli posterior
tidak dapat mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan dalam kamera okuli
posterior lebih besar dari tekanan dalam kamera okuli anterior sehingga iris
menyebabkan tekanan bola mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel-sel
radang dapat berkumpul di sudut kamera okuli anterior sehingga terjadi penutupan
kanal schlemm sehingga terjadi glukoma sekunder. Pada fase akut terjadi
glaukoma sekunder karena gumpalan – gumpalan pada sudut bilik depan, sedang
pada fase lanjut glaukoma sekunder terjadi karena adanya seklusio pupil. Naik
turunnya bola mata disebutkan pula sebagai peran asetilkolin dan prostaglandin. 2,8
tidak dapat ditemukan organisme patogen dan karena berespon baik terhadap
4
Uveitis ini timbul terutama dibagian anterior traktus yakni iris dan korpus siliaris.
Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma
dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel mononuclear. Pada kasus berat dapat
terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion didalam kamera okuli anterior.
dapat mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih sering pada uvea
posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel raksasa yang
posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis
etiologi spesifik dapat ditegakkan secara histologik pada mata yang dikeluarkan
pada sifilis, tampilan granuloma khas pada sarcoidosis atau oftalmia simpatika
E. MANIFESTASI KLINIS
di bulbus okuli, sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit
5
demikian hebat pada uveitis anterior akut, lakrimasi yang terjadi biasanya
diagnosis uveitis tertentu. Riwayat pribadi tentang penderita, yang utama adalah
adanya hewan peliharaan seperti anjing dan kucing, serta kebiasaan memakan
daging atau sayuran yang tidak dimasak termasuk hamburger mentah. Hubungan
seks diluar nikah untuk menduga kemungkinan terinfeksi oleh STD atau AIDS.
tentang mata didapatkan apakah pernah terserang uveitis sebelumnya atau pernah
sedikit., konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea
keruh karena udem dan keratik presipitat. Keratik presipitat merupakan kumpulan
6
sel-sel yang menempel pada endotel kornea, biasanya di bagian bawah. Pada
uveitis non granulomatosa, keratik presipitat berukuran kecil dan sedang berwarna
putih. Pada uveitis granulomatosa, keratik presipitat besar-besar dan lonjong dan
dapat menyatu membentuk bangunan yang lebih besar, sehingga dapat mencapai
kekeruhan dalam humor akuos dalam COA, dapat terlihat dengan menggunakan
slitlamp atau lampu kecil dengan intensitas kuat dengan arah sinar yang kecil
flare sangat menonjol tapi reaksi sel biasanya terdiri dari sel-sel kecil dan jarang
sel besar seperti monosit atau sel raksasa. Sedangkan pada uveitis granulomatosa,
Pada iris tampak suram, gambaran radier tak nyata, karena pembuluh
darah di iris melebar, sehingga gambaran kripta tak nyata. Warna iris dapat
berubah, kelabu menjadi hijau, coklat menjadi warna Lumpur. Terdapat nodul iris,
ditandai sebagai benjolan di iris, bila pada tepi pupil disebut nodul koeppe, bila
pada permukaan depan iris disebut nodul busacca. Adanya nodul-nodul tersebut
posterior.2,8
Pada pupil terjadi miosis, pinggir tak teratur karena adanya sinekia
posterio atau seklusio pupil. Pupil dapat terisi membran yang berwana keputiih-
putihan yaitu oklusi pupil. Pada lensa terdapat uveitis rekurens yang dapat
7
menimbulkan kekeruhan pada bagian belakang lensa (katarak kortikalis
posterior).2,8
F. DIAGNOSIS BANDING
kabur, respon pupil normal, dan umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia, atau
injeksi ciliar.
rasa sakit dan fotofobia. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simplek dan
zoster dapat mengenai uveitis anterior sebenarnya. Pada glaucoma akut, pupil
G. KOMPLIKASI
proliferans, ablasio retina, glukoma sekunder yang dapat terjadi pada stadium dini
dan stadium lanjut, pada uveitis anterior dengan visus yang sangat turun, sangat
H. PENATALAKSANAAN
dan bagian organ yang terkena. Baik pengobatan topikal atau oral adalah ditujuan
8
dan mengetahui asal dari peradangannya, mencegah terjadinya sinekia, dan
obatan steroid dan imunosupresan lainnya mempunyai efek samping yang serius,
seperti gagal ginjal, peningkatan kadar gula darah, hipertensi, osteoporosis, dan
Kortikosteroid
kornea sebagai sawar terhadap penetrasi obat topikal ke dalam mata, sehingga
daya tembus obat topikal akan tergantung pada konsentrasi dan frekuensi
pemberian, jenis kortikosteroid, jenis pelarut yang dipakai, serta bentuk larutan.
9
Kortikosteroid tetes mata dapat berbentuk solutio dan suspensi.
Keuntungan bentuk suspensi adalah penetrasi intra okular lebih baik daripada
bentuk solutio karena bersifat biphasic, tapi kerugiannya bentuk suspensi ini
0,125% dan 1%, prednisolone sodium phospat 0,125% , 0,5%, dan 1%,
memblokade neurotransmitter pada bagian reseptor dari sphincter iris dan otot
(flare) yang lebih jauh. Agent cycloplegics yang biasa dipergunakan adalah
atropine 0,5%, 1%, 2%, homatropine 2%, 5%, Scopolamine 0,25%, dan
10
Prednisone oral dipergunakan pada uveitis anterior yang dengan
anterior.
dan perpanjangan periode remisi. Banyak dipakai preparat prednison dengan dosis
awal antara 12 mg/kg BB/hari, yang selanjutnya diturunkan perlahan selang sehari
(alternating single dose). Dosis prednison diturunkan sebesar 20% dosis awal
Uveitis bilateral, Edema macula, Uveitis anterior kronik (JRA, Reiter). Pemakaian
kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama akan terjadi efek samping yang
I. PROGNOSIS
secara awal dan diberi pengobatan. Uveitis anterior mungkin berulang, terutama
jika ada penyebab sistemiknya. Karenanya baik para klinisi dan pasien harus lebih
waspada terhadap tanda dan mengobati dengan segera. Prognosis visual pada
11
uveitis kebanyakan akan pulih dengan baik, dengan catatan tanpa adanya katarak,
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan Wasidi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27
Positif, FKUGM, Yogyakarta
2. Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta :
2002