Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA by : WS ASKEP KELUARGA KELUARGA adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan

anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (uu. No 10, 1992) adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 1998) adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (uu. No 10, 1992) adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 1998) Kesimpulan : - unit terkecil dari masy - dua orang / lebih - ikatan perkawinan dan pertalian darah - hidup dalam satu rumah tangga - asuhan kepala rt - berinteraksi - punya peran masing2 - pertahankan suatu budaya CIRI-CIRI KLG : 1. Diikat tali perkawinan 2. Ada hub darah 3. Ada ikatan batin 4. Tanggung jawab masing masing 5. Ada penagmbil keputusan 6. Kerjasama 7. Interaksi 8. Tinggal dalam suatu rumah STRUKTUR : 1. Struktur peran klg, formal dan informal 2. Nilai/norma klg, norma yg diyakini oleh klg. Berhub. Dg kesehatan 3. Pola komunikasi klg, bgm komunikasi ortu-anak, ayah ibu, & anggota lain 4. Struktur kek. Klg, kemamp. Mempengaruhi dan mengendalikan orlain. U/ kesehatan CIRI CIRI STRUKTUR KLG : 1. Terorganisasi , bergantung satu sama lain 2. Ada keterbatasan , 3. Perbedaan dan kekhususan, peran dan fungsi masing-masing STRUKTUR KELUARGA (IKATAN DARAH) : 1. Patrilineal, klg sedarah terdiri sanak saudara sedarah dlm beberapa generasi , dimana hub. Itu berasal dari jalur ayah 2. Matrilineal, klg sedarah terdiri sanak saudara sedarah dlm beberapa generasi , dimana hub. Itu berasal dari jalur ibu 3. Matrilokal, suami istri tinggal pada klg sedarah istri 4. Patrilokal, suami istri tinggal pada klg sedarah suami 5. Klg kawinan, hub. Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan klg dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri PEMEGANG KEKUASAAN Patriakal, dominan dipihak ayah Matriakal, dominan di pihak ibu Equalitarian , ayah dan ibu PERANAN KELUARGA : 1. Peranan ayah, pencari nafkah, prndidik, pelindung, rasa aman, sbg kk, anggota masy 2. Peranan ibu, mengurus rt, pengasuh/pendidik anak, pencari nafkah tambahan, anggota masy 3. Peran anak, peran psikososial sesuai tk perkemb. Baik mental fisik sosial dan spiritual. TYPE KELUARGA (SCR TRADISIONAL) 1. Keluarga inti (nuclear family) terdiri: ayah , ibu dan anaknya dari keturunannya atau adopsi 2. Keluarga besar (extended family) keluarga inti + anggota klg lain yg masih ada hub. Darah. (kakek, nenek , paman, bibi) TYPE KELUARGA (SCR TRADISIONAL) 1. Keluarga inti (nuclear family) terdiri: ayah , ibu dan anaknya dari keturunannya atau adopsi 2. Keluarga besar (extended family) keluarga inti + anggota klg lain yg masih ada hub. Darah. (kakek, nenek , paman, bibi) TUGAS PERKEMBANGAN SESUAI DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN (DUVAL) (SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE) 1. Keluarga baru menikah - membina hub. Intim - bina hub, dg klg lain: teman dan kelompok sosial - mendiskusikan rencana punya anak 1. Klg. Dg anak baru lahir - persiapan mjd ortu - adaptasi klg baru , interaksi klg, hub. Seksual 1. Klg dg anak usia pra sekolah - memenuhi kebut. Anggota klg : rumah, rasa aman - membantu anak u/ bersosialisasi - mempertahankan hub yg sehat klg intern dan luar - pembag tanggung jawab - kegiatan u/ sti,ulasi perkemb. Anak 4. Klg dg anak usia sekolah - membantu sosialisasi anak dg lingk luar

- mempertahankan keintiman pasangan - memenuhi kebut. Yg meningkat 5. Klg dg anak remaja - memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab - mempertahankan hub. Intim dg klg - komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan - persiapan perub. Sistem peran 6. Klg mulai melepas anak sebagai dewasa - perluas jar. Klg dari klg inti ke extended - pertahnakan keintiman pasanagan - mabantu anak u/ mandiri sbg klg baru - penataan kembali peran ortu 7. Klg usia pertengahan - pertahankan keseh. Individu dan pasangan usia pertengahan - hub. Serasi dan memuaskan dg anak- anaknya dan sebaya - meningkatkan keakraban pasangan 8. Keluarga usia tua - pertahankan suasana saling menyenangkan -adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan - pertahankan keakraban pasangan - melakukan life review masa lalu 8. Keluarga usia tua - pertahankan suasana saling menyenangkan -adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan - pertahankan keakraban pasangan - melakukan life review masa lalu KELOMPOK KLG. DI INDONESIA Berdasar sosek dan kebut. Dasar 1. PRASEJATERA, belum dpt memenuhi kebut dasar minimal : pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan atau klg belum dapat memenuhi satu /lebih indikator ks tahap i 1. KELUARGA SEJAHTRA (KS I) telah dapat memenuhi kebut. Dasar scr minimal, tetapi blm dapat sosial psikologis, pendidikan, kb, interaksi lingk. indikator : - ibadah sesuai agama - makan 2 kali sehari - pakain berbeda tiap keperluan - lantai bukan tanah - kesehatan : anak sakit, ber kb, pus dibawa kesarana keseh. 3. KS II indikator - belum dapat menabung - ibadah (anggota klg) sesui agama - makan 2 kali sehari - pakaian berbeda - lantai bukan tanah - kesehatan (idem) - daging/ telur minimal 1 kali seminggu - Pakaian baru setahun sekali - Luas lantai 8 m 2 per orang - Sehat 3 bulan terakhir - Anggota yg berumur 15 tahun keatas punya penghasilan tetap - Umur 10 60 th dapat baca tulis - Umur 7-15 th bersekolah - Anak hidup 2 /lebih . Klg masih pus saat ini berkontrasepsi 4. KS III indikator : belum berkontribusi pd masyarakat ibadah sesuai agama pakain berbeda tiap keprluan <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->lantai bukan tanah <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->kesehatan idem <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->anggota melaks. Ibadah <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->daging/telur seminggu sekali <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->memperoleh pakaian baru dalam satu th terakhir <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->luas lantai 8 m2 perorang <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->anggota klg sehat dalm 3 bl terakhir <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->klg berumur 15 th punya penghasilan tetap <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->baca tulis latin 10 60 th <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->usia 7-15 bersekolah <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->anak hidup 2/ lebih, pus saat ini ber kb <!--[if !supportLists]--><!--[endif]-->upaya meningk agama

salah

<!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]-->5. KS TAHAP III PLUS <!--[if !supportLists]-->masy. <!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]-->Indicator gakin : <!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]--><!--[if !supportLists]-->-

<!--[endif]-->klg punya tabungan <!--[endif]-->makan bersama sehari sekali <!--[endif]-->ikut keg. Masyarakat <!--[endif]-->rekreasi 6 bl sekali <!--[endif]-->informasi dari mass media <!--[endif]-->menggunakan transportasi

<!--[endif]-->dpt memenuhi seluruh

kebutuhannya : dasar, sosial,pengembangan, kontribusi pd

<!--[endif]-->indikator ks iii + (ditambah) <!--[endif]-->memberikan sumb. Secara teratur pd masy <!--[endif]-->aktif sbg pengurus yayasan / panti <!--[