Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU Tjaturahono

Budi Sanjoto Mahasiswa Program Doktor Manajemen Sumberdaya Pantai UNDIP

Abstrak
Perubahan Spasial wilayah pantai Delta di kabupaten Kendal cukup dinamis dan hingga kini masih berlangsung sebagai akibat pengaruh proses sedimentasi dan aktivitas gelombang. Di wilayah kajian terdapat daerah yang mengalami abrasi dan sedimentasi, tetapi secara keseluruhan proses sedimentasi cenderung lebih luas. Proses sedimentasi yang tinggi merupakan indikasi bahwa pengelolaan DAS kurang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Model Perubahan Spasial Pantai Delta Kabupaten Kendal secara multi waktu (1910 2009) dengan teknik penginderaan jauh. Bahan penelitian yang digunakan adalah peta topografi skala 1:50.000 tahun 1910, dan citra Landsat hasil pemotretan tahun 1972, 1992, 2002, dan 2009. Software pengolahan data menggunakan ER Mapper 7.0. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perubahan wilayah pantai Delta kabupaten Kendal berlangsung cukup dinamis. Ada empat model perkembangan garis pantai yang berlangsung di pantai Delta kabupaten Kendal, yaitu Model I, wilayah pantai yang cenderung berkurang ke arah daratan. Model II, wilayah pantai yang cenderung bertambah ke arah lautan. Model III, wilayah pantai yang semula bertambah kemudian mengalami pengurangan. Model IV, wilayah pantai yang cenderung bertambah ke arah lautan namun kemudian mengalami kestabilan pantai. Kata kunci: Perubahan spasial, delta, dinamis

PENDAHULUAN Ekosistem delta memiliki peranan besar terhadap keseimbangan lingkungan. Ekosistem ini mempunyai manfaat sangat besar karena sifat fisiknya yang sangat subur sebagai hasil proses sedimentasi alluvial yang membawa unsur hara tinggi sehingga merupakan kawasan yang sangat sesuai untuk berbagai aktifitas mulai dari konservasi lahan (mangrove), pertambakan, dan eksploitasi lainnya seperti untuk permukiman dan kawasan industri. Hal inilah yang menyebabkan hampir keseluruhan permasalahan delta di seluruh dunia Jurnal Geografi

mengalami gangguan lingkungan karena tekanan aktivitas manusia yang sampai saat ini masih bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam (Habib Subagio, 2007). Delta sungai Bodri berada di sebelah barat kota Semarang dan secara administratif berada di Kabupaten Kendal. Berdasarkan interpretasi citra LANDSAT 7 ETM tahun 2001 dapat diketahui bahwa bentuklahan Delta sungai Bodri ini mendominasi wilayah pesisir kabupaten Kendal. Oleh karena dapat dikatakan pantai Kendal merupakan Pantai Delta. 103

Perkembangan morfologi pantai Delta Bodri di kabupaten Kendal terus berlangsung hingga kini. Berdasarkan buku tulisan Eric C. F. Bird dan Otto S. R. Ongkosongo (1980) berjudul Environmental changes on the coasts of Indonesia digambarkan perkembangan garis pantai delta Bodri mulai tahun 1864 1973. Dalam kurun waktu tersebut delta sungai Bodri mengalami perkembangan yang cenderung bergerak ke arah timur. Selama periode waktu 1864 -1973 ( 109 tahun) garis pantai delta Bodri mengalami pertambahan yang bervariasi. Faktor yang paling penting terjadinya perkembangan Pesisir Delta adalah pemasokan material dan aktivitas pada wilayah pengendapan. Reineck dan Singh (1975) menyatakan bahwa kenampakan Pesisir Delta terkontrol oleh morfologi pantai, arah dan intensitas gelombang, tingkat pengangkutan sedimen pantai, serta julat pasang surut. Perkembangan wilayah pesisir Delta di samping berkaitan dengan pengelolaan DAS hulu, juga dipengaruhi oleh proses hidrodinamika yang meliputi Gelombang (wave), Pasang Surut (tidal), dan arus sepanjang pantai (longshore current). Ketiga proses tersebut akan mengangkut dan mendistribusikan material sedimen ke sebelah kanan ataupun kiri muara sungai (John Pethick, 1983; Masselink & Russel, 2007). Jadi secara teoritis bentuk perkembangan pantai pesisir di samping dipengaruhi oleh besaran asupan material sedimen juga dipengaruhi oleh besaran tenaga hidrodinamika yang bekerja di sepanjang pantai. Secara garis besar ada dua sedimen yang ditransportasikan yaitu Cohesive dan Non Cohesive

(Pratikto, dkk., 1997). Transport sedimen cohesive sering diistilahkan menjadi Suspended Load Transport karena kebanyakan sifatnya yang melayang di air, sedangkan transport sedimen non kohesif disebut Bed Load Transport. Dalam kenyataan di lapangan, material yang termasuk Suspended Load Transport adalah material lumpur (mud/siltation), sedangkan Bed Load Transport adalah material littoral. Gerakan air yang mempengaruhi hanyutan sedimen bukan saja berupa gelombang (wave), tetapi juga arus sepanjang pantai (longshore current) atau gabungan dari keduanya. Arus sepanjang pantai (longshore current) itu sendiri terjadi karena gelombang yang menuju pantai berlangsung tidak sejajar dengan garis pantai, sehingga resultan tenaga gelombang menghasilkan arus sepanjang pantai. Tenaga arus sepanjang pantai sangat tergantung dari gelombang, sedangkan gelombang sendiri dipengaruhi oleh kedalaman dan pasang surut (Eric C.F. Bird, 2006). Proses hanyutan sedimen sepanjang pantai berlangsung dinamik, terus menerus terjadi dan akan berpengaruh terhadap bangunan-bangunan pantai seperti pelabuhan, Industri, obyek wisata, maupun pertambakan. Akibat yang ditimbulkan bisa berupa abrasi, akresi, dan pendangkalan. Dengan mempelajari arah gerakan hanyutan sedimen akan dapat diperkirakan kemungkinan terjadinya perubahan garis pantai. Saat ini di wilayah pesisir kabupaten Kendal sedang terjadi peningkatan aktifitas pembangunan. Aktifitas pemanfaatan lahan di wilayah pesisir kabupaten Kendal bukan saja untuk pelabuhan jasa

104

Volume 7 No. 2 Juli 2010

penumpang dan barang, tetapi juga untuk wisata pantai, pelabuhan ikan, pertambakan, dan permukiman. Lokasi wisata pantai ada di bagian barat Pesisir, lokasi pertambakan banyak tersebar di bagian tengah, dan permukiman berada di beberapa tempat di pantai Pesisir tersebut. Melihat semakin tinggi aktivitas perekonomian di wilayah Pesisir kabupaten Kendal, sedangkan di sisi lain proses perkembangan fisik pesisir juga terus berlangsung, maka diperlukan upaya pemantauan perubahan morfologi (morphodynamic) pantai agar aktifitas perekonomian yang saat ini sedang berlangsung menjadi tidak terganggu. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah model perubahan pantai delta di Kabupaten Kendal? Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Model Perubahan Spasial Pantai Delta Kabupaten Kendal

secara multi waktu (1910 2009) dengan teknik penginderaan jauh. METODE PENELITIAN Variabel penelitian yang dikaji adalah bentuk spasial Garis Pantai Delta kabupaten Kendal meliputi sub variabel: 1) Bentuk spasial Garis Pantai Delta kabupaten Kendal mulai tahun 1910, 1972, 1992, 2002 dan tahun 2009. 2) Model Perubahan spasial Delta kabupaten Kendal. Untuk mengetahui perubahan garis pantai Delta, dibutuhkan bahan penelitian yang berupa peta Topografi Tahun 1910 skala 1: 50.000, Peta Rupa Bumi skala 1: 25.000 tahun 2000 dan Citra Landsat akuisi 1972, 1992, 2002, dan tahun 2009. Spesifikasi citra Landsat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Spesifikasi Citra Landsat yang digunakan No 1 Scene ID Anchor scene ID: L71120065_06520090605 Filler scene 1 ID: L71120065_06520090504 2 3 4 LE71120065_06520020821 P120r65_5t19920716. TM-EartSat-Orthocorectified LM112806519722AAA03 Sumber : Data LAPAN, Januari 2010 16-7-1992 28-9-1972 30 x 30 m 80 x 80 m 7 4 21-8-2002 30 x 30 m 9 Tgl Akuisisi Mei dan Juni 2009 Resolusi Spasial 30 x 30 m Jumlah Band 9

Jurnal Geografi

105

Untuk mengetahui perubahan spasial garis pantai Delta Sungai Bodri dengan deret waktu tahun 1910, tahun 1977, tahun 1989, tahun 2002, dan tahun 2009 digunakan metode overlay time series data dengan software ER Mapper7.0 (Agus Hartoko, 2009). Digunakannya metode ini karena pengolahan datanya relative sederhana dan dapat di melibatkan seluruh data sekaligus, sehingga perubahan garis pantai antar waktu dapat di amati secara interface. Sebagai contoh hasil interface perubahan garis pantai delta Bodri antar waktu tahun 1910, dengan tahun 1972, tahun 1992, tahun 2002, dan tahun 2009 dapat dilihat gambar, di samping.

