Anda di halaman 1dari 19

INTENSITAS DAN SKALA INTENSITAS

K e l o m p o k III Warsita Phillips Bramantia M Sucianty Teguh Budiman Rudin

Yehezkiel Halauwet Relly Margiono

Tommy Ardiansyah

Kelompok III

Layout


Intensitas dan sejarah skala intensitas


   

Skala makroseismik eropa (EMS) Skala Marcelli yg dimodifikasi (MMI) Akurasi penafsiran Equivalensi antara skala-skala

 

Pengumpulan data makroseismik


y Kuesioner Makroseismik y Investigasi lapangan

Pengolahan Data Makroseismik


y y y y

Penafsiran intensitas dari data Peta isoseismal Atenuasi intensitas Hubungan dengan parameter-parameter getaran tanah
Kelompok III

Intensitas dan Skala Intensitas


Intensitas dapat didefinisikan sebagai suatu klasifikasi kekuatan getaran di sembarang tempat selama gempabumi, dalam hal dampak yang diamati. Kenyataan bahwa intensitas secara mendasar merupakan suatu klasifikasi, sama dengan Skala Beaufort untuk kecepatan angin, ketimbang parameter fisik, berpengaruh pada kondisi-kondisi khusus dalam penggunaanya. Yang terutama di antaranya adalah bahwa skala intensitas berupa bilangan cacah (integer) ketika ditetapkan sebagai data hasil observasi. Untuk menegaskan hal ini, secara tradisional telah digunakan angka Romawi dalam menyatakan nilai intensitas .
Kelompok III

Intensitas dan Skala Intensitas Penggunaan intensitas paling awal menurut catatan adalah oleh Egen pada tahun 1828, meskipun kuantifikasi secara sederhana terhadap kerusakan telah dilakukan pada abad sebelumnya oleh Schiantarelli dalam tahun 1783 (Sarconi, 1784). Meskipun demikian, baru pada kuartal terakhir abad ke-19 penggunaan penggunaan intensitas tersebar luas; skala pertama yang digunakan secara internasional adalah Skala Rossi-Forel tahun 1883 yang terdiri atas sepuluh tingkat. Sejarah awal skala intensitas dapat diperoleh dalam Davison (1900, 1921, 1933), studi yang lebih belakangan terdapat dalam Medvedev (1962).

Kelompok III

Intensitas dan Skala Intensitas


Skala Sieberg (1912, 1923) menjadi landasan semua skala intensitas modern yang terdiri atas dua-belas tingkat. Versi barunya yang dikenal sebagai Skala Mercalli- CancaniSieberg, atau Skala MCS (Sieberg, 1932), masih digunakan di Eropa Selatan. Versi 1923 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Wood dan Neumann (1931) dan secara tidak tepat dinamakan sebagai Skala Mercalli yang Dimodifikasi (Modified Mercalli Scale atau MM Scale). Skala ini diperiksa secara seksama dan menyeluruh pada tahun 1956 oleh Richter (1958) yang menahan diri supaya jangan menambahkan namanya ke versi yang baru untuk menghindari kerancuan dengan Skala Richter Dalam magnitudo. Sebagai gantinya, versi Richter dinamakan Skala Mercalli yang Dimodifikasi tahun 1956 (Modified Mercalli Scale of 1956 atau MM56) meskipun pada kenyataannya keterkaitan dengan Mercalli sekarang sudah sangat jauh.

Kelompok III

Intensitas dan Skala Intensitas


Modifikasi lokal terhadap skala Richter MM56 sudah dilakukan di Australia dan Selandia Baru. Upaya-upaya yang lebih baru untuk memodernisasi lebih lanjut skala MM, misalnya oleh Brazee (1978) belum menjadi populer Pada tahun 1964 Skala MSK versi pertama dipublikasikan oleh Medvedev, Sponheuer dan Karnik (Sponheuer dan Karnik, 1964). Skala baru ini berdasarkan pada MCS, MM56 dan karya sebelumnya oleh Medvedev di Rusia, dan banyak mengembangkan aspek kuantitatif agar skala tersebut lebih berdaya-guna. Skala ini digunakan secara meluas di Eropa, dan sedikit dimodifikasi pada pertengahan 1970-an dan pada tahun 1981 (Ad hoc group, 1981). Pada tahun 1988, Komisi Seismologi Eropa setuju untuk memulai revisi secara menyeluruh Skala MSK. Hasil kerjanya (yang dilaksanakan oleh suatu kelompok kerja internasional yang besar di bawah kepemimpinan Gottfried Grnthal, Potsdam) dipublikasikan dalam bentuk konsep pada tahun 1993, setelah melalui suatu periode pengujian dan revisi, versi finalnya diluncurkan pada tahun 1998 (Grnthal, 1998). Skala yang baru ini kurang-lebih kompatibel dengan Skala MSK yang lama, tetapi pengaturannya sangat berbeda sehingga diberi nama baru Skala Makroseismik Eropa (European Macroseismic Scale atau EMS). Sejak publikasinya, skala ini telah diadopsi secara meluas di dalam dan juga di luar Eropa).

Kelompok III

Intensitas dan Skala Intensitas

Satu-satunya skala intensitas penting yang tidak memiliki dua-belas tingkat (sekarang Skala Rossi-Forel sudah tidak banyak lagi digunakan) adalah Skala Badan Meteorologi Jepang (Japan Meteorological Agency Scale atau Skala JMA) yang terdiri atas tujuh tingkat. Skala ini berdasarkan atas karya Omori, dan umumnya digunakan di Jepang (tetapi tidak di tempat yang lain). Baru-baru ini dilakukan modifikasi terhadap Skala JMA, tingkat 5 dan 6 masing-masing dibagi menjadi bagian atas dan bagian bawah, dan secara eksplisit menjelaskan adanya skala tingkat 0, sehingga secara keseluruhan menjadi skala 10tingkat (JMA, 1996).
Kelompok III

Intensitas dan Skala Intensitas

Sampai pada taraf tertentu, tahun-tahun pertengahan pada abad ke-20 menunjukkan adanya suatu penurunan minat terhadap investigasi makroseismik, akibat meningkatnya monitoring secara instrumental. Akan tetapi, sejak pertengahan 1970- an telah terjadi kebangkitan kembali minat terhadap subyek makroseismik karena diperlukan untuk revisi seismisitas historis dan sangat penting dalam penafsiran bahaya seismik. Studi makroseismik gempabumi modern adalah vital untuk: studi kalibrasi gempabumi historis; studi atenuasi lokal, dan investigasi kerentanan (vulnerability) , bahaya seismik dan resiko seismik.
Kelompok III

Skala Makroseismik Eropa (EMS)


EMS menggunakan rangkaian 6 kelas kerentanan yang secara langsung mewakili kekuatan, dan melibatkan jenis konstruksi, tetapi juga faktor lain seperti pengerjaan dan kondisi bangunan. Kelas- kelas kerentanan ini memungkinkan suatu pendekatan yang fleksibel tetapi kokoh untuk menafsirkan intensitas dari kerusakan. Skala EMS secara lengkap dipublikasikan dalam Grnthal (1998). Publikasi ini juga berisi contoh-contoh pengukuran intensitas dan dapat diperoleh secara penuh dari alamat web berikut ini: http://seismohazard.gfz-potsdam.de/projects/ems/index.html. Meskipun dari nama skala tersebut (yang merefleksikan kenyataan bahwa skala ini dikembangkan atas dorongan Komisi Seismologi Eropa), skala ini cocok digunakan di luar Eropa, dan talah digunakan dengan sukses untuk menafsirkan intensitas gempabumi modern di berbagai belahan dunia.
Kelompok III

Intensitas dan Skala Intensitas

Kelompok III

Intensitas dan Skala Intensitas

Kelompok III

Akurasi penafsiran

Dengan kekuatan getaran tertentu, diharapkan bahwa bangunan-bangunan yang kekuatannya ekuivalen tidak akan merespons dengan cara yang secara keseluruhan seragam. Melainkan harus ada suatu level patokan kerusakan yang diamati, dengan beberapa bangunan mengalami kerusakan yang kurang parah dan lainnya lebih parah.
Kelompok III

Ekuivalensi antara skala-skala

Dalam praktik sudah sering diusahakan untukmembuat ekuivalensi antara skala-skala intensitas yang berbeda dengan menggunakan suatu diagram yang membandingkan tingkat-tingkat yang berbeda dari suatu skala dan dibuat ekuivalensi langsung tingkat- tingkatnya atau dengan suatu deretan kotak-kotak tumpangtindih terhadap luasan yang lebih kecil atau lebih besar.

Kelompok III

Kuisioner makroseismik

Ada dua tipe dasar kuesioner makroseismik. Tipe pertama adalah kuesioner yang harus dijawab oleh individu warga yang menceritakan pengalamannya tentang gempabumi. Tipe kedua adalah kuesioner yang dirancang untuk dijawab oleh seseorang yang mengetahui pengalaman keseluruhan masyarakat. Yang mana dari kedua pendekatan ini yang digunakan akan menentukan bentuk investigasi makroseismik secara keseluruhan; pilihan yang diambil oleh investgator mungkin akan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.

Kelompok III

Pengumpulan data makroseismik

Investigasi lapangan Setelah terjadi gempabumi dengan intensitas tinggi, perlu dilakukan investigasi. Anggota tim harus meliputi mereka yang berpengalaman dalam teknik gempabumi (earthquake engineering), geoteknik dan seismologi. Di lapangan perlu mengombinasikan survei rinci dan survei umum tentang perilaku struktural bangunan. Data harus dikumpulkan sebagai catatan tertulis atau foto. Agar dapat menentukan hubungan kerusakan dengan skala intensitas, diperlukan informasi tentang :
    

kekuatan bangunan; kekuatan dan kelemahan dalam konstruksi teknis, hal-hal khusus tentang kerentanan yang buruk atau ketahanan yang tinggi, ketidak-teraturan atau simetri dalam desain bangunan, kualitas material yang digunakan, dan lain-lain. Aspek geoteknis juga harus diinvestigasi

Kelompok III

Pengolahan data makroseismik


Penafsiran intensitas dari data Konversi dari informasi diskriptif ke data intensitas numerik dengan menggunakan skala intensitas dalah hal yang mendasar dalam studi makroseismik Peta isoseismal Penyajian data intensitas yang disajikan dalam bentuk peta. Suatu isoseismal dapat didefinisikan sebagai suatu garis yang membatasi daerah yang di dalamnya memiliki intensitas yang secara predominan sama atau lebih besar dari pada nilai tertentu

Kelompok III

Atenuasi intensitas
Atenuasi intensitas, atau laju peluruhan getaran terhadap jarak dari episenter, dapat dinyatakan dalam dua cara. Yang pertama, ada penurunan intensitas terhadap intensitas episenter. Ini diperlihatkan dalam rumus Kvesligethy (1906) seperti yang tercantum pada Pers. (12.7); bentuk atenuasi intensitas ini sangat terkait dengan penentuan kedalaman dari intensitas. Yang kedua, atenuasi intensitas juga dapat dinyatakan sebagai fungsi magnitudo dan jarak. Rumus ini biasanya berupa fungsi dengan bentuk I = a M + b log R + c R + d Dengan R adalah jarak (miring) hiposenter, sedangkan a, b, c dan d adalah konstanta Karena sebagian besar katalog gempabumi memasukkan magnitudo sebagai salah satu parameternya, bentuk atenuasi intensitas ini sangat berguna dalam studi bahaya seismik. Intensitas adalah parameter yang bagus untuk menyatakan bahaya seismic karena intensitas berkaitan langsung dengan kerusakan. Jika dibandingkan dengan parameterparameter fisik gerakan tanah, intensitas memberikan nilai-nilai bahaya yang lebih relevan bagi perencana bangunan dan penjamin asuransi

Kelompok III

Hubungan Intensitas dengan parameter-parameter gerakan tanah


Upaya-upaya untuk menyetarakan intensitas dengan parameter fisik gerakan tanah, terutama seperti puncak percepatan tanah (peak ground acceleration atau PGA), bukanlah hal yang baru. Sebuah skala awal (dari Cancani) dimaksudkan untuk sedikit lebih baik dari pada tabel angkaangka intensitas dan harga-harga PGA yang ekivalen, table seperti ini masih sering dijumpai dalam literatur. Meskipun demikian, tabel tersebut tidak dapat diandalkan; tulisan ilmiah pada tahun 1970-an (misalnya, Trifunac dan Brady, 1975) menunjukkan bahwa intensitas dan PGA sangat lemah korelasinya, dan setiap upaya untuk menentukan korelasi antara keduanya selalu menunjukkan sebaran yang parah sehingga praktis tidak ada gunanya. Penelitian mutakhir telah diarahkan untuk melihat cara lain dalam menghubungkan intensitas dengan parameter fisik gerakan tanah, termasuk percepatan spektral dan intensitas Arias.
Kelompok III

SEKIAN
DAN TERIMA KASIH

Kelompok III

Anda mungkin juga menyukai