Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili retrovidae. Penularan HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Sehingga kelompok resiko tinggi trhadap HIV/AIDS misalnya pengguna narkotika, pekerja sex komersil dan pelanggannya, serta narapidana. Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4+. Limfosit CD4+ bertugas mengkoordinasi sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang progresif. Dalam tubuh ODHA, pertikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk ke tahap AIDS pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi pasien AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukan gejala AIDS, kemudian meninggal. Perjalanan penyakit tersebut menunjukan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sistem kekebalan tubuh yang juga bertahap. Infeksi HIV tidak akan langsusng memperlihatkan tanda atau gejala tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada sekelompok kecil orang yang perjalan penyakitnya amat cepat, dapat hanya sekitar 2 tahun, dan ada pula yang perjalanannya lambat (non-progressor). 1

Seiring

dengan

makin

memburuknya

kekebalan

tubuh,

ODHA

mulai

menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik seperti berat badan menurun, demam lama, rasa lemah, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberkulosis, infeksi jamur, herpes, dll. Toxoplasmosis merupakan suatu penyakit zoonosis. Toxoplasma gondii, hidup pada hospes defenitifnya yaitu mamalia golongan Felidae(kucing), manusia dan mamalia lain adalah hospes perantara. Seseorang mendapat infeksi toxoplasma melalui transmisi transplasental dari ibu ke janin, makan daging yang kurang matang yang mengandung kista, transplantsi organ, serta transfusi darah. Pasien imunodefisiensi mempunyai resiko tinggi untuk mengidap toxoplasmosis yang berat dan sering fatal. Toxoplasmosis dapat berkembang dalam berbagai bentuk penyakit susunan saraf pusat seperti ensefalitis, meningoensefalitis atau S.O.L. Yang tersering adalah ensefalitis, keadaan ini terjadi pada 80% kasus. Gejala-gejala yang sering terjadi adalah gangguan mental, defisit neurologik, sakit kepala serta gangguan nervus kranialis. Diagnosis toxoplasmosis dapat melalui tes serologi untuk mendeteksi antibodi Ig.G anti-Toxoplasma. Pemeriksaan CT-scan otak menunjukkan gambaran menyerupai cincin yang multipel pada 70-80% kasus.

LAPORAN KASUS

Seorang wanita, usia 32 tahun, telah menikah 2 kali. Pekerjaan sebagai pelayan kafe, pendidikan terakhir tamat SLTA. MRS pada tanggal 2 Mei 2011 dengan keluhan utama sakit kepala dan sakit rahang. Riwayat penyakit sekarang : sakit kepala dirasakan penderita sejak 1 minggu SMRS, sakit kepala menghebat sejak 2 hari SMRS. Sakit kepala terasa seperti ditusuktusuk dibagian depan dan belakang kepala, menghilang setelah minum obat sakit kepala. Sakit kepala diikuti dengan pusing. Pusing berputar-putar. Membuat penderita tidak bisa beraktivitas. Sakit rahang sejak 1 minggu SMRS. Penderita mengeluh tidak bisa mengunyah sejak 1 minggu SMRS. Sariawan juga dialami penderita sejak 1 tahun yang lalu, tidak sembuh dengan minum obat. Wajah mencong ke arah kiri dialami sejak 1minggu yang lalu. Keluhan ini terjadi tiba-tiba. Penderita pernah berobat rawat jalan di dokter spesialis 1 bulan yang lalu dan mendapat pengobatan. Nafsu makan penderita menurun, berat badan menurun. Pada riwayat penyakit dahulu ditemukan bahwa pasien didiagnosis dengan RVD dan sedang dalam terapi, serta sedang dalam terapi OAT bulan ke-2 yang diberikan oleh dokter spesialis. Pada riwayat penyakit keluarga didapatkan bahwa hanya penderita yang mengalami penyakit seperti ini. Riwayat pribadi / sosial, sebelum sakit penderita bekerja sebagai pelayan kafe di Papua selama 1 tahun. Penderita sudah menikah 2 kali dan penderita mengaku pernah berhubungan badan berganti pasangan tanpa memakai pengaman. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum penderita tampak sakit berat, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/80, nadi 72 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu badan 36,1C. Tinggi badan 160cm. Berat badan 45 kg. Umur menurut dugaan pemeriksa 30-an tahun, bentuk badan mesomorf, cara berbaring dan mobilisasi aktif, habitus astenikus, mobilisasi aktif. Pada pemeriksaan kulit didapatkan warna sawo matang, lapisan lemak cukup. Pada pemeriksaan kepala didapatkan ekspresi tampak lemah dengan gerakan wajah sebelah kiri tertinggal, rambut hitam tidak mudah dicabut, 3

wajah konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm, refleks cahaya positif, gerakan bola mata aktif. Pada pemeriksaan telinga tidak ditemukan tophi, lubang normal, cairan tidak ada, selaput pendengaran intak. Pada pemeriksaan hidung tidak ditemukan deviasi, tidak ada secret dan tidak ada perdarahan. Pada pemeriksaan mulut ditemukan sariawan dan oral trush, foetor tidak ada, bibir tidak sianosis, gigi tidak ada caries, lidah beslag tidak ada, mukosa basah, pembesaran tonsil tidak ada dan faring tidak hiperemis. Pada pemeriksaan leher, tidak ditemukan bejolan dan tidak ditemukan pembesaran kelenjar gondok dan kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan thoraks, inspeksi dada terlihat simetris, tidak ada retraksi, tidak ada kelainan kulit. Pada pemeriksaan paru dari inspeksi terlihat simetris, tidak ada kelainan kulit. Pada palpasi stem fremitus kiri sama dengan kanan. Perkusi terdengar redup kiri dan kanan didaerah basal. Pada auskultasi suara pernapasan menurun pada kedua paru didaerah basal. Ronkhi ada, wheezing tidak ada. Pada pemeriksaan jantung didapatkan didapatkan pada inspeksi iktus kordis tidak tampak, pada palpasi iktus kordis teraba disela iga 5 garis midklavikularis sinistra, ada kuat angkat. Pada perkusi didapatkan batas jantung kiri sesuai dengan iktus kordis di sela iga 5 garis midclavicularis sinistra dan pinggang jantung (+), serta batas jantung kanan disela iga 4 garis sternalis dekstra. Auskultasi, irama teratur, denyut jantung 72 x/menit, reguler, tidak ditemukan bising dan gallop. Pada auskultasi didaerah katup-katup jantung ditemukan M1>M2, T1>T2, A2>A1, P2>P1, A2>P2. Pada pemeriksaan abdomen, pada inspeksi terlihat datar, tidak ada tanda-tanda pelebaran pembuluh darah vena. Pada palpasi teraba lemas, nyeri tekan epigastrium tidak ada, hepar dan lien tidak teraba, ballotement tidak teraba, perkusi timpani, nyeri ketok kostovertebrae kiri dan kanan tidak ada, auskultasi bising usus normal. Pada pemeriksaan kelamin tidak ditemukan kelainan. Pada ekstrimitas warna kulit sawo matang, tidak ada tremor, tidak ada deformitas pada jari, clubbing finger tidak ada, kuku sianosis (+), capillary refill time kurang dari 2, edema dikedua tungkai tidak ada, otot eutrofi, bengkak pada sendi tidak ada, gerakan aktif dan pasif normal, kekuatan otot normal. Pada pemeriksaan refleks fisiologi normal, refleks patologi negatif.

Hasil laboratorium masuk 2/5/2011: LED 150 mm/jam, leuko 7500 /L, eritrosit 3,55 juta/mm3, Hb 9,2 gr/dL, hematokrit 32,8 %, trombosit 412.000 /L, granulosit 73,3 %, GDS: 93 mg/dl, creatinin 0,8 mg/dl, ureum 15 mg/dl, albumin 2,1 g/dl, globulin 4,22,1 g/dl, Na 138 mEq/L, K 3,3 mEq/L, Cl 99 mEq/L. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, penderita didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + anemia pada penyakit kronik + Susp. Bells Palsy Terapi diberikan IVFD Dektrosa 5% 20 tetes per menit, sumagesic 3x1 tab, ranitidin 2x1 tab, OAT dan ARV dilanjutkan. Obat dari dokter spesialis berupa staviral (stavudin) 1-0-1, avolam 150mg 1-0-1, efavirenz 0-0-1, rifampisin 150mg, isoniazid 75mg, pirazinamid 400mg, ethambutol hydroclorida 275 mg. Planning: cek darah lengkap, GDS, elektrolit, konsul bagian neurologi. Hari perawatan ke-2 (03 Mei 2011) keluhan penderita masih sakit kepala, dan sakit rahang. Keadaan Umum sedang, kesadaran kompos mentis, Tekanan darah 120/90 mmHg, nadi 84x/menit, respirasi 20 x/menit, dan suhu badan 36,1C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (+),sklera ikterik (-) gerakan wajah sebelah kiri tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Hasil laboratorium: Leukosit: 4.900; eritrosit: 3.70 juta; Hb: 11,2; Hct: 34,0; Trombosit: 499.000; protein total 8,4; GDS: 98; asam urat: 9,7; albumin: 3,5; globulin: 4,9; SGPT:24; SGOT: 21; natrium: 138; kalium: 3,4; klorida: 98. Didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + anemia pada penyakit kronik+ Bells Palsy + neuralgia. Terapi: Dektrosa 5% 20 tetes per menit, Tramadol 3x1 tab, ranitidin 2x1 tab, staviral (stavudin) 1-0-1, avolam 150mg 1-0-1, efavirenz 0-0-1, rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg, ethambutol-HCl 275 mg. Candystatin drops 3x1drop. Jawaban konsul neurologi: Bells Palsy sinistra. Hari perawatan ke-3 (04 Mei 2011) keluhan penderita masih sakit kepala, dan sakit rahang. Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 24 x/menit, dan suhu badan 36C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (+),sklera ikterik (-),gerakan wajah sebelah kiri tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Didiagnosis 5

dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + anemia pada penyakit kronik + Bells Palsy + neuralgia. Terapi sama seperti hari sebelumnya. Hari perawatan ke-4 (05 Mei 2011) keluhan penderita masih sakit kepala, dan sakit rahang. Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 76x/menit, respirasi 20 x/menit, dan suhu badan 36C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (+),sklera ikterik (-),gerakan wajah sebelah kiri tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + anemia pada penyakit kronik + Bells Palsy + neuralgia. Terapi: Dektrosa 5% : Ringer Laktat 20 tetes per menit, Tramadol 3x1 tab, ranitidin 2x1 tab, staviral (stavudin) 1-0-1, avolam 150mg 1-01, efavirenz 0-0-1, rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg, ethambutolHCl 275 mg. Candystatin drops 3x1drop. Planning: CT-Scan kepala. Hari perawatan ke-5-sampai ke-8 (06-09 Mei 2011) keluhan penderita masih sakit kepala dan sakit rahang. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 76x/menit, respirasi 24 x/menit, dan suhu badan 36,3 C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (+),sklera ikterik (-), gerakan wajah sebelah kiri tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + anemia pada penyakit kronik+ Bells Palsy + neuralgia. Terapi: dilanjutkan sama seperti hari sebelumnya. Planning: CT-Scan kepala (tunggu jaminan kesehatan). Hari perawatan ke-9, 10 Mei 2011 keluhan sakit kepala dan sakit rahang berkurang. Rasa tidak enak di perut bila minum clindamycin. Tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 84x/menit, respirasi 20 x/menit, dan suhu badan 36,3 C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (+),sklera ikterik (-), gerakan wajah sebelah kiri tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + anemia pada penyakit kronik + Bells Palsy + neuralgia ec susp. toksoplasmosis. Terapi: dilanjutkan sama seperti hari sebelumnya ditambah vitamin Bcomp. tab 1-0-0, bio ATP 3x1 tab. Planning: CT-Scan kepala (tunggu jaminan kesehatan), cek DL, ureum, creatinine, Na, K Cl, SGPT, SGOT. Hari perawatan ke-10, 11 Mei 2011 keluhan sakit kepala berkurang. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78x/menit, respirasi 22 x/menit, dan suhu badan 36,4 C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-), gerakan wajah sebelah kiri 6

tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Hasil laboratorium: Leukosit: 8.900; eritrosit: 3.67 juta; Hb: 11,7; Hct: 34,1; Trombosit: 402.000; protein total 7,8; creatinine: 0,7; ureum: 12; GDS: 98; asam urat: 9,7; albumin: 3,6; globulin: 4,2; SGPT: 17; SGOT: 47; total kolestrol: 314; HDL: 56; LDL: 213; trigliserida: 226; natrium: 134; kalium: 3,7; klorida: 95. Didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral+ Bells Palsy + neuralgia ec susp. toksoplasmosis. Terapi: dilanjutkan sama seperti hari sebelumnya.. Planning: CT-Scan kepala (tunggu jaminan kesehatan). Hari perawatan ke-11& ke-12 (12-13 Mei 2011) keluhan sakit kepala berkurang. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 76x/menit, respirasi 22 x/menit, dan suhu badan 36,5 C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-), gerakan wajah sebelah kiri tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + anemia pada penyakit kronik + Bells Palsy + neuralgia ec susp. toksoplasmosis + hiperkolesterolemia. Terapi: dilanjutkan sama seperti hari sebelumnya ditambah dengan simvastatin 10mg 0-0-1. Planning: CTScan kepala (tunggu hasil). Hari perawatan ke-13 (14 Mei 2011) keluhan sakit kepala(-). Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 22 x/menit, dan suhu badan 36,1 C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-), gerakan wajah sebelah kiri tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + Bells Palsy + neuralgia ec susp. toksoplasmosis hasil). Cek DL Hari perawatan ke-15 (16 Mei 2011) keluhan sakit kepala(-). Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 94x/menit, respirasi 20 x/menit, dan suhu badan 36,1 C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-), gerakan wajah sebelah kiri tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Hasil laboratorium: Leukosit: 9.200; eritrosit: 3.58 juta; Hb: 11,4; Hct: 33,9; Trombosit: 465.000; creatinine: 0,7; ureum: 14; GDS: 104; asam urat: 5,9; natrium: 145; kalium: 3,2; klorida: 101,3. Didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + Bells Palsy + neuralgia ec susp. toksoplasmosis + hiperkolesterolemia + Hiperurisemia. Terapi: 7 + hiperkolesterolemia. Terapi: dilanjutkan sama seperti hari sebelumnya(kaltrofen dan tramadol dihentikan). Planning: CT-Scan kepala (tunggu

Dektrosa 5% : Ringer Laktat 20 tetes per menit, staviral (stavudin) 1-0-1,efavirenz 0-0-1, avolam 150mg 1-0-1, rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg, ethambutol-HCl 275 mg. Clindamycin 4x 300mg, Fansidar hI 1x6 tab(hari selanjutnya fansidar 3x 25mg), Vitamin B6 tab 1-0-0, allopurinol 1x100mg. Planning: Cek Ig.G anti Toxoplasma. Hari perawatan ke-17, 18 Mei 2011 keluhan sakit kepala(-). Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 24 x/menit, dan suhu badan 36,3 C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-), gerakan wajah sebelah kiri tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Laboratorium: Ig.G-anti Toxoplasma Positiv (kons: 1,064). Didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + Bells Palsy + neuralgia ec susp. toksoplasmosis + hiperkolesterolemia + Hiperurisemia. Terapi : sama seperti sebelumnya. Hari perawatan ke-18, 19 Mei 2011 keluhan sakit kepala(-). Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 86x/menit, respirasi 22 x/menit, dan suhu badan 36,3 C. Pemeriksaan kepala konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-), gerakan wajah sebelah kiri tertinggal. Thoraks: dbn, abdomen: dbn, ekstremitas:dbn. Hasil Laboratorium: Ig.G Anti-Toxoplasma (+) Kons: 1,064. Didiagnosis dengan RVD on ARV + TB Paru on therapy + candidosis oral + Bells Palsy + neuralgia ec susp. toksoplasmosis + hiperkolesterolemia + Hiperurisemia. Terapi: Dektrosa 5% : Ringer Laktat 20 tetes per menit, staviral (stavudin) 1-0-1,efavirenz 0-0-1, avolam 150mg 1-0-1, rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg, ethambutol-HCl 275 mg. Clindamycin 4x 300mg. Fansidar 3x25mg, Vitamin B6 tab 10-0, allopurinol 1x100mg. Planning : konsul Div.Tropik Infeksi untuk Rawat Jalan Penderita kemudian mendapat persetujuan dari Div.Penyakit Tropik Infeksi, untuk pulang dan rawat jalan di Poli.Interna.

PEMBAHASAN

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV Seseorang dinyatakan terinfeksi HIV apabila dengan pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi HIV, baik dengan metode pemeriksaan antibodi atau pemeriksaan untuk mendeteksi adanya virus dalam tubuh. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang terinfeksi HIV sangatlah penting, karena pada infeksi HIV gejala klinisnya baru bisa terlihat bertahun-tahun lamanya. Konseling HIV merupakan diskusi antara pasien dan konselor yang bersifat long term atau short term dan mempunyai 2 tujuan umum, yaitu: mencegah penularan HIV dan memberi dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pasien yang tertular HIV. Voluntary counseling and testing (VCT) merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV dilaboratorium. Secara garis besar pemeriksaan HIV dapat dibagi menjadi, pemeriksaan serologik untuk mendeteksi adanya antibody terhadap HIV dan pemeriksaan untuk mendeteksi keberadaan virus HIV. Deteksi adanya virus HIV dalam tubuh dapat dilakukan dengan isolasi dan biakan virus, deteksi antigen, dan deteksi materi genetik dalam darah pasien. Pemeriksaan yang lebih mudah dilaksanakan adalah pemeriksaan terhadap antibody HIV, dengan menggunakan metode ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay). Diagnosis AIDS ditegakkan apabila terdapat infeksi oportunistik atau limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mm3. Pada pasien ini, dari anamnesis diketahui penderita pernah MRS pada tanggal 6 April 13 April di RS. Umum Ratatotok Buyat dengan diagnosa dengan RVD oleh dokter spesialis. Dari riwayat sosial penderita sudah menikah 2 kali dan tidak mempunyai anak, dan penderita mengaku ada riwayat berhubungan badan berganti pasangan. Bersamaan dengan progresivitas infeksi HIV dan penurunan imunitas, penderita menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Pada pasien ini ditemukan adanya infeksi kandida, mikobakterium tuberkulosis. 9

HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Secara umum, penatalaksanaan ODHA terdiri atas beberapa jenis : 1. pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat antiretroviral. 2. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS. 3. Pengobatan suportif.

Tatalaksana pada pasien ini diberikan staviral (stavudin) 1-0-1, avolam 150mg 1-0-1, efavirenz 0-0-1. Diagnosis Tb paru pada pasien ini, berdasarkan hasil pemeriksaan dari dokter spesialis dan pasien tengah menjalani pengobtan OAT bulan ke-2 sehingga pemeriksaan sputum tidak dilakukan lagi. Dari anamnesis diketahui penderita pernah mengalami penurunan berat badan >5 kg dalam sebulan, batuk yang lama dimana sudah 2 bulan dialami oleh pasien, adanya keringat malam. Tatalaksana TB paru, pada pasien ini rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg, ethambutol-HCl 275 mg, Vitamin B6 0-1-0. Dalam keadaan normal, tubuh umumnya resisten terhadap infeksi jamur, namun pada kondisi imunokompromise sangat reantan terhadap infeksi jamur. Candida albicans merupakan penyebab kandidiasis yang paling sering ditemukan. Candida albicans ditemukan sebagai mikororganisme komensal pada manusia, khususnya di kulit, dalam mulut, tinja dan vagina. Kandidiasis oral ditemukan sebagai bercak berwarna putih yang konfluen dan melekat pada mukosa oral serta faring. Lesi ini biasanya tanpa nyeri tetapi pembentukan fisura pada sudut mulut dapat menimbulkan nyeri. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan spesimen dimana terdapat gambaran pseudohifa. Pada pasien ini, kandidosis oral didiagnosis dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis ditemukan bahwa pasien sering mengalami sariawan sejak 1 tahun yang lalu, tidak sembuh dengan minum obat. Pada pemeriksaan fisik, di mukosa mulut tampak

10

gambaran oral_thrush yang patognomonik untuk Candidiasis. Pengobatan yang diberikan adalah Candistatin (nistatin) oral-drip 3x sehari selama 5 hari. Toxoplasmosis merupakan salah satu infeksi oportunistik yang sering terjadi pada pasien dengan imunokompromise. Toxoplasmosis dapat berkembang dalam berbagai bentuk penyakit susunan saraf pusat seperti ensefalitis, meningoensefalitis atau S.O.L. Yang tersering adalah ensefalitis, keadaan ini terjadi pada 80% kasus. Gejala-gejala yang sering terjadi adalah gangguan mental, defisit neurologik, sakit kepala serta gangguan nervus kranialis. Penderita juga dicurigai infeksi toksoplasma dengan adanya keluhan nyeri kepala hebat yang lama. Pada toksoplasmosis jika SSP terlibat dapat terjadi meningoensefalitis lokal maupun difus. Dari ekspertisis CT scan kepala penderita ditemukan adanya brain ejection meningoensefalitis dengan tuberculoma dan multiple abses. Tes serologi dengan pemeriksaan Ig.G anti toxoplasma menunjukkan hasil positif. Setelah didiagnosa dengan toksoplasmosis pasien kemudian diterapi dengan Fansidar selama 4-6minggu sampai tampak perbaikan radiologis. Gambaran CT-scan kepala

11

Anda mungkin juga menyukai