Anda di halaman 1dari 10

PENGKODEAN BERBUKA

A. Definisi Istilah Konsep Kategori : : Label konseptual yang diatributkan pada kejadian, peristiwa, dan contoh fenomena diskrit lainnya. Klasifikasi konsep. Penggolongan ini dilakukan saat konsep dibandingkan satu sama lainnya terbukti berhubungan dengan fenomena yang satu sama lainnya dan terbukti berhubungan dengan fenomena yang sama. Dengan begitu, konsep tersebut diekompokkan bersama di bawah konsep yang lebih abstrak yang berada di urutan atasnya yang disebut kategori. Proses menganalisis data Hasil-hasil pengkodean. Catatan ini merupakan salah satu bentuk memo. Proses menguraikan, memeriksa, membandingkan, mengkonsepkan, dan mengkategorikan data. Atribut atau karakterisitk yang berkaitan dengan suatu kategori. Lokasi sifat-sifat sepanjang kontinum. Proses menguraikan suatu sifat menjadi ukuran-ukurannya.

Pengkodean Catatan Kode Pengkodean Berbuka

: : :

Sifat : Dimensi : Dimensionalisasi :

Ilmu tidak akan ada tanpa konsep. Mengapa konsep begitu penting? Karena dengan menyebutkan fenomena itu sendiri berarti kita telah menetapkan perhatian sinambung padanya. Bila arah perhatian kita telah jelas, kita dapat mulai menguji dan mengajukan pertanyaan tentang fenomena tersebut (yang sekarang dinamakan konsep). Pertanyaan tersebut tidak hanya menerangkan apa yang kita lihat. Dalam bentuk proposisi (hipotesis)-nya ditunjukkan bagaimana fenomena bisa saling dikaitkan satu sama lain. Proposisi memungkinkan penarikan kesimpulan (deduksi) yang pada gilirannya akan memandu pengumpulan data yang mengarah pada pembuktian lebih dalam (induksi) dan pengujian sementara terhadap proposisi. Pada tahap akhir, dengan adanya spestfikasi konsep dan hubungannya yang disusun berdasarkanp proposisi, terbuka peluang komunikasi antar peneliti termasuk hubungan timbal-balik antara diskusi dan argument yang diperlukan untuk meningkatkan pengembangan ilmu. (Masalah ini dibahas secara rinci dalam Blumer 1969, hlm. 153-182).
Dapat dipahami bahwa penentuan konsep atau proposisi dimaksudkan untuk menentukan tujuan penelitian yang ingin dilakukan, sehingga pada saat pelaksanaan penelitian dapat menjawab tujuan penelitian itu sendiri dan yang paling penting tetap berada pada koridor konsep dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya yang berisi pertanyaan-pertanyaaan penelitian. Secara definitif, Konsep dapat dimaknai sebagai ide umu, penegetian, pemeikiran, rancangan maupun rencana dasar. Ataupun gagasan pokok.

Lalu, apakah manfaat dari hal-hal yang disebut tadi bagi pengkodean berbuka? Pengkodean berbuka merupakan bagian dari analisis yang terutama berkaitan dengan pemberian nama dan pengelompokkan fenomena melalui pemeriksaan data yang cermat. Tanpa langkah awal analisis dasar ini, langkah analisis berikutnya dan penyampaiannya tidak dapat dilakukan. Selama pengkodean berbuka, data diuraikan menjadi bagian-bagian diskrit, diperiksa dengan cermat, dibandingkan perbedaan

dan persamaannya, dan diajukan pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena tersebut sebagaimana tercermin dari data. Melalui proses ini, asumssi seorang peneliti atau peneliti lainnya tentang fenomena dipertanyakan atau dieksplorasi, sehingga mengantarkannya pada penemuan baru. B. Prosedur

Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, meski sifatnya berubah-ubah sesuai dengan jenis pengkodeannya. Yang pertama berhubungan dengan pembuatan perbandingan, yang kedua berhubungan dengan pengajuan pertanyaan. Pada kenyataannya grounded theory seringkali disebut dalam literatur-literatur sebagai metode analisis melalui pembandingan terusmenerus(the constant comparative method of analysis) ( Glaser& Strauss 1967,hlm. 101-l1 6). Kedua prosedur ini membantu memberikan ketepatan dan kekhasan konsep dalam teoretisasi data. Kami akan menunjukkan penggunaan kedua prosedur ini untuk mencapai tujuan konseptualisasi dan kategorisasi data melalui pengkodean berbuka. Pelabelannya dilakukan dengan tidak sambil lalu. Perhatikanlah cara pemanfaatannya. Untuk pembahasan lebih lanjut tentang teknik-teknik ini, lihat Glaser( 1978,h lm 5672),Glaser& Strauss(1 997,hlm. 106-107) dan Strauss (1987, hlm. 58-64). 1. Pelabelan Fenomena Kita telah membahas mengapa konsep merupakan unit dasar analisis dalam metode grounded thiory. peneliti bisa menghitung data "mentah" namun ia tidak dapat menghubungkankan atau membahasnya dengan mudah. Karenanya konseptualisasi data merupakan langkah awal dalam analisis. Dengan penguraian dan pengkonsepan, berarti kita memisah-misahkan amatan, kalimat, paragraf, dan menamai insiden,ide, atau peristiwa-peristiwa diskrit dengan sesuatu yang mewakili suatu fenomena. Lalu bagaimana kita melakukannya?Kita mengajukan pertanyaan tentang masing-masing tadi, seperti: Apa ini? Apa yang digambarkannya? Kita membandingkan insiden-insiden tersebut, sehingga untuk fenomena yang serupa dapat diberikan nama yang sama. Kalau tidak, kita bisa kesulitan dan sangat kebingungan karena akan terlalu banyak nama. Narasumber Ungaran Indah Busana Uraian Label fenomena

