Anda di halaman 1dari 3

http://feridwicahyo.students.uii.ac.

id/2009/03/24/urban-planninghistory-in-batam/

URBAN PLANNING HISTORY


Suatu kota dapat terbentuk dengan sangat cepat dan juga bisa dengan sangat lambat. Itu semua tergantung dari faktor faktor yang mendukung kota tersebut, misalnya seperti banyak-sedikitnya SDA yang ada, letaknya yang strategis atau tidak, adat-budaya setempat, perdagangan yang berpotensi di kota tersebut. Dari hal-hal inilah suatu kota dapat dilihat percepatan perkembangnnya. Di Indonesia sendiri ada beberapa kota yang bisa dibilang mengalami pertumbuhan yang cepat, seperti misalnya, Jakarta, surabaya, bandung, bali, batam,dll. Jakarta, surabaya, bandung mungkin masih bisa dibilang wajar jika mengalami pertumbuhan yang cepat karena masih berada di dalam satu pulau jawa. Sedangkan bali lebih diarahkan untuk menumbuhkan potensi dibidang pariwisata. Untuk pulau batam sendiri berada di antara selat malaka dan selat singapura. Letak pulau batam sendiri merupakan sebuah daerah yang strategis karena berada dijalur perdagangan yang cukup ramai. Pulau batam mulai dijadikan tempat perdagangan pada abad ke-18. Jika bisa dibilang batam merupakan pulau yang berkembang karena faktor perdagangan. Dengan letaknya yang strategis batam menjadi tempat yang dilihat cukup potensial untuk dijadikan daerah yang go internasional dari segi perdagangan, pariwisata, industri dan alih kapal. Pemerintah mulai mencanangkan itu pada saat batam menjadi kotamadya pada 24 desember 1983. Dengan modal jalur pelayaran internasional serta jarak dengan negara Singapura hanya 12.5 mil laut atau sekitar 20 Km, maka untuk memacu perkembangan di wilayah nusantara dari semua aspek kehidupan, khususnya dibidang ekonomi, maka Pemerintah Indonesia mengembangkan Pulau Batam menjadi Otorita pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIPB).

Sumber : Modifikasi dari peta asli karya BAPPEKO Batam (1995-1998), Syamsul Bahrum Indigenous People In a Dependent Economy Denah Geografis Kotamadya Administratif Batam (19831999)

Sumber : Modifikasi dari peta asli karya BAPPEKO Batam (1995-1998), Syamsul Bahrum Indigenous People In a Dependent Economy, 2003 Dengan dijadikannya batam sebagai daerah industri maka menjadikan pertumbuhan ekonomi dibatam melaju pesat. Banyak para pekerja dari luar batam masuk untuk mencari pekerjaan karena adanya lahan bisnis yang cukup menjanjikan di batam. Dan dengan banyaknya orang datang kebatam maka pemerintah juga menjadikan batam menjadi daerah wisata. Untuk mendukung rencana itu maka pemerintahan membangun infrastruktur bertaraf internasional untuk menarik para wisatawan baik asing maupun dalam negeri. Semakin banyak orang datang ke batam maka mempengaruhi perkembangan jumlah penduduk. Laju pertumbuhan penduduk terus mengalami peningkatan dimana dari hasil sensus penduduk rata-rata per tahunnya selama periode 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk Batam rata-rata sebesar 12,87 persen. Namun sejak pelaksanaan Perda Kota Batam Nomor 2 Tahun 2001, laju

pertumbuhan penduduk Kota Batam dari tahun 2001-2006 rata-rata sebesar 6,36 persen. Penduduk Kota Batam berdasarkan tahun 2006 tercatat sebesar 713.960 jiwa terdiri atas 347,575 jiwa laki-laki dan 366,385 jiwa perempuan dengan sex ratio 94.87. Penduduk Kota Batam sampai dengan Agustus 2007 berjumlah 727,878 jiwa terdiri atas 354,609 jiwa laki-laki dan 373,269 jiwa perempuan. Dari jumlah penduduk tersebut tersebar di dua belas kecamatan dan 64 kelurahan. Hanya penyebarannya tidak merata sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk per Km2 di daerah ini bervariasi. Tingginya mobilitas pendatang dan pertumbuhan penduduk telah berdampak kepada permasalahan sosial dan kerusakan lingkungan di Kota Batam Kota Batam. Hal tersebut terlihat dari menjamurnya rumah bermasalah dan kios kios yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan sebagaimana diamanatkan Perda Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014.Penyediaan perumahan murah yang layak dalam bentuk rumah susun merupakan salah satu upaya mengatasi kebutuhan rumah bagi masyarakat terutama yang merupakan Tenaga Kerja. Prakiraan kebutuhan rumah susun tersebut untuk mengatasi permasalahan perumahan bagi tenaga kerja adalah 589 blok untuk menampung lebih kurang 150.784 tenaga kerja.Rumah susun yang tersedia di Kota Batam sampai dengan tahun 2006 sebanyak 27 (dua puluh tujuh) unit twin blok terdiri dari 1.956 unit yang mampu menampung 8.080 orang pekerja. Pembangunan rumah susun tersebut dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Otorita Batam, Perumnas ,Jamsostekserta Pemerintah Kota Batam. Pada tahun 2006 dibangun 1 unit rumah susun yang berasal dari dana APBN, dan pada tahun 2007 dibangun sebanyak 1 unit dari dana APBD Kota Batam. Hal ini mencapai 15.00% dari target RPJMD Kota Batam Tahun 2006 - 2011 sebanyak 20 Twin Blok. Perkembangan penduduk tersebut tentunya mempengaruhi hampir segala aspek yang ada maupun yang akan tercipta karenanya. Ibarat sebuah rumah yang baru dibangun memerlukan tata ruang yang baik, maka suatu pulau yang ingin dijadikan daerah bertaraf internsional maka dibutuhkan juga rencana tata ruang wilayah.yang baik untuk meminimalisir akibat yang ada dari pertumbuhan daerah yang pesat. Jika dapat disimpulkan batam mengalami pertumbuhan yang pesat karena beberapa faktor seperti letaknya yang strategis, perdagangan, dan SDA yang menjanjikan pertumbuhan dengan baik sehingga menjadi salah satu daerah yang berkembang dengan pesat di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai