Anda di halaman 1dari 22

Kasus 2 Surveilance dan Penanggulangan KLB Pemerintah menyatakan merebaknya kasus influenza A (H1N1) yang dikenal sebagai swine

flu atau flu babi sebagai kejadian luar biasa, menyusul dikeluarkannya status yang sama oleh WHO. Deklarasi pendemi global yang berarti menaikkan kewaspadaan dari level lima ke level enam disampaikan WHO terkait dengan melonjaknya kasus H1N1 di Amerika Serikat, Eropa, Australia, dan Amerika Selatan. Perubahan cuaca dan suhu bumi berdampak pula pada penyebaran berbagai virus penyakit. Salah satunya adalah virus flu babi yang tengah menjadi perhatian masyrakat dunia. Flu babi disebabkan oleh endemis Orthomyxoviruses yang berasal dari populasi babi. Virus ini dikenal dengan nama H1N1 dan bisa menyebar begitu cepat. Pada umumnya, gejala infeksi flu babi pada manusia mirip dengan flu biasa pada manusia, yakni demam yang muncul tiba-tiba, batuk, nyeri otot, sakit tenggorokan dan kelelahan yang berlebihan. Virus flu babi bisa membuat penderita muntahmuntah dan diare. Manusia yang sudah terinfeksi virus ini bisa menyebarkan virus ke orang lain hanya dengan satu kali bersin. Di Indonesia sendiri data hingga 12 Juli sudah 64 orang yang positif H1N1. Rinciannya 43 laki-laki dan 21 perempuan. Tapi dari jumlah itu tak semua WNI. 12 suspek yang terakhir. 2 orang WNI dan 5 dari luar dan punya riwayat perjalanan ke luar negeri. Semua yang positif flu babi sekarang dikarantina, kata menkes. Dengan demikian pemerintah terus menerus meningkatkan kegiatan surveilance dan langkah penanggulangan KLB. Step 1. 1. Endemis Orthomyxoviruses (Vinda) 2. Pandemik Global (sinta) 3. Surveilance (nanda) 4. Kejadian Luar Biasa (erita) 5. Suspek (Putri) 1. Endemis Orthomyxoviruses sejenis virus yang terdapat pada hewan babi (nanda) 2. Pandemik Global bagian epidemiologi penyebarannya yang sudah global (vinda) 3. Surveilance pemantauan terhadap penyakit dan ada yang aktif dan positif (sinta) 4. Kejadian Luar Biasa merupakan status dan dimana adanya peningkatan jumlah suatu penyakit (tiktik)

5. Suspek orang yang diduga terkena (vinda) Step 2 1. Tahap-tahap penanggulan KLB? (eel) 2. Pengaruh cuaca dan suhu bumi seperti apa? (vinda) 3. Apa hubungan jenis kelamin dengan penyakit? (tiktik) 4. Arti dari tial level kewaspadaan?(sinta) 5. Kategori seprti apa yang dapat dikatakan KLB? (hinin) 6. Lingkungan yang seperti apa dikatakan KLB? (gina) 7. Mengapa penyebaran penyakitnya cepat? (tiktik) 8. Mengapa penyebaran penyakit ini dengan satu kali bersin? (nanda) 9. Mungkinkah terjadi pada daerah yang tidak ada populasi babi? (eel) 10. Jenis dari influenza (Putri) 11. Apakah kepadatan penduduk berpengaruh? (hinin) 12. Fasilitas apa yang disediakan pemerintah untuk menanggulangi masalah ini? (gina) 13. Untuk perawat persiapa apa yang dibutuhkan untuk merawat pasien agar tidak menular penyakitnya? (eel) 14. Perbedaan dari orang yang sudah terkena dengan yang masih suspek? (vinda) 15. Bagaimana dengan pencegahan penyakit?(nanda) 16. Penkes dan prognosis penyakit ini bagaimana? (sinta) 17. Hasil pemeriksaan seperti apa yang bisa ditemukan? (putri) 18. Bagaimana penyakit atau kejadian itu dikatakan KLB?(Yoan) 19. Penelitian apa saja yang dikatakan KLB? (eel) 20. Tindakan pertama untuk mencegah KLB? (hinin) 21. Tujuan penetapan KLB? (nevia) 22. Apakah KLB berhubungan dengan KLB? (tiktik) 23. Mengapa KLB musiman dan apakah memungkinkan untuk terjadi kembali lagi?

Step 3 8. Penyebaran melalui udara lalu virusnya mengenai orang yang sudah terinfeksi (Putri)

15. populasinya meningkat maka babi yang sudah terinfeksi dimusnahkan mengkarantina orang yang terinfeksi dan menangani suspeknya (tiktik)

dan

Nevia ; menggunakan masker dan apabila bersin mulut ditutup agar virusnya tidak terinfeksi 18. vinda ; misalnya ada penyakit yang jumlah orang yang terkena masih sedekit, dan dapat dikatakan KLB itu apabila jumlah orang yang terkena penyakit ini sudah meningkat dan penyebarannya sangat cepat. Nanda : penyebarannya itu dua kali lebih banyak dari tahun sebelumnya. 2. eeL; berpengaruh terhadap perkembangan virus dan suhunya lembab Sinta; cuaca yang berangin 3. hinin ; tidak berpengaruh hanya tergantung sistem imun dan kontak langsung kepada host 7. putri ; karena berpengaruh dari keadaan lingkungan, cuaca dan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi Vinda ; mungkin penderita belum tahu tentang penyakit 9. tiktik; mungkin karena melalui udara dan dari WNI yang datang dari luar negeri atau dari WNA yang datang ke negara Indonesia 11. gina : bisa 22. sinta : umur berhubungan pada anak-anak dan lansia 13. nevia ; universal precaution 20. hinin ; tindakan promotif dengan pendidikan kesehatan tentang bahaya dan penyebaran penyakitnya; tindakan preventif dengan menjaga gaya hidup bersih dan menjaga kontak langsung dengan penderita; tindakan kuratif dengan cara pengobatan 6. eel ; kepadatan penduduk dengan keadaan lingkungan yang keadaan cuaca lembab dan gaya hidup tidak sehat. 4. nanda : Level I : menular antar hewan dengan hewan

Level II : hewan dengan manusia Level III : antara hewan dengan manusia tapi jumlah yang masih sedikit Level IV : manusia dengan manusia Level V : sudah mewabah di 2 negara Level VI : lebih dari 2 negara 16. gina : baik disertai dengan gaya hidup yang sehat, burk dari penyakit tidak disertai dengan gaya hidup sehat dan pengobatan tidak teratur dan pemberian pendidikan kesehatan dengan karantina dan sebagainya, dan dengan pemeriksaan dini (putri) 21. vinda ; untuk menentukan pencegahannya berdasarkan KLBnya dan prioritaskan KLB Tiktik ; menaikkan kewaspaan ke level selanjutnya 12. sinta ; dilakukan penyuluhan kepada keluarga dan tentang ciri-cirinya dan laporkan secepatnya apabila ada keluarga yang terkena. WNA yang terkena dilakukan pemeriksaan putri ; pemberian vaksin dan warning travel 19.eel; penelitian terhadap manusia dan lab kepada hewan 1. hinin : diobati rehabilitasi penkes untuk yang sudah terkena dan yang belum diberi kewaspadaan dan penkes 5. nanda ; penyakit menular; demam berdarah, flu burung dan penyakit endemik sars 23. nevia ; tergantung iklim dan cuaca mungkin untuk terulang 10. A, B,C dan H5N1 14.vinda ; yang terduga dengan ciri flu biasa dan yang sudah (+) ditentukan melalui pemeriksaan dan ditemukan adanya virus 17. adanya virus H5N1 (eel)

Mind map :

KLB Flu babi pencegahan, epidemiologi dan penanggulangan survailance (defenisi dan tahap) Defenisi Kriteria Etiologi Penanggulangan Penkes Tahap kewaspadaan Kategori dan jeni

Reporting Defenisi KLB Wabah outbreak atau ledakan keadaan dimana jumlah penyakit mengalami peningkatan dan kesakitan di daerah tersebut (vinda), dan ada di daerah tertentu dan mengalami perubahan yang signifikan (tiktik) Kriteria (hinin, putri) o Timbulnya suatu penyakit yang belum dikenal o Angka rata-rata dalam 1 tahun dua kali lebih banyak o Crude Fatality Rate meningkat dua kali lipat o Penderita mengalami lebih dari satu penyakit o Proporsional rate meningkat dari tahun sebelum o Meningkatnya kematian dari tahun sebelumnya dalam tiga kurun waktu satu periode o Penyebab KLB ; toksin, infeksi, bilogis virus dan bakteri (gina) o Peningkatan jumlah kematian dua kali lebih besar (sinta) o Keracunan pestisida (nanda) Penggolongan KLB (erita,nevia) o Berdasarkan penyebaran : Common source ; wabah suatu penyakit karena ada satu faktor Propagated ; penyebarannya lebih cepat, morbiditas, orang-orang, kepadatan penduduk Mixed ; campuran Continued dan intermitten

Point source ; dapat diakibatkan karena pemakaian benda bersama, Intermitten ; penyebaran dan pemaparannya tidak teratur, continued ; kejadiannya dan penyakitnya selalu berkelanjutan (yoan)

Tujuan (hinin) Tujuan umum ; identifikasi KLB atau bukan dan mencegah adanya KLB Tujuan Khusus ; identifikasi cara penularan dan etiologinya apa dan mengetahui daerah mana yang terkena.

Tahapan (vinda, tiktik) o Persiapan penelitian lapangan dengan konfirmasi dan pencarian data lab, investigasi dan perlengkapan;administrasi dan konsultasi o Mengidentifikasi wabah dengan adanya cara pembuktian o Membuktikan diagnosis dan membuang data-data yang mengganggu o Mengidentifikasi kasus dan melihat kasus sudah pasti atau tidak o Epidemiologi deskriptif;pengumpulan data berdasarkan waktu dengan adanya kurva epidemik dengan melihat masa inkubasi berdasarkan orang dan dilihat cara penularannya berdasarkan tempat. o Uji hipotesis untuk memberi kesimpulan o Memperbaiki hipotesis dan membuat kesimpulan o Penambahan data o Menentukan hipotesis yang benar o Menyebarluaskan

Penanggulangan (putri, nanda, tiktik) o Memutuskan mata rantai penyebab penularan o Personal hygine o Karantina dengan mambatasi mobilisasi o Pemberian obat o Travel warning o Pemeriksaan di tempat awal terjadi imigran o Pemakaian alat pelindung diri o Preventif bagi orang yang sudah terkena, kuratif pengobatan orang yang terkena rehabilitatif dengan karantina o Dan bagi yang belum terkena pemberian penkes dan promosi kesehatan

o Penanggulangan kepada masyrakat dengan menghindari orang-orang yang terkena (sinta) o Penanganan host o Mencegah kontak hewan dengan manusia o Manaikkan kapasitas survailans o Memberi laporan pada pemerintah jika ada hewan yang terkena Survailans o WHO; pengumpulan data yang digunakan untuk mendeteksi jumlah penyakit (nevia) o Survailans ada 2 yaitu pasif dan aktif. Pasif; info di dapat dari tim kesehatan dan aktif digunakan ketika saat yang dibutuhkan. Tujuan survailans (gina,erita,nevia,putri) o Identifikasi kasus dan melihat besarnya kasus, mengetahui pola penyebarannya o Mengetahui apa ada KLB dan mengetahui cara penanggulangannya dari hasil survailans o Mengetahui prioritas masalah o Mengetahui kebutuhan dari penelitian dan riset Level kewaspadaan (sinta-gina) o 1; belum ditemukan infeksi o 2; sudah diemukan pada ternak tapi tidak menyebabkan penularan o 3; penularan pada hewan ke manusia o 4; sudah terjadi di kelompok masyarakat o 5; sudah terjadi di 2 negara WHO o 6; sudah terjadi secara global o 1-2 intrapandemis o 3-4 waspada endemis o 5-6 pandemis

A.) Definisi Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan mala petaka (UU No.4, 1984). Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan wabah. Menteri menetapkan dan mencabut penetapan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah. Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. B.) Kriteria Kejadian Luar Biasa Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa berdasarkan pada Keputusan Dirjen No. 451/91 tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan tersebut, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur: 1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal, 2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu), 3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2x lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun), 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2x lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya, 5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2x lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya. 6. Case Fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. 7. Proportional Rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua atau lebih diabnding periode, kurun waktu atau tahun sebelumnya.

8. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan satu kasus atau lebih sebagai kasus KLB; keracunan makanan atau keracunan pestisida. Kriteria-kriteria diatas dalam penggunaan sehari-hari harus didasarkan pada akal sehat (common sense). Sebab belum tentu suatu kenaikan dua kali atau lebih merupakan KLB. Sebaliknya suatu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB yang perlu ditangani seperti penyakit: poliomyelitis dan tetanus neonatorum, kasus tersebut dianggap KLB dan perlu penanganan khusus. http://persakmita.blogspot.com/2009/05/konsep-dasar-kejadian-luar-biasa-klb-by.html http://id.wikipedia.org/wiki/Kejadian_Luar_Biasa Level Kewaspadaan

Level 1 :

Tidak ada virus yang beredar di antara binatang menyebabkan infeksi pada manusia

Level 2 :

Virus influenza berasal dari hewan menyebabkan infeksi pada manusia, dan dianggap ancaman potensi pandemi.

Level 3 :

Influenza menyebabkan kasus sporadis atau kelompok kecil penyakit pada manusia, namun tidak ada penularan dari manusia ke manusia yang signifikan.

Level 4 :

Penularan dari manusia ke manusia yang dapat menyebabkan wabah penyakit berkelanjutan di tingkat masyarakat. Sehingga menandai pergeseran yang signifikan atau risiko kenaikan pandemi.

Level 5 :

Ditandai oleh penularan virus dari manusia ke manusia setidaknya dalam dua negara di satu wilayah WHO. Level 5 merupakan sinyal kuat bahwa pandemi

sudah dekat dan waktunya untuk menyelesaikan organisasi, komunikasi, dan pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan secara singkat.

Level 6 :

Fase pandemi, ditandai dengan menyebarnya wabah di tingkat komunitas setidaknya satu negara lain di wilayah WHO yang berbeda. Level ini akan menunjukkan bahwa pandemi global berlangsung.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.who.int/csr/diseas e/avian_influenza/phase/en/ 6/1/2011 jam 1:34 2011 WHO Tugas gina belum di kirim Tahapan penyelidikan Kejadian Luar Biasa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Persiapan penelitian lapangan Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB Memastikan diagnosis etiologis Mengidentifikasi dan menghitung kasus atau paparan Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu dan tempat Membuat hipotesa awal Membuat cara penangulangan sementara dengan segera Mengidentifikasi sumber dan cara penularan Mengidentifikasi keadaan penyebab KLB

10. Merencanakan penelitian lain / tambahan dengan sistematis 11. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan a. pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin b. upaya penanggulangan biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui c. Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. d. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya. 12. Menetapkan sistem penemuan kasus baru atau dengan komplikasi 13. Mengembangkan hipotesis A. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu: a. Apa reservoir utama agen penyakitnya? b. Bagaimana cara penularannya? c. Bahan apa yang biasanya menjadi alat penularan? d. Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular? B. Wawancara dengan beberapa penderita C. mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan. D. Kunjungan rumah penderita E. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat F. Epidemiologi diskriptif 14. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan stempat dan kepada system pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

Persiapan Penelitian Lapangan Dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah adanya informasi. Persiapan penelitian lapangan meliputi : 1. Investigasi : pengetahuan ilmiah yang sesuai, perlengkapan dan alat 2. Administrasi : prosedur administrasi, misalnya dokumen perjalanan, uang tunai, dan keperluan pribadi lainnya. 3. Konsultasi : peran masing-masing petugas yang turun kelapangan, tentukan langkah-langkah yang harus dilakukan. 4. Pemantapan (Konfirmasi) Informasi Meliputi :

a. Asal informasi adanya KLB. Dapat berasal dari : - laporan Wabah (W1) - Analisis sistim kewaspadaan dini didaerah tersebut (laporan W2) - Hasil laboratorium, laporan Rumah Sakit (RL2a, RL2b) atau masyarakat. b. Gambaran tentang penyakit yang sedang berjangkit, meliputi: - Gejala klinis - Pemeriksaan yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan hasil pemeriksaannya - komplikasi yang terjadi (misalnya kematian, kecacatan, kelumpuhan dan lainnya) c. Keadaan geografi dan tranportasi yang dapat digunakan didaerah KLB.

