Anda di halaman 1dari 2

http://romisatriawahono.

net/2006/06/23/media-pembelajaran-dalam-aspek-rekayasa-perangkat-lunak/ Hasil dari penyusunan dan diskusi tentang aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran saya share di bawah. Penjelasan lengkap tentang aspek yang susun akan saya tulis di artikel terpisah. Mudah-mudahan bisa menjadi acuan dan persiapan bagi rekan-rekan guru SMA di seluruh Indonesia yang ingin mengikuti lomba pembuatan media pembelajaran yang diselenggarakan Dikmenum tahun 2006 ini. Kriteria ini rencananya akan kita gunakan juga untuk menilai karya yang masuk pada program Smart Teacher yang baru saja kita launching. Aspek Rekayasa Perangkat Lunak Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran Reliable (handal) Maintainable (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah) Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya) Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada) Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program) Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain)

Aspek Desain Pembelajaran Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis) Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran Interaktivitas Pemberian motivasi belajar Kontekstualitas dan aktualitas Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran Kedalaman materi Kemudahan untuk dipahami Sistematis, runut, alur logika jelas Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi

Aspek Komunikasi Visual Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan Sederhana dan memikat Audio (narasi, sound effect, backsound,musik) Visual (layout design, typography, warna) Media bergerak (animasi, movie) Layout Interactive (ikon navigasi)

Penjelasan lengkap untuk penilaian dalam aspek rekayasa perangkat lunak dapat dinikmati dari artikel dalam situs ini berjudul Aspek Rekayasa Perangkat Lunak dalam Media Pembelajaran. Berbagai upaya dilakukan guru agar siswa mau belajar efektif. Beberapa teori, pendekatan, metode sampai kepada media pembelajaran digunakannya demi keberhasilan para siswanya. TEORI Gestalt menyebutkan, yang dimaksud belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Teori ini bukan menyuruh siswa untuk menghafal, tetapi belajar memecahkan masalah merumuskan hipotesis dan mengujinya. Pada akhirnya, dengan bimbingan guru siswa dapat membuat kesimpulan. Pembelajaran seperti ini menuntut siswa aktif dan guru hanya membantu secara minimal.

Siswa belajar mengolah bahan melalui diskusi, tanya jawab, demonstrasi, survei lapangan, karya wisata, atau di perpustakaan. Menyikapi teori pembelajaran di atas maka pembelajaran bahasa Indonesia sangat tepat kalau menggunakan teori tersebut. Pelaksanaannya, guru membutuhkan media pembelajaran. Media pembelajaran adalah perantara sumber pesan dengan penerima pesan yang berperan penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran juga merupakan wahana informasi yang bertujuan terjadinya proses belajar pada diri siswa sehingga akan terjadi perubahan perilaku, baik berupa kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor (keterampilan). Selain itu, media pembelajaran memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. Hasil belajar siswa dengan menggunakan media diharapkan bertahan lama sehingga kualitas belajarnya baik, memiliki nilai yang tinggi. Media pembelajaran bukan sebagai alat bantu semata, tetapi harus bisa memberikan kontribusi yang berarti. Melalui media pembelajaran, materi yang disampaikan oleh guru akan lebih jelas. Oleh karena itu, guru tak boleh mengabaikannya manakala media tersebut tidak ada. Pada era globalisasi sekarang ini banyak tersebar berbagai media yang dapat menunjang pembelajaran di sekolah. Media siap pakai, canggih, dan modern mungkin sudah biasa digunakan di sekolah favorit. Bahkan, mungkin siswa-siswanya pun mampu membelinya. Tanpa media, mereka tidak bisa belajar secara maksimal. Apalagi sifat mereka yang serba ingin tahu terhadap hal-hal yang baru. Bagaimana dengan siswa-siswa yang berada di daerah terpencil? Mampukah mereka memiliki media modern? Padahal mereka juga sama, serba ingin tahu. Tugas gurulah yang menentukan media yang tepat sesuai dengan situasi tempat siswa belajar, walaupun media tersebut tidak modern. Yang penting media tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia tak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan sastra. Aktivitas membaca merupakan awal dari setiap pembelajaran bahasa. Dengan membaca, siswa dilatih mengingat, memahami isi bacaan, meneliti kata-kata istilah dan memaknainya. Selain itu, siswa juga akan menemukan informasi yang belum diketahuinya. Dari hasil membaca, siswa dilatih berbicara, bercerita dan mampu mengungkapkan pendapat juga membuat kesimpulan. Bagaimana menciptakan situasi pembelajaran bahasa Indonesia agar lebih menarik? Media apa saja sebagai pendamping buku teks? Selain buku teks, ada media cetak lainnya yang dapat mendukung proses pembelajaran bahasa Indonesia, misalnya majalah atau surat kabar. Contoh dapat kita ambil dari surat kabar yang banyak memuat ilmu pengetahuan. Materi pembelajaran bahasa Indonesia akan semakin kaya dan sangat terdukung dengan kehadiran media cetak surat kabar. Guru bahasa Indonesia harus dapat memotivasi siswa agar mau membaca surat kabar. Dengan membaca surat kabar, mereka mampu beropini, baik di kelas pada waktu belajar atau melalui majalah dinding (mading) yang ada di sekolahnya. Selanjutnya, siswa pun mampu beropini melalui media cetak. Saat ini media yang khusus untuk bacaan pelajar masih sangat sedikit, karena surat kabar terlalu didominasi media cetak hiburan. Adakah motivasi siswa untuk membaca surat kabar? Masih perlukah mereka dengan ilmu pengetahuan? Dengan membaca surat kabar setiap hari, ilmu pengetahuan siswa akan bertambah. Tanpa disadari sebenarnya mereka juga sedang belajar bahasa Indonesia. Guru akan merasa bangga kalau memiliki siswa yang berani mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang santun dan logis. Semoga.*** Penulis, guru bahasa Indonesia SMPN 1 Cibalong Kab. Tasikmalaya.

Anda mungkin juga menyukai