Anda di halaman 1dari 5

I.

Hukum Mandi Janabah


Dalam hakekatnya, mandi besar/junub/janabah adalah mandi yang mensucikan badan dengan cara mengalirkan air tersebut dari ujung kepala sampai kaki untuk penghilangan hadas besar yang harus dihilangkan sebelum sholat. Oleh sebab itu, seseorang yang sudah baligh (dewasa) wajib untuk mengerti/mengamalkan mandi janabah bagi siapa-siapa yang sedang dalam keadaan junub. Apalagi yang sesuai dengan yang diajarkan oleh nabi kita Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam. Hal ini berdasarkan firman Allah subhanahu wa taala (artinya): Dan jika kalian junub, maka bersucilah (mandilah). (QS. Al-Maidah: 6) Hukum ini juga berlaku bagi wanita yang telah suci dari haidh atau nifasnya. Diwajibkan bagi mereka untuk mandi seperti mandinya orang yang junub. InsyaALLAH pendapat inilah yang dipakai oleh para ulama kita.

II. Tata Cara Mandi Janabah


Pelaksanaan mandi ini dapat kita golongkan menjadi dua tata cara, diantaranya adalah : Pertama : Tata cara minimal yang hanya meliputi perkara yang wajib saja. Yaitu membasuh seluruh anggota badan, menyampaikan air ke kepala dan rambut. Demikianlah yang dikatakan Al-Imam Asy-Syaukani Rahimahullah : Mandi tidaklah sempurna kecuali dengan meratakan air ke seluruh tubuh. Kedua : Tata cara yang dilakukan secara sempurna, tata cara yang mencakup semua aspek-aspek yang wajib dan sunnah. Karena tata cara inilah yang paling disenangi oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Adapun bagaimana langkah-langkah yang akan dilakukan, sebelumnya saya akan memaparkan beberapa hadist shahih yang berasal dari ummul mukminin. Diantaranya dari Aisyah Radiyallahuanha berkata : Adalah Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bila hendak mandi janabah, beliau mulai dengan mencuci kedua tangannya, kemudian berwudhu sebagaimana wudhu dalam shalat, lalu beliau memasukkan jari-jemarinya ke dalam air dan menyela-nyela pangkal rambutnya dengan jari yang telah dibasahi air tersebut. Setelahnya beliau menuangkan air ke kepala beliau sebanyak tiga tuangan dengan kedua tangan beliau(menciduknya), kemudian barulah menuangkan air ke seluruh tubuh beliau. (HR. Al-Bukhari no. 248 dan Muslim no. 716) Begitu juga dalam hadist Maimunah Radiyallahuanha disebutkan : Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam meletakkan air untuk mendi janabah. Beliau menuangkan air dengan tangan kanannya ke atas tangan kirinya dua atau tiga kali. Setelahnya beliau menggosokkan tangannya ke bumi/tanah dua atau tiga kali. Lalu beliau madhmadhah. Beliau mencuci wajahnya dan dua lengannya. Kemudian menuangkan air ke atas kepalanya. Lalu membasuh tubuhnya. Setelahnya beliau menyingkir/berpindah dari tempatnya, lalu mencuci kedua kakinya. Maimunah berkata : aku pun memberikan kain/handuk beliau

