Anda di halaman 1dari 55

ANTIHIPERTENSI

KELOMPOK 3 Chrisma Desi Muliyani Dahlia Hanum Manggiasih PD. Indrianty Prastyaningrum Ikrima Khaerun Nisa Feni Ika Nurhayati Trisdian Hadi Jaya Yugo Gandhigora Riana Ratnasari (07040029) (08040003) (08040011) (08040021) (08040025) (08040031) (08040041) (08040046) (08040082)

DAFTAR PUSTAKA

Nafrialdi. 2007. Antihipertensi. Dalam : Farmakologi dan Terapi, edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. Katzung, Betram G. 2001. Antihipertensi. Dalam : Farmakologi Dasar dan Klinik, Buku 1. Salemba Medika : Jakarta Tjay, Tan Hoan.,Drs. & Rahardja, Kirana.,Drs. 2007. ObatObat Penting. PT Elex Media Komputindo : Jakarta.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.

Tekanan Darah

Curah Jantung Denyut Jantung Isi Sekuncup

Resistensi Perifer Resistensi Pembuluh darah Viskositas Darah

Kontraktilitas Miokard

Alir Balik Vena

Tonus Arteri & Arteriole

Elastisitas Dinding Pembuluh darah

Volume Darah

Kapasitas Vena

Parasimpatis

SRAA

Simpatis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan darah SRAA = Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron

RAA SYSTEM
Renin : enzim proteolitik yang disintesis oleh selsel jukstaglomeruler di ginjal dan merupakan penentu (rate limiting step) aktivitas RAA System. Angiotensin : suatu E globulin yang disintesis dalam hati dan beredar dalam darah. Fungsi renin : mengubah angiotensin angiotensin I (hormon yang belum aktif), selanjutnya oleh ACE (Angiotensin Converting Enzyme) angiotensin II (efek vasokonstriksi sangat kuat & merangsang sekresi aldosteron dari korteks adrenal)

Angiotensinogen Renin Angiotensin I

RAA SYSTEM

ACE Angiotensin II

Aktivitas Simpatis Kontraktilitas Miokard & Denyut Jantung

Vasokonstriksi Retensi Perifer

Sekresi Aldosteron Retensi Na Ekskresi K Retensi H2O Volume Darah

Sekresi ADH

Minum

Tekanan Darah

Tekanan Perfusi Ginjal

Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya Tekanan/Tegangan; Jadi, Hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.)

KAPAN DIKATAKAN HIPERTENSI?


1.

Menurut WHO (World Health Organization) Batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg) Dikatakan hipertensi tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg Cttn : Tidak membedakan usia dan jenis kelamin.

2.

Menurut NM Kaplan (Bapak Ilmu Penyakit Dalam)  Pria, usia < 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring > 130/90 mmHg.  Pria, usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya > 145/95 mmHg  Wanita tekanan darah > 160/95 mmHg, dinyatakan hipertensi. Cttn : dengan membedakan usia dan jenis kelamin.

Klasifikasi Hipertensi

Tingginya Tekanan Darah

Etiologi

Hipertensi Essensial

Hipertensi Sekunder

KLASIFIKASI TEKANAN DARAH BERDASARKAN JNC VII, 2003 (>18 TAHUN)


Klasifikasi Normal Prehipertensi Hipertensi Tingkat 1 Hipertensi Tingkat 2 >160 > 100 Sistol (mmHg) <120 120 139 140 159 Diastol (mmHg) < 80 80 89 90 99

HIPERTENSI ESENSIAL / HIPERTENSI PRIMER / IDIOPATIK


Hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial Penyebabnya : 1. Faktor Genetik

y

Kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin, dsb. Diet, kebiasaan merokok, stress emosi, obesitas, dll

2.