Ungaran Garmen

Trus tanggung jawab yang lain, dimana tanggung jawab dengan lingkungan biasanya tiap akhir tahun menjelang lebaran, apa pas saat menjelang lebaran ya kalau nggak salah, kita juga memberikan donasi ke wilayah sekitar, kalau ada masjid di situ itu yaa kita kasi sumbangan Kambing atau sembako semacam kayak gitu. Sari .kemudian juga ada bantuan-bantuan yang Social Responsibilitynya mengarah kepada fasilitas-fasilitas umum apakah itu jalan, apakah itu ada WC/ Kamar Mandi Umum, apakah itu penerangan, kemudian juga masuk ke Musholla ataupun Masjid dengan kebutuhan-kebutuhan untuk pembangunan apakah itu paving blok, apakah itu sumbangan karpet apakah itu untuk ,apa namanya speaker, aaa..seperti

- Kambing - sembako

Sumbangan hari raya

- Karpet -speaker

Sumbangan Fasilitas sosial

-Jalan -WC/ Kamar Mandi Umum - Paving Blok -saluran got -penerangan -pemberian subsidi -beasiswa -penunjang kegiatan bealajar mengajar

Bantuan Fasilitas umum

Bantuan di bidang pendidikan

Apac Inti

itu Sangat bisa, jadi masyarakat itu kan ada yang rutin ada yang tidak , dan kita alokasikan budget untuk yang rutin kaitannya disini untuk yang itu insiden. Insidentil namanya bantuan untuk fasilitas umum, infrastruktur, misal mereka bikin saluran got, tapi kita memberi ini biasanya swadaya ini berapa, oke kita urunan sekian, kita nggak ngasi semua, karena itu nggak ndidik, itu juga masukan untuk masyarakat, jadi dana masyarakat digali kemudian sekian, kemudian oke kita bantu sekian dan sudah berjalan seperti itu Kita.. berusaha seimbang, mungkin disini ada ya, pendidikan, sosial, lingkungan, yaa sosial, ekonomi, budaya, ada tiga yang kita fokuskan. Pendidikan, mulai dari pemberian subsidi bagi anak-anak warga sekitar yang kurang mampu, beasiswa, penunjang kegiatan bealajar mengajar kemudian mendirikan sekolah sepak bola ini, ini ..

-memberikan donasi -bantuan-bantuan -sumbangan -urunan -swadaya -mendirikan sekolah sepak bola - pemberian subsidi

Mekanismemekanisme Implementasi CSR

Contoh di atas merupakan petikan wawancara terhadap penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan. Program CSR merupakan program yang senantiasa dilakukan oleh perusahaan sebagai sebuah bentuk kewajiban atas sumbangsih perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar pada khususnya. Dalam tahap pelabelan fenomena, hal yang paling penting adalah mencatat seluruh petikan wawancara yang berlangsung ke dalam manuskrip wawancara untuk dapat dibaca berulang-ulang dan di analisis lebih lanjut. Langkah selanjutnya adalah meangamati kata per kata, kalimat atau keseluruhan paragraf, sehingga dapat dipetik sebagai sebuah fenomena. Pada dasarnya pelabelan fenomena adalah melakukan breakdown terhadap keseluruhan transkrip wawancara sehingga dapat dipetik fenomena-fenomena yang muncul dengan cara menyortir kata, kalimat, frase maupun paragraf, kemudian memberikan label atau menamai fenomena tersebut. Sebagaiman contoh di atas dapat dilihat kata, maupun kalimat yang diberi tanda highlight Pada implementasinya, penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan terdiri atas : Pemberian sumbangan, donasi, bantuan, maupun urunan (sharing pembiayaan). Fenomena-fenomena tersebut dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan sebagai bentuk pendekatan atau cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk menerapkan program CSR kepada masyarakat, sehingga untuk menamai fenomena di atas, ditetapkan satu label fenomena, yaitu kata Mekanisme implementasi program CSR yang dapat mewakili cara-cara atau pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menerapkan CSR. Sekarang kita ambil contoh. Dimisalkan bahwa anda tengah berada dalam restoran yang cukup mahal namun terkenal. Restoran tersebut dibangun dengan tiga tingkat.Tingkat pertama untuk bar, kedua untuk ruang makan kecil, dan ketiga untuk untuk ruang makan utama dan dapur. Dapurnya terbuka sehingga anda bisa melihat apa yang terjadi. Anggur, sopi manis (liqueur), dan gelas-gelas untuk menyajikannya juga tersedia di lantai tiga ini. Sambil menunggu makanan, anda memperhatikan seorang wanita berpakaian merah. Dia Nampak baru saja berdiri di dapur sana, namun akal sehat anda

