Anda di halaman 1dari 8

Nama NPM

: Akbar Kurnia Putra : 1006737674

Tugas Individu III Mata Kuliah Hukum Kebijakan Lingkungan

Principles of International Environmental Law


Pengantar : Dalam mainstream pemikiran yang berkembang, lingkungan hidup diperlakukan sekedar sebagai obyek manajemen. Sementara itu kita tahu bahwa misi dari manajemen adalah pemuasan kepentingan para subyeknya yaitu manusia. Lingkungan tidak memiliki makna atau nilai (value) lebih dari sekedar alat pemuas umat manusia. Suistainable Development: Legal Implication Dalam dua dekade terakhir ini kesadaran global akan perlunya kebersamaan masyarakat dunia untuk bersatu padu menyelamtkan planet bumi dan makhluk hidup yang beraa di dalamnya semakin menguat dan kongkrit dalam implementasinya. Akibat kerusakan lingkungan, sebagai contoh pemanasan global yang antara lain menyebabkan perubahan iklim, ternyata berdampak negatif yang ditimbulkan tidak mengenal apakah negara maju, atau negara berkembang, miskin atau kaya. Akumulasi atas keadaan tersebut adalah dengan dilakukannya beberapa kesepakatan internasional antara lain: Konferensi Stockholm 1972 Kesadaran global untuk memperhitungkan aspek lingkungan selain aspek ekonomi dan kelayakan teknik dalam membangun mencuat tahun 1972. Hal tersebut ditandai dengan Konferensi Stockholm 1972. Konferensi ini atas prakarsa negara-negara maju dan diterima oleh majelis umum PBB. Hari pembukaan konferensi akhirnya ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Sedunia yaitu 5 juni. Dari konfernsi menghasilkan resolusi-resolusi yang pada dasarnya merupakan kesepakatan untuk menanggulangi masalah lingkungan yang sedang

melanda dunia. Selain itu diusulkan berdirinya sebuah badan PBB khusus untuk masalah lingkungan dengan nama: United Nation Environmental Programme (UNEP). Dalam konferensi juga berkembang konsep ecodevelopment atau pembangunan berwawasan ekologi. Tugas utama konferensi dikerjakan melalui tiga komite utama, yang terbuka bagi semua negara yang berpartisipasi, yaitu komite pertama, berkaitan dengan pemukimanpemukiman manusia dan aspek-aspek non ekonomis; komite kedua, berkenaan dengan sumber daya alam dan aspek-aspek pembanguan; dan komite ketiga, berkenaan dengan zat-zat atau bahan penyebab pencemaran dan aspek-aspek organisasional. 1 Konferensi Stockholm berfungsi untuk mengindentifikasi bidang-bidang dimana kaidah-kaidah hukum lingkungan internasional, yang dapat diterima masyarakat inetrnasional, dan dapat ditetapkan dan juga bidang-bidang dimana pembentukan kaidah-kaidah hukum lingkungan harus berhadapan dengan rintangan-rintangan yang tidak dapat diatasi, sampai taraf tersebut, Konferensi Stockholm memberikan landasanlandasan untuk pembangunan hukum lingkungan Internasional.2 Konferensi Nairobi 1982 Sepuluh tahun setelah Stockholm, 105 negara menghadiri konferensi di Nairobi, kenya. Konferensi ini merupakan perwujudan dari semakin meningkatnya kesadaran lingkungan global dan semakin diakui pentingnya pembangunan ekonomi. Beberapa isu yang menjadi pusat perhatian pada konferensi tersebut dan sekarang masih tetap relevan adalah : 1. masalah atmosfer, seperti menurunya kualitas udara di permukiman kota, 2. 3. 4.
1

pencemaran lautan oleh minyak bumi dan substansi lainnya; pencemaran air permukaan dan air tanah; degradasi biota daratan dan tata lingkungan biologis.