Faktor Lingkungan
y

HIPERTENSI SEKUNDER
Meliputi 5-10% kasus Hipertensi Hipertensi akibat penyakit ginjal (Hipertensi Renal), Kelainan hormonal (Hipertensi Endokrin), obat-obatan, dll

Komplikasi hipertensi dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ (target organ damage) pada jantung, otak, ginjal, mata, dan pembuluh darah perifer
Ginjal
Gagal ginjal

OTAK Jantung :
Hipertrofi ventrikel kiri Gagal jantung kronik Infark miokard Penyakit jantung kongestif Aritmia

HIPERTENSI

Stroke

MATA Retinopati

Pembuluh Darah :
Arteriosklerosis Penyakit pembuluh darah perifer Penyakit jantung koroner

Penanganan Hipertensi

Non Farmakologi
Diet rendah natrium Berhenti merokok Berhenti konsumsi alkohol Penurunan berat badan (obesitas) Aktifitas fisik yang teratur

Farmakologi
Diuretik F-blocker E-blocker Angiotensin Receptor Blocker (ARB) ACE-Inhibitor Ca-Antagonist vasodilator

TERAPI NON FARMAKOLOGI

HIPERTENSI RESISTEN
TD awal 180/115mm Hg tidak dapat diturunkan sampai<160/100mm Hg Bila TD awal < 180/115mm Hg, hipertensi dianggap resisten bila, TD tidak dapat mencapai normotensi(<140/90mm Hg) dengan kombinasi AH Untuk penderita usia lanjut dengan hipertensi sistolik, hipertensi dianggap resisten bila TDS awal>200mm Hg tidak dapat diturunkan menjadi <170mm Hg

HIPERTENSI PADA USIA LANJUT


Sebagian besar merupakan hipertensi sistolik, namun ada hipertensi diasistolik dan pseudosistolik. Tujuan terapi: Menurunkan 20 mmHg untuk TDS 160-179 mmHg Pertimbangan pemberian AH: - penurunan refleks baroreseptor - gangguan auto regulasi otak - penurunan fungsi ginjal dan hati - sensitivitas terhadap hipokalemia

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN


Terdiri atas: - hipertensi esensial kronik telah terdiagnosis sebelum hamil/senelum minggu ke20 kehamilan. Terapi tdk blh memakai penghambat ACE krn dapat menyebabkan fetus gagal ginjal atau kematian. - preeklamsia-aklamsia terjadi pada minggu k-20 atau lebih setelah kehamilan. Terapi AH dimulai pada TDD100 mmHg. Obat yg digunakan antara lain: metildopa, hidralazin, antagonis Ca, -bloker dan labetalol - hipertensi kronik dengan preeklamsia - hipertensi selintas

HIPERTENSI RINGAN DAN SEDANG


Tahap awal adalah modifikasi pola hidup Perekomendasian monoterapi obat: - diuretik - -bloker - penghambatan ACE - Antagonis kalsium - -bloker atau . -bloker

Vasodilator langsung, adrenolitik sentral, dan penghambat saraf adrenergik tidak digunakan untuk monoterapi

TERAPI FARMAKOLOGI
First Line Drug Diuretik
E - blocker F - blocker

Second Line Drug Penghambat Saraf Adrenergik

Agonis E-2 Sentral

Angiotensin Receptor Blocker (ARB) Angiotensin Converting Enzyme(ACE inhibitor)

Vasodilator

Ca Antagonist

TERAPI FARMAKOLOGIS
3 pendekatan utama dalam terapi hipertensi : 1. Menurunkan curah jantung
y y 2.

Beta Blocker Penghambat Saraf Adrenergik Vasodilator Alpha Blocker Obat yang bekerja sentral Ca-antagonist ACE Inhibitor ARB Diuretik (dalam jangka panjang) Diuretik

Menurunkan volume darah


y y y y y y y

3.