mengatakan bahwa sebuah restoran tidak akan membayar wanita berpakaian warna merah hanya untuk berdiri di sana, terutama di dapur yang sibuk. Rasa ingin tahu anda muncul, lalu anda memutuskan untuk melakukan analisis induktif guna mengetahui apakah anda dapat menetapkan apa pekerjaannya. (Sekali menjadi teoritisi grounded,selamanya akan selalu demikian). Anda perhatikan bahwa ia dengan cermat memandang ke sekitar dapur, ruang kerja, memandang ke sana-sini seolah-olah sesuatu tengah terjadi. Anda bertanya dalam hati, apa yang ia lakukan di sini? Lalu anda menamakan mengawasi. Mengawasi apa? Pekerjaan dapur. Kemudian, seseorang datang dan bertany kepadanya. Dia Menjawab. Tindakan ini berbeda dengan mengawasi. Jadi anda mengkodekannya sebagai penyampaian informasi. Tampaknya ia memperhatikan segala sesuatunya. Anda mengkode tindakan ini sebaga pemerhatian. Wanita tersebut berjalan menuju seseorang dan mengatakan sesuatu kepadanya. Karena insiden ini melibatkan penyampaian informasi, anda juga memberikan label penyampaian informasi. Meski berdiri di tengah-tengah semua aktivitas yang ada, kehadirannya tampak tidak mengganggu, untuk menerangkan fenomena ini, anda menggunakan istilah tidak mengganggu. Dia kembali dan berjalan dengan cepat dan tanpa menimbulkan suara, berarti efisiensi; ia menuju ruang makan, berarti mengawasi; aktivitasnya di sini juga. Tampaknya dia terus mengawasi semua orang dan segala sesuatunya bermakna memantau. Namun memantau apa? Sebagai pengamat yang cerdik, anda memperhatikan bahwa dia memantau kualitas layanan, bagaimana pelayan berinteraksi dengan pelanggan pengaturan waktu pelayanan, berapa banyak kejadian menyilakan pelanggan untuk duduk, melakukan pemesanan dan pengiriman makanan dan tanggapan serta kepuasan pelanggan terhadap layanan tersebut. Seorang pelayan datang dengan pesanan untuk partai besar, lalu si wanita itu membantunya, anda kodekan dengan memberi bantuan. Wanita tersebut tampaknya mengerti pekerjaannya dan memiliki kemampuan. Dalam hal ini, ia berpengalaman. Dia berjalan menuju dinding dekat dapur dan melihat sesuatu yang agaknya berupa jadwal. Ini merupakan tanda pengumpulan informasi. Kepala pelayan datang, lalu mereka berbicara selama beberapa saat dan memandang seputar ruangan pada meja-meja yang belum ada hidangannya dan memperkirakan makanan yang akan dipesan oleh pelanggan yang duduk disitu. Kedua aktivitas ini dikodekan sebagai berunding. Contoh ini sudah memadai bagi anda untuk memahami apa yang kami maksudkan dengan melabeli fenomena. Peneliti pemula biasanya lebih cenderung meringkas daripada mengkonsepkan data. Karena itu, mereka hanya mengulang secara singkat inti dari frase atau kalimat, namun masih dengan Cara deskriptif. Sebagai contoh, mereka cenderung mengatakan"duduk dan berbicara dengan kepala pelayan" daripada menggunakan istilah seperti" berunding". Atau menggunakan istilah seperti ":membaca jadwal"," berjalan ke ruangm akan", dan" tidak menganggu". Dengan menggunakan frase semacam itu anda tidak akan mendapatkan konsep. Dari pembahasan awal tentang pengkodean ini, kita dapat mengetahui bahwa akan lebih efektif bila menggunakan istilah "pengumpulan informasi" daripada "membaca jadwal", karena banyak sekali peristiwa atau insiden yang bisa diberi label dengan pengumpulan informasi di antaranya ketika wanita tadi menanyai salah satu juru masak, memeriksa jumlah gelas yang bersih, menelpon pemasok makanan, dan sebagainya.
Pelaksanaan pengamatan di atas memberikan pemahaman bahwa fenomena yang berlangsung di dasari atas pengalaman empirik, sehingga peneliti dapat memperoleh data dari amatan atas kejadian yang sebenarnya, dan yang paling penting dengan pengamatan langsung, peneliti dapat membandingkan kondisi yang terjadi berdasarkan proposisional ataupun data secara langsung.

