Anda di halaman 1dari 4

ILMU Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi semua umat muslim dan merupakan

jalan yang lurus untuk dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Sadarilah,

menimba ilmu adalah suatu kemuliaan yang sangat besar dan menempati kedudukan tinggi. Ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim. Keutamaan Ilmu dalam AlQuran Ayat yang menerangkan tentang keutamaan ilmu dan celaan terhadap orang yang beramal tanpa ilmu sangatlah banyak. Allah Subhanahu wa Ta'ala membedakan antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh, bagaikan orang yang melihat dengan si buta.

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?[ArRa`ad:19]. Di berbagai tempat dalam Al Quran Allah mencela orang-orang yang bodoh, yaitu: Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [Al Araf:187]. Dan kebanyakan mereka tidak berakal. [Al Maidah:103]. Hukum menuntut ilmu Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua: 1. Wajib, seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa. Inilah yang

dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib. 2. Fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat

jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya.

ADAB-ADAB MENUNTUT ILMU 1. Niat dengan ikhlas Rasulullah SAW pernah berkata bahwa Allah akan menyediakan neraka bagi orang yang mencari ilmu hanya untuk kesenangan dunia semata dan melupakan bahkan menghiraukan kemaslahatan umat islam. Dalam sistem saat ini yang secara klise sekuler, di mana kita telah digiring agar fokus terhadap material yang menyebabkan pudarnya niat mencari ilmu untuk menjadi perisai diri agar terjauh dari kejahiliahan dan arus sesat yang berusaha untuk melemahkan kedudukan islam. Hal ini memiliki korelasi dengan QS Al-Baqarah 235 :

.....Dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang tersemat dalam hatimu maka takutlah kepadaNya dan ketahuilah bahawa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ingatlah bahwa setiap orang akan binasa melainkan orang yang berilmu, setiap orang yang berilmu akan binasa melainkan orang yang beramal dan setiap orang yang beramal akan binasa melainkan orang yang benar benar ikhlas.. Selain itu, Malik bin Dinar rahimahullah berkata: ''Barangsiapa menuntut ilmu untuk dirinya, maka ilmu yang sedikit mencukupinya. Dan barangsiapa menuntut ilmu untuk keperluan manusia (orang lain), maka sesungguhnya kebutuhan orang lain itu tidak berujung''. 2. Tekun berusaha dan tawakal Tekun berusaha dalam arti kita harus fokus terhadap apa yang sedang kita lakukan (belajar). Manusia diberi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ibnu sina merupakan contoh orang yang tekun, walaupun sempat tidak bisa memahami ilmu yang sedang dicari tapi beliau terus mengasah diri dalam memnuntu ilmu dan akhirnya beliau menjadi bapak kedokteran yang oleh orang barat biasa mereka

sebut avicena. Setelah berusaha menuntut ilmu dengan tekun, kita diajarkan untuk bertawakal kepada Allah. Tawakal yang dilakukan haruslah mencukupi syariatnya, yaitu berusaha dengan tekun, yakin, dan berserah diri atas hasil yang ada kepada Allah. 3. Perbanyak Dzikir dan Doa kepada-Nya Dengan dzikir hati akan tenang. Bila secara psiologis kita tenang maka perpindahan ilmu kan mudah terserap oleh kita. Selain itu, dzikir adlaah pengingat agar kita terhindar dari perbuatan maksiat. 4. Menjauhi maksiat Berkata Imam As-Syafii, Saya mengadu pada Waqii tentang buruknya hafalanku. Beliau menasihatiku agar meninggalkan maksiat. Dan memberitahuku bahwa ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat. . Setiap melakukan dosa akan terbentuk noda hitam di hati sehingga ilmu tidak bisa tembus dan akhirnya menjadi ganjalan untuk mencari ilmu. 5. Bergaul dengan teman yang shaleh 6. Memohon doa dan restu kedua orang tua Dari Abdullah bin Amr, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ridha Allah tergantung ridha kedua orang tua dan murka Allah tergantung murka kedua orang tua. (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh al-Albani) . Jika seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya, tentu keduanya akan senang, dan pertanda ridhanya kepadanya. Kemudian mendoakannya, sedangkan doa orang tua itu pasti terjawab. Ada tiga orang yang doanya mustajab dan hal tersebut tidak perlu diragukan lagi. Tiga orang tersebut adalah doa orang yang teraniaya. Doa orang yang sedang bepergian dan doa orang tua untuk kebaikan anaknya. (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh al-Abani). 7. Mengamalkan ilmu yang telah diperoleh Mengamalkan ilmu yang diperoleh, merupakan hal yang paling utama dari suatu ilmu. Oleh karena itu, menurut sejumlah pendapat, mengamalkan ilmu itu wajib hukumnya bagi penuntut / pemilik ilmu. Dia tidak boleh membiarkan begitu saja ilmu yang diperoleh atau dimilikinya tanpa mengamalkannya.Hendaklah dia mengamalkan ilmu tersebut menjadi bermanfaat baik bagi dirinya mau pun bagi orang lain. Insya Allah, pengamalan ilmu ini akan mampu menggiring si pengamalnya ke pintu surga, karena pahala yang selalu didapatnya meskipun dia

telah meninggal dunia.Rasulullah saw bersabda yang artinya : Tidak akan tergelincir kaki seorang hamba hingga dia ditanya tent ang empat perkara: . Tentang ilmunya, apakah dia mengamalkannya (sesuai dengan yang ditetapkan Allah.

Daftar Pustaka
Al-Quran dan Al-Hadist

www.almanhaj.or.id www.halaqah.org

Anda mungkin juga menyukai