Menurunkan resistensi perifer


y

DIURETIK

bekerja meningkatkan eksresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya

Obat golongan tiazid Obat golongan ini bekerja dengan menghambat transpor bersama (symport) Na-Cl di dalam tubulus distal ginjal, sehingga sekresi Na+ dan Cl- meningkat Hidroklorotiazid (HCT) polipeptida golongan tiazid dan dianjurkan untuk sebagian besar kasus hipertensi ringan dan sedang dan dalam kombinasi dengan berbagai antihipertensi lain, Golongan ini umumnya kurang efektif pada gangguan fungsi ginjal dan pada pemakaian lama menyebabkan hiperlipidemia

Pada pasien gagal ginjal tiazid kehilangan efektivitas diuretik kuat Tiazid terutama efektif untuk pasien hipertensi dengan kadar renin rendah

tiazid seringkali dikombinasi dengan antihipertensi lain karena 1) Dapat meningkatkan aktivitas antihipertensi lain dengan mekanisme kerja yang berbeda sehingga dosisnya dapat dikurangi. 2) tiazid mencegah retensi cairan oleh antihipertensi lain sehingga efek obat obat tersebut dapat bertahan.

Diuretik Hemat Kalium Amilorid, triamteren dan spironolakton merupakan diuretik lemah. Kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah hipokalemia. Spironolakton merupakan antagonis aldosteron sehingga merupakan obta yang terpilih pada hipertensi aldosteronisme primer ( sindrom Conn) obat ini sangat berguna pada pasien dengan hiperurisemia, hipokalemia dan dengan intoleransi . Berbeda degan golongan tiazid obat ini tidak mempengaruhhi kadar Calsium dan gula darah.

Golongan Obat

Nama Obat

Dosis Pemakaian (mg/hari)

Frekuensi pemakaian (per hari)

Diuretik tiazid

Chlorothiazide Chlorthalidon Hydrochlorothiazi de Polythiazide Indapamide Metolazone Metolazone Bumetanide Furosemide Torsemide

125-500 12,5-25 12,5-50 2-4 1,25-2,5 0,5-1,0 2,5-5 0,5-2 20-80 2,5-10

1-2x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 2x 1x 1x

Loop Diuretic

Golongan Obat

Nama Obat

Dosis Pemakaian (mg/hari)

Frekuensi pemakaian (per hari)

Diuretik Hemat Kalium

Triamterene Amiloride

50-100 5-10

1-2x 1-2x

PENGHAMBAT ADRENERGIK
Penghambat adrenoseptor beta (F blocker) Penghambat adrenoreseptor Alfa (E- blocker) penghambat saraf adrenergik Penghambat ganglion

Penghambat adrenoseptor beta (F blocker) 1. Mekanisme penghambatan reseptor F1: - Penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard. - hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal akibat penurunan produksi angiostensin II - Efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis perubahan pada sensitivitas baroreseptor, perubahan aktivitas neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosintesis prostasiklin.

2. Penggunaan - kontraindikasikan pada pasien dengan asma bronkial - pada penderita diabetes atau gangguan sirkulasi perifer lebih baik digunakan F1 drpd F blocker krn efek hipoglikemia relatif ringan serta tidak menghambat reseptor F2 3. Contoh obat - atenolol bersifat kardioselektif dan penetrasinya ke SSP minimal - Metoprolol memiliki efek vasodilatasi karena selain menghambat reseptor F, obat ini juga menghambat reseptor E - Labetalol dan karvedilol

OBAT GOLONGAN F-BLOKER


Golongan Obat Nama Obat Dosis Pemakaian (mg/hari) Frek. pemakaian (per hari)

-bloker

Atenolol Betaxolol Bisoprolol Metoprolol Metoprolol extended release Nadolol Propanolol Propanolol long- acting Timolol Acebutolol

25-100 5-20 2,5-10 50-100 50-100 40-120 40-160 40-180 20-40 200-800

1x 1x 1x 1-2x 1x 1x 2x 1x 2x 2x

Penghambat

adrenoreseptor Alfa

(E- blocker)
1. Mekanisme hambatan E1 - menyebabkan vasodilatasi diarteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer - menyebabkan aliran balik vena berkurang menurunkan curah jantung - menyebabkan hipotensi ortostatik terutama pada pemberian dosis awal - menyebabkan refleks takikardia dan peningkatan aktivitas renin plasma