2. Penemuan Kategori

Selama masa penelitian, akan kita dapati lusinan bahkan ratusan label konseptual. Konsep-konsep tersebut juga harus dikelompokkan, yang sama dengan yang sama. Kalau tidak, kita akan bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bila kita telah mengidentifikasi fenomena tertentu dalam data, kita bisa mulai mengelompokkan konsep kita. Ini dilakukan untuk mengurangi jumlah unit yang harus kita kerjakan. Proses pengelompokan konsep yang tampaknya berhubungan dengan fenomena yang sama disebut pengkategorian. Perlu diperhatikan, kami menggunakan kata "tampaknya". Ini karena hubungan yang diperkirakan ini masih dianggap sementara. Kami akan membahas hal ini lebih lanjut dalam babV II, (Pengkodean Berporos). Fenomena yang digambarkan oleh suatu kategori diberikan nama konseptual, namun nama ini harus lebih abstrak daripada nama yang diberikan terhadap konsep yang dikelompokkan di bawahnya. Kategori memiiiki daya konseptual karena mampu mencakup kelompok konsep atau subkategori lainnya. Narasumber Ungaran Indah Busana Uraian Label fenomena

Trus tanggung jawab yang lain, dimana tanggung jawab dengan lingkungan biasanya tiap akhir tahun menjelang lebaran, apa pas saat menjelang lebaran ya kalau nggak salah, kita juga memberikan donasi ke wilayah sekitar, kalau ada masjid di situ itu yaa kita kasi sumbangan Kambing atau sembako semacam kayak gitu. Ungaran Sari .kemudian juga ada bantuan-bantuan Garmen yang Social Responsibilitynya mengarah kepada fasilitas-fasilitas umum apakah itu jalan, apakah itu ada WC/ Kamar Mandi Umum, apakah itu penerangan, kemudian juga masuk ke Musholla ataupun Masjid dengan kebutuhan-kebutuhan untuk pembangunan apakah itu paving blok, apakah itu sumbangan karpet apakah itu untuk ,apa namanya speaker, aaa..seperti itu Apac Inti Sangat bisa, jadi masyarakat itu kan ada yang rutin ada yang tidak , dan kita alokasikan budget untuk yang rutin kaitannya disini untuk yang itu insiden. Insidentil namanya bantuan untuk fasilitas umum, infrastruktur, misal mereka bikin saluran got, tapi kita memberi ini biasanya swadaya ini berapa, oke kita urunan sekian, kita nggak ngasi semua, karena itu nggak ndidik, itu juga masukan untuk masyarakat, jadi dana masyarakat digali kemudian sekian, kemudian oke kita bantu sekian dan sudah berjalan seperti itu Kita.. berusaha seimbang, mungkin disini

-memberikan donasi -bantuan-bantuan -sumbangan -urunan -swadaya - mendirikan sekolah sepak bola - pemberian subsidi -Kambing -sembako -fasilitas-fasilitas umum -jalan, -WC/ Kamar Mandi Umum -penerangan -kebutuhan-kebutuhan untuk pembangunan -paving blok - karpet -speaker -saluran got

