1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengembangan wilayah pesisir dan lautan Kabupaten Pati sebagai satu kesatuan wilayah akan memberikan peluang dalam banyak hal, khususnya pengembangan wilayah Propinsi Jawa Tengah. Peluang tersebut adalah dalam keterpaduan perencanaan serta perkembangan kawasan yang lebih cepat yang didukung oleh potensi masing-masing sumber daya, baik barang maupun jasa. Di sisi lain perpaduan kewilayahan ini juga akan membuka peluang untuk timbulnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan penduduk dalam wilayah pengembangan ini. Dalam rangka untuk menjalankan tujuan pembangunan wilayah Kabupaten Pati pada umumnya dan pembangunan kawasan pesisir dan laut pada khususnya, maka diperlukan strategi pengelolaan sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Pati yang matang dan terarah dengan melibatkan peran serta semua stakeholder. Strategi ini akan memberikan arah dan bahan acuan bagi Pemerintah Daerah untuk penyusunan yang lebih terinci seperti rencana zonasi, rencana pengelolaan dan rencana aksi di masa mendatang. 1.2 Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dari kegiatan rencana strategis pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten Pati adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan strategi perencanaan terpadu jangka pendek dan menengah kawasan pesisir dan laut Kabupaten Pati; 2. Mengembangkan ukuran atau indikator pengelolaan yang efektif yang pelaksanaannya dapat dievaluasi secara terukur; 3. Menyusun rencana kegiatan-kegiatan pembangunan atau proyek, dengan menyerasikan aspek kelestarian lingkungan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Manfaat Rencana Strategis ini adalah sebagai bahan acuan bagi pelaku pembangunan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan berbagai aktivitas pembangunan dengan mengembangkan ukuran-ukuran atau indikator pengelolaan yang efektif yang dapat dievaluasi secara terukur dalam pelaksanaannya. Selain itu Renstra ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam penyusunan rencana kegiatan-kegiatan pembangunan atau proyek, tanpa mengabaikan aspek kelestarian lingkungan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat pesisir. 1.3 Hasil Sedangkan hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah: 1. Tersusunnya Rencana Strategis Pengelolaan Sumber Daya Kawasan Pesisir dan laut Kabupaten Pati untuk pembangunan sosial ekonomi, sumber daya alam, ekologi dan pemerintahan yang didukung oleh: Kerangka kerja kelembagaan yang baik; Perencanaan yang dapat dibiayai; Dukungan program yang dapat diterima, dengan tetap mengupayakan kelestarian fungsi ekologis, ekonomi, dan sosekbud; Kerangka pelibatan peran serta aktif masyarakat, pemerintah daerah dan dunia usaha serta dapat dimonitor dan dievaluasi secara terukur; 2. Tersusunnya indikator yang efektif dan terukur dalam pembangunan wilayah pesisir, yaitu: Kegiatan wisata, terutama ekowisata; Peningkatan hasil tangkapan perikanan; Peningkatan hasil budidaya perikanan; Tingkat erosi daerah upland yang dapat ditolelir; Hutan mangrove yang lestari;
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
Panjang garis pantai yang dapat direhabilitasi; Tingkat kemampuan praktek aparat Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumber daya di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pati;
2 ISU DAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT WILAYAH KABUPATEN PATI
2.1 Aspek Bio-Fisik Penurunan kualitas lingkungan telah terjadi di wilayah pesisir Kabupaten Pati, baik kualitas lingkungan fisik maupun biologi. Penurunan kualitas lingkungan fisik yang terjadi adalah sebagai berikut: 1. Pencemaran Pencemaran yang terjadi dapat dilihat dalam dua bentuk yaitu: Perubahan visual air Perubahan mutu sumberdaya air 2. Sedimentasi dan Abrasi Secara keseluruhan dapat disebutkan bahwa kawasan pantai Kabupaten Pati mengalami proses sedimentasi, yaitu sebesar 38.85 ha. Kecamatan yang mempunyai laju akresi pantainya (sedimentasi) tinggi adalah Kecamatan Juwana, yaitu dengan laju sekitar 10 m per tahunnya, yang diikuti oleh Kecamatan Wedarijaksa (7,9 m/tahun) dan Kecamatan Tayu (7,0 m/tahun). Kecamatan yang paling kecil mengalami proses akresi adalah Kecamatan Margoyoso, dimana laju akresinya berkisar pada 1,3 m/tahun. 