2. Mekanisme kerja obat - Adrenolik sentral bekerja pada reseptor E-2 disusunan saraf pusat dengan efek penurunan simpathetic outflow. Efek hipotensi klonidin terjadi karena penurunan resistensi perifer dan curah jantung - Guanfasin dan Guanabenz Efek antihipertensi guanabenz mencapai maksimal setelah pemberian 2-4 jam peroral dan menghilang pada 10 jam kemudian - Metildopa mengurangi resistensi perifer tanpa banyak mengubah denyut jantung dan curah jantung


1.

penghambat saraf adrenergik Reserpin


Obat pertama yang diketahui dapat menghambat sistem saraf simpatis pada manusia y Reserpin terikat kuat pada vesikel di ujung saraf sentral dan perifer dan menghambat proses penyimpanan (uptake) katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) ke dalam vesikel, selanjutnya katekolamin dipecah oleh monoamin oksidase di sitoplasma. y Menyebabkan penurunan curah jantung dan resistensi perifer.
y

2.

Guanetidin dan Guanadrel bekerja pada neuron adrenergoik perifer, menurunkan curah jantung dan resistensi perifer, tdp efek venodilator yang kuat disertai terhambatnya refleks kompensasi simpatis

PENGHAMBAT GANGLION

TRIMETAFAN
y y 1. 2.

y y

Satu-satunya penghambat ganglion yang digunakan di klinik Kerjanya cepat dan singkat dan digunakan untuk menurunkan tekanan darah dengan segera pada : Hipertensi Darurat Menghasilkan Hipotensi yang terkendali selama operasi besar Obat diberikan secara intravena dengan dosis 0,3 5 mg/menit. Efek samping berkaitan dengan hambatan ganglion: ileus paralitik, paralisis kandung kemih, mulut kering, penglihatan kabur, hipotensi ortostatik.

VASODILATOR

Hidralazin Mekanisme: bekerja langsung merelaksasi otot polos arteriol dengan mekanisme yang belum dapat dipastikan, menimbulkan efek kompensasi yang kuat berupa peningkatan kekuatan dan frekuensi denyut jantung. Obat ini menurunkan tekanan darah berbaring dan berdiri.

Minoksidil mekanisme: - Mengalami penambahan gugus sulfat di hati sebelum aktif mjd vasodilator arteriol yg poten, kerjanya langsung pada sel otot polos vaskular dengn meningkatkan permeabilitas membran terhadap ion K shg terjadi hiperpolarisasi. - menurunkan tekanan darah sistole dan diastole yang sebanding dengan tekanan darah awal. - kerja yang lebih lama dan kuat dibandingkan hidralazin.

natrium nitroprusid - Merupakan donor NO mengaktifkan guanilat siklase dan meningkatkan konversi GTP menjadi GMP siklik pada otot polos pembuluh darah - terjadi penurunan kalsium intrasel dengan efek akhir vasodilatasi arteriol dan venula. denyut jantung meningkat karena refleks simpatis, namun curah jantung tidak banyak berubah .

Diazoksid Mekanisme dan penggunaan: bekerja langsung pada sel otot polos arteriol dan menganktifkan kanal ion K yang sensitif ATP shg tjd hiperpolarisasi. Kemudian menyebabkan dilatasi arteriol namun tdk menpengaruhi vena. banyak digunakan u/ hipertensi darurat dan efektif u/ hipertensi ensefalopati, maligna dan hipertensi berat disertai glomeronefritis akut atau kronik

CA-ANTAGONIST
Menghambat masuknya ion Ca2+ melewati slow channel yang terdapat pada membran sel Dilatasi arteriol perifer dan koroner tahanan perifer menghambat kontraksi otot jantung efek samping: konstipasi, mual, pusing, sakit kepala, hipotensi, edema