Mekanisme Implementasi CSR

Bentukbentuk bantuan program CSR

ada ya, pendidikan, sosial, lingkungan, yaa sosial, ekonomi, budaya, ada tiga yang kita fokuskan. Pendidikan, mulai dari pemberian subsidi bagi anak-anak warga sekitar yang kurang mampu, kemudian mendirikan sekolah sepak bola ini, ini .. Kita masih belum menjawab pertanyaan tentang sifat pekerjaan wanita yang berbaju merah tadi. Karena itu mari kita kembali pada contoh tersebut dan sekaligus membahas kategorinya. Untuk mendekati proses kategorisasi, terdapat beragam cara. Oleh sebab itu, kita bisa mengambil masingmasing konsep bersamaan dengan proses pelabelan, dan bertanya: masuk dalam kelompok fenomena manakah konsep ini, dan apakah konsep ini sama ataukah berbeda dengan konsep urutan sebelumnya dan sesudahnya? Kita bisa pula meninjau kembali dan memeriksa keseluruhan amatan dengan banyak konsep dalam pikiran dan bertanya: Berkisar tentang apakah observasi ini? Dengan menggunakan salah satu metode, kita akan mencapai kesimpulan yang sama. Kami hanya akan menjelaskan pendekatan yang kedua.Tujuan kami tidaklah membahas bermacam cara pengkategorian, tetapi menjelaskan apa yang diperlukan dalam proses pengkategorian. Sebagai contoh, kita mungkin menggunakan konsep pemantauan dan bertanya: Mengapa wanita tadi memantau arus pelanggan? Kepuasan pelanggan? Kualitas layanan? dan pemilihan waktu? Apakah untuk tujuan yang sama ataukah berbeda dengan pemantauan yang dilakukan di dapur? Ataukah berbeda dengan perundingan yang dilakukan dengan kepala pelayan, apa yang harus dilakukan lebih dahulu ( pengalaman) sebelum pemantauan? Disini kita dapat menyimpulkan bahwa memantau berunding, dan mengawasi semuanya kelihatannya berhubungan dengan hal yang sama : pekerjaan yang ia lakukan adalah menilai dan menjaga lalulintas kerja. Ini merupakan jenis kerja istimewa- menyiapkan dan membawa makanan ke meja restoran. Semua konsep yang berhubungan dengan pekerjaan dapat kita namakan sebagai jenis kerja untuk menilai dan menjaga lalulintas pekerjaan. Namun konsep pengalaman tidak begitu sesuai untuk hal ini. Jika kita membandingkannya dengan tidak mengganggu dan pemerhatian, konsep ini sama. Dengan begitu, ketiganya dapat dikelompokkan di bawah atribut atau kualitas. Namun, atribut dan kualitas apa'? Jawab: Seseorang yang pandai dalam menilai dan menjaga llulintas kerja. Akan tetapi, frase yang panjang ini sangat tidak praktis. Jadi, kita harus memberi nama yang lebih baik untuk pekerjaannya. Karena pekerjaannya adalah menjaga lalulintas kerja yang berlangsung di restoran, dan karena pekerjaannya berhubungan dengan makanan, maka kita namakan pekerjaannya dengan pengatur makanan. Adapun pemerhatian, tidak mengganggu, dan pengalaman menjadi" atribut dari" atau "syarat bagi" pengatur makanan restoran yang baik. Atribut atau syarat merujuk pada kelompok fenomena yang berbeda namun berkaitan. Dengan demikian, sekarang kita memiliki suatu kategori (pengatur makanan) dan dua subkategori (Pertama, Jenis Pekerjaan untuk Menilai dan Menjaga Lalulintas Kerja; Kedua, Syarat untuk menjadi Pengatur Makanan yang baik). Perlu diingat bahwa pada awal bab ini, kami telah memberikan definisi "kategori." Kami sarankan agar anda meninjaunya dan membacanya kembali untuk dapat lebih memahami paragraf-paragraf di atas. Sekarang nama pekerjaan wanita tadi tentu ukan "piata makanan restoran" meski nama ini sudah mendekati ketepatan. Dia tidak lagi kita anggap sebagai wanita misterius yang berpakaian merah. Dalam pikiran, kita telah menggolongkannya dengan memberikan nama pekerjaannya, dan kita sedikit mengetahui tugas dan atributnya. Banyak penelitian yang diawali hanya dengan jenis pengamatan dan percakapan santai, lalu menjadi lebih serius, intens, dan sistematik ketika pengamat atau peneliti menyatakan": Hal ini cukup bernilai untuk diteliti, atau setidaknya sangat menyenangkan jika kita melakukan penelitian grounded theory yang sesungguhnya, kita tidak bisa berhenti disini hanya dengan pengamatan dan pengkodean awal. (Namun bila tujuan kita hanya untuk mendapatkan tema. Maka kita bisa berhenti sampai disini). Kita tidak hanya hendak membuat satu daftar konsep atau bahkan pengelompokannya. Kategori juga harus disusun secara analitik oleh peneliti. Namun sebelum melakukannya, kami sementara hendak meninjau bagaimana kategori diberikan nama.