3. Kerusakan Mangrove Data menunjukkan kondisi mangrove 90% rusak berat (Kantor Pedalda Kabupaten Pati, 2001) dimana luasan ekosistem mangrove yang baik hanya 7,78 Ha, sedang 6,72 Ha dan berat 45,05 Ha. 4. Penurunan Produktivitas Lahan untuk Budidaya Tambak Data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pati, produksi tambak udang dan bandeng terlihat mengalami penurunan, dengan volume produksi hanya mencapai 300 kg/ha. Kondisi ini terjadi karena menurunnya kualitas lingkungan dari air tambak yang digunakan. Lahan yang di pakai juga mengalami degradasi akibat penggunaan bahan organik, seperti pakan dan pupuk dalam budidaya tambak yang berlebihan. 5. Sanitasi Lingkungan Secara umum daerah pesisir mengalami penurunan sanitasi lingkungan. Muara Juwana dan sekitar TPI terlihat kondisi sanitasi yang kurang baik. Air sungai banyak tercemar oleh sampah dan bahan-bahan sisa buangan penduduk. Sisa sampah plastik, bekas bahan tangkap, seperti jaring, potongan alat tangkap, kayu, bahkan sisa buangan minyak dan oli bekas banyak yang dibuang ke badan air. Akibat yang banyak muncul adalah tersebarnya wabah penyakit, seperti penyakit kulit, kolera, disentri, dan lain-lain. 6. Air Bersih Kecukupan air PDAM di Kabupaten Pati untuk Kecamatan Juwana masih terbatas. Pada musim kemarau masyarakat kesulitan mencari air untuk kebutuhan sehari-hari. Kekurangan ini selain disebabkan oleh jaringan yang masih terbatas juga karena memang secara kuantitas debit air yang bisa disalurkan masih terbatas. Selain itu pada saat musim kemarau suplai air tawar juga berkurang, terutama untuk mencampur air laut dengan air tawar bagi kegiatan tambak menjadi terganggu.
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
2.2 Aspek Perikanan 1. Keterbatasan Kemampuan Nelayan Lokal Kemampuan nelayan lokal dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut di Pantai Utara juga masih terbatas. Rendahnya kemampuan secara teknologi juga berupa skill dan kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya laut di wilayah tersebut menjadi penyebab rendahnya hasil tangkapan nelayan. 2. Makin Jauhnya Daerah Penangkapan (Fishing Ground) Daerah penangkapan juga sudah semakin jauh. Pada musim barat biasanya nelayan Kabupaten Pati mengarahkan penangkapan ikan ke perairan utara Madura (Pulau Kangean, Masalembo) dan sekitarnya. Nelayan purse seine biasanya melakukan penangkapan lebih dari 10 hari. Pada saat musim timur penangkapan banyak diarahkan ke wilayah selatan Kalimantan, Laut Cina Selatan. 3. Prasarana Perikanan Prasarana perikanan di pusat-pusat pendaratan ikan juga belum memadai. Untuk kelompok pendaratan ikan yang cukup lengkap adalah PPI Bajomulyo-Juwana. Sedangkan PPI Banyutowo dan Puncel masih kurang berkembang. Prasarana dasar yang diperlukan nelayan seperti air bersih, tempat lelang, es untuk pendinginan, bengkel, tambat labuh kapal, dan box penampung serta aksesibilitas ke jalan raya menjadi pemicu berkembangnya usaha perikanan. 4. Konflik Pemanfaatan Ruang Konflik pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan juga masih terjadi. Seperti terlihat pemanfaatan kawasan lindung untuk usaha budidaya tambak dan pemanfaatan tanah timbul untuk pengembangan lahan budidaya. Selain itu pemahaman terhadap konsep otonomi daerah juga menjadi penyebab terbatasnya aksesibilitas nelayan dalam penangkapan. Selain itu juga terjadi overlaping pemanfaatan ruang untuk kegiatan perikanan dengan non perikanan seperti jalur distribusi barang melalui laut (seperti kayu). 5. Potensi dan Permasalahan Perikanan Budidaya Luas lahan perikanan budidaya tambak di Kabupaten Pati cukup besar, yaitu mencapai 8.621 ha. Potensi perikanan budidaya tersebut merupakan kekuatan untuk pengembangan sektor perikanan, terlebih dengan semakin menurunnya hasil tangkapan setiap tahun. Permintaan hasil perikanan terutama Ikan Bandeng baik untuk kebutuhan kosumsi maupun untuk kebutuhan umpan saat ini cukup tinggi. Penurunan kualitas lingkungan perairan di pesisir Kabupaten Pati merupakan salah satu kendala dalam kegiatan perikanan budidaya. 6. Alur Pelayaran Salah satu permasalahan yang terjadi dan amat berpengaruh terhadap pengembangan perikanan di Kabupaten Pati adalah alur pelayaran. Untuk kelancaran tersebut di perlukan upaya seperti pengerukan badan sungai menjadi lebih dalam sehingga kapal mudah masuk ke lokasi pelelangan ikan. Bahkan kapal yang rusak juga di biarkan begitu saja sekitar pelabuhan pendaratan. Pada saat air surut banyak sekali kapal yang tidak bisa masuk ke TPI yang melalui sungai karena kandas, sehingga harus menunggu sampai air pasang. 