. J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional 2 Edisi Kesepuluh, Sinar Grafika. Hal 539 2 Ibid. Hal 540

Menyadari eskalasi masalah lingkungan, mempertegas kerja UNEP sebagai motor pelaksana komitmen mengenai lingkungan hidup, pada 1983 PBB membentuk World Commission on Environment and Development (Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan)3 yang diketuai oleh Ny. Gro Brundtland, Perdana Menteri Norwegia. Komisi ini menyelesaikan tugasnya pada 1987 dengan menerbitkan laporan Our Common Future yang dikenal dengan Laporan Brundtland. Tema laporan ini adalah sustainable development (pembangunan berkelanjutan). WCED mempunyai tiga tugas utama, yaitu:4 1. mengkaji masalah-masalah lingkungan dan pembangunan serta membuat usualan-usulan yang bersifat realistis berkaitan dengan hal itu; menyiapkan suatu bentuk kerja sama internasional baru yang diperlukan dalam kaitan dengan usaha-usaha perubahan yang perlu dilakukan; 2. meningkatkan kesadaran dan komitmen individu, LSM, masyarakat bisnis, lembaga-lembaga yang terkait dan pemerintah sehubungan dengan tindakan yang diperlukan. WCED ini juga mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai suatu upaya yang mendorong tercapainya kebutuhan generasi kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Di dalam konsep tersebut terkandung dua gagasan penting: 1. gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial, kaum miskin sedunia yang harus diberi prioritas utama. 2. gagasan keterbatasan, yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebututuhan kini
3

WCED. Merupakan komisi bentukan majelis Umum PBB, adalah suatu badan independen berkaitan tetapi berada di luar kontrol majelis Umum dan Pemerintah, dibentuk tahun 1983
4

Ida Bagus Wyasa Putra Hukum Lingkungan Intenasional Perspektif Bisnis Internasional Refika, Denpasar, 20011. Dalam WCED, Our Common future, Oxford University press, Oxford, 1987 hal 3-4.

dan hari depan. Jadi, tujuan pembangunan ekonomi dan sosial harus dituangkan dalam gagasan keberlanjutan di semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Konsep ini menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan standar lingkungan yang

tinggi. Inilah underlying concept pembangunan berkelanjutan yang hingga saat ini terus berkembang mengikuti dinamika perubahan. United Nation Convention On Environment and Development (UNCED)/ KTT Bumi 1992 Lima tahun setelah terbitnya Laporan Brundtland, PBB menyelenggarakan United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi Khusus tentang Masalah Lingkungan dan Pembangunan atau yang lebih dikenal dengan KTT Bumi (Earth Summit) pada 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. Jargon Think globally, act locally, yang menjadi tema KTT Bumi menjadi populer untuk mengekspresikan kehendak berlaku ramah terhadap lingkungan. KTT Bumi menekankan pentingnya semangat kebersamaan (multilaterisme) untuk mengatasi berbagai masalah yang ditimbulkan oleh benturan antara upaya-upaya melaksanakan pembangunan (oleh developmentalist) dan upaya-upaya melestarikan lingkungan (oleh environmentalist). Di KTT Bumi, pemimpin dunia mengkompromikan rencana-rencana besar yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam tiga dokumen yang secara hukum mengikat (legally binding) dan tiga dokumen yang secara hukum tidak mengikat (non-legally binding)5 Legally binding documents terdiri dari tiga konvensi, yaitu:
o

Convention on Biological Keanekaragaman Hayati

Diversity

(CBD)

atau

Kovensi

Bambang Murdiono dan TIM Penyusun, Kehutanan Dalam Forum Global. Jakarta, 2004

o o

United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) atau Konvensi Kerangka PBB tentang Perubahan Iklim Convention to Combat Desertification (CCD) atau Konvensi tentang Mengatasi Degradasi Lahan

Non-legally binding documents terdiri dari dua kesepakatan, yaitu:


o o

Rio Declaration (Deklarasi Rio) tentang 27 prinsip yang menekankan hubungan antara lingkungan dan pembangunan. Forest Principles (Authoritative Statement of Principles for a Global Consensus on Management, Conservation, and Sustainable Development of all Types of Forests) menyatakan pentingnya hutan bagi pembangunan ekonomi, penyerap karbon atmosfer, perlindungan keragaman hayati, dan pengelolaan daerah aliran sungai.