3. Penamaan Kategori Bagaimanakah kategori dinamakan? Dalam contoh di atas, nama kategori " pengatur makanan" Ditemukan sendiri oleh peneliti. Mengingat anda penelitinya, dari andalah sebagian besar nama tadi berasal! Nama yang anda pilih biasanya yang paling logis sehubungan dengan data yang digambarkannya, dan harus cukup jelas agar memungkinkan dan mengingat kaitannya. Akan tetapi, kaitan ini harus merupakan konsep yang lebih abstrak daripada yang ditunjukkan oleh nama tersebut. Jangan merasa terlalu terbebani dengan pemilihan nama yang tepat. Kemudian, jika anda mendapatkan nama yang lebih tepat anda bisa mengubah nama yang sebelumnya. Hal yang penting adalah menamakan suatu kategori, agar anda mengingatnya, membahasnya, dan mengembangkanya secara analitik. Beberapa nama diperoleh dari sejumlah konsep yang telah anda peroleh dari literature disipliner dan profesi anda."(Lihat BabI V). Sebelum kita membahas jenis-jenis konsep- konsep yang berasal dari literatur, mari kita bicarakan konsep anda sendiri. Setelah anda melakukan pengkodean, dan mungkin memperhatikan dan menamai suatu fenomena yang lebih abstrak atau mungkin menggabungkan konsep lain. Sebagai penjelasan: misalkan bahwa anda melakukan penelitian tentang anak-anak yang sedang 'bermain anda telah mengkode amatan anda dengan menggunakan istilah "merebut"' "menyembunyikan" menjauhi dan mengabaikan. Kemudian anda berpikir tentang insiden selanjutnya tatkala anda bertanya "Apakah ini, dan berkaitan dengan fenomena yang mana?": serta merta anda menjawabnya "berkaitan dengan suatu strategi untuk menghindari dipinjamnya mainan. "Di sini anda bisa mengatakan "Oh, kenyataanya, semuanya tadi merupakan strategi untuk menghindari peminjaman permainan! Dengan begitu' anda dapat mengelompokkan merebut, menyembunyikan, menjauhi, mengabaikan, dan yang sejenisnya dalam sebuah nama. Namun begitu, anda juga dapat meminjam nama dari literature teknis, misalnya istilah-istilah: kepenatan pengasuh" "pengalaman sakit, "kehilangan status". Konsep-konsep tersebut akan bermanfaat bila diberikan makna analitik dan mungkin telah tersusun dengan sangat baik. Dalam menggunakannya, anda perlu masukan dari luar bidang penelitian anda guna pengembangan konsep yang sangat penting dan bermanfaat dalam disiplin atau profesi anda. Di sisi lain, kami harus kembali mengingatkan anda bahwa penggunaan konsep-konsep pinjaman bisa merugikan . Konsep pinjaman seringkali sudah memiliki makna dan asosiasinya. Konsep-konsep yang dijelaskan di atas sebagaimana juga konsep lainnya seperti cacat, citra tubuh", dan "ketidaksesuaian kognisi", merupakan kata-kata yang cukup baik. Namun orang yang membaca teori anda berharap agar anda mendefinisikan konsep-konsep tersebut secara baku atau menafsirkan makna tersebut dalam karya anda. Tafsiran anda terhadap konsep tersebut bisa sangat bias. Di samping itu, bila anda mengutamakan makna standarnya, berarti anda menghentikan penyelidikan, bukannya mengungkapkan. Karenanya, meski anda dengan yakin menggunakan konsep dari literatur, lakukanlah dengan hati-hati dan tepat dalam pemaknaannya. Sumber nama lainnya yang penting adalah kata dan frase yang digunakan oleh informan itu sendiri, yaitu yang mudah diingat dan menarik perhatian anda. Istilah ini disebut dengan kode in vivo (Glaser 1978, hal. 70, Strauss1987, hal 33 ). Sekali lagi akan kami berikan ilustrasi. Kejadiannya, kami melakukan penelitian terhadap para suster kepala di dalam suatu unit rumah sakit. Ketika suster kepala dan peneliti mendiskusikan kebijakan dan prosedur unit tersebut, suster kepala tersebut menunjuk pada salah seorang dari LVN(licensed vocacional nursed) pada unit ini dan mengatakan dialah pengemban tradisi unit ini." suster kepala tersebut menjelaskan bahwa LVN khusus ini bertanggung jawab atas pemberlakuan tradisi, peraturan, dan kebijakan unit ini bagi karyawan baru. Dia juga bertindak selaku penegak peraturan yang berhak menegur suster lainnya bila dia mengetahui bahwa peraturan tadi dilanggar. Sekarang istilah" pengemban tradisi" merupakan nama yang luas untuk satu kategori. Maknanya menunjukkan dan mencakup semua hal yang dikatakan oleh suster kepala tentang orang tersebut (suster LVN). Dalam menggunakan istilah itu kita tidak hanya memiliki istilah yang bagus. Kita