7. Penurunan Produktivitas Perikanan Produktivitas sumberdaya ikan sangat tergantung pada keadaan wilayah yang menjadi daerah pemijahan (spawning ground), asuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground). Ketiga daerah tersebut di sekitar perairan Kabupaten Pati sudah mulai mengalami degradasi yang berakibat pada menurunnya produktivitas perikanan yang seyogyanya dapat dimanfaatkan oleh nelayan Kabupaten Pati. Penerimaan nelayan budidaya juga tidak terlalu begitu baik, apalagi pada saat terjadi masalah seperti penyakit/gagal panen maupun saat panen raya. Dalam hal ini harga hasil usaha perikanan di tingkat nelayan susah dikendalikan oleh petani penangkap dan budidaya. Sehingga secara umum nelayan penangkap berada dalam perangkap kemiskinan. Daerah yang cukup kuat
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
merasakan terbatasnya pertambahan nilai dan pendapatan adalah masyarakat dari Desa Semerak. 2.3 Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya 1. Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani Tambak Kapasitas kelembagaan di tingkat nelayan petambak masih dirasakan kurang. Hal ini dirasakan sekali oleh petambak di Desa Kembang, Kecamatan Margoyoso. Keterbatasan informasi dalam berusaha baik mengenai teknologi usaha yang tepat, teknis usaha yang baik serta kelayakan usaha tidak dimiliki oleh para petambak. Akibatnya banyak dari petambak yang meninggalkan lahan yang sudah dibuka begitu muncul permasalahan. Selain itu kekurangan tenaga penyuluh bidang perikanan juga dirasakan sebagai salah satu penyebab kurang berkembangnya petambak di pesisir Kabupaten Pati. 2. Kapasitas Kelembagaan Kelompok Nelayan Penangkap Lembaga-lembaga kelompok nelayan penangkap seperti kelompok nelayan, himpunan kelompok usaha, koperasi dan sebagainya juga kurang berkembang. Belum melembaganya (tidak ada) institusi lokal yang mengatur pemanfaatan sumberdaya laut terutama penangkapan. 3. Kepedulian Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Pada dasarnya kesadaran untuk memahami sumberdaya pesisir sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan sumber penghidupan mereka telah dimiliki oleh masyarakat pesisir Kabupaten Pati. Demikian halnya dengan masyarakat di beberapa lokasi survei yang umumnya telah menyadari adanya korelasi antara perbaikan ekosistem mangrove dengan peningkatan produktivitas perikanan di wilayahnya. 4. Keamanan dan Pelestarian Kegiatan Penghijauan Pesisir Kemanan dan pelestarian kegiatan penghijauan pantai, khususnya ekosistem mangrove salah satu isu yang berkembang di wilayah pesisir Kabupaten Pati. 5. Permodalan Usaha Akses masyarakat petani tambak dan penangkap terhadap modal juga masih terbatas. Banyak sekali nelayan yang tidak mampu memanfaatkan jasa keuangan untuk pengembangan modal. Hal ini terjadi karena keterbatasan usaha, informasi juga karena ketidak mampuan menjelaskan peluang pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh nelayan. 6. Stabilitas Harga Udang dan Bandeng Harga komoditas Udang dan Bandeng pada tingkat petani di Kabupaten Pati sangat tidak stabil. Dengan investasi yang cukup besar margin yang diperoleh petani tambak sangat kecil, bahkan seringkali petani tambak mengalami kerugian yang pada. Salah satu sebab ketidakstabilan harga udang dan bandeng adalah dikarenakan selama ini mekanisme pasar dikendalikan oleh para pedagang besar, tengkulak dan bakul. Akibatnya petani tambak tidak memperoleh harga yang signifikan dari hasil usaha yang diperolehnya. 7. Keterbatasan Aksesibilitas ke Daerah Pantai Salah satu penyebab kurang berkembangnya daerah pesisir Kabupaten Pati adalah terbatasnya akses menuju daerah pesisir. Banyak lokasi yang seharusnya dapat dijangkau dengan transportasi darat, tapi tidak bisa karena tidak adanya jalan menuju pantai. Akibatnya biaya yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi, baik untuk investasi pada lahan-lahan produktif yang berada dekat laut. 8. Stagnasi Usaha Tambak Garam Potensi lahan untuk kegiatan tambak garam di wilayah pesisir kabupaten pati cukup besar, yaitu sepanjang garis pantai kurang lebih 60 km. Selama ini usaha tambak garam belum secara khusus diperhatikan. Produktivitas per luasan masih sangat rendah, selain itu mutu/kualitas garam yang dihasilkan juga masih dibawah standar.
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
9. Adanya Komitmen Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan laut Kabupaten Pati telah mencoba untuk aware terhadap permasalahan pesisir dan laut di wilayahnya sejak lima tahun terakhir. Hal ini minimal ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk mengkaji dan memetakan potensi pesisir dan laut Kabupaten Pati pada tahun 2001. Setelah studi pemetaan dilaksanakan beberapa kegiatan lanjutan mulai tertuju pada wilayah pesisir dan laut, melalui berbagai kegiatan rehabilitasi dan upaya perbaikan lingkungan pesisir dan laut Kabupaten Pati. Komitmen besar ini kemudian kembali dituangkan dalam bentuk kajian strategis perencanaan wilayah pesisir dan laut yang akan dijadikan sebagai payung segenap kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pati. Munculnya berbagai ancaman dan kendala pengelolaan yang lebih banyak disebabkan oleh faktor manusia, menstimulasi pemerintah Kabupaten Pati untuk membuat aturan hukum yang jelas. Hal ini juga didasarkan atas adanya Kepmen DKP tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut secara Terpadu dan Pemerintah Kabupaten Pati menimbang untuk membuat Perda agar aturan yang tertuang dalam Kepmen DKP dapat diimplementasikan di wilayahnya. Munculnya Perda Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Pesisir di Kabupaten Pati ini memberikan sinyalemen bahwa pemerintah memang mempunyai komitmen yang cukup besar untuk mengelola sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Pati. 10. Keragaman Potensi dan Sumber Daya Pesisir Wilayah Pati Potensi wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pati cukup beragam yang dapat dikembangkan dan dijadikan sebagai basis pengembangan ekonomi masyarakat. Diantaranya kegiatan yang merupakan potensi daerah dan masih memungkinkan adalah: ) ) ) ) ) Kegiatan perikanan tangkap di sekitar wilayah pantai Utara Jawa yang masih mungkin diusahakan dengan variasi musim tangkapan. Kegiatan perikanan budidaya tambak (bandeng) di sekitar wilayah pesisir Kabupaten Pati. Kegiatan pertambakan garam di sekitar lahan pesisir Kabupaten Pati yang masih berpotensi dikembangkan. Kegiatan budidaya kerang seperti bottom shell (kerang darah dan sejenisnya) dan dan water collom shell (kerang hijau dan sejenisnya). Kegiatan pengembangan ekonomi mangrove. Lahan di wilayah pesisir yang telah dibuka, dapat ditanama kembali dengan mangrove. Buah dari pohon mangrove dapat diusahakan untuk dijadikan sebagai kerupuk mangrove seperti yang dikembangkan oleh masyarakat pesisir di daerah lain.
11. Keberadaan Pangkalan Pendaratan Ikan Bajomulyo, Juwana Keberadaan PPI Bajomuyo juga ditunjang oleh posisi geografis Kabupaten Pati yang strategis, yang terletak diantara perlintasan antara pusat kegiatan perikanan Jawa Tengah (Pekalongan) dengan lokasi penangkapan ikan utama nelayan Pantura Jawa bagian tengah dan Timur yaitu sekitar Pulau Kangean. Jika hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak dalam waktu yang cepat, biasanya nelayan Pekalongan mendaratkan ikan tangkapannya di PPI Juwana. Karena lokasi yang lebih dekat dan lebih mudah aksesnya untuk mencapai pasar, dan mutu hasil tangkapan relatif masih bisa dijaga. 12. Penegakan Peraturan dalam Pemanfaatan Lingkungan Penegakan hukum dalam pengelolaan wilayah pesisir masih sangat lemah, bahkan belum diterapkan sama sekali. Beberapa permasalahan yang muncul seperti pemanfaatan tanah timbul yang semestinya dikuasai negara, tapi banyak yang kemudian dikapling oleh masyarakat untuk dijadikan tambak. Selain itu kegiatan penebangan bakau untuk membuka tambak baru juga masih terjadi. Padahal tindakan atas pelanggar tersebut adalah berupa denda sebesar Rp 5.000.000. (Pasal 31 bab 10 ketentuan pidana) pada Perda No 4 tahun 2003 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan Laut Kabupaten Pati telah ditetapkan sejak tahun 2003.