namun beliau tidak menginginkannya. Maka mulailah beliau mengibaskan air dengan tangannya. (HR. Al-Bukhari no. 274 dan Muslim no. 720) Dari sinilah kita bisa cermati step by step tata cara dalam mandi janabah yang bisa ditarik kesimpulan, dengan perincian sebagai berikut : 1. Mencuci kedua tangan sebelum memasukkannya ke dalam tempat air 2. Menuangkan air dengan tangan kanan ke tangan kiri, kemudian dilanjutkan dengan membasuh kemaluan. Hal ini dilakukan sebanyak dua atau tiga kali. 3. Tangan kiri yang sebelumnya digunakan untuk mencuci kemaluan digosokkan/diusapkan ke bumi/tanah atau bisa juga ke tembok. Sama seperti cara ke-2, pengusapan ini dilakukan sebanyak dua atau tiga kali. Namun, pelaksanaannya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar hadast ini bisa hilang tanpa meninggalkan sisa-sisa yang ada. 4. Berwudhu sebagaimana wudhu yang dicontohkan nabi kita Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam. Yang berarti diawali dengan mencuci telapak tangan, melakukan madhmadhah(berkumur-kumur), istinsyaq(memasukkan air ke hidung)-istintsar(mengeluarkan air dari hidung), mencuci wajah, dua lengan, mengusapkan kepala dan telinga, dan diakhiri dengan membasuh kaki. 5. Kemudian beliau memasukkan tangannya ke bejana yang berisi air lalu menyela-nyela pangkal rambutnya. Faedah penyela-nyelaan ini adalah menyampaikan air ke rambut dan kulit kepala dengan memulainya pada bagian kanan terlebih dahulu baru pada bagian sebelah kiri. Setelah itu beliau menuangkan air ke kepala sebanyak tiga kali sebagaimana disebutkan dalam hadist : Kemudian beliau menyela-nyela rambutnya dengan tangannya hingga ketika beliau memastikan telah membasahi kulit kepalanya, beliau pun menuangkan air ke kepalanya tiga kali. (HR. Al-Bukhari no.272 dan Muslim no. 716) 6. Membasuh seluruh tubuh. Disini beliau lebih suka untuk menghemat dalam pemakaian airnya, dalam artian tidak berlebih-lebihan dalam membasuhnya. 7. Mengakhirkan mencuci kaki sebagaimana ditunjukkan dalam hadist Maimunah rohimahullah. Rasulullah berwudhu seperti wudhu untuk mengerjakan sholat hanya saja beliau tidak mencuci kakinya. Dan (sebelumnya) beliau telah mencuci kemaluannya dan kotoran yang mengenainya. Kemudian beliau menuangkan air ke atas tubuhnya, setelahnya beliau memindahkan kedua kakinya (berpindah dari tempat semula), lalu mencuci keduanya. (HR. Al-Bukhari no. 249 dan Muslim no. 720) Adapun hikmah diakhirkannya mencuci kedua kaki, Al-Imam Al-Qurthubi rohimahullah berkata : Hikmah diakhirkannya mencuci kedua kaki agar dalam mandi janabah itu diawali dan diakhiri dengan membasuh anggota wudhu. (Fathul Bari, 1/470) 8. Mengeringkan air dari tubuh dengan cara mengeringkan/mengibaskan air dengan tangannya. Adapun menyekanya dengan menggunakan kain, handuk, atau yang selainnya maka kita dapati para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Al-Imam An-Nawawi rohimahullah berkata : Para shahabat dan orang-orang

selain mereka berbeda pendapat tentang tansyif (menyeka tubuh dengan kain/ handuk setelah mandi) menjadi tiga madzhab/pendapat : Pertama : Diperbolehkan untuk melakukannya setelah berwudhu atau mandi. Pendapat ini berasal dari Anas bin Malik dan Ats-Tsauri. Kedua : Makruh untuk dilakukan setelah wudhu dan mandi, sebagaimana pendapat Ibnu Umar dan Ibnu Abi Laila. Ketiga : Dimakruhkan dalam wudhu namun tidak makruh bila dilakukan setelah mandi, demikian pandangan Ibnu Abbas (Al-Manhaj Syarh Shahih Muslim 3/222) Beginilah yang dipaparkan oleh ulama-ulama kita yang shalih. Dan yang terakhir, tidak perlu berwudhu lagi setelah mandi janabah. Karena tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam melakukan wudhu saat mandinya. Berwudhu sebelum menyempurnakan mandi janabah merupakan sunnah yang tsabitah (shahih) dari beliau. Adapun berwudhu, setelah selesai mandi, perbuatan ini tidak dikenal dan tidaklah shahih dari Rasullah. Wallahu alam bish-shawab

KATA PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Daftar Pustaka
http://qurandansunnah.wordpress.com

http://reizazulkarnaen.blogspot.com http://organisasi.org/pengertian-mandi-wajib-besar-junub-tata-cara-dan-hukumdalam-islam

Anda mungkin juga menyukai