ANTAGONIS KALSIUM

Mekanisme: menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer sering diikuti oleh refleks takikardia dan vasokonstriksi terutama bila menggunakan golongan dihidropiridin kerja pendek ( nifedipin)

sifat antagonis kalsium: bersifat vaskuloselektif dan generasi yang baru memiliki selektifitas lebih tinggi nefidipin, nikardipin, isradipin, felodipin dan amlodipin Bioavabilitas obat relatif rendah Kadar puncak dipcapai dengan cepat Waktu paruh umumnya pendek atau sedang Semua antagonis kalsium di metabolisme di hati Antagonis kalsium hanya sedikit sekali di eskresi dalam bentuk utuh lewat ginjal Israpridin dan amlodipin tidak mempengaruhi kadar digoksin yang diberikan bersama.

1)

2) 3) 4) 5) 6)

7)

OBAT GOLONGAN CA-ANTAGONIS


Golongan Obat Nama Obat Dosis Pemakaian (mg/hari) Frek. pemakaian (per hari)

Antagonis Calcium

Diltiazem extended release Verapamil immediate release Verapamil long-acting Verapamil Amlodipine Felodipine Iseadipine

120-540 80-320 120-480 120-360 2,5-10 2,5-20 2,5-10

1x 2x 1-2x 1x 1x 1x 2x

ACE INHIBITOR
Menghambat pembentukan angiotensin II dari angiotensin I sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. ACE-inhibitor dipilih untuk hipertensi dengan gagal jantung kongestif. Obat ini juga menunjukkan efek positif terhadap lipid darah dan mengurangi resistensi insulin sehingga sangat baik untuk hipertensi pada diabetes, obesitas, dan dislipidema. Kontraindikasi pada wanita hamil karena bersifat teratogenik.

ACE INHIBITOR

Secara umum ACE-inhibitor dibedakan atas dua kelompok :


y y

Yang bekerja langsung


Kaptopril, lisinopril

Prodrug

drug
Elanaprilat Kuinaprilat Perindoprilat Ramiprilat Silazaprilat Benazeprilat Fosinoprilat

Enalapril Kuinapril Perindopril Ramipril Silazapril Benazepril Fosinopril


Efek samping: batuk kering, angioedema, hiperkalemia, rash, leukopeni, gangguan pengecapan

OBAT GOLONGAN ACE-INHIBITOR


Golongan Obat
ACEInhibitor

Nama Obat

Dosis Pemakaian (mg/hari)


25-100 5-40 10-40 10-40 7,5-30 4-8 10-80 2,5-20 1-4

Frek. pemakaian (per hari)


2x 1-2x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x

Captopril Enalapril Fisinopril Lisinopril Moexipril Perindopril Quinapril Ramipril Tradolapril

ANGIOTENSIN RECEPTOR BLOCKER (ARB)/ ANGIOTENSIN II - BLOCKER


Pemberian ARB menurunkan tekanan darah tanpa mempengaruhi frekuensi denyut jantung Reseptor Angiotensin II terdiri dari dua kelompok :

y

Reseptor AT1

Reseptor AT2

di ginjal, otak, kelenjar adrenal, di otot polos pembuluh darah dan di otot jantung di medula adrenal dan mungkin di SSP, tetapi fungsinya belum jelas

Kontraindikasi pada wanita hamil trimester 2 dan 3

OBAT GOLONGAN ARB


Golongan Obat Nama Obat Dosis Pemakaian (mg/hari) Frek. pemakaian (per hari)

Angiotensin Candesartan II Eprosartan antagonis Irbesartan Losartan Olmesartan Telmisartan Valsartan

8-32 400-800 150-300 25-100 20-40 20-80 80-320

1x 1-2x 1x 1-2x 1x 1x 1-2x

Kelas Obat ACE Inhibitor

Parameter Pasien yang di Monitor


Hipotensi pada pemberian dosis pertama, pusing, batuk, tekanan darah, adherence (kepatuhan) Hipotensi pada pemberian dosis pertama, pusing, tekanan darah, adherence Hipotensi ortostatik (terutama dengan dosis pertama), Pusing, tekanan darah, adherence Denyut nadi, tekanan darah,toleransi thd olah raga, pusing, disfungsi seksual, gejala gagal jantung, adherence Denyut nadi (verapamil,diltiazem), edema perifer, sakit kepala (terutama dengan dihidropiridin), gejala gagal jantung, tekanan darah, adherence Pusing, status cairan, urine output, berat badan, tekanan darah, adherence