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
13. Meningkatnya Perhatian Terhadap Sektor Ekonomi Berbasis Wilayah Pesisir Komitmen pemerintah Kabupaten Pati terhadap wilayah pesisir dan laut dapat dikategorikan sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kegiatan yang sengaja diarahkan untuk pengembangan wilayah pesisir. Secara nasional juga dicanangkan bahwa kegiatan ekonomi wilayah pesisir diharapkan menjadi andalan peningkatan ekonomi nasional. Moment ini merupakan pemicu bagi pemerintah Kabupaten Pati untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap sektor-sektor ekonomi potensial yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir dan laut. 14. Minat Investasi di Wilayah Pesisir dan Laut Secara spasial minat investasi di wilayah pesisir memang masih terbatas. Namun demikian secara nasional investasi sektor perikanan dan kelautan menjadi momentum bagi peningkatan investasi di daerah. Dengan potensi lahan pesisir, dan daerah lainnya, maka peluang untuk mengembangkan investasi di wilayah pesisir Kabupaten Pati juga sangat terbuka. Mulai dari usaha budidaya tambak, penangkapan ikan dan peningkatan produksi garam. Untuk meningkatkan minat investasi di Kabupaten Pati, perlu dikembangkan sebuah sistem informasi tentang potensi sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Pati yang dapat di tangkap oleh investor. Selain itu juga perlu sebuah dukungan kebijakan dari daerah Kabupaten Pati untuk memacu minat investasi di wilayah pesisir dan laut. 15. Pengembangan Industri di Daerah Hulu Pengembangan kegiatan di hulu sungai biasanya berpengaruh sampai ke hilir. Untuk itu agar pengusahaan kawasan di sekitar pesisir harus bekerjasama dengan daerah lain, agar tidak terjadi friksi yang terkait dengan penurunan kualitas lingkungan. Hubungan antara wilayah Kabupaten di sekitar Pati sangat menentukan untuk menjaga lingkungan. Terutama sekali tentang pengembangan usaha industri yang berada di sekitar daerah aliran sungai di hulu sungai Juwana, Tayu dan Margoyoso. 2.4 Identifikasi Konflik Berdasarkan isu dan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka terdapat indikasi potensi konflik yang sudah dan akan terjadi di masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Pati. Berikut disajikan indikasi konflik pemanfaatan dalam Tabel 2-1. Tabel 2-1. Indikasi Konflik Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pelabuhan Umum
Pengeringan Ikan
Industri Kuningan
Pengasapan Ikan
Tambak Garam
Stasiun SPBU
Pabrik Gula
Permukiman
Tambak
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tambak Tambak Garam TPI Industri Pelabuhan Umum Pertanian Pabrik Gula Kuningan Pengasapan ikan
x x x x x x x x
TPI
x x x x x x x x
x x x x x
x x x x x x x x
Pertanian
x x x x x
x x x
x x x x
x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x x
x x x x x x x x x
x x x x x x x x x
x x x x x x
x x x x x x x x x
Pelayaran
x x x x x x x x x
x x x x x x x
Tanah Timbul x x x x x
No
Potensi Konflik
Industri Tapioka
Dok Perkapalan
Perikanan tangkap
Pelestarian mangrove
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
Pelabuhan Umum
Pengeringan Ikan
Industri Kuningan
Pengasapan Ikan
Tambak Garam
Stasiun SPBU
Pabrik Gula
Permukiman
Tambak
Keterangan: = indikasi konflik X = tidak ada indikasi konflik Sumber: Hasil Analisis
10 11 12 13 14 15 16 17
Pengeringan ikan Dok Perkapalan Stasiun SPBU Pemukiman Perikanan Tangkap Pelayaran Pelestarian Mangrove Tanah Timbul
x x x x x x
x x x x x x
TPI
x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x
Pertanian
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x
x x x x x x x
x x x x x x
Pelayaran
x x x x x x
x x x x x x x
Berdasarkan hasil pemetaan konflik antara seluruh aktivitas di wilayah pesisir, maka terdapat 36 konflik. Konflik terbanyak terjadi pada aktivitas tambak dan tambak garam sejumlah masing-masing 6 konflik, yaitu antara tambak dengan industri, tambak dengan pertanian, tambak dengan pabrik gula, tambak dengan industri tapioka, tambak dengan industri kuningan, tambak dengan pelestarian mangrove, tambak dengan tanah timbul. Sedangkan aktivitas yang tidak menimbulkan konflik antar kegiatan adalah kegiatan pengasapan ikan, pengeringan ikan, Dok Perkapalan, Stasiun SPBU, dan permukiman.
3 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT WILAYAH KABUPATEN PATI
3.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Kabupaten Pati 1. Visi Visi yang dikembangkan dalam pengelolaan sumber daya pesisir wilayah Kabupaten Pati adalah sebagai berikut: Terwujudnya Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Pati yang Bersih, Indah, Aman, Tertata dan Produktif yang Dikelola secara Optimal, Terpadu dan Berkelanjutan bagi Kesejahteraan Masyarakat 2. Misi Misi untuk mewujudkan visi pengelolaan sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Pati adalah sebagai berikut: 1. Melestarikan sumber daya pesisir dan laut wilayah Kabupaten Pati.
Tanah Timbul x x x x x x
No
Potensi Konflik
Industri Tapioka
Dok Perkapalan
Pelestarian mangrove
Perikanan tangkap
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
2. 3.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder lainnya dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Pati. Memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Pati secara optimal dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
3. Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati disusun berdasarkan tiga tujuan pengelolaan tersebut, yaitu 1. Tujuan ekologi adalah untuk mewujudkan kelestarian sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Pati. Sasarannya: Terwujudnya kelestarian sumber daya wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pati. 2. Tersedianya ruang konservasi sumber daya pesisir dan laut di wilayah Kabupaten Pati.
