Anda di halaman 1dari 4

1. *******GAWAT DARURAT BEDAH SISTEMA SARAF PUSAT ********** 1. Peninggian tekanan intrakranial akuta. 1. Edema otak. 1. Oklusi arteria/vena.

2. Edema perifokal. 2. Massa intrakranial. 3. Obstruksi/gangguan resorbsi CSF. 2. Gangguan fungsi kord spinal akuta. 1. Trauma : Kompresi, laserasi. 2. Gangguan vaskuler.

2.**************Definisi perdarahan intrakranial**************** Perdarahan Intrakranial adalah perdarahan di dalam tulang tengkorak. Perdarahan bisa terjadi di dalam otak atau di sekeliling otak: y Perdarahan yang terjadi di dalam otak disebut perdarahan intraserebral y Perdarahan diantara otak dan rongga subaraknoid disebut perdarahan subaraknoid y Perdarahan diantara lapisan selaput otak (meningen) disebut perdarahansubdural y Perdarahan diantara tulang tengkorak dan selaput otak disebut perdarahanepidural. Setiap perdarahan akan menimbulkan kerusakan pada sel sel otak. Ruang di dalam tulang tengkorak sangat terbatas, sehingga perdarahan dengan cepat akan menyebabkan bertambahnya tekanan dan hal ini sangat berbahaya. Penyebab Cedera kepala merupakan penyebab yang paling sering ditemukan pada penderita perdarahan intrakranial yang berusia dibawah 50 tahun. Penyebab lainnya adalah malformasi arteriovenosa, yaitu kelainan anatomis di dalam arteri atau vena di dalam atau di sekitar otak. Malformasi arteriovenosa merupakan kelainan bawaan, tetapi baru diketahui keberadaannya jika telah menimbulkan gejala. Perdarahan dari malformasi arteriovenosa bisa secara tiba-tiba menyebabkan pingsan dan kematian, dan cenderung menyerang remaja dan dewasa muda. Kadang dinding pembuluh darah menjadi lemah dan menonjol, yang disebut dengan aneurisma. Dinding aneurisma yang tipis bisa pecah dan menyebabkan perdarahan. Aneurisma di dalam otak merupakan penyebab dari perdarahan intrakranial, yang bisa menyebabkan stroke hemoragik (stroke karena perdarahan). Macam-Macam Perdarahan Intrakranial Perdarahan Intraserebral Perdarahan intraserebral merupakan salah satu jenis stroke, yang disebabkan oleh adanya perdarahan ke dalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral terjadi secara tiba-tiba, dimulai dengan sakit kepala, yang diikuti oleh tanda-tanda kelainan neurologis (misalnya kelemahan, kelumpuhan, mati rasa, gangguan berbicara, gangguan penglihatan dan kebingungan). Sering terjadi mual, muntah, kejang dan penurunan kesadaran, yang bisa timbul dalam waktu beberapa menit. Biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI untuk membedakan stroke iskemik dengan stroke perdarahan. Pemeriksaan tersebut juga bisa menunjukkan luasnya kerusakan otak dan peningkatan tekanan di dalam otak. Pungsi lumbal biasanya tidak perlu dilakukan, kecuali jika diduga terdapat meningitis atau infeksi lainnya.

Pembedahan bisa memperpanjang harapan hidup penderita, meskipun meninggalkan kelainan neurologis yang berat. Tujuan pembedahan adalah untuk membuang darah yang telah terkumpul di dalam otak dan untuk mengurangi tekanan di dalam tengkorak. Perdarahan intraserebral merupakan jenis stroke yang paling berbahaya. Stroke biasanya luas, terutama pada penderita tekanan darah tinggi menahun. Lebih dari separuh pendeirta yang memiliki perdarahan yang luas, meninggal dalam beberapa hari. Penderita yang selamat biasanya kembali sadar dan sebagian fungsi otaknya kembali, karena tubuh akan menyerap sisa-sisa darah. Perdarahan Subaraknoid Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara otak dan selaput otak (rongga subaraknoid). Sumber dari perdarahan adalah pecahnya dinding pembuluh darah yang lemah (apakah suatu malformasi arteriovenosa ataupun suatu aneurisma) secara tiba-tiba. Kadang aterosklerosis atau infeksi menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah bisa terjadi pada usia berapa saja, tetapi paling sering menyerang usia 25-50 tahun. Perdarahan subaraknoid jarang terjadi setelah suatu cedera kepala. Perdarahan subaraknoid karena aneurisma biasanya tidak menimbulkan gejala. Kadang aneurisma menekan saraf atau mengalami kebocoran kecil sebelum pecah, sehingga menimbulkan pertanda awal, seperti sakit kepala, nyeri wajah, penglihatan ganda atau gangguan penglihatan lainnya. Pertanda awal bisa terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa minggu sebelum aneurisma pecah. Jika timbul gejala-gejala tersebut harus segera dibawa ke dokter agar bisa diambil tindakan untuk mencegah perdarahan yang hebat. Pecahnya aneurisma biasanya menyebabkan sakit kepala mendadak yang hebat, yang seringkali diikuti oleh penurunan kesadaran sesaat. Beberapa penderita mengalami koma, tetapi sebagian besar terbangun kembali, dengan perasaan bingung dan mengantuk. Darah dan cairan serebrospinal di sekitar otak akan mengiritasi selaput otak (meningen), dan menyebabkan sakit kepala, muntah dan pusing. Denyut jantung dan laju pernafasan sering naik turun, kadang disertai dengan kejang. Dalam beberapa jam bahkan dalam beberapa menit, penderita kembali mengantuk dan linglung. Sekitar 25% penderita memiliki kelainan neurologis, yang biasanya berupa kelumpuhan pada satu sisi badan. Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan CT scan, yang bisa menunjukkan lokasi dari perdarahan. Jika diperlukan, bisa dilakukan pungsi lumbal untuk melihat adanya darah di dalam cairan serebrospinal. Angiografi dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan sebagai panduan jika dilakukan pembedahan. Sekitar sepertiga penderita meninggal pada episode pertama karena luasnya kerusakan otak. 15% penderita meninggal dalam beberapa minggu setelah terjadi perdarahan berturut-turut. Penderita aneurisma yang tidak menjalani pembedahan dan bertahan hidup, setelah 6 bulan memiliki resiko sebanyak 5% untuk terjadinya perdarahan. Banyak penderita yang sebagian atau seluruh fungsi mental dan fisiknya kembali normal, tetapi kelainan neurologis kadang tetap ada. Penderita segera dirawat dan tidak boleh melakukan aktivitas berat. Obat pereda nyeri diberikan untuk mengatasi sakit kepala hebat. Kadang dipasang selang drainase di dalam otak untuk mengurangi tekanan. Pembedahan untuk menyumbat atau memperkuat dinding arteri yang lemah, bisa mengurangi resiko perdarahan fatal di kemudian hari. Pembedahan ini sulit dan angka kematiannya sangat tinggi, terutama pada penderita yang mengalami koma atau stupor. Sebagian besar ahli bedah menganjurkan untuk melakukan

