Anda di halaman 1dari 4

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Fisika merupakan bidang studi yang tidak menjadi favorit bagi sebagian besar siswa, bahkan kadang merupakan mata pelajaran yang ditakuti, membosankan dan sulit dipahami oleh siswa. Pada pembelajaran fisika di sekolah selama ini banyak menunjukkan bahwa rata-rata dari hasil belajar fisika siswa lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar mata pelajaran lainnya (memes,2001:1). Hasil belajar fisika siswa yang rendah disebabkan oleh penggunaan metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar fisika tidak sesuai dengan tuntunan materi yang disampaikan, sehingga siswa kurang berminat pada setiap kegiatan pembelajaran fisika di dalam kelas. Hal ini dikarenakan oleh pembelajaran fisika yang selama ini telah berlangsung, banyak menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang dilakukan di sekolah secara terus menerus tanpa adanya variasi dalam kegiatan belajar. Pada umumnya, metode yang paling banyak digunakan dalam pembelajaran fisika adalah metode ceramah. Dimana, kegiatan belajar mengajar fisika berlangsung searah yaitu guru sebagai pusat kegiatan, sementara siswa diposisikan sebagai objek saja. Jadi, siswa datang ibarat bak mandi kosong, kemudian guru masuk untuk mengisinya. Selain itu, proses pembelajaran fisika yang selama ini telah berlangsung, lebih cenderung untuk mengikat peserta didik pada suatu disiplin, ketenangan duduk dan terlalu banyak dikelas dengan hanya mendengarkan, membaca, mengingat, atau menghafal rumus-rumus fisika belaka tanpa memahami konsep fisika itu sendiri. Hal ini disebabkan karena dikelas, guru cenderung sering berbicara, bercerita, sedangkan siswa lebih cenderung pasif yakni hanya mendengar dan mencatat rumus-rumus. Sehingga fisika menjadi pelajaran yang kurang menarik bagi siswa disebabkan karena fisika dianggap identik dengan rumus. Oleh sebab itu, guru hendaknya tidak menyajikan materi pelajaran fisika dalam bentuk jadi, melainkan harus diatur sedemikian rupa sehingga menantang siswa untuk berpikir lebih lanjut. Hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya menghafal informasi-informasi fisika yang diterima, tetapi juga harus memahami dan mengerti secara keseluruhan isi dari materi yang disampaikan. Karena pada hakekatnya, mempelajari fisika berarti memecahkan serta

menemukan mengapa dan bagaimana peristiwa itu terjadi dan siswa dapat mudah menerapkan masalah fisika dalam kehidupan sehari-hari dengan memahami konsep fisika. Adapun pembelajaran yang dikehendaki pada kurikulum saat ini adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar secara aktif. Belajar aktif diperlukan setidaknya untuk menambah gairah belajar, tetapi juga untuk menunjukkan rasa hormat terhadap perbedaan individu dan berbagai macam intelegensi siswa. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa aktivitas dan ketuntasan hasil belajar fisika siswa tergolong rendah. Fakta tersebut dapat dilihat pada hasil observasi di SMPN 1 Gedeg pada kelas VIII untuk mata pelajaran fisika diperoleh nilai yang rata-ratanya rendah untuk materi fisika kelas VIII. Karena pada SMP untuk kelas VIII, fisika termasuk ke dalam IPA terpadu, akan tetapi pada kelas VIII untuk semester 1 sebagian pelajaran biology dan fisika, dan untuk semester 2 full fisika sehingga nilai pencapaian target minimum atau bisa dikatakan SKM (Standar Ketuntasan Minimum) tidak memuaskan. Jadi saya mengambil 1 sampel kelas yang tergolong paling rendah aktivitas belajar dan ketuntasan hasil belajar fisikanya untuk penelitian eksperimen saya. Saat observasi didapatkan data sebagai berikut: 1. Aktivitas belajar pada kelas VIII menunjukkan bahwa hanya sekitar 60% siswa aktif memperhatikan, 30% siswa aktif mencatat, dan 15% siswa aktif bertanya. 2. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas VIII, berdasarkan hasil ulangan harian fisika secara rata-rata pada kelas VIII ketuntasan hasil belajar siswa yang tuntas sekitar 35%. Menurut ketentuan dari SMPN 1 Gedeg SKM mata pelajaran fisika menyebutkan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila nilai fisikanya mencapai 70 per orangnya, maka siswa dianggap telah tuntas. Hal ini dikarenakan guru fisika di SMPN 1 menggunakan cara mengajar yang monoton yaitu seperti yang sudah saya jelaskan di atas yaitu menggunakan pembelajaran konvensional saja. Dampak yang terjadi adalah siswa banyak yang mengantuk, tidak konsentrasi atau ramai sendiri, menganggap fisika itu sulit sekali dipahami daripada mata pelajaran yang lain, sehingga siswa itu pasif dan guru yang aktif. Oleh karena itu saya akan mengambil kelas eksperimen dan kontrolnya secara acak pada kelas VIII sebagai uji coba model saya nanti. Salah satu alternatif cara untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar fisika di sekolah yakni guru harus menggunakan berbagai metode pembelajaran yang mendukung tercapainya cara belajar siswa aktif dan dapat memberikan kenyamanan di lingkungan belajar