Tujuan sosial adalah untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dan stakeholder lainnya untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Pati. Sasarannya: Meningkatnya kesadaran masyarakat dan stakeholder lainnya untuk mengelola sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Pati. Meningkatnya partisipasi masyarakat dan stakeholder lainnya dalam upaya pengelolaan sumber daya pesisir dan laut Kabupaten Pati.
3.
Tujuan ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pati melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut secara berkelanjutan. Sasarannya: Meningkatnya aktivitas dan produktivitas ekonomi yang berbasis sumber daya pesisir dan laut di Kabupaten Pati secara optimal. Meningkatnya kontribusi sektor ekonomi berbasis sumber daya pesisir dan laut di Kabupaten Pati. Meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir Kabupaten Pati.
4 ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN LAUT WILAYAH KABUPATEN PATI
Selengkapnya strategi, indikasi program, indikator kinerja, unit kerja dan jangka waktu dari rencana strategis pengelolaan sumber daya pesisir dan laut wilayah Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 4-1, 4-2, 4-3.
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
Tabel 4-1.
Matriks Sasaran, Strategi, Program, Indikator Kinerja, Unit Kerja dan Jangka Waktu Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati Tujuan Ekologis
Misi 1 : Melestarikan Sumber Daya Pesisir dan Laut Kabupaten Pati Tujuan 1 (Ekologis) : Mewujudkan Kelestarian Sumber Daya Pesisir dan Laut Kabupaten Pati
Sasaran Terwujudnya kelestarian sumberdaya wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pati 1. Strategi Mengoptimalkan kebijakan otonomi daerah dalam proses penegakan hukum yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir dan laut, khususnya yang terkait dengan sistem monitoring dan kontrol terhadap praktekpraktek perusakan ekosistem wilayah pesisir dan laut 1. Program Meratifikasi kebijakan otonomi daerah (UU No. 32 dan 33 tahun 2004) yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) Sosialisasi Juklak dan Juknis pengelolaan wilayah pesisir Penegakan aturan hukum secara tegas Pengembangan sistem pengawasan dan pemantauan berbasis masyarakat (SPPBM-PELA) Peningkatan proporsi anggaran untuk pencegahan dan penanganan penurunan kualitas lingkungan Peningkatan partisipasi publik dalam mengelola pesisir dan laut Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Indikator Kinerja Tersusunnya Juklak dan Juknis pengelolaan wilayah pesisir sesuai kebijakan otonomi daerah Unit Kerja Bappeda, Bag. Hukum, Kanpedal, Dishutbun, Dislutkan Jangka Waktu Pendek Menegah Panjang
2.
3. 4.
Terciptanya pemahaman yang sama dan menyeluruh tentang Juklak dan Juknis Berkurangnya praktekpraktek perusakan ekosistem Berkurangnya praktekpraktek perusakan ekosistem Tersedianya anggaran yang cukup
Bag.Hukum, Bappeda, Kanpedal, Dishutbun, Dislutkan Kepolisian, Kan Satpol, Kejaksaan, Masyarakat Bappeda, masyarakat, LSM, DPRD DPRD, Bappeda, Kanpedal, Bag.Anggaran dan Perbendaharaan LSM, PT, Bappeda, Dislutkan Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
2.
Memperkuat kebijakan daerah dalam upaya mencegah (preventif) dan penanganan (mitigasi) turunnya kualitas lingkungan pesisir seperti sedimentasi, pencemaran perairan, dan abrasi
1.
2.
3.
Meningkatnya peran masyarakat melalui swadaya masyarakat sendiri Jumlah aparatur pemerintah
6-28
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
2. 3.
5.
6-29
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
2.
3. 1.
5.
2. 3.
6.
Mengembangkan model pengelolaan daerah perlindungan laut (fish sanctuary) dan rejim pengelolaan perikanan terbatas (limited entry)
1.
2.
Mengoptimalkan kewenangan pengelolaan di wilayah 4 mill laut untuk peningkatan pendapatan nelayan Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan implementasi kebijakan Membentuk badan pengelola bersama antar daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut Mengadakan pertemuan lintas sektor antar daerah secara rutin Menciptakan sistem pengawasan bersama antar daerah Kajian model pengelolaan daerah perlindungan laut dan rejim pengelolaan perikanan terbatas dalam penerapannya di perairan Kabupaten Pati Sosialisasi fish sanctuary dan rejim limited entry kepada stakeholder Pilot project fish sanctuary
Peningkatan pendapatan nelayan Peningkatan peran serta masyarakat Terbentuknya badan pengelola pesisir dan laut antar daerah Pertemuan rutin antar daerah Berkurangnya kerusakan lingkungan Dokumen model fish sanctuary dan limited entry
Bappeda, Dislutkan, Dishutbun, Kanpedal DPRD, Masyarakat, LSM, Bappeda Bappeda, Dislutkan, Kanpedal
3.