pembedahan dalam waktu 3 hari setelah timbulnya gejala. Menunda pembedahan sampai 10 hari atau lebih memang mengurangi resiko pembedahan tetapi meningkatkan kemungkinan terjadinya perdarahan kembali. Perdarahan Intrakranial Selama Kehamilan Perdarahan intrakranial jarang dijumpai dalam kehamilan, akan tetapi mempunyai mortalitas yang tinggi. Tersering perdarahan terjadi menjelang persalinan dan sesudahnya, jarang dalam masa persalinan, yang justru disertai tekanan darah paling tinggi. Terbanyak perdarahan intrakranial sifatnya subaraknoidal dan disebabkan oleh pecahnya aneurisma sirkulasi willisii, sebagian lain oleh angioma arteriovenosum dan diatesis hemoragik. Perdarahan intrakranial dapat juga dijumpai setelah serangan eklampsia. Mula-mula penderita merasa nyeri kepala mendadak, terutama di bagian frontal dan oksipital, leher kaku, mual dan muntah, disusul kemudian oleh koma, kejang-kejang atau hemiplegia. Diagnosis pasti dibuat dengan fungsi lumbal : ditemukan banyak eritrosit dalam liquor serebrospinalis. Funduskopi menunjukkan edema papil dan perdarahan. Angiografi yang dilakukan 4-5 hari setelah terjadinya perdarahan, dapat menentukan lokalisasi sumber perdarahan. Satu pertiga diantara penderita meninggal dalam 24 jam pertama. Diagnosis direferensial harus dibuat dengan eklampsia, meningitis, tumor otak, dan abses otak. Pengobatan sama dengan diluar kehamilan dan sebaiknya ditangani oleh spesialis bedah saraf. Apabila penderita dapat mengatasi serangan perdarahan, maka pengobatannya tanpa pembedahan, jikalau perlu, dilakukan operasi pada hari ke 7 setelah perdarahan. Apabila perdarahan terjadi dalam kehamilan lanjut, sebaiknya kehamilan diakhiri dengan seksio sesarea primer, setelah itu diberi pengobatan neurologik. Pada perdarahan yang terjadi dalam masa persalinan, partusnya harus segera diselesaikan. Yang masih menjadi pertentangan adalah mengenai penanggulangan obstetrik wanita yang dapat mengatasi serangan perdarahan. Ada yang menganjurkan abortus buatan dan apabila kehamilannya sudah cukup bulan, seksio sesarea. Sebaliknya ada pula yang bersifat konservatif. Abortus tidak dilakukan. Partus kala I dibiarkan karena kontraksi-kontraksi uterus tidak meningkatkan tekanan liquor serebrospinalis, akan tetapi kala II sebaiknya diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vakum. Seksio sesarea dilakukan hanya atas indikasi obstetrik. Masalah lain yang harus dihadapi ialah apakah wanita yang pernah menderita perdarahan intrakranial boleh hamil lagi. Walaupun kehamilan agaknya tidak memperbesar kemungkinan berulangnya perdarahan dan tidak merupakan kontraindikasi mutlak, namun perlu disadari bahwa resiko selalu ada.
3.**********Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua ********* : 1. Cedera kepala primer Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan. Pada cedera primer dapat terjadi : y Gegar kepala ringan y Memar otak y Laserasi 2. Cedera kepala sekunder 1. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti : 2. Hipotensi sistemik 3. Hipoksia 4. Hiperkapnea 5. Udema otak 6. Komplikasi pernapasan 7. infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain

Anda mungkin juga menyukai