Dari tampilan hasil pengolahan data tersebut di atas maka akan dapat dilakukan analisis lebih lanjut berkaitan dengan perubahan penutup lahan serta ekosistem daerah setempat. Daerah yang mengalami abrasi dan sedimentasi dapat di identifikasi sebaran spasialnya serta intensitasnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Garis Pantai dan Penutup Lahan Delta Kabupaten Kendal Tahun 1910 Sumber informasi bentuk pantai Delta kabupaten Kendal tahun 1910 diperoleh dari hasil

Gambar 1. Contoh Perubahan Spasial Garis Pantai Delta Bodri Tahun 1910, 1977, dan 1989 dengan metode Overlay

106

Volume 7 No. 2 Juli 2010

interpretasi peta topografi skala 1: 50.000 910 Blad XXIC yang diterbitkan oleh Pemerintah Belanda tahun 1910. Pengolahan peta topografi ini dimulai dari koreksi geometrik dengan pedoman koreksi pada peta RBI tahun 2000. Hasil koreksi geometrik pada 16 titik (GCP) diperoleh nilai RMS bervariasi mulai dari 0,60 hingga 3,07. Berdasarkan peta topografi ini, arah sungai Bodri menuju ke utara berbelok ke arah barat laut. Bagian hilar sungai Bodri ini juga becabang ke arah utara timur laut. Secara keseluruhan pantai Delta kabupaten Kendal saat itu masih berbentuk Cuspate. Menurut Hehanusa (1975), bila Delta masih berbentuk Cuspate maka tenaga pembentuk yang dominan hdala prose marin. Distribusi permukiman masih tersebar di dekat dan di sepanjang sungai. Tidak ada area permukiman

yang berada di tepi pantai. Lahan Tambak sudah ada dan banyak tersebar di bagian timur wilayah pantai. Untuk bagian barat dan tengah pantai Delta masih belum dimanfaatkan penduduk. Untuk maksud analisis perkembangan Delta, maka luas delta tahun 1910 ini dijadikan data awal perkembangan delta sehingga batas Area of Interest (AOI) akan sama pada batas selatan, barat, timur, sedangkan untuk batas utara (batas garis pantai) tidak sama antar tahun kajian. Berdasarkan AOI, luas delta Bodri tahun 1910 diperoleh data seluas 15813,18 hektar. Kondisi Garis Pantai dan Penutup Lahan Delta Kabupaten Kendal Tahun 1972 Informasi garis pantai delta kabupaten Kendal tahun 1972 didasarkan pada hasil interpretasi citra

Gambar 2. Bentuk Delta Bodri tahun 1910

Jurnal Geografi

107

Landsat tahun 1972. Landsat pada tahun tersebut merupakan satelit generasi pertama, sehingga resolusi spasialnya mempunyai ukuran 60 mx60 m. Hasil koreksi geometrik pada 10 titik GCP diperoleh nilai RMS bervariasi mulai dari 0,19 hingga 0,84. Berdasarkan interpretasi Citra landsat-1 ini diperoleh gambaran bahwa bentuk Delta Bodri pada tahun 1972 sudah berkembang gemuk cenderung membentuk Lobate. Dengan demikian diperkirakan sudah terjadi pergeseran tenaga pembentuk delta yang semula lebih pada tenaga Marin menjadi dominan pada tenaga Fluvial. Alur sungai Bodri (hilir) juga mengalami pergesern ke arah timur kemudian berbelok ke arah utara sejajar dengan bekas aliran tahun 1910. Kalau lebih dicermati, pangkal alur yang bergeser menunjukan adanya pelurusan alur sungai terlebih dahulu ke arah utara timur laut. Hal ini mengindikasikan adanya dorongan tenaga runoff sungai yang besar, dengan

volume dan tenaga yang besar sehingga mengubah bentuk delta yang semula Cuspate menjadi Lobate. Arah pengendapan di wilayah pantai juga cenderung ke bagian timur, sehingga perkembangan wilayah delta bagian timur lebih cepat ketimbang wilayah bagian barat. Pemanfaatan lahan pesisir untuk pertambakan sudah banyak dilakukan di bagian tengah dan barat wilayah pesisir. Berdasarkan AOI, luas delta Bodri tahun 1972 diperoleh data seluas 18651,69 hektar. Kondisi Garis Pantai dan Penutup Lahan Delta Kabupaten Kendal Tahun 1992 Informasi garis pantai delta kabupaten Kendal tahun 1992 didasarkan pada hasil interpretasi citra Landsat tahun 1992. Landsat pada tahun tersebut merupakan satelit generasi ke lima (Landsat 5 TM), sehingga resolusi spasialnya mempunyai ukuran 30 mx30 m. Berdasarkan hasil Interpretasi dapat

