Anda di halaman 1dari 4

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai berikut (azis

dkk., 2006)

1. Pemeriksaan pap smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim secara
akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat
kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah
aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali
setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil
pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2
atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut:
 Normal.
 Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas).
 Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas).
 Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar).
 Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih
dalam atau ke organ tubuh lainnya).
2. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu
pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear
menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.

3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)


4. Tes Schiller
Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat warnanya akan
berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih
atau kuning.

STADIUM
Serviks atau leher rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang
menonjol ke vagina. Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi sangat
progresif. Proses terjadinya kanker serviks dimulai dari sel yang mengalami
mutasi, kemudian berkembang menjadi sel yang displastik sehingga disebut juga
kelainan epitel displasia. Displasia ini dimulai dari displasia ringan, sedang,
berat dan akhirnya menjadi karsinoma insitu, kemudian menjadi karsinoma
invasive meliputi mikroinvasif dan makroinvasif. Tingka Displasia dikenal
sebagai lesi pre kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan
waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in-situ menjadi karsinoma invasive
sekitar 3-20 tahun (azis dkk., 2006).
Sel-sel serviks abnormal yang bukan merupakan sel kanker namun dapat
berkembang menjadi kanker disebut dengan cervical intrepitel neoplasia (CIN).
Tidak semua wanita yang memiliki CIN akan menderita kanker. Selain CIN sel-
sel abnormal serviks lain bisa dalam bentuk displasia. Perkembangan kanker
serviks meliputi displasia berat, displasia sedang dan
displasia ringan sampai menjadi stadium 0. Tahapan prakanker ini 92%
tidak menimbulkan gejala, dan selanjutnya masuk tahap invasive berupa kanker
stadium I sampai stadium IV. Tingkat keganasan klinik kanker serviks menurut
kalsifikasi Federation of Gynecologists and Obstetricians (FIGO) tahun 2000,
perkembangan stadium kanker serviks dibagi menjadi 4 stadium berdasarkan
ukuran tumor, kedalaman penetrasi pada serviks, dan penyebaran kanker di
dalam maupun luar serviks, adapun pembagian stadium tersebut adalah sebagai
berikut :
• Tingkat
Kriteria
 0 Karsinoma insitu (preinvasive carcinoma)
 1 Karsinoma terbatas pada serviks
 1A Karsinoma hanya bisa di diagnosis secara mikroskopis
 1A1 Invasi stroma dalamnya 3 mm dan lebarnya < 7 mm
 1A2 Invasi stroma dalamnya 3-5 mm dan lebarnya > 7 mm
 1B Secara klinis tumor dapat diidentifikasi pada serviks atau massa tumor
lebih besar dari 1A2
 1B1 Secara klinis lesi ukuran < 4 cm
 1B2 Secara klinis lesi ukuran > 4 cm
 II Tumor telah menginvasi uterus tapi tidak mencapai 1/3 distal vagina
atau dinding panggul
 IIA Tanpa invasi ke parametrium
 IIB Dengan invasi ke parametrium
 III Tumor menginvasi sampai dinding pelvis dan atau menginfiltrasi
sampai 1/3 distal vagina, dan atau menyebabkan hidronefrosis atau gagal
ginjal
 IIIA Tumor hanya menginfiltrasi 1/3 distal vagina
 IIIB Tumor sudah menginfiltrasi dinding panggul
 IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rectum dan atau
menginvasi keluar dari true pelvis
 IVB Metastasis jauh

Gambar 3. Stadium kanker serviks


Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks :
Secara makroskopis :
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronis
2. Stadium permulaan
Sering tampak lesi di sekitar ostium eksternum
3. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir posio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengerusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (neovaskularisasi)

Secara Mikroskopis :
1. Displasia : displasia ringan dapat terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada 2/3 epidermi hamper tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu : pada karsinoma insitu terjadi perubahan sel epitel
pada seluruh lapisan epidermis menjadi sel squamosa.
3. Stadium karsinoma mikroinvasif : pada karsinoma mikroinvasif, selain terjadi
perubahan derajat pertumbuhan yang semakin meningkat sel tumor juga
menembus membran basalis dan terdapat invasi tumor < 5mm dai membran
basalis, biasanya tumor ini masih asimptomatik, sering ditemukan tidak sengaja
pada skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasive : derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk
sel menjadi bervariasi. Pertumbuhan-pertumbuhan invasive muncul di area bibir
posterior, anterior serviks, dan meluas ketiga area yaitu forniks posterior atau
anterior, parametrium dan korpus uteri.

Anda mungkin juga menyukai