Monitoring Tambahan Fungsi ginjal (BUN {Blood Urea Nitrogen}, serum kreatinin), serum elektrolit (kalium) Fungsi ginjal (BUN, serum kreatinin), serum elektrolit (kalium)

ARB
E-blocker F-blocker

Gejala gagal jantung, gula darah

Ca-Antagonist

Gejala gagal jantung

Diuretik

Fungsi ginjal (BUN, serum kreatinin), serum elektrolit (kalium, magnesium, natrium), kadar gula, asam urat (utk tiazid)

ACE inhibitors

ARB

Penyekat alfa

Penyekat beta

Kontraindikasi Efek samping Kehamilan, bilateral artery Batuk, angioedema, stenosis, hiperkalemia hiperkalemia, hilang rasa, rash, disfungsi renal Kehamilan, bilateral artery Angioedema (jarang), stenosis, hiperkalemia hiperkalemia, dusfungsi renal Hipotensi ortostatik, gagal Sakit kepala, pusing, letih, jantung, diabetes hipotensi postural, hipotensi dosis pertama, hidung tersumbat, disfungsi ereksi Asma, heart block, Bronkospasm, gagal sindroma Raynauds yg jantung, parah gangguan sirkulasi perifer, insomnia, letih, bradikardi, trigliserida meningkat, impoten, hiperglikemi, exercise Intolerance

Kontra Indikasi Antagonis kalsium

Efek Samping

Agonis sentral (metildopa, klonidine)

Diuretik

Heart block, disfungsi Sakit kepala, flushing, sistolik gagal jantung edema (verapamil, diltiazem) perifer, gingival hyperplasia, constipasi (verapamil), disfungsi ereksi Depresi, penyakit liver Rebound hipertensi bila (metildopa), diabetes dihentikan, sedasi, mulut kering, bradikardi, disfungsi ereksi, retensi natrium dan cairan, hepatitis (jarang) Pirai Hipokalemia, hiperurisemia, glucose intolerance (kecuali indapamide), hiperkalsemia (tiazid), hiperlipidemia, hiponatremia, impoten (tiazid)

Diuretik Tiazide

Berinteraksi dengan Digoksin Obat-obat yang menurunkan kadar kalium

Mekanisme

Efek

Hipokalemia Hipokalemia

Lood

Digoksin menjadi lebih toksik Lemah otot, aritmia jantung

PotasiumSparing

ACEI, ARB, Hiperkalemia siklosporin, garam kalium

Hiperkalemia yg serius dapat menyebabkan cardiac arrest Mual, muntah, letargi, bingung, dan kejang

Tiazid

Carbamazepin, chlorpropamid

Hiponatremia

Berinteraksi dengan Diltiazem, verapamil Antidiabetik oral

Mekanisme Efek negatif inotropik yang aditif Blokade reseptor beta-2

Efek Bradikardia, depresi Miokardial Gejala hipoglisemia Tertutupi Efek inotropik dr dobutamin dihambat Hipertensi dan bradikardi

Penyekat Beta

Dobutamin

Antagonis reseptor -1

Adrenalin

-vasokonstriksi oleh adrenalin

Berinteraksi dengan Penyekat beta

Mekanisme Efek negatif inotropik yang aditif Menghambat ekskresi renal digoksin

Efek Bradikardia, depresi Miokardial Akumulasi digoksin, efek aritmogenik Hiperkalemia

Verapamil, diltiazem

Digoksin

ACEI/ARB

Diuretik penahan Ekskresi kalium Kalium melalui ginjal

Anda mungkin juga menyukai