Anda di halaman 1dari 2

Lajur tanah yang disediakan khusus untuk sarana/ prasarana perhubungan darat yang

dibuat sedemikian rupa untuk melayani kelancaran arus lalu lintas disebut juga dengan
Jalan Raya. Sarana prasarana perhubungan tersebut meliputi semua bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi pelayanan
arus lalu lintas, guna untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke
tempat lain.

Lalu lintas sendiri dapat didefinisikan sebagai semua gerakan jenis pemakai jalan yang
terdiri dari manusia pejalan kaki, semua alat pengangkut yang digerakan oleh manusia
dan hewan. Kelancaran lalu lintas di jalan raya sangat dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan pelayanan yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya tersebut,
antara lain oleh lebar jalan dan jumlah jalur. Pada keadaan sekaran ini dapat dilihat
bahwa kepadatan lalu lintas menjadi semakin tinggi dan tingkat pelayanan yang dapat
diberikan oleh bagian-bagian jalan raya semakin rendah.

Klasifikasi dan spesifikasi suatu jalan raya dapa ditetapkan jika terdapat kesesuaian
antara kepadatan lalu lintas. Klasifikasi dan spesifikasi tersebut sangat berguna dan
dapat memberikan kejelasan mengenai tingkat kepadatan lalu lintas yang perlu dilayani
oleh setiap bagian-bagian jalan. Klasifikasi dan spesifikasi jalan raya dapat dibedakan
menurut fungsi pelayanannya, menurut kelas jalan, menurut keadaan topografi,
penggolongan layanan administrasi dan menurut jenis-jenis jalan raya.

Sistematika Penulisan Tugas Terstruktur Teknik Jalan Raya 1. Dalam penyajiannya


sebagai tugas mata kuliah jalan raya I, dibahas dan dijelaskan dengan sistematika
penulisan seperti berikut ini :

BAB I. PENDAHULUAN : Membahas latar belakang, tujuan penulisan, metode


pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II. SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN DAN GEOMETRIK JALAN RAYA :


Membahas sejarah perkembangan jalan dan teori geometrik jalan raya.
BAB III. PEMATOKAN/ STAKE OUT Membahas bagaimana pematokan garis lurus,
pematokan lengkung horisontal dan pematokan lengkung vertikal.

BAB IV. KELAYAKAN TEKNIS ALIGNMENT VERTIKAL : Menghitung panjang


horisontal trase, beda tinggi titik titik trase jalan, menghitung kelandaian arah
memanjang, menghitung panjang kritis jalan, menghitung interpolasi panjang kritis
dari tabel kelandaian.

BAB V. KELAYAKAN TEKNIS ALIGNMENT HORISONTAL : Menghitung sudut


jurusan, menghitung sudut intersection pada Point Of Intersection, pemilihan kelas
jalan.

BAB VI. PERHITUNGAN ALIGNMENT HORISONTAL : Merencanakan dan


menghitung lengkung horisontal yang meliputi perencanaan dan perhitungan tikungan
serta pelebaran tikungan.

BAB VII. PERHITUNGAN ALIGNMENT VERTIKAL Merencanakan dan menghitung


jarak pandangan yang meliputi jarak pandang henti dan jarak pandang menyiap.

BAB VIII. PERHITUNGAN SALURAN SAMPING : Perencanaan dimensi saluran


samping dari data curah hujan tahunan yang diperoleh.

BAB IX PERHITUNGAN GALIAN DAN TIMBUNAN : Perhitungan volume galian dan


timbunan dengan metode cross section.

BAB X PERHITUNGAN PEMATOKAN/ STACKING OUT : Perhitungan pematokan/


stacking out dengan cara selisih busur dan absis dan orsinat.

Anda mungkin juga menyukai