Terciptanya pemahaman yang sama dan menyeluruh tentang fish sanctuary dan limited entry Adanya daerah pilot project fish sanctuary
6-30
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
2. 3. 4. 1.
2.
2. 3.
Kanpedal, masyarakat, swasta, Dishutbun Diskimpras, masyarakat, Dishubpar Masyarakat, LSM, PT, Kanpedal, Dishutbun Kepolisian, Kan Satpol , Bappeda, Kanpedal, , Dislutkan Pemda, Bappeda, Dislutkan, Kanpedal
4.
5. 6.
6-31
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
6-32
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
Tabel 4-2.
Matriks Sasaran, Strategi, Program, Indikator Kinerja, Unit Kerja dan Jangka Waktu Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati Tujuan Sosial
Misi 2 : Meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder lainnya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Pati Tujuan : Meningkatkan kapasitas dan kapabalitas masyarakat dan stakeholder lainnya untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Pati
Sasaran 1. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan stakeholder lainnya untuk berpartisipasi dalam mengelola sumberdaya pesisir dan laut Kab. Pati Strategi 1. Meningkatkan peran masyarakat dalam pencegahan turunnya kualitas lingkungan, penggundulan hutan dan proses rehabilitasi lingkungan pesisir dan kawasan hutan di daerah hulu Program/ Kegiatan 1. Penyuluhan dan pembinaan terhadap masyarakat. Indikator Keberhasilan Berkurangnya problem pencemaran Unit Kerja Dislutkan, Dishutbun, Dinas Pertanahan, Bappeda, Kanpedal, Diskesos Permas, PT dan LSM Dislutkan, Dishutbun, Dinas Pertanahan, Bappeda, Kanpedal, PT dan LSM Dislutkan, Dishutbun, Dinas Pertanahan, Bappeda, Kanpedal, PT, LSM dan Masyarakat Pendek
6-33
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam penanganan dan pencegahan penggundulan hutan di kawasan hulu
1. Pembentukan kelompok pecinta dan pelestari lingkungan dari tiap stakeholder 2. Pembinaan kelompok pelestari dan pengendali lingkungan berbasis masyarakat. 3. Pelatihan pengendalian banjir kepada masyarakat sekitar DAS
Juklak pengendalian banjir partisipatif Meningkatnya partisipasi publik dan aparatur dalam pelatihan pengelolaan pesisir
3. Memberikan peran yang optimal bagi masyarakat dalam pelaksanaan otonomi daerah yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir
6-34
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
3. Penyertaan materi tentang pesisir dan laut sebagai muatan lokal dalam program pendidikan 4. Peningkatan aktivitas masyarakat dalam konteks wilayah pesisir dan laut
Meningkatnya frekuensi kegiatan masyarakat yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir
4. Meningkatkan peran pemerintah daerah dalam rangka memfasilitasi peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat lokal khususnya yang terkait dengan penguasaan teknologi perikanan
1. Peningkatan pengetahuan anak-anak sekolah tentang pesisir dan laut. 2. Kampanye tentang manfaat dan potensi sumberdaya pesisir. 3. Peningkatan jumlah program yang bernuansa pesisir dan laut
Meningkatnya partisipasi publik dan aparatur dalam pelatihan pengelolaan pesisir Matriks komparasi sistem pengelolaan wilayah pesisir Aktifitas masyarakat terkait dengan pesisir dan laut
6-35
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
Partisipasi masyarakat
6-36
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
Partisipasi masyarakat
3. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan teknologi tepat guna bagi masyarakat lokal dalam rangka peningkatan akselerasi kebijakan pengembangan sektor ekonomi berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan
1. Identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan teknologi tepat guna 2. Penyusunan modul-modul pendidikan dan pelatihan teknologi tepat guna 3. Peningkatan kerjasama kelembagaan dalam rangka peningkatan kualitas DIKLAT 4. Pendidikan dan pelatihan teknologi tepat guna
Teridenfiikasinya kebutuhan DIKLAT Modul DIKLAT Terciptanya kerjasama kelembagaan Meningkatnya kemampuan dan penguasaan teknologi tepat guna
6-37
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
6. Memberdayakan kelembagaan masyarakat untuk mendukung pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan lokal maupun regional
1. Sosialisasi teknologi pemanfaatan sumberdaya perikanan jarak jauh 2. DIKLAT teknologi pemanfaatan sumberdaya perikanan jarak jauh 3. Pengembangan kerjasama program magang teknologi penangkapan sumberdaya perikanan jarak jauh 4. Percontohan penggunaan teknologi pemanfaatan sumberdaya perikanan jarak jauh 1. Identifikasi kelembagaan masyarakat
Tersosialisasikannya teknologi penangkapan ikan jarak jauh Meningkatnya kemampuan dan penguasaan teknologi penangkapan jarak jauh Kerjasama program magang Demplot
Bappeda, BKD, Dislutkan, PT, LSM Bappeda, BKD, Dislutkan, PT, LSM Bappeda, Dislutkan, PT, LSM Dislutkan, PT, LSM Bappeda, Bag. Organisasi, Dislutkan, PT, LSM, Diskesos Permas Bappeda, Dislutkan, PT, LSM, Diskesos Permas
6-38
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
6-39
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
Matriks Sasaran, Strategi, Program, Indikator Kinerja, Unit Kerja dan Jangka Waktu Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Wilayah kesejahteraan
Kabupaten Pati Tujuan Ekonomi : Memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Pati secara optimal dan berkelanjkiutan untuk men ingkatkan masyarakat lokal
Tujuan : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pati melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut secara bekelanjutan.
