Anda di halaman 1dari 5

Hipersenisitivitas Tipe I

Lina Saleh Huraiby, 0806320692

Hipersensitivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respon imun yang berlebihan
sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Komponen-komponen sistem imun yang bekerja pada
proteksi adalah sama dengan yang menimbulkan hipersensitivitas.

Reaksi hipersensitivitas tipe I yang disebut juga reaksi cepat, reaksi anafilaksis atau reaksi alergi.
Istilah alergi pertama kali digunakan Von Pirquet pada 1906, diartikan sebagai “reaksi pejamu yang
berubah” bila terpajan dengan bahan yang sama untuk kedua kalinya atau lebih. Istilah ana berasal dari
kata yunani yang berarti “jauh dari” dan phylaxis yang berarti “perlindungan”.

Hipersensitivitas tipe I merupakan suatu respons jaringan yang terjadi secara cepat setelah terjadi
interaksi antara allergen dengan antibody IgE yang sebelumnya berikatan pada permukaan sel mast dan
basofil pada pejamu yang tersensitisasi. Bergantung pada jalan masuknya, hipersensitivitas tipe I dapat
terjadi sebagai reaksi local yang benar-benar mengganggu ( nisalnya rhinitis alergi atau hay fever) atau
sangat melemahkan (asma) atau dapat berpuncak pada suatu gangguan sistemik yang fatal (anafilaksis).

Urutan kejadian pada rekasi hipersensitivitas tipe I adalah sebagai berikut :

1. Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE samapai diikatnya reseptor
spesifik (FcεR) pada permukaan sel mast dan basofil.
2. Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan atigen yang spesifik dan
sel mast melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi.
3. Fase efektor yaitu waktu terjadi respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-
mediator yang dilepas sel mast dengan aktivitas farmakologik.

Secara umum, reaksi hipersensitivitas tipe I berawal dari masuknya antigen yang akan merangsang
pembentukan antibody IgE oleh sel b dengan bantuan sel Th. IgE yang terbentuk kemudian akan diikat
oleh sel mast/basofil melalui reseptor Fcε. Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama,
maka antigen tersebut akan diiikat olleh IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast/basofil. Akibat
ikatan antigen IgE, sel mast/basofil mengalami degranulasi dan melepas mediator yang sudah dibentuk
sebelumnya antara lain histamine yang menimbulkan gejala reaksi hipersensitiivitas tipe I.
Karakteristik allergen : Antigen yang mengundang reaksi hipersensitivitas disebut allergen. Allergen
adalah protein atau molekul kimiawi yang berikatan dengan protein yang terpajan berulang kali pada
seseorang dengan atopi. Contoh allergen termasuk protein adalah polen (serbuk bunga), house dust
mites, makanan, dan kimiawi seperti antibiotic penisilin. Masih belum diketahui mengapa ada antigen
yang menginduksi respon Th2 dan menyebabkan reaksi alergi, sementara lainnya tidak. Karakteristik
terpenting dari allergen adalah bahwa seseorang terekspos terhadapnya berulang kali dan allergen tidak
menstimulasi respon imun innate. Aktivasi berulang sel Th2 dengan ketiadaan imunitas innate akan
membawa sel CD4+ ke jalur Th2, dimana sel T sendiri akan membentuk IL4 dan sel Th2 menginduksi
pengeluaran sitokin. Pajanan berulang allergen tertentu penting untuk perkembangan reaksi alergi
terhadap antigen tersebut, karena proses pengubahan menjadi isotype IgE dan sensitisasi sel mast oleh
IgE harus terjadi sebelum reaksi hipersensitivitas terhadap antigen dapat terjadi.

Aktivasi sel Th2 : sintesis IgE bergantung pada aktivasi sel T helper CD4+ pada subset Th2 dan sekresi IL4
dan IL-13. Antigen yang masuk dipersembahkan ke sel T alami. Kemudian sel T berdiferensiasi
menjadisel efektor subset Th2. Diferensiasi tersebut menginisiasi perubahan menjadi IgE yang terutama
melalui sekresi IL4 dan IL-13. IL-5 yang disekresikan oleh sel Th2 akan mengaktivasi eosinofil. IL-13 akan
menstimulasi sel epitel untuk mensekresi mucus dalam jumlah banyak. Selain untuk menstimulasi
produksi IgE, sel Th2 berkontribusi pada reaksi inflamasi fase lambat. Penumpukan sel Th2 ditemukan
pada bagian terjadinya reaksi hipersensitivitas cepat di kulit dan mukosa bronchial.

Aktivasi sel b dan perubahan menjadi IgE :

Th2 akan mengaktivasi sel B spesifik untuk allergen tertentu. Sel B mengalami perubahan isotype rantai
panjang dan memperoduksi IgE di bawah pengaruh ligan CD40 dan sitokin, kebanyakan IL-4, yang
diproduksi oleh sel Th2. IgE bersirkulasi sebagai antibody bivalent dan pada keadaan normal hadir di
plasma darah pada konsentrasi kurang dari 1 µg/ml. IgE spesifik allergen yang diproduksi oleh sel b
masuk ke sirkulasi dan berikatan dengan reseptor Fc pada jaringan sel mast, sehingga sel tersebut akan
tersensitisasi untuk bereaksi terhadap pajanan allergen selanjutnya.

Produksi IgE : IgE antibody bertanggung jawab atas sensitisasi sel mast dan menyediakan sistem
pengenal antigen untuk reaksi hipersensitivitas cepat.IgE adalah struktur paling efisien yang berikatan
kepada reseptor Fc pada permukaan sel mast dan kemudian mengaktifkannya. Seseorang yang atopic
memproduksi IgE dalam jumlah tinggi sebagai responnya terhadap allergen lingkungan, sementara
orang normal mensintesis isotype Ig lainnya, seperti IgG dan IgM, dan hanya sedikit IgE. Pengaturan
sintesis IgE bergantung pada kecenderungan setiap individu untuk menyusun respon Th2 terhadap
allergen karena sitokin derivate sel Th2 akan menstimulasi isotype rantai panjang berubah menjadi IgE
pada sel B. kecenderungan respon Th2 terhadap antigen tertentu dapat dipengaruhi oleh berbagai
factor, seperti genetic, karakteristik antigen, dan riwayat pajanan antigen.

Pengikatan IgE pada sel mast dan basofil :

Sel mast dan basofil mengeskpresikan reseptor spesifik dengan afinitas tinggi terhadap rantai
panjang ε, yang disebut FcεRI yang mengikat IgE. IgE dibentuk secara eksklusif oleh sel B, berfungsi
sebagai reseptor pengikat antigen pada permukaan sel hipersensitivitas cepat. Fungsi ini dilakukan
akibat terikatnya IgE dengan reseptor FcεRI di permukaan sel tersebut. Afinitas FcεRI terhadap IgE
sangat tinggi, sehingga meskipun kadar IgE dalam serum normal rendah disbanding serotype lainnya,
tetap cukup tinggi untuk terjadinya pendudukan di reseptor FcεRI.jaringan sel mast di setiap individu
secara normal diselubungin oleh IgE yang berikatan dengan reseptor FcεRI. Pada seseorang dengan
atopi , ikatan IgE yang spesifik terhadap suatu antigen, bila terpajan dengan antigen yang sama akan
menyebabkan cross link pada reseptor Fc dan mengaktivasi sel tersebut.s

Sel mast berasal dari sumsum tulang dan tersebar secara luas dalam jaringan, sel ini ditemukan
menonjol pada daerah di dekat pembuluh darah dan saraf serta di dalm subepitel. Sitoplasmanya
mengandung granula dilapisi membrane yang mempunyai berbagai mediator yang aktif secara biologis.
Sel mast dan basofil diaktivasi oleh IgE yang bertautan silang yang terikat pada permukaan sel melalui
reseptor Fc yang berafinitas tinggi, sel mast dapat pula dipicu oleh rangsang lain, seperti komponen C5a
dan C3a yang berikatan pada reseptor membrane sel mast spesifik. Sel mast dapat pula diinduksi untuk
mengeluarkan granulanya oleh sitokin tertentu yang berasal dari makrofag (misal IL-8), obat-obatan
seperti kodein dan morfin, melitin(bisa lebah) dan rangsang fisik.

Basofil serupa dengan sel mast, tetapi secara normal tidak terdapat dalam jaringan. Basofil justru
masuk sirkulasi darah dalam jumlah yang sangat sedikit dan dapat direkrut menuju tempat peradangan.

Pada manusia, reaksi tipe I diperantarai oleh antibody IgE. Rangkai kejadiannya dimulai dengan
pajanan awal terhadap antigen tertentu (allergen). Allergen tersebut merangsang induksi sel T CD4+ tipe
Th2. Sel CD4+ ini berperan penting dalampatogenesis hipersensitivitas tipe I karena sitokin yang
disekresikannya (khusuusnya IL-4 dan IL-5) menyebabkan diproduksinya IgE oleh sel B, yang bertindak
sebagai factor pertumbuhan untuk sel mast, serta merekrut dan mengaktivasi eosinofil. Antibody IgE
berikatan pada reseptor Fc berafinitas tinggi yang terdapat pada sel mast dan basofil, begitu sel mast
dan basofil ‘;dipersenjatai;, individu yang bersangkutan diperlengkapi untuk menimbulkan
hipersensitivitas tipe I. pajanan ulang terhadap antigen yang sama mengakibatkan pertautan silang pada
IgE yang terikat sel dan memicu suatu kaskade sinyal intrasel sehingga terjadi pelepasan beberapa
mediator kuat. Salah satu perangkat sinyal mengakibatkan degranulasi sel mast disertai pengeluaran
mediator primer (preformasi), peringakt sinyal lainnya akan menginduksi sintesis de novo serta
melepaskan mediator sekunder seperti metabolit asam arakhidonat dan sitokin.

Mediator primer

Setelah pemicuan IgE, mediator primer di dalam granula sel mast dilepaskan untuk memulai
tahapan awal reaksi hipersensitivitas tipe I. histamine yang merupakan mediator prafoermasi
terpenting, menyebabkan peningkatan permeabilitas vascular, vasodilatasi, bronkokonstriksi, dan
meningkatnya sekresi mucus. Mediator lain yang segera dilepaskan meliputi adenosine (menyebabkan
bronkokonstriksi dan menghambat agregasi trombosit) serta factor kemotaksis untuk neutrofil dan
esinofil. Mediator lain ditemukan dalam amtriks granula dan meliputi heparin serta protease netral.
Protease menghasilkan kinin danmemeccah komponen komplemen untuk menghasilkan factor
kemotaksis dan inflamasi tambahan.

Mediator sekunder

Mediator ini mencakuo dua kelompok senyawa, yaaitu mediator lipid dan sitokin. Mediator lipid
dihasilkan melalui aktivasi fosfolipase A, yang memecah fosfolipid membrane sel mast untuk
menghasilkan asam arakhidonat. Selanjutnya asam arakhidonat merupakan senyawa induk untuk
menyintesis leukotrien dan prostaglandin

- Leukootrien berasal dari hasil kerja 5-lipoksigenase pada perkursor asam arakhidonat dan
sangat penting pada pathogenesis hipersensitivitas tipe I. leukotrien C4 dan D4 merupakan agen
vasoaktif dan spasmogenik yang dikenal paling poten; pada dasar molar,agen ini beberapa ribu
kali lebih aktif daripada histamine dalam meningkatkan permeabilitas vascular dan dalam
menyebabkan kontrkasi otot polos bronkus. Leukotrien B4 sangat kemotaktik untuk neutrofil,
esosinofil, dan monosit.
- Prostaglandin D2 adalah mediator yang paling banyak dihasilkan oleh jalur siklooksigenase
dalam sel mast. Mediator ini menyebabkan bronkospsme hebat serta meningkatkan sekresi
mucus.
- Factor pengaktivasi trombosit mengaskibatkan agregasi trombosit, pelepasan histamine, dan
bronkospasme.
- Sitokin yang diproduksi oleh sel mast (TNF, IL-1, IL-4, IL-5, dan IL—6) dan kkemokin berperan
penting pada reaksi hipersensitivitas tipe I melalui kemampuannya merekrut dan mengaktivasi
berbagai macam sel radang. TNF merupakan mediator yang sangat poten dalam adhesi,
emigrasi, dan aktivasi leukosit. IL-4 juga merupakan factor pertumbuhan sel mast dan siperlukan
untuk mengendalikan sintesis IgE oleh sel B.
Secara ringkas berbagai senyawa kemotaksis, vasoaktif, dan bronkospasme memerantarai reaksi
hipersensitivitas tipe I. beberapa senyawa ini dilepaskan secara cepat dari sel mast yang
tersensitisasi dan bertanggung jawab terhadap reaksi segera yang hebat yang berhubungan
dengan kondisi seperti anafilaksis sistemik. Sitokin bertanggung jawab terhadap reaksi fase
lambat, termasuk rekrutmen sel radang.

Anda mungkin juga menyukai