Tindak lanjut penting KTT Bumi adalah pembentukan Commission on Sustainable Development/CSD (Komisi Pembangunan Berkelanjutan) berdasarkan resolusi Majelis Umum PBB. Komisi ini diberi mandat untuk memonitor pelaksanaan kesepakatan KTT Bumi, meningkatkan kerjasama internasional dan menyelaraskan pengambilan kebijakan internasional, serta mengkaji kemajuan pelaksanaan Agenda 21 pada semua tingkatan. Pada KTT bumi pertama ini pulalah dilahirkan kesepakatan komprehensif bidang kehutanan, yaitu, dokumen Forest Principles (Non-Legally Binding Authoritative Statement of Principles for a Global Consensus on Management, Conservation and Sustainable Development of all Types of Forests). Kendatipun bukan merupakan komitmen yang mengikat, dalam proses-proses internasional bidang kehutanan, dokumen Forest Principles merupakan referensi utama serta jiwa bagi kerjasama antar bangsa. Setelah terbentuk kesepakatan komprehensif ini, terbentuk kembali forum kehutanan tertinggi di PBB pada tahun 2002, United Nations Forum on Forest (UNFF) yang berfungsi memfasilitasi dialog mengenai pengelolaan hutan secara komprehensif di tingkat dunia dan implementasi hasil-hasil KTT Bumi6
6

Lihat http://www.baliprepcom.org/id/FAQ.html, dalam artikel wordpress.com

World Summit On Suistainable Development (WSSD), 2002 Setelah 10 tahun KTT Bumi, masyarakat global menilai bahwa operasionalisasi prinsipprinsip Rio dan agenda 21 masih jauh dari harapan. Oleh karena itu Majelis Umum PBB memutuskan adanya world Summit on Suistanable Development (WSSD) yang dilaksanakan di Johannesburg, Afrika Selatan pada bulan September 2002 . Millenium Development Goals, 2000 Selain 4 konferensi atau pertemuan puncak para kepala negara/pemerintahan tersebut kiranya perlu dicatat pula suatu komitmen global yang tidak secara khusus membahas dan merumuskan masalah lingkungan hidup, namun kaitannya sangat erat dengan maslah lingkungan hidup yaitu Millinieum Development Goals (MDGs). MDGs awalnya dikembangkan oleh OECD dan kemudian diadopsi dalam United Nations Millineum Declaration yang ditandatangani September 2000 oleh 189 negara maju dan berkembang7. Komitmen yang mencakup 8 sasaran tersebut harus dicapai pada tahun 2015 dan sebagi angka dasar masing-masing sasaran adalah data tahun 1999.

Fungsi dan Peran Prinsip Hukum Lingkungan Internasional Prinsip mempunyai peran penting untuk menginterpretasi suatu kewajiban, membuat parameter untuk suatu kewajiban baru, dan mengisi kekosongan hukum. Banyak yang menyatakan bahwa kesamaan norma antar Negara yang menciptakan prinsip ini. Namun, banyak argument tentang apakah norma-norma ini dapat diterima secara universal. Walaupun begitu, terdapat kewajiban dasar tradisional antar Negara yang dikenal pada abad 21 dimana setiap Negara memiliki hal untuk mengeksploitasi kekayaan alamnya

UNDP, Millinieum Development Goals, 2007 dalam Al. Susanto, lingkungan Hidup, Sumber Daya atau Sumber Petaka?

namun juga harus menjaga lingkungan hidupnya. Hal inilah yang kemudian berusaha untuk dipersatukan untuk menciptakan kesamaan pendapat untuk aksi bersama. Philippe Sands yang menyatakan bahwa, aturan dasarnya adalah praktis dan mengikat, sementara prinsip tentang kebenaran umum yang menuntun perilaku manusia, menyediakan dasar teoritis yang dapat diterapkan terhadap suatu perbuatan.

