Anda di halaman 1dari 11

6

BAB II KAJIAN TEORI A. Sistem Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu dan lainnya dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan satuan interkoneksi (Marsudi,2006 : 7 ). Jadi, sebuah sistem tenaga listrik harus terdiri dari pusat-pusat pembangkit, saluran transmisi, dan saluran distribusi yang saling berhubungan. Prinsipnya energi listrik pertama dihasilkan dari pusatpusat pembangkit dan kemudian disalurkan kepada pusat beban melalui saluran transmisi kemudian dari pusat beban disalurkan kepada kosumen. Atau bisa saja langsung dari pusat pembangkit disalurankan kepada konsumen melalui saluran distribusi tanpa melewati saluran transmisi tergantung dari pada letak pembangkit dengan pelanggan. Perhatikan gambar dibawah.

= Pengaman

Gambar.2.1.Sistem Tenaga Listrik B. Generator Sinkron Generator sinkron atau yang disebut juga alternator adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik bolakbalik. Dikatakan sinkron sebab frekuensi listrik yang dibangkitkan sinkron dengan putaran mekanis generator tersebut.(Stephen J Chapman,1998:375. Prinsip kerja generator sinkron adalah rotor (kumparan) diputar oleh turbin

(turbin gas,air,uap dll.) diantara stator (kumparan/belitan), mengakibatkan pada stator (magnet) timbul gaya gerak listrik (ggl). Perhatikan gambar 2.2!

(a)

(b) Gambar.2.2.(a)Prinsip Kerja Generator dan (b) Generator uap di PLTGU Sicanang Belawan

C. Transformator Arus Tranformator arus berfungsi untuk merubah arus disisi primer menjadi arus sekunder dengan rasio tertentu yang kemudian digunakan sebagai input dari relai pengaman (Lukito,Haryo : 2007). Dimana belitasn sisi primer lebih sedikit dari belitan sekunder (tidak lebih dari 5 belitan. Perhatikan gambar 2.3 di bawah!

Gambar.2.2.a. Simbol Trafo Arus

Gambar.2.2.b. Gambar Trafo Arus

Rumus perbandingan antara lilitan dan arus primer dengan lilitan dan arus sekunder sama dengan trafo daya yaitu:
N IP = s Is Np

dimana: IP Is Ns Ns = Arus Primer = Arus Sekunder = Lilitan Primer = Lilitan Sekunder

Contoh: Generator uap 1 (GU.1) 100MVA dengan arus maksimal 8000A, untuk mendapatkan arus sebesar 5 amper sebagai input relai, maka berapa jumlah lilitan sekunder trafo arus (ct) yang digunakan jika lilitan primernya 5 belitan?

Jawab:
N IP = s Is Np

8000 N s = 5 5
8000 .5 = 5 N s 40000 = 5 N s Ns Ns 40000 5 = 8000 =

maka jumlah lilitan sekunder trafo arus adalah 8000 belitan. Pemilihan trafo arus juga harus memperhatikan besarnya tegangan generator, karena jika melebihi batas tegangan ct, akan menimbulkan tegangan tembus pada ct tersebut. C. Relay Proteksi Apabila terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, misalnya arus lebih, tegangan lebih dan sebagainya, maka perlu diambil tindakan untuk mengatasi gangguan tersebut. Karena apabila dibiarkan, maka gangguan akan semakin luas dan mungkin dapat merusak semua peralatan yang ada pada sistem. Untuk itu mutlak diperlukan sistem pengaman yang andal. Salah satu komponen yang penting untuk pengamanan tenaga listrik adalah relai pengaman (protective relay). Relay pengaman adalah susunan piranti, baik magnetik maupun elektronik yang direncanakan untuk mendeteksi suatu kondisi ketidak normalan pada peralatan listrik yang bisa membahayakan atau tidak diinginkan (Supriyadi,1999:21). Apabila terjadi gangguan, maka relay pengaman akan secara otomatis memberikan sinyal atau perintah untuk membuka pemutus tenaga (circuit breaker) agar bagian yang terganggu segera dipisahkan dari sistem yang normal. 1. Syarat- Syarat Relai:

10

Proteksi sistem tenaga listrik diharapkan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Cepat Beraksi Proteksi harus secepat mungkin beraksi bila terjadi kondisi abnormal pada sistem. b. Selektif Selektif berarti proteksi harus cermat dalam mengamankan, karena itu perlu koordinasi yang baik pada sistem proteksi. Diharapkan pengamanan hanya terjadi pada daerah yang mengalami gangguan, tidak secara keseluruhan hingga sistem tenaga listrik tidak dapat bekerja. c. Peka / Sensitif Sistem proteksi harus peka atau sensitive terhadap gangguan meski gangguan yang terjadi hanya gangguan yang minimum. d. Andal dan Reliabel Sistem proteksi dikatakan andal bila memiliki harga 90 s/d 99 %. Misalkan dalam setahun terjadi 25x gangguan dan sistem proteksi dapat bekerja dengan baik sebanyak 23x maka keandalan relai adalah:
23 x100% = 92% 25

2. Jenis-Jenis Relai Berdasarkan komponen pembuatnya ada 2 jenis relai yaitu,


a.

Relai Mekanik : relai yang komponen dasarnya adalah kumparan dan bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik sehingga memiliki kontak mekanik.

b. Relai Statis : relai yang komponen dasarnya adalah komponen elektronika dan tidak memiliki kontak mekanik.

D. Relay Arus Lebih

11

Rao,M. dalam Supriyadi (1999 : 33) menyebutkan bahwa relay arus lebih merupakan suatu relai relay yang bekerjanya berdasarkan adanya arus yang melebihi suatau nilai pengaman tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Berartinya relay akan bekerja jika pada system terjadi kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Pada dasarnya relay arus lebih merupakan alat yang mendeteksi besaran arus yang melewati suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh dilewatinya disebut dengan setting. Gangguan yang menyebabkan gangguan arus lebih pada generator adalah a. b. c. Hubung singkat antar fasa, dan Hubung singkat fasa ke tanah. Beban lebih

1.

Jenis Jenis Relay Arus Lebih Ada 2 jenis relay arus lebih yang digunakan pada sistem tenaga listrik ini

disebabkan karena adanya karakteristik arus lebih yang terjadi serta keperluan koordinasi pengaman. Beberapa relay arus lebih tersebut adalah sebagai berikut:

a. Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik (Invers Overcurrent Relay ).

Prinsip kerja relay ini adalah waktu yang diperlukan untuk memutus suatu sistem yang diproteksinnya berbanding terbalik dengan besar arus. Jadi, semakin besar arus lebih yang terjadi semakin sedikit/cepat pula waktu yang diperlukan untuk memutus sistem. Perhatikan gambar 2.3(a) dan 4.2(b)

12

B us-bar

T C P P T M A D C I Ir C T R /T

( b) ( a)

Gambar.2.3.(a)Rangkaian Sederhana Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik dan (b)Karakteristiknnya Keterangan: P DC A T R CT = Pegas = Baterai = Alarm = Timer = Relay = Current Transformer

13

b. Relay Arus Lebih Waktu Pasti (Defenite Time Over Current Relay).

Relay arus lebih waktu tertentu ini dilengkapi dengan Relay Keterlambatan Waktu ( Relay Time Lag). Prinsip kerja relay ini adalah waktu yang diperlukan untuk memutus sistem yang diproteksinya harus sesuai dengan waktu yang telah ditentukan (time setting), serta mengabaikan besar ataupun kecil arus lebih yang terjadi. Perhatikan gambar 2.4(a) dan 4.3(b)

B -b r us a t

T C P P T M A D C t1 Ir C T R T

I1

( b)

( a)

14

Gambar.2.4.(a)Rangkaian Sederhana Relay Arus Lebih Waktu Tertentu dan (b) Karakteristiknnya Keterangan: P DC A T R CT = Pegas = Baterai = Alarm = Timer = Relay = Current Transformer

Gambar di atas adalah merupakan gambar rangkaian sederhana system pengamanan gangguan arus lebih dengan menggunakan relai mekanik. PLTGU belawan menggunakan relai arus lebih 7SJ50 (merupakan jenis relai statis) pada generator. (lihat gambar 2.5a). Secara sederhana prinsip kerja relai 7SJ50 ini dapat dilihat pada gambar 2.5(b).

15

(a)

Ke Beban

Generator

16

(b) Gambar.2.5.(a) relai arus lebih 7SJ50 (b) Rangkaian Sederhana Relai 7sj50 Pada Generator

Anda mungkin juga menyukai