Gambar 3. Bentuk Delta Bodri tahun 1972

108

Volume 7 No. 2 Juli 2010

diketahui bahwa proses sedimentasi masih dominan di bagian timur pantai Delta, Namun Proses abrasi juga dominan di bagian timur dekat Muara sungai Bodri dan wilayah pantai Mororejo. Alur sungai utama Bodri relatif stabil, tidak mengalami perubahan alur. Endapan sedimen di sekitar Muara telah dimanfaatkan untuk lahan pertambakan. Sementara itu bekas alur sungai Bodri tahun 1910 sudah berubah fungsi, sebagian untuk permukiman penduduk dan lainnya untuk lahan pertanian. Namun disayangkan pertambakan di wilayah ini masih terbuka, Belum ada tanaman pelindung dari empasan gelombang, seperti mangrove, sehingga lahan tambak ini sangat rentan terhadap abrasi. Luas lahan delta Bodri tahun 1992, berdasarkan AOI adalah seluas 18404.91 hektar.

Kondisi Garis Pantai dan Penutup Lahan Delta Kabupaten Kendal Tahun 2002 Informasi garis pantai delta kabupaten Kendal tahun 2002 didasarkan pada hasil interpretasi citra Landsat akuisisi tahun 2002. Landsat pada tahun tersebut merupakan satelit generasi generasi ke tujuh (Landsat 7 ETM), sehingga resolusi spasialnya mempunyai ukuran 30 mx30 m. Berdasarkan hasil interpretasi citra dapat diketahui bahwa proses sedimentasi masih dominan di bagian timur pantai Delta daerah pantai yang semula berbentuk teluk telah tersedimentasi berubah menjadi daerah pertambakan. Endapan di muara sungai Blorong terus meluas membentuk bentuklahan cups. Proses pendangkalan di perairan Delta bagian timur ini cenderung meluas.

Gambar 4. Bentuk Delta Bodri tahun 1992

Jurnal Geografi

109

Proses abrasi terlihat di wilayah pantai Delta di bagian timur dekat muara sungai Bodri dan materialnya cenderung diendapkan di bagian timur pantai Delta. Sedangkan sedimen dari muara sungai Bodri banyak diendapkan ke bagian barat pantai Delta. Gerakan arus di muara ini juga terlihat ke arah barat. Hal ini terlihat dari bentuk gerakan endapan sedimen melayang yang berbelok ke arah barat. Arah hanyutan sedimen di Delta Bodri ini tampaknya tidak mengikuti pola satu arah, tetapi terpisah ke arah timur dan barat pantai Delta. Luas delta Bodri tahun 2002 berdasarkan AOI seluas 18451.89 hektar. Kondisi Garis Pantai dan Penutup Lahan Delta Kabupaten Kendal Tahun 2009 Informasi garis pantai delta kabupaten Kendal tahun 2009 didasarkan pada hasil interpretasi citra Landsat akuisisi tahun 2009. Landsat pada tahun

tersebut merupakan satelit generasi generasi ke tujuh (Landsat 7 ETM), sehingga resolusi spasialnya mempunyai ukuran 30 mx30 m. Berdasarkan hasil interpretasi citra tahun 2009, dapat diketahui bahwa sedimen melayang bagiantimur pantai Delta berkurang dan semakin menyebar hampir merata di sepanjang pantai. Beberapa lokasi pantai sudah mulai ada reboisasi berupa penanaman mangrove. Perubahan garis pantai antara tahun 2002 hingga 2009 tidak begitu jelas, oleh karena rentang waktu yang pendek (7 tahun) dan pesisir Kendal mulai agak stabil. Untuk tahun 2009 luas delta Bodri, berdasarkan AOI, adalah seluas 18576.45 hektar. Perubahan Spasial Garis Pantai Delta kabupaten Kendal Data yang digunakan untuk mengetahui perubahan Delta adalah peta topografi tahun 1910,

Gambar 5. Bentuk Delta Bodri tahun 2002

110

Volume 7 No. 2 Juli 2010

Anda mungkin juga menyukai