Anda di halaman 1dari 3

Bismillahirrahmanirrahim

Tukang Kebun Disebutkan ada seorang hamba sahaya yang kemudian dimerdekakan oleh pemiliknya. Sahaya yang bernama Mubarak itu kemudian bekerja sebagai buruh di perkebunan buah delima milik seorang yang kaya raya.Beberapa tahun bekerja di kebun itu semua berjalan biasa-biasa saja. Pekerjaan dilakukan Mubarak dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab. Sampailah suatu hari pemilik kebun datang berkunjung ke kebun buahnya bersama teman dan para kolega. Kepada si buruh, pemilik kebun meminta: Wahai Mubarak, tolong ambilkan untuk kami beberapa buah delima yang manis rasanya! Mubarak lalu memetik beberapa buah delima dan segera menyuguhkannya kepada sang majikan. Buah delima itupun dipecah dan dicicipi dan ternyata rasanya kecut. Karena kecewa dan malu kepada para tamu, pemilik kebun dengan mimik serius bertanya: Wahai Mubarak, apakah kamu tidak bisa membedakan delima berasa manis dan yang berasa kecut? Mubarak dengan tanpa beban menjawab: Tuan, bukankah engkau tidak memberiku izin memakan delima agar mengerti dan bisa membedakan delima yang kecut dan yang manis?! Pemilik kebun yang tidak percaya dan merasa dikibuli Mubarak berkata: Kamu mengatakan seperti itu sementara kamu sudah bekerja dan menjaga kebun ini sekian tahun lamanya?. Rasa penasaran akhirnya mendorong pemilik kebun bertanya kepada para tetangga dan orang-orang yang tinggal di sekitar kebun. Semua orang yang ditanya hanya memberikan jawaban sama. Jangankan mengerti dan membedakan rasa buah, satu buah pun Mubarak tidak pernah mencicipi. Hal demikian membuat hati pemilik kebun akhirnya percaya dan bahkan sangat terkesan dengan Mubarak sehingga dengan penuh kesadaran berkata; Wahai Mubarak, sesungguhnya aku hanya memiliki seorang puteri semata wayang. Katakanlah padaku dengan siapa aku akan menikahkan puteriku? Mubarak menjawab: Wahai tuanku, orang yahudi menikahkan karena harta benda. Orang nashrani menikahkan karena kecantikan. Orang arab menikahkan karena keturunan. Sementara kaum muslimin menikahkan atas dasar ketaqwaan. Karena itu darimanakah golongan anda, nikahkanlah puteri anda dengan golongan yang anda termasuk di dalamnya! Pemilik kebun bertanya:Lantas adakah orang yang lebih bertaqwa melebihi dirimu?. Pemilik kebun itu akhirnya menikahkan puteri tunggalkan dengan Mubarak. Subhaanallah,Maha Suci Allah, Mubarak mampu menjaga diri untuk tidak memakan satu buah delima di kebun di mana ia bekerja akhirnya justru memilik kebun sekaligus pemiliknya. Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah pasti memberi ganti yang lebih baik. Di kemudian hari dari pasangan tukang kebun yang bertaqwa dan puteri pemilik kebun itu terlahir seorang tokoh sufi terkenal bernama Abdullah bin Mubarak ra.

Mahasiswa Kehabisan Bekal Seorang mahasiswa Al Azhar dari daerah Shoid biasa hadir dan secara rutin mengikuti kajian seorang Syekh. Karena kiriman dari rumah beberapa minggu sudah telat, seluruh bekal yang dimiliki sudah habis. Tak ada lagi uang untuk bisa membeli makanan.Akhirnya ia tidak hadir dalam kajian yang biasa diikuti. Pada jam di mana biasanya mengaji, ia justru melangkahkan kaki tanpa arah dan tempat tujuan pasti. Hanya satu dalam fikiran dan hatinya yaitu mendapatkan beberapa remukan roti atau beberapa suap nasi untuk sekedar mengganjal perutnya. Tak terasa kakinya melangkah sampai di sebuah gang sempit. Dalam kondisi lapar yang sangat itulah ada sebuah pintu rumah terbuka begitu saja hingga sebuah lemari berisi makanan terlihat begitu jelas menggoda selera. Tanpa sadar ia masuk dan membuka lemari serta mengambil sepotong roti. Saat hendak menelan cuilan roti yang telah siap di tangan itulah ia tersadar. Sadar sepenuhnya bahwa ia datang di Kairo ini untuk mencari ilmu. Sedangkan ilmu adalah cahaya. Memakan potongan roti ini tanpa terlebih dulu meminta izin pemiliknya berarti kegelapan dalam hati. Kegelapan dan cahaya tidak pernah bisa berkumpul bersatu. Jika salah satu datang maka pasti mengusir yang satunya. Akhirnya meski dengan perut keroncongan karena kelaparan yang sangat, ia meninggalkan roti itu dan bergegas kembali mengikuti kajian ilmu. Usai kajian ditutup, seorang wanita datang mendekat kepada Syekh dan berbicara secara khusus dengan beliau. Tak ada para hadirin saat itu yang mengetahui apa isi pembicaraan tersebut. Tak lama, Syekh memanggil: Wahai hamba Allah, kemarilah!.Orang yang dipanggil yang tidak lain adalah pemuda yang sedang menahan lapar, segera menghambur memenuhi panggilan gurunya. Syekh lalu berkata; Apakah kamu mau menikah?. Si pemuda balik bertanya: Mohon Syekh tidak bergurau. Demi Allah, sudah sejak tiga hari ini tak ada makanan apapun yang masuk ke dalam perut saya. Lantas bagaimana saya menikah? Syekh menjelaskan: Ibu ini datang mengabarkan bahwa suaminya telah meninggal dunia dan meninggalkan seorang puteri serta kekayaan melimpah. Ibu ini juga bilang ingin memiliki menantu seorang lelaki sholeh untuk hidup bersamanya dan bersama pula menjaga dan mengembangkan harta benda peninggalan suaminya. Setelah menyatakan kesediaan maka Syekh dan si pemuda serta para hadirin segera menuju rumah si wanita. Sesampai di rumah itu dan suguhan makanan dihidangkan si pemuda sontak menangis. Gurunya bertanya:Mengapa menangis? Apakah kami memaksamu untuk menikah? si pemuda menjawab: Tidak, tetapi beberapa saat lalu saya sempat memasuki rumah ini dan hendak mengambil makanan yang dihidangkan ini, lalu saya ingat bahwa ini haram maka saya lalu meninggalkannya karena Allah. Kini justru Allah mengembalikan makanan ini beserta tambahannya melalui jalan yang halal Dan barang siapa yang bertaqwa maka Allah akan selalu menjadikan jalan keluar baginya dan memberikan rizki dari arah yang tidak disangkanyaQS At Thalaq: 2-3.

Anda mungkin juga menyukai