Anda di halaman 1dari 3

c cc c  

c

Hingga tahun 2010 neraca total perdagangan Indonesia masih surplus dengan nilai US$ 22,1 miliar. Jika
dilihat tren perdagangan dalam lima tahun terakhir (2006-2010), dimana nilai impor meningkat rata-rata
27,6% per tahun, dan sebaliknya ekspor hanya naik rata-rata 13,4% per tahun, maka apabila tren
tersebut konsisten dalam beberapa tahun mendatang, maka pada tahun 2012 mendatang perdagangan
Indonesia sudah minus US$ 17,97 miliar. Apakah kemungkinan ini merupakan hal yang berlebihan?

Tentu, tidak! Alas an pertama adalah impor China yang dikawatirkan banyak pihak akan menggerus
pangsa pasar berbagai macam produk di pasar domestik memang terbukti terjadi, sebagai dampak
langsung dari pemberlakuan ACFTA per 1 Januari 2010 yang lalu. Tanpa pemberlakuan ACFTA saja, pada
2009 neraca perdagangan Cina-Indonesia sudah defisit US$ 2,5 miliar di pihak Indonesia. Neraca yang
defisit itu sendiri sudah terjadi sejak tahun 2008, dimana pada tahun tersebut nilai perdagangan
Indonesia minus US$ 3,6 miliar. Dengan pemberlakuan ACFTA, data BPS menunjukkan perdagangan
Indonesia dengan Cina minusnya hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yakni minus US$
4,7 miliar. Yang menakutkan adalah tren kenaikan impor Indonesia dari negara ini mencapai rata-rata
36,2% per tahun dalam lima tahun terakhir (2006-2010), kurang lebih dua kali lebih tinggi dibandingkan
tren kenaikan ekspor Indonesia ke negara tersebut yang hanya rata-rata 17,9% per tahun. Hampir dapat
dipastikan, bahwa deficit neraca ini akan makin membengkak dalam beberapa tahun mendatang, karena
tidak mudahnya menahan arus barang dari Cina masuk ke pasaran domestic, baik impor secara langsung
maupun secara tidak langsung yang melalui Negara ketiga, atau bahkan yang melalui black market.

Yang tidak kalah menarik, dari berbagai pemberitaan mass media memberikan kesan kuat bahwa
͞musuh͟ perdagangan Indonesia hanya negeri jiran tersebut. Betulkah demikian? Data BPS
menunjukkan bahwa neraca perdagangan kita dengan Singapura juga deficit pada tahun 2010, bahkan
dengan nilai yang jauh lebih besar dari Cina, yakni sebesar US$ 6,5 miliar. Yang menakutkan pula, bahwa
perkembangan impor nari Negara ini dalam lima tahun terakhir mencapai rata-rata 30,3% per tahun
secara fluktuatif, dibandingkan tren kenaikan ekspor kita yang hanya mencapai rata-rata 13,4% per
tahun. Inilah alas an kedua, prediksi neraca Indonesia akan deficit pada 2012. Yang tidak kalah
menggemaskan adalah deficit neraca perdagangan Indonesia dengan Negara ini sudah terjadi sejak
tahun 2004. Tetapi, mengapa selama ini para ekonom dan mass media dalam negeri tidak pernah
menguak hal ini dan dikategorikan sebagai masalah yang tidak kalah berkualitas dibandingkan arus
derasnya impor Cina ke Indonesia? Bagaikan balok di mata yang tidak kelihatan, tetapi gajah di seberang
laut disorot habis-habisan. Akibatnya, praktis tidak ada langkah-langkah strategis yang dilakukan
pemerintah dalam menyeimbangkan nilai perdagangan kita dengan Negara ini.

Alasan ketiga, adalah dua dari lima negara mitra dagang Indonesia lainnya, yakni Jepang dan Amerika
Serikat juga menunjukkan tren impor ke Indonesia yang jauh lebih besar dari pada tren ekspor kita ke
kedua Negara tersebut.
:ondisi neraca perdagangan dan tren yang pincang ini mengindikasikan bahwa ada masalah serius pada
kebijakan jangka panjang neraca perdagangan kita selama ini dalam menggenjot ekspor, atau tidak
berlebihan kalau dikatakan tidak ada perhatian serius. Atau, kalau pun ada kebijakan, maka dapat
disimpulkan bahwa Negara-negara lain jauh lebih bijak dalam membangun ekonomi dalam negerinya
yang berbasis ekspor.