5. Memastikan Diagnosis a. Memastikan bahwa masalah telah benar diadiagnosis dengan bebar, dan sesuai dengan yang dilaporkan b. Menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan. 6. Tentukan dan Identifikasi Kasus (membuat definisi kasus dan menemukan dan menghitung kasus) a. Informasi klinis tentang penyakit b. Karakteristik tentang orang yang rentan c. Informasi mengenai lokasi atau tempat d. Spesifikasi waktu selama wabah yang terjadi Penyelidikan kasus didefinisikan dalam tiga kelas sebagai berikut : a. Kasus pasti (confirmed), harus di sertakan dengan pemeriksaan laboratorium dengan hasil + b. Kasus mungkin (Probable), harus memenuhi semua cirri klinis penyakit tanpa pemeriksaan laboratorium c. Kasus meragukan (Possible), biasanya hanya memenuhi sebagian gejala klinis saja. 7. Pembuatan Rencana Kerja (rencana penyidikan /proposal), yang minimal berisi : a. Tujuan Penyidikan KLB - Memastikan diagnosis penyakit - Menetapkan KLB - Menentukan sumber dan cara penularan - Mengetahui keadaan penyebab KLB b. Definisi kasus awal, - Arahan pada pencarian kasus c. Hipotesis awal mengenai agent penyebab (penyakit), cara dan sumber penularan, d. Macam dan sumber data yang diperlukan, e. Strategi penemuan kasus,

f. Sarana dan tenaga yang diperlukan

8. Pertemuan Dengan Pejabat Setempat a. Membicarakan rencana dan pelaksanaan penyidikan KLB. b. Kelengkapan sarana dan tenaga di daerah. c. Memperoleh ijin dan pengamanan. Langkah-langkah Penanggulangan KLB

Langkah 1 (Persiapan Investigasi dilapangan) 1. Investigasi : Pengetahuan ilmiahyang sesuai, perlengkapan dan alat 2. Administrasi tunai 3. Konsultasi : Peran masing- masing petugas yang turun ke lapangan, tentukan langkah- langkah yang harus dilakukan : Prosedur administrasi misalnya dokumen perjalanan, uang

Langkah 2 (Menentukan dan memastikan adanya wabah) 1. Menentukan apakah kasus yang ada sudah melampaui julmlah yang diharapkan 2. Pembuktian adanya wabah Langkah 3 (Memastikan diagnosis) 1. Memastikan bahwa masalah telah benar didiagnosis dengan benar dan sesuai dengan yang dilaporkan 2. Menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan Langkah 4 (Tentukan dan identifikasi kasus) 1. Informasi klinis tentang penyakit 2. Karakteristik tentang orang yang rentan 3. Informasi mengenai lokasi dan tempat 4. Spesifikasi waktu selama wabah terjadi Penyelidikan kasus didefinisikan dalam 3 kelas , yaitu: 1. Kasus pasti 2. Kasus mungkin 3. Kasus meragukan Langkah 5 (Melakukan epidemiologi deskriptif) 1. Gambaran perjalanan wabah berdasarkan waku

2. Gambaran kejadian wabah berdasarkan orang 3. Gambaran kejadian wabah berdasarkan tempat Langkah 6 (Hipotesa) 1. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu a. Bagaimana cara penularannya? b. Apa saja faktor yang meningkatkan resiko tertular? 2. Wawancara dengan beberapa penderita 3. Mengumpulkan beberapa penderita untuk mecari kesamaan pemaparan 4. Kunjungi rumah penderita 5. Wwancara dengan petugas kesehatan setempat Langkah 7 (Kembangkan hipotesa) o Dugaan sementara Langkah 8 (Menilai Hipotesa) o Dengan membandingkan hipotesa dengan fakta yang ada Langkah 9 (Memperbaiki hipotesa dengan mengadakan penelitian tambahan) a. Penelitian epidemiologi (epidemiologi analitik) b. Penelitian laboratorium dan lingkungan (pemeriksaan serum, pemeriksaan tempat pembuangan tinja) Langkah 10 (Data tambahan) o Didapat dari hasil laboratorium Langkah 11 (Penelitian tambahan) Langkah 12 (Melaksanakan pengendalian dan pencegahan) a. Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin b. Upaya penanggulangan biasanya hanya diterapkan setelah sumber wabah diketahui c. Pada umumnya, upaya penangendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit d. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya Langkah 13 (Menyampaikan hasil penyelidikan) Langkah 14 (Menindaklanjuti rekomendasi) Langkah 15 (Sebarluaskan)

Penanggulangn dr putri SURVEILANCE I. Definisi Surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan terus menerus terhadap kejadian kesakitan dan faktor lain yang memberikan kontribusi yang menyebabkan seseorang menjadi sakit. Surveilans merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain. Sementara masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan program kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Surveilans demografi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

II. Tujuan Tujuan Umum 1. Mencegah meluasnya kejadian luar biasa (penanggulangan) 2. Mencegah terulangnya kejadian luar biasa di masa yang akan datang (pengendalian)

Tujuan Khusus 1. Untuk menentukan kelompok atau golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar untuk terserang penyakit, baik berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain.

2. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan karakteristiknya. 3. Untuk menentukan reservoir dari infeksi 4. Untuk memastikan keadaan-keadaan yang menyebabkan bisa berlangsungnya transmisi penyakit. 5. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan 6. Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara penularannya, distribusinya, dll. III. Manfaat Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya

pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya. Pada umumnya, surveilans epidemiologi menghasilkan informasi epidemiologi yang akan dimanfaatkan dalam: 1. Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi program pemberantasan penyakit serta program peningkatan derajat kesehatan masyarakat, baik pada upaya pemberantasan penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan dan program kesehatan lainnya. 2. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan keracunan serta bencana. 3. Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program surveilans epidemiologi di rumah sakit, misalnya surveilans epidemiologi infeksi nosokomal, perencanaan di rumah sakit, dsb. Manfaat Surveilans Epidemiologi : 1. Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya 2. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit 3. Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat 4. Identifikasi factor risiko dan penyebab lainnya 5. Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi 6. Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis 7. Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya

8. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa datang 9. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan Daftar pustaka http://www.erosadewi.wordpress.com/2010/12/16/ http://himapid.blogspot.com/2008/10/surveilans-epidemiologi.html TAHAP PERSIAPAN SURVEILANS 1. Persiapan Internal Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya termasuk petugas kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana pendukung dan biaya pelaksanaan.

a. Petugas Surveilans Untuk kelancaran kegiatan surveilans sangat dibutuhkan tenaga kesehatan yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Petugas sebaiknya disiapkan dari tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai di tingkat Desa/Kelurahan. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat pemahaman tentang surveilans sangat diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas. Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan ancaman adanya KLB, di setiap unit pelaksana (Puskesmas, Kabupaten dan Propinsi) perlu dibentuk Tim Gerak Cepat (TGC) KLB. Tim ini bertanggung jawab merespon secara cepat dan tepat terhadap adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.

b. Pedoman/Petunjuk Teknis Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali buku-buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans.

c. Sarana & Prasarana Dukungan sarana & prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti : kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD), surveilans KIT, dll.

d. Biaya Sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya diperlukan untuk bantuan transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk keperluan pengolahan dan analisa data, serta jika dianggap perlu untuk insentif bagi kader surveilans.

2. Persiapan Eksternal Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama tokoh masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu mendukung pengembangan kegiatan surveilans berbasis masyarakat. Pendekatan kepada para tokoh masyarakat diharapkan agar mereka memahami dan mendukung dalam pembentukan opini publik untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan surveilans . Dukungan yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan material, seperti kesepakatan dan persetujuan masyarakat untuk kegiatan surveilans. Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan. Jika di desa tersebut terdapat kelompok-kelompok sosial seperti karang taruna, pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi kader bagi kegiatan surveilans di desa tersebut.

3. Survei Mawas Diri atau Telaah Mawas Diri Survei mawas diri (SMD) bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas mampu mengidentifikasi penyakit dan masalah kesehatan yang menjadi problem di desanya. SMD ini harus dilakukan oleh masyarakat setempat dengan bimbingan petugas kesehatan. Melalui SMD ini diharapkan masyarakat sadar akan adanya masalah kesehatan dan ancaman penyakit yang dihadapi di desanya, dan dapat membangkitkan niat dan tekad untuk mencari solusinya berdasarkan kesepakatan dan potensi yang dimiliki. Informasi tentang situasi penyakit/ancaman penyakit dan permasalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD merupakan informasi untuk memilih jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang diselenggarakan di desa tersebut.

4. Pembentukan Kelompok Kerja Surveilans Tingkat Desa Kelompok kerja surveilans desa bertugas melaksanakan pengamatan dan pemantauan setiap saat secara terus menerus terhadap situasi penyakit di masyarakat dan kemungkinan adanya ancaman KLB penyakit, untuk kemudian melaporkannya kepada petugas kesehatan di Poskesdes. Anggota Tim Surveilans Desa dapat berasal dari kader Posyandu, Juru pemantau

jentik (Jumantik) desa, Karang Taruna, Pramuka, Kelompok pengajian, Kelompok peminat kesenian, dan lain-lain. Kelompok ini dapat dibentuk melalui Musyawarah Masyarakat Desa.

5. Membuat Perencanaan Kegiatan Surveilans Setelah kelompok kerja Surveilans terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan kegiatan, meliputi : a. Rencana Pelatihan Kelompok Kerja Surveilans oleh petugas kesehatan b. Penentuan jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang dipantau. c. Lokasi pengamatan dan pemantauan d. Frekuensi Pemantauan e. Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemamtauan f. Waktu pemantauan g. Rencana Sosialisasi kepada warga masyarakat

Tahapan Pelaksanaan Surveilans

1. Pengumpulan Data Dilakukan dengan mengadakan pencatatan insidensi terhadap orang orang yang dicurigai ( Population at Risk ) melalui kunjungan rumah ( active surveillance ) atau pencatatan insidensi berdasarkan laporan rutin dari sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas atau laporan dari petugas surveilans di lapangan dan laporan dari masyarakat serta petugas kesehatan lain ( pasive surveillance ). Unsur yang diamati untuk pengumpulan data adalah (10 Elemen Langmuir ), yaitu : 1. Data Mortalitas 2. Data Morbiditas 3. Data Pemeriksaan Laboratorium 4. Laporan Penyakit 5. Penyelidikan Peristiwa Pwnyakit 6. Laporan Wabah 7. Laporan Penyelidikan wabah 8. Survey Penyakit, Vektor dan Reservoir 9. Penggunaan Obat, Vaksin dan Serum 10. Demografi dan Lingkungan

2. Pengolahan Data Biasanya dilakukan secara manual atau dengan komputerisasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki.

3. Analisa Data dan Penyajian Data Analisis dan penyajian data dilakukan oleh rumah sakit, tim investigasi di Kabupaten, Propinsi maupun Nasional. Analisis dilakukan terhadap semua laporan kasus atau informasi yang diterima dari rumah sakit, puskesmas, masyarakat maupun media massa. Penyajian data dalam bentuk Table (dummy table) seperti format terlampir, Peta/spot map Kasus. Data dianalisis secara deskriptif menurut variabel epidemiologi (waktu, tempat dan orang).

Analisa data dilakukan dengan 2 cara, yaitu : a. Analisa Deskriptif Analisis Deskriptif dilakukan berdasarkan variabel orang, tempat dan waktu sehingga diperoleh gambaran yang sistematis tentang penyakit yang sedang diamatai. Visualisasi dalam bentuk Grafik, Tabel, Diagram yang disertai Uraian/Penjelasan.

b. Analisa Analitik Dilakukan dengan cara Uji Komparasi, Korelasi dan Regresi. Uji Komparasi untuk membandingkan kejadian penyakit pada kondisi yang berbeda. Uji Korelasi untuk membuktikan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Uji Regresi untuk membuktikan pengaruh suatu variabel (kondisi) terhadap kejadian penyakit. Kunci keberhasilan : Data lengkap, Cepat, Tahu cara memanfaatkannya. Tahap tahapnya meliputi : Coding : membuat kode kode dari data yang ada Editing : melengkapi dan memperjelas tulisan Entry : memasukkan dalam program pengolahan data Pengolahan secara Diskriptif, Analitik.

Analisis yang dilakukan minimal dapat menjawab hal-hal sebagai berikut : Besarnya masalah. Risiko kemungkinan penularan terhadap tenaga kesehatan, anggota keluarga lain maupun masyarakat (sekolah, tempat bekerja, dan kelompok masyarakat lainnya).

4. Penyebaran Informasi Sasaran Tujuan Manfaat : Instansi terkait baik secara vertikal maupun horisontal. : Untuk memperoleh kesepahaman dan feedback dalam perumusan kebijakan. : Mendapatkan respon dari instansi terkait sebagai feed back, tindak lanjt dan

kesepahaman. Metode elektronik. Alur Pelaporan Kasus MENKE S DITJEN PP&PL (Posko KLB) RS Rujukan DINKES PROPINS I DINKES KAB/ KOTA WILKER KKP : Tertulis dan deseminasi laporan, verbal dalam rapat, media cetak dan

KKP INDUK

RS Non Rujukan

Masyaraka t

PUSKESMAS

Alur Pelaporan Garis Koordinasi


Daftar Pustaka www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai