Anda di halaman 1dari 3

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara

Hakikat Sengketa Peradilan Tata Usaha Negara

Sengketa tata usaha Negara adalah sengketa yang ditimbul dalam bidang tata usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sengketa tata usaha Negara dapat terjadi antara sesama instansi yang berada dalam lingkungan administrasi Negara atau antara instansi dengan instansi lainnya yang bisaa disebut dengan sengketa intern dan juga bisa terjadi antara perkara administrasi negara dengan rakyat atau bisaa diesbut dengan sengketa ekstern. Ada dua macam cara penyelesaian sengketa peradilan tata usaha Negara ini yaitu melalui Upaya Administrasi (vide pasal 48 jo pasal 51 ayat 3 UU no. 5 tahun 1986) dan melalui Gugatan (vide pasal 1 angka 5 jo pasal 53 UU no. 5 tahun 1986). Upaya administrasi yaitu suatu prosedur yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan masalah sengketa Tata Usaha Negara oleh seseorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan tata Usaha Negara, dalam lingkungan administrasi atau pemerintah sendiri. Bentuk upaya administrasi: 1. Banding Administratif, yaitu penyelesaian upaya administrasi yang dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari yang mengeluarkan Keputusan yang bersangkutan. 2. Keberatan, yaitu penyelesaian upaya administrasi yang dilakukan sendiri oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan itu.

Upaya-upaya tersebut dapat ditempuh apabila Badan atau Pejabat TUN yang mengeluarkan KTUN tersebut diberikan wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif, baik berupa; keberatan saja, banding administratif saja atau keberatan dan banding administratif. Sedangkan upaya melalui gugatan dapat dilakukan apabila di dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku tidak ada kewajiban untuk menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara tersebut melalui Upaya Administrasi, maka seseorang atau Badan Hukum Perdata tersebut dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Subjek atau pihak-pihak yang berperkara di Pengadilan Tata Usaha Negara ada 2 pihak, yaitu:
y

Pihak penggugat, yaitu seseorang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan dengan dikeluarkannya Keputusan tata Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara baik di pusat atau di daerah. Pihak Tergugat, yaitu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya.

Upaya peradilan dapat dilakukan melalui Acara Pemeriksaan Bisaa, Acara Pemeriksaan Singkat dan Acara Pemeriksaan Cepat, tergantung kepada kepentingan Penggugat. Dalam acara pemeriksaan bisaa terdapat 5 tahapan pemeriksaan sengketa, yaitu :
1) Pengajuan gugatan, dimana pengajuan gugatan dalam Hukum Acara

TUN agak berbeda dengan Hukum Acara Perdata pada peradilan umum, karena adanya pembatasan waktu pengajuan gugatan yang diatur dalam Pasal 55, dimana disebutkan bahwa gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan/Pejabat TUN.

2) Penelitian

administratif, dimana pihak-pihak yang berwenang melakukan penelitian administratif adalah panitera, wakil panitera, dan panitera muda perkara sesuai dengan pembagian tugas yang diberikan. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran MA Nomor 2 Tahun 1991 dan Surat Ketua Muda MA Urusan Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara tanggal 24 Maret 1992 Nomor 051/Td.TUN/III/1992. 3) Rapat permusyawaratan, yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 62 UU No. 5 Tahun 1986. 4) Pemeriksaan, persiapan, dimana pemeriksaan persiapan ini befungsi untuk mengimbangi dan mengatasi kesulitan seseorang sebagai penggugat dalam mendapatkan informasi atau data yang diperlukan dari Badan atau Pejabat TUN mengingat antara penggugat dan Badan atau Pejabat TUN mempunyai kedudukan yang tidak sama. 5) Pemeriksaan pokok sengketa, dimana pemeriksaan pokok sengketa diawali dengan pemanggilan para pihak sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 65 UU No 5 Tahun 1986. Kemudian yang selanjutnya adalah Acara Pemeriksaan Cepat yang diatur dalam Pasal 98 UU. No. 5 Tahun 1986 yang didalamnya disebutkan bahwa diperbolehkan diadakannya Acara Pemeriksaan Cepat dengan alasan apabila terdapat kepentingan penggugat yang cukup mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan permohonannya.

Anda mungkin juga menyukai