:ita sudah deficit dalam perdagangan energy, dan akibatnya telah kita rasakan betapa pemerintah
ginjang-ganjing dalam mengatasi derasnya kenaikan konsumsi energy sehingga di sana sini terjadi
kelangkaan premium. Hal ini tentu saja menghambat aktifitas ekonomi. Pemerintah saat ini pun
dihadapkan pada dilemma antara menaikan harga BBM versus menjaga citra hingga tahun 2014.
Akbitanya dalam tahun ini, menurut BPS inflasi tidak dapat dihindari. Artinya, masyarakat ekonomi
masyarakat menengah ke bawah makin merasakan hidup yang makin menghimpit, diantara mereka
yang terus memamerkan kekayaannya, dimana jumlah kelompok SES A ini diperkirakan sekitar 25 juta
jiwa, dari total penduduk 230-an juta jiwa.

Dampak deficit neraca perdaganagn akan jauh lebih dahsyat. :esempatan kerja makin terbatas karena
rontoknya sector produksi di dalam negeri. Pengangguran sangat erat dengan kejahatan. Ujung-
ujungnya akan terasa suasana ketidaknyaman di dalam masyarakat. Tidak mustahil kefrustasian
masyarakat akan meledak, dan ledakannya dapat melebihi peristiwa rontoknya zaman orde baru.
Penulis berharap itu terjadi? Tentu, tidak!

c c
        c
Unit : US Dollar thousand
          ! " 

Total Export 56,316,832 57,158,752 61,058,188 71,582,464 85,659,952 100,798,616 114,100,872 137,020,416 116,509,992 157,779,104

v  13.20% 20.09% -14.97% 35.42%

Total Import 30,962,108 31,288,842 32,550,680 46,524,532 57,700,880 61,065,464 74,473,432 129,244,048 96,829,160 135,663,280

v  21.96% 73.54% -25.08% 40.11%

Export - Import 25,354,724 25,869,910 28,507,508 25,057,932 27,959,072 39,733,152 39,627,440 7,776,368 19,680,832 22,115,824

rc c 

Export to Japan 13,010,151 12,045,115 13,603,494 15,962,109 18,049,140 21,732,124 23,632,790 27,743,856 18,574,730 25,781,814

Import from Japan 4,689,409 4,409,307 4,228,257 6,081,608 6,906,255 5,515,773 6,526,674 15,129,173 9,843,729 16,965,800

Export - Import 8,320,742 7,635,808 9,375,237 9,880,501 11,142,885 16,216,351 17,106,116 12,614,683 8,731,001 8,816,014

 c

Export to China 2,200,660 2,902,948 3,802,530 4,604,733 6,662,354 8,343,571 9,675,513 11,636,504 11,499,327 15,692,611

v  15.96% 20.27% -1.18% 36.47%

Import from China 1,842,632 2,427,369 2,957,469 4,101,331 5,842,863 6,636,895 8,557,876 15,249,201 14,002,170 20,424,216

v  28.94% 78.19% -8.18% 45.86%

Export - Import 358,028 475,579 845,061 503,402 819,491 1,706,676 1,117,637 (3,612,697) (2,502,843) (4,731,605)

c
Export to USA 7,761,304 7,570,467 7,386,381 8,787,070 9,889,196 11,259,136 11,644,198 13,079,934 10,889,079 14,301,876

Import from USA 3,209,622 2,644,085 2,702,375 3,235,508 3,885,796 4,066,343 4,797,496 7,897,981 7,094,374 9,415,997

Export - Import 4,551,682 4,926,382 4,684,006 5,551,562 6,003,400 7,192,793 6,846,702 5,181,953 3,794,705 4,885,879

 c 

Export to S'pore 5,363,799 5,349,084 5,399,658 5,999,058 7,836,585 8,929,849 10,501,611 12,862,045 10,262,665 13,723,266

v  17.60% 22.48% -20.21% 33.72%


Import from
S'pore 3,146,979 4,099,631 4,155,125 6,082,772 9,470,718 10,034,535 9,839,795 21,790,140 15,550,398 20,240,832

v  -1.94% 121.45% -28.64% 30.16%

Export - Import 2,216,820 1,249,453 1,244,533 (83,714) (1,634,133) (1,104,686) 661,816 (8,928,095) (5,287,733) (6,517,566)

Sumber: BPS dan diolah kembali oleh Penulis

Anda mungkin juga menyukai