Sasaran Meningkatnya aktivitas dan produktivitas ekonomi yang berbasis sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Pati secara optimal Strategi 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelabuhan dan infrastruktur perikanan lainnya dalam rangka optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan regional Program/Kegiatan 1. Peningkatan kualitas pelayanan pelabuhan perikanan 2. Penyediaan fasilitas pelabuhan 3. Penggunaan pelabuhan dan fasilitas perikanan secara efisien dan efektif 4. Pendidikan dan pelatihan bagi SDM pengelola pelabuhan 5. Pembangunan cold strorage dan pabrik es 1. Peningkatan produksi komoditas berbasis sumberdaya pesisir dan laut 2. Peningkatan kualitas produk berbasis sumberdaya pesisir dan laut 3. Penerapan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan. Indikator Terlayaninya masyarakat Tersedianya fasilitas pelabuhan Produktivitas pelabuhan meningkat Meningkatnya pengetahuan SDM pengelola pelabuhan Tersedianya cold strorage dan pabrik es Meningkatnya produksi Meningkatnya kualitas produk Tersedianya teknologi ramah lingkungan Unit Kerja Dislutkan, Adm. Pelabuhan, Swasta Dislutkan, Diskimpras, Dishubpar Dislutkan, Dishubpar, Adm. Pelabuhan, Swasta BKD, Dishubpar, Adm. Pelabuhan, Swasta Dislutkan, Diskimpras, Swasta Dislutkan, PT, Dinas Perindag, Bappeda Dislutkan, Dinas Perindag, Dishutbun, PT Dinas Perindag, Dislutkan, PT, Kanpedal Pendek Jangkah Waktu Menengah Panjang
2. Meningkatkan penguasaan teknologi produksi dan pengolahan yang ramah lingkungan untuk menghasilkan produk yang berkualitas
6-40
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
1. 2. 3.
Bappeda, Kanpedal, Dislutkan, PT, LSM, Swasta Bappeda, Dinas Perindag, Kanpedal, Dislutkan, PT, LSM Bappeda, Dinas Perindag, Dislutkan
4. Meningkatkan produksi 1. perikanan melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan luar daerah melalui 2. pengembangan dan optimalisasi perikanan jarak jauh (distance water fisheries)
6-41
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
2.
3. 4. Meningkatnya kontribusi ekonomi dari sektor berbasis sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Pati 1. Mendorong dan 1. mempermudah akses perijinan dan pengembangan usaha 2. di sektor ekonomi yang berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan 3. 4. 5. 2. Meningkatkan promosi dan sistem pelayanan publik untuk menangkap pangsa pasar domestik dan 1. 2.
6-42
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
luar negeri 3. Perintisan kerjasama antar pemda, regional dan Internasional Terealisasinya kerjasama Bappeda, Dinas Perindag, Dislutkan
6-43
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
2.
3.
Bappeda, Dislutkan, PT, LSM, Swasta Bappeda, Dislutkan, PT, LSM, Swasta, Diskesos Permas Bappeda, Kanpenda, Dislutkan, Dinas Perindag
4.
4. Meningkatkan kebijakan pengembangan sektor ekonomi berbasis sumberdaya pesisir dan laut
1.
2. 3.
Bappeda, Dispenda, Dislutkan, Dinas Perindag, Bag.Huku Bappeda, Dispenda, Dislutkan, Dinas Perindag
6-44
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
2. 3.
Diskimpras, Bappeda, Dishubpar, Swasta Diskimpras, Dishubpar, Swasta Diskimpras, Dishubpar, Dislutkan Swasta Bappeda, Kanpenda, Swasta, Dislutkan Dislutkan, Dinas Perindag, Swasta Bappeda
2. 3.
Meningkatnya produktivitas usaha Terjalinya koordinasi antara kelembagaan pemerintah. Meningkatnya program aksi di wilayah pesisir Tersedianya teknologi penangkapan ikan Tersedianya teknologi budidaya ikan
6-45
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
3. Pengembangan teknologi pasca panen Tersedianya teknologi pasca panen Dislutkan, Dinas Perindag
6-46
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Wilayah Kabupaten Pati: GAGASAN COASTAL CITY
2. 3.
6-47