Anda di halaman 1dari 11

Skabies atau Gudikan, salah satu penyakit kulit yang mudah menular ( yang disebabkan oleh kutu Scabies

scabiei ) dari satu orang ke orang lainnya, sehingga tak jarang menyebar dalam keluarga ketika salah satu anggota keluarganya pulang kerumah membawa penyakit ini. Bila sebuah keluarga terjangkit penyakit gudik (skabies) maka tak ayal akan terjadi ritual menggaruk bersama terutama di malam hari. Beberapa penderita penyakit gudik menggambarkan seperti gitaran. Gerakan menggaruk yang mirip bermain gitar di malam hari lantaran rasa gatal yang ditimbulkannya. Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa penyakit gudik (skabies) mudah menular dan menjangkiti sekelompok orang melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Karenanya tak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren. Di daerah kami (Palaran, Samarinda), gudik (skabies) merebak lagi sejak tahun 2002 hingga saat ini. Pada tahap awal, penyakit gudik (skabies) sulit dibedakan dengan penyakit alergi kulit, akibatnya gudik (skabies) menyebar karena penyebabnya tidak diobati. Biasanya, penyakit gudik (skabies) terdeteksi manakala menjangkiti lebih dari 1 orang dalam sebuah keluarga. Scabies (the itch, gudik,budukan,gatal agogo) adalah penyakit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya (kapita selekta edisi 3 jilid 2) Factor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hegynis buruk, sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis dan perkembangan demografis serta ekologik. Cara penularan Kontak langsung (kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Kontak tak langsung (melalui benda) misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.

Penularannya biasanya oleh sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau bentuk larva. Dikenal pula sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia terutama yang memiliki binatang peliharaan seperti anjing. Etiologi Sarcoptes scabiei var. hominis Siklus hidup sarcoptes scabiei Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memelukan waktu 8-12 hari. Yang jantan mati setelah kopulasi, yang betina menggali terowongan di stratum korneum dan bertelur, setelah 3-5 hari menetas menjadi larva, dan 2-3 hari kemudian menjadi nimfa (jantan dam betina). Patogenesis Kelainan kulit disebabkan tungau scabies dan garukan gatal akibat sensitisasi terhadap skret dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul vesikel urtika,dll. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskorisasi, krusta dan infeksi sekunder TANDA-TANDA :: :: :: Keluhan utama pada penderita skabies (gudik) adalah: Rasa gatal terutama waktu malam hari.

Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm. Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.

Lokasi paling sering di sela-sela jari tangan, telapak tangan, pergelangan tangan, siku, ketiak, daerah payudara, sekitar pusar dan perut bagian bawah, sekitar kelamin dan pantat. Sedangkan pada bayi dan anak-anak dapat mengenai wajah, sela-sela jari kaki dan telapak kaki. Pada pria bisa mengenai ujung kemaluan bahkan sekujur kemaluan. Duhhh gatalnya alang kepalang. ( gimana nggaruknya ya )

Ciri-ciri
seseorang terkena skabies adalah kulit penderita penuh bintik-bintik kecil sampai besar, berwarna kemerahan yang disebabkan garukan keras. Bintik-bintik itu akan menjadi bernanah jika terinfeksi. Keluhan yang dirasakan penderita adalah gatal yang hebat dan panas, terutama pada malam har

Diaknosis banding Pyoderma Pediculosis corporis Dermatitis Prurigo Komplikasi Urtikaria Infeksi sekunder Folikulitis Furunkel Infiltrat Eksema infantum Pemeriksaan tambahan Pemeriksaan kerokan histo PA :: DIAGNOSA :: :: :: Penetapan diagnosa skabies (gudik) berdasarkan riwayat gatal terutama pada malam hari dan adanya anggota keluarga atau teman dekat yang sakit seperti penderita ( ini menunjukkan adanya penularan ). Pemeriksaan fisik yang sangat penting adalah dengan melihat bentuk tonjolan kulit yang gatal dan arena penyebarannya. Untuk memastikan diagnosa skabies (gudik) adalah dengan pemeriksaan mikroskop untuk melihat ada tidaknya kutu Sarcoptes scabiei atau telurnya. :: :: :: PENGOBATAN :: :: :: Pengobatan ditujukan pada pemberantasan kutu Sarcoptes scabiei dan mengurangi keluhan gatal serta penyulit yang timbul karena garukan. Antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, kelamin, dll) akibat garukan.
Penyakit ini diobati dengan salep antikudis yang disebut salep 2-4. Setelah penderita mandi, salep dioleskan dan digosok agak keras agar salep masuk ke terowongan dan kontak dengan kutu. Setelah itu, penderita tak boleh mandi selama tiga hari agar obat tersebut tetap bertahan pada tempatnya.

