Anda di halaman 1dari 2

-

Bahan Pangan (Perikanan, Pertanian, Hasil Hutan) Meningkatkan produktivitas dan kualitas, Pemberdayaan Usaha Kecil agar dapat meningkatkan daya saing,

Manufaktur dan Tekstil


produk TPT Indonesia masih berhasil mendapat tempat yang cukup baik di pasar luar negeri, bahkan memiliki daya saing yang cukup tinggi di pasar internasional. Ini terbukti dari cukup besarnya kontribusi devisa yang dihasilkan dari sektor ini dari tahun ke tahun maupun kontribusi Indonesia terhadap perdagangan TPT internasional dibanding negara-negara eksportir lainnya. Pada 2006 misalnya, devisa yang dihasilkan dari sub sektor TPT mencapai US$ 9,5 miliar Tantangannya yaitu pada biaya energi yang mahal, infrastruktur pelabuhan yang belum kondusif, mesin-mesin pertekstilan yang sebagian besar sudah sangat tua. Persiapan yang harus dilakukan yaitu meningkatkan kapasitas produksi (melalui restrukturisasi mesin), mengatur supply energy dengan baik, meningkatkan kesejahteraan buruh, pengawasan masuknya produk tekstil illegal dari China.

Biofarmaka dan Minyak Atsiri Salah satu komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan adalah biofarmaka, yaitu tanaman obat-obatan. Indonesia, mempunyai potensi yang tinggi untuk digunakan sebagai lahan pengembangan industri herbal medicine dan health food yang berorientasi ekspor Hal yang perlu disiapkan yaitu peningkatan nilai tambah produk, sosialisasi manfaat biofarmaka kepada Negara lain, memperluas jaringan pemasaran.

Pariwisata Stabilitas politik, Meningkatkan keamanan, infrastruktur

Ada tiga aspek yang terkait dengan industri wisata yaitu regulasi, iklim usaha dan infrastruktur, serta sumber daya. Tiga aspek tersebut kemudian dibagi menjadi 14 sektor dan masing-masing dinilai dalam skala 1 sampai dengan 7. Semakin tinggi nilai rata-rata yang didapat suatu negara,

semakin tinggi peringkat negara tersebut. Berada di urutan ke-80 turun dibandingkan posisi ke-60 tahun lalu - Indonesia meraih nilai 3,70. Dibandingkan anggota ASEAN lain, Indonesia berada di bawah Singapura (urutan ke-16 dunia), Malaysia (32), dan Thailand (42). Pada aspek regulasi, Indonesia mendapat nilai 3,8 dan berada di urutan ke-108. Pada empat dari lima sektor pada aspek ini, nilai Indonesia termasuk sangat rendah dan peringkatnya berada di atas 100. Bahkan pada bidang pelestarian lingkungan, Indonesia berada di urutan ke-126 atau nomor lima dari bawah. Satu-satunya sektor yang mendapatkan nilai tinggi adalah program pemerintah mendukung industri wisata. Nilai yang didapat adalah 5,7 (urutan ke-11). Nilai yang didapat pada aspek kedua, iklim usaha dan infrastruktur, adalah 3,2 atau urutan ke-86. Satu hal menarik untuk dicatat, yaitu harga barang dan jasa di Indonesia diakui sebagai yang paling kompetitif. Pada sektor tersebut Indonesia mendapatkan nilai 6 dan menduduki urutan pertama dari seluruh negara yang dinilai. Sayangnya tingkat harga yang kompetitif tersebut belum ditopang oleh aspek lain, seperti sarana transportasi udara (urutan ke-61); sarana transportasi darat (98); sarana penunjang di objek wisata (109); dan sarana teknologi informasi (94). Akibatnya nilai rata-rata pada aspek kedua ini juga masih rendah. Nilai Indonesia pada aspek ketiga - sumber daya termasuk cukup bagus yaitu 4,2 atau berada di urutan ke-53. Pada sektor sumber daya alam kita menduduki peringkat ke-26 dan sumber daya manusia berada di peringkat ke-34. Yang mengejutkan adalah peringkat di bidang potensi budaya. WEF hanya memberi nilai 2,1 dan mendudukkan Indonesia pada urutan ke-80.

pemerintah pusat dan daerah diharapkan mampu mendorong pemasaran dalam negeri ini lebih agresif, memberikan dorongan baru untuk mempermudah mobilisasi wisatawan nusantara itu, dan mendorong pertumbuhan destinasi secara lebih agresif dan nyata.

Anda mungkin juga menyukai