Sumber-Sumber Hukum Lingkungan Internasional 8 1. International Treaty, perjanjian internasional yang dihasilkan melalui konfernsikonferensi internsaional di bidang lingkungan hidup, baik yang bersifat legally binding maupun nonlegally binding telah menjadi landasan pemberlakuan ketentuan perlindunag nlingkunah di tingkat global. Perjanjian-perjanjian internasional antara lain, dihasilkan di dalam Konferensi Stockholm 1972, Konferensi Bumi 1992, konferensi bumi untuk pembangunan berkelanjutan 2002, dan lain-lain. Perjanjian internasioal di bidang lingkungan hidup lebih penting, baik bagi sebagai sumber utama hukum lingkungan internasional maupun nasional 2. General Principles of Law, prinsip-prinsip hukum umum merupakan prinsip-prinsip hukum yang didasarkan pada prinsip hukum dari Eropa Barat pada abad ke-19 yang didasarkan pada pinsip-prinsip hukum romawi. Prinsip hukum (umum) tersebut, antara lain, asas bertetangga baik (good neighbourliness) dan prinsip pertanggungjawaban negara (state responsibility). 3. Judgements and the Teachings of highly Qualified Writers, keputusan-keputusan hakim dalam kasus-kasus hukum internasional (Yurisprudensi) juga menjadi sumber hukum internasional walaupun kedudukannya merupakan sumber hukum tambahan. Contoh kasus lingkungan the trail smelter. Dari keputusan kasus tersebut yang diputus pada tahun 1934. Dari keputusan kasus tersebut lahirlah prinsip dalam hukum lingkungan, yaitu suatu negara di dalam wilayahnya tidak boleh melakukan tindakan sedemikian rupa sehingga merugikan negara lain. Prinsip hukum tersebut kemudian diadopsi sebagai salah satu prinsip dalam deklarasi stockholm 1972. Selain itu pendapat
8

http://tyokronisilicus.wordpress.com/2010/06/09/rezim-hukum-lingkungan-internasional/

(ajaran) penulis-penulis terkemuka di dalam hukum (lingkungan) Internasional juga bisa menjadi sumber hukum tambahan. 4. Soft Law, hasil-hasil kesepakatan Internasional yang tidak bersifat Legally Binding. Kesepakatan yang dimaksud, misalnya deklarasi-deklarasi yang dihasilkan dalam konferensi internasional yang membahas perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini bisa dicontohkan, Deklarasi Stockholm 1972, Dekalaasi Rio 1992, Forest Principles 1992, dan Agenda 21. Ketentuan tersebut walau secara formal disebut bersifat Nonlegally Binding, di dalam faktanya sangat diperhatikan untuk dijadikan landasan ketentuan hukum nasional.

Analisis:
1. Kebijakan mengenai hukum lingkungan internasional pada dasarnya merupakan sebuah runutan ketetapan kerjasama lintas Negara yang menjadikannya acuan dalam mengambil sebuah berkaitan dengan kebijakan Negara internasional. kebijakan yang lingkungan menyangkut

2. Kerusakan lingkungan (dalam konteks hukum) disebabkan oleh perbuatan manusia oleh karena itu, tindakan manusia yang merusak ini harus dikendalikan. Salah satu alat pengendaliannya adalah hukum dalam hal ini hukum lingkungan. Hukum lingkungan inetrnasional adalah prinsip-prinsip yang mengatur perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat lintas batas negara. Sedangakan hukum lingkungan itu sendiri adalah sekumpulan ketentuan dan prinsip-prinsip hukum yang diberlakukan untuk melindungi kepentingan pengelolaan hukum.

Anda mungkin juga menyukai