juga hendak mengembangkan kategori tersebut, diawali dengan penyusunan sifat-sifatnya. Begitu pula untuk semua kategori lainnya sebagai contoh, pengemban tradisi memperkenalkan tradisi rumah sakit bagi karyawan baru, dan ia merupakan penegak utama peraturan tersebut. 4. Penyusunan Kategori Berdasarkan Sifat danUkurannya Bila kita hendak menyusun suatu kategori, yang pertama kita tangani adalah sifatnya, yang selanjutnya dapat diukur. Perlu diingat bahwa pada bagian pembahasan bab ini kami mengatakan bahwa sifat adalah karakterisik atau akibat dari suatu kategori, dan bahwa ukuran menunjukkan lokasi dari sifat pada suatu kontinum. Proses pengkodean berbuka tidak hanya mendorong penemuan kategori namun juga sifat dan ukurannya. Sifat dan ukuran perlu dikenali dan disusun secara sistematis karena keduanya membentuk landasan untuk membuat kaitan antara kategori dan subkategori, dan juga antarkategori utama. Karena itu, memahami sifat dari sifat dan dimensi serta hubungan antar keduanya merupakan syarat untuk dapat memahami semua prosedur analitik untuk menyusun grounded theory. Seperti dijelaskan di atas, sifat (properties) merupakan atribut atau karakteristik dari suatu fenomena (kategori). Mari kita lihat kategori "warna." Sifat-sifatnya meliputi: kecerahan, corak, itensitas, dan lain-lain. Masing-masing sifat ini dapat didimensikan karenanya, keduanya bervariasi terus-menerus di sepanjang kontinua dimensional. Dengan begitu, intensitas warnanya bisa bervariasi dari tinggi ke rendah; coraknya dari gelap ke terang dan sebagainya. Sifat yang tercantum di atas merupakan sifat umum dari warna. Kesemuanya bisa berkaitan dengan warna tanpa mempertimbangkan situasi warna tersebut. Mengetahui sifat umum dari kategori tersebut sangat penting agar susunan dimensi yang bisa memvariasikan suatu kategori dapat anda ketahui. Setiap contoh kategori pada data bisa ditempatkan di mana saja di sepanjang kontinua dimensional. Dengan demikian, setiap contoh khusus dari sifat umum yang sama (misalnya warna) akan memiliki lokasi yang berbeda pada kontinua dimensional. Karenanya, tiap kategori memiliki beberapa sifat umum. Kontinua dimensionalnya bervarias. Akibatnya, setiap kategori memiliki profil dimensional yang terpisah. Beberapa profil ini dapat dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional ini menggambarkan sifat khusus dan suatu fenomena dalam kondisi-kondisi yang ada. Sebagai contoh, bayangkanlah tampilan warna pada jenis bunga yang berbeda. Pada tiap saat kemunculan bunga, kita dapat mengklasifikasikan warnanya menurut sifat umum yang dijelaskna sebelumnya: kecerahan, corak, dan intensitas. Ini dilakukan sesuai dengan lokasi bunga tersebut pada kontinua, dimensional dari tiap sifat umum, sehingga sifat khusus (atau Profil warna) untuk tiap bunga bisa diketahui. Kemudian kita dapat mengelompokkan bunga-bunga tersebut menurut sifat khusus dari warna yang mereka tunjukkan. Pengelompokan ini bisa dilakukan tanpa mempedulikan jenis bunga. Dalam satu kelompok, kita mungkin memiliki bunga yang menunjukkan corak gelap, intensitas warna rendah, atau kecerahannya sedang. Setiap sifat tentu akan memiliki subsifat. Masing-masing pada saatnya dapat diukur, jika diperlukan untuk analisis. Sebagai contoh, satu sifat dari bunga adalah warnanya. Warna pada gilirannya akan memiliki subsifat seperti kecerahan, corak, intensitas. Sifat lain dari bunga adalah ukuran. Sifat ini juga dapat dibagi menjadi sub sifat seperti tinggi, lebar, dan ketebalan. Kembali pada contoh awal kita- wanita berbaju merah mari kita terapkan apa yang telah kita pelajari tentang sifat dan ukuran. Dalam bagian awal pembahasan tentang "pengkodean, kita telah menemukan kategori pengatur makanan. Kategori ini memberikan makna dan tujuan kehadiran wanita tersebut dalam restoran, yang kita bedakan dengan, misalnya, penjaga restoran yang juga mengenakan baju merah. Salah satu subkategori dari kategori pengatur makanan adalah tindakan dari jenis kerja tertentu, yaitu mengawasi, memantau, dan memberi bantuan. Ketiganya merupakan uraian dari subkategori jenis kerja. Sekarang masing-masing dari jenis tersebut memiliki sifat yang dapat diukur. Pada masing-masing ide dari tindakan jenis kerja tersebut, kita dapat memberikan kekhususan dengan melihat frekuensi tindakan, durasi, pelaksanaan, orang lain yang terlibat, waktu, dan sebagainya.

Kita ambil contoh jenis kerja yang disebut mengawasi. Kita dapat mencatat frekuensi insiden pengawasan. Frekuensi dapat diukur dengan menanyakan: Seberapa relatif seringkah ia mengawasi bidang ini, seringkah atau tidak pernahkah? Mengawasi juga memiliki sifat keluasan (extent). Kita mencatat keluasan insiden pengawasan. Apakah dia lebih meluas dalam mengawasi area ini daripada area lain? Selanjutnya, mengawasi memiliki sifat intensitas. Apakah intensitas pengawasannya terhadap suatu area tinggi ataukah rendah dan apakah intensitas ini berubah setiap saat? Sifat lainnya adalah durasi pengawasan. Apakah ia mengawasi area ini dalam waktu yang panjang ataukah pendek? Demikian juga dengan pengumpulan informasi. Salah satu sifatnya adalah banyaknya informasi. Apakah ia mengumpulkan sedikit ataukah banyak informasi pada tiap insiden pengumpulan? Sifat lainnya adalah cara pengumpulan. Apakah dilakukan secara tertulis ataukah lisan, dengan keras ataukah lembut, dengan jelas ataukah samar? Anda dapat mengetahui bagaimana pengukuran dapat memungkinkan kita membuat kekhususan bagi pekerjaan wanita berbaju merah tadi. Jika kita melakukan penelitian tentang pengatur makanan restoran, berarti kita membuhkan jenis kekhususan dari masing-masing pengatur makanan dan jenis kerja yang dia lakukan. Sifat dan ukuran dapat digambarkan sebagai berikut: Karegori Sifat Ranah ukuran (dimensional range) (diterapkan pada tiap insiden) Mengawasi Frekuensi Keluasan Intensitas Durasi sering . Tidak Pernah Banyak . Kurang tinggi . rendah panjang . pendek

Selama analisis, sifat-sifat seringkali dijumpai dalam bentuk ukurannya atau dalam bentuk sifat-sifat khusus yang berkaitan dengan contoh fenomena ini. Sifat-sifat tersebut selanjutnya kembali ke sifat umum. Sebagai missal, peneliti mungkin mendengar siswa berkata Saya menggunakan seluruh waktu saya untuk belajar. Kata seluruh segera bisa menjadi petunjuk. Kata tersebut merupakan ukuran waktu, yang merupakan sifat umum dari belajar yang bisa bervariasi mulai dari memanfaatkan seluruh waktu hingga sama sekali tidak memanfaatkannya untuk belajar. (jika diperlukan, kita bisa lebih khusus lagi dengan menguraikan waktunya menjadi subsifat, misalnya jumlah dan jenisnya, serta pengukuran atas keduanya). 5. Variasi Cara Pengkodean Terbuka Terdapat beberapa cara pendekatan terhadap proses pengkodean berbuka. Peneliti dapat memulai dengan menganlisis wawancara dan dan pengamatan awalnya dengan analisis baris per baris. Cara ini memerlukan pengujian frase demi frase bahkan terkadang kata demi kata. Ini barangkali merupakan jenis analisis yang paling rinci, namun juga yang paling mudah menghasilkan. (cara ini juga yang paling membosankan bila dikerjakan dalam pembahasan yang terlalu banyak. Namun untuk mulai mempelajari prosedur pengkodean ini, sebagimana permulaan penelitian, penggunaan analisis ini bisa sangat menyenangkan. Kategori dengan analisis baris per baris sangat penting karena kategori juga menjadi landasan penyampelan teoritik. Dari kategori-kategori itu dapat kita ketahui apa yang akan kita fokuskan dalam wawancara atau pengamatan selanjutnya, dan ke mana kita mencari contoh fenomena yang terkait dengan kategori tersebut Sebagaai contoh, analisis baris perbaris dapat mengantarkan anda untuk membandingkan restoran pertama yang sibuk tapi tidak ditangani dengan baik, dan tidak ada pengatur makanan" nya, guna mengetahui apa yang terjadi pada makanan dan pelayanan selama jam makan siang yang sibuk. Peneliti juga dapat mengkodekan per kalimat atau paragraf. Di sini anda dapat bertanya: Apa gagasan utama yang terkandung dalam kalimat atau paragraph (dari wawancara, catatan lapangan, atau dokumen) ini? Berikanlah ia nama. Selanjutnya lakukanlah analisis yang lebih rinci tentang konsep itu. Pendekatan pengkodean ini dapat digunakan sewaktu-waktu, namun akan bermanfaat terutama ketika anda memiliki beberapa kategori yang telah ditetapkan dan ingin mengkodekannya.

Cara ketiga adalah menggunakan seluruh dokumen, pengamatan, atau wawancara dan bertanya: Apakah yang terjadi disini? Apa yang menyebabkan dokumen ini sama atau berbeda dengan yang sebelumnya telah saya kodekan? untuk menjawab pertanyaan ini, anda bisa kembali kepada datanya dan secara khusus menganalisis persamaan dan perbedaannya. 6. Penulisan Catatan Kode Nama awal untuk konsep seringkali ditulis dengan tepat pada halaman wawancara, catatan lapangan, atau dokumen lain. Kategori dan konsep-konsep terkaitnya selanjutnya diambil dari halaman itu dan ditulis sebagai catatan kode, yaitu sejenis memo. (Hal ini dibahas dalam Bab XII). Terdapat bermacam cara khusus dalam melakukan pencatatan ini. Peneliti harus menemukan metode yang paling dapat ia kerjakan. Ikhtisar Konsep merupakan susunan dasar teori. Pengkodean berbuka dalam metode grounded theory Adalah proses analisis yang mengidentifikasi dan menyusun konsdep berdasarkan sifat dan ukurannya. Prosedur analisis dasar yang menetapkan metode tersebut antar lain: mengajukan pertanyaan tentang data; dan memabndingkan persamaan dan perbedaaan antara masing-masing insiden, peristiwa, dan contoh fenomena lainnya. Peristiwa dan insiden yang sama diberi label dan dikelompokkan untuk membentuk kategori-kategori.

Anda mungkin juga menyukai