Jika obat tersebut terbasuh air pada waktu mandi, masa kontak kutu kudis dengan obat tersebut tak cukup lama untuk membunuhnya. Pemakaian salep pun harus merata agar semua kutu mati dan tak berkembangbiak lagi. Jika kudis ini disertai infeksi kulit, infeksinya diobati dengan antibiotika bersamaan dengan pengobatan penyakit kudis tersebut. wed Terapi Edukasi kebersihan Scabicide no 1 satu malam sulfur presipitatum 2-5% dioleskan seluruh tubuh 3-4 kali sehari setelah mandi Emulsi benzyl benzoete 20-25 % selama 24 jam gama benzen heksaklorida (gamedsan) 0,5-1% dioleskan selama 24 jam kromatomiton 10% dalam bentuk salep atau krim dipakai dalam 24 jam Anti histamin ex CTM 4mg 3dd1po Anti biotik untuk infeksi sekunder ex amos 500 mg 4dd 1 po

:: :: :: TIPS dan ANJURAN :: :: :: Periksakan ke Puskesmas, dokter, dokter spesialis kulit atau Rumah sakit setempat bila menjumpai penyakit ini untuk mendapatkan pengobatan. Cuci semua baju dan alas tidur (sprei atau sejenisnya) dengan air panas. Mandi teratur dengan sabun. Apabila ada yang sakit Skabies (gudik), periksakan semua anggota keluarga yang kontak dengan penderita. Jika ternyata menderita skabies, obati semuanya secara serempak agar tidak terjadi penularan ulang. Bagi para guru atau Ustadz yang mendapati murid atau santrinya sakit Skabies (gudik) hendaknya menganjurkan kepada murid atau santrinya untuk berobat secara serempak di Puskesmas terdekat atau poliklinik Kulit Rumah Sakit setempat.

Penyakit Skabies pada Manusia

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu: Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo.

Epidemiologi Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita. Insidensi skabies di negara berkembang menunjukan siklus fluktasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic dan permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Beberapa factor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual. Insidensinya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Etiologi Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis, sedangkan varietas pada mamalia lain dapat menginfestasi manusia, tetapi tidak dapat hidup lama. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit. Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm 5 mm per hari. Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari. Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. Patogenesis Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,

vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. Cara Penularan Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat penularan melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk, setelah itu kutu betina akan menggali lobang kedalam epidermis kemudian membentu terowongan didalam stratum korneum. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa dan kemungkinan menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea. Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. Faktor Predisposisi Kebersihan lingkungan sangat penting pada penularan penyakit ini. Scabies pada umumnya terdapat pada komunitas yang berpenghasilan rendah (low income communities) yang kurang memperhatikan kebersihan diri (personal hygiene). Skabies juga dapat terjangkit pada mereka yang tinggal berdesakan seperti pengungsi, anggota tentara pada saat perang, asrama, panti, sekolah, dll. Gejala Klinis Terdapat empat tanda kardinal skabies: 1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya

merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. Klasifikasi Skabies Terdapat beberapa bentuk skabies apitik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain: 1. Skabies pada Orang Bersih Terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan. 2. Skabies Inkognito Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini disebabkan mungkin oleh karena penurunan respon imum seluler. 3. Skabies Nodular Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang agtal. Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid. 4. Skabies yang ditularkan melalui hewan Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena Sarcoptes scabiei pada binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia. 5. Skabies Norwegia Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal

membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah. 6. Skabies pada bayi dan anak Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. 7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. 8. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seksual yang lain seperti gonore, sifilis, pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lainnya. Komplikasi Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering. Pencegahan Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara: Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.

http://www.smallcrab.com/kulit/703-penyakit-skabies-pada-manusia

A. Definisi Skabies Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinnim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.

Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam waktu tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat berubah menjadi nimfa, selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling disukai kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari longlegs dan tangan, siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka, dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut. Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk, sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis serta ekologik. Penularan penyakit skabies inidapat terjadi scara langsung maupun tidak langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren. Adapun cara penularannya adalah sebagai berikut : - Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. - Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll. Penularan biasanya oleh sarcoptes betina yang telah dibuahi atau dalam bentuk larva. Dikenal juga dengan Sarcoptes scabei varian animals yang kadang- kadang dapat menulari manusia, terutama pada orang yang memelihara hewan seperti anjing. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid. Pengklasifikasian dari skabes ini terbagi atas : - Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dn terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai. - Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetala laki-laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies. - Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing, kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan, tidak menyeang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena kutu binatang tidak dapat melanutkan siklus hidupnya pada manusia. - Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering trjadi infeksi sekunder impetigo sehingga terowomgan jarang ditemukan. - Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang pada penderita penyakit kronis dan pada orang yang lanut usia yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang terbatas.

- Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan dan longlegs yang disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjl tetapi sangat menular karena jumlah tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan). B. Etiologi Skabies Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2pasang longlegs di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2pasang longlegs kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan longlegs ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini. C. Manifestasi klinis Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut : - Pruritus nktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas. - Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seliruhanggota eluarga. - Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak longlegs bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah. - Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga hgiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis

kadang kala sulit ditegakkan. Jia penyakit berlangsung lama, dapat tmbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis. D. Patofisiologi Skabies Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. E. Pemeriksaan penunjang Cara menemukan tungau : - Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan aca penutup dan lhat dengan mikroskop cahaya. - Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. - Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat irisa tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya. - Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE. F. Penatalaksanaan Syarat obat yang saint adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah. Jenis obat topical : - Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi. - Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. - Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian. - Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 wad pemakaian terakhir. - Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia. - Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
http://www.lenterabiru.com/2009/09/skabies.htm

Anda mungkin juga menyukai