sehingga dapat memaksimalkan penyerapan informasi selama proses belajar mengajar. Salah satu alternatif dari metode pembelajaran tersebut adalah metode pembelajaran kuantum. Metode ini lebih menekankan pada proses pembelajaran yang dimana siswa berperan aktif dan dapat memadukan antara otak kanan dan kiri mereka. Dalam metode ini juga diperlukan sebuah penataan ruang yang nyaman untuk siswa (misalnya berkelompok yang disesuaikan dengan jumlah kelompoknya), jadi meja dan tempat duduk akan disusun sedemikian rupa sehingga siswa bisa berinteraksi antar teman satu kelompok dalam memecahkan suatu masalah. Selain penataan ruang, untuk meningkatkan otak kanan mereka, mereka diberi kesempatan untuk mendengarkan musik yang disukainya pada saat sebelum pembelajaran dimulai, serta saat proses pembelajaran untuk merangsang otak mereka maka musik akan diputar dengan kriteria guru, misalnya musik instrumen. Metode pembelajaran ini juga tidak hanya berada di dalam kelas saja, tetapi juga di luar kelas (seperti permainan fisika) sehingga saat di luar kelas siswa dapat mengaplikasikan pembelajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran dengan metode pembelajaran kuantum perlu diterapkan untuk mengatasi permasalahan siswa SMP NEGERI 1 GEDEG kelas VIII tersebut. Oleh karena itu, dilakukan suatu eksperimen penelitian tindakan kelas dengan judul Pengaruh Keaktifan Siswa Pada Metode Pembelajaran Kuantum Terhadap Prestasi Belajar Fisika Kelas VIII Di SMP Negeri I Gedeg Mojokerto Tahun Ajaran 2011/2012.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah keaktifan siswa dalam metode pembelajaran kuantum mempengaruhi prestasi belajar fisika kelas VIII SMP Negeri 1 Gedeg Mojokerto.

1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keaktifan siswa dalam metode pembelajaran kuantum

mempengaruhi prestasi belajar fisika kelas VIII SMP Negeri 1 Gedeg Mojokerto.

1.3 Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi guru, dapat digunakan sebagai informasi untuk pengembangan model dan metode pengajaran sesuai dengan materi yang disampaikan; 2. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai masukan/acuan dalam kegiatan penelitian lanjutan; 3. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan alternatif model pembelajaran dalam proses belajar mengajar fisika di sekolah 4. Bagi Program Studi Pendidikan Fisika, dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengembangkan keterampilan mengajar mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai