Anda di halaman 1dari 2

5 alasan mengapa mencari jodoh itu sulit

dengan 82 komentar Karena blog ini (mungkin) lebih banyak dibaca anak muda, bekerja di Jakarta, umur 25-35 tahun, mapan & mandiri, saya ingin sedikit memfokuskan topik diskusi ini, untuk teman-teman yang merasa sulit menemukan jodoh, -dan memang berniat mendapatkan jodoh- (harusnya semua orang pasti menginginkan memiliki pendamping kan) Yang menarik, ternyata tidak hanya saya yang punya cukup punya banyak stok teman yang sering dimintai bantuan untuk mencarikan pasangan hidupnya. Tapi banyak juga teman saya yang lain yang menjadi distributor seperti ini, Sama-sama punya banyak stok, tapi kenapa memasangkan satu-sama lain tidak semudah kelihatannya. Ada yang tahu, yang bikin sulit itu apa? Banyak alasan yang dipakai orang untuk membenarkan bahwa mencari jodoh itu sulit (ini yang sangat saya kesalkan, setiap menjodohkan client saya) mungkin jawaban yang paling banyak ditemukan adalah: 1. Ga bisa memilih Ini adalah alasan yang paling banyak dipakai para pria, di early quarter life crisis 24-29 tahun, selepas kuliah dan mendapatkan pekerjaan. Biasanya pada stage ini, si pria memiliki 3-4 orang kandidat yang datangnya dari: teman kantor, adik kelas, rekomendasi orang tua dll dkk, yang kadang bikin si pria arogan. Ah cari pasangan gampang kok Ini adalah titik yang paling membahagiakan pria sekaligus berbahaya, seiring supply dari rekan wanita yang mulai waspada semakin banyak. Akibatnya muncul perasaan tenang (yang berbahaya) bahwa jodoh tidak datang kemana. Saran: Jangan terlalu lama memilih, kalau kandidat terbaik perhari ini adalah Titi, karyawan bagian purchase, yang kelihatannya biasa aja, -tapi dia tertarik dengan anda- lets go, sikat aja. 2. Ga yakin (dengan calonnya) Mungkin ini alasan yang paling banyak dipakai wanita. Banyak pengalaman dilapangan menunjukkan bahwa lelaki tidak bisa (takut) berkomitmen dengan wanita. Memang menjadi suami tidaklah mudah, dengan segala beban dan tanggung jawabnya. Menjadi single, terbang merdeka bak burung dara jelas lebih menyenangkan buat para pria. Saran: Buat perempuan yang bingung (ga yakin) dengan seseorang pria, menurut saya daripada cowok alim, ganteng, kaya pintar tapi ga bisa berkomitmen, lebih baik cowok biasa aja, tapi bertanggungjawab (berkomitmen). 3. Ketakutan yang tidak perlu Belum cukup dana untuk pesta nikah, belum punya pekerjaan dengan gaji 9 juta/bulan, belum sekolah ke inggris, dan sejuta alasan yang mengada-ada. Saya tidak terlalu tertarik membahas ini. Semua ini tidak perlu.

Saran: ketakutan itu wajar, ingat kita membangun bahtera rumah tangga, jadi kalau infrastruktur ga siap ya bakal berantakan juga. Tapi inti persoalan ini sederhana, bergantung kesiapan pasangan kita. Calon istri kita ekspektasinya apa? masih masuk akal engga? kalau engga? terlalu muluk2? yo wis, tinggalin aja, cari yang lebih siap. Pernikahan itu bukan soalan yang terlalu tinggi, tapi juga bukan soalan yang remeh-temeh. Kalau sang pasangan tidak siap, ya artinya selamanya juga tidak akan siap. Dua alasan lain, saya menunggu dari teman-teman. Ada masukan? Sebentar Jar, untuk late quarter life crisis gimana? maksudnya untuk pria umur 29-35? apakah alasan mereka masih sama? Terus untuk perempuan, apakah ga yakin (sangsi dengan kadalnya pria) itu berlaku sepanjang tahun? atau bakal ada perubahan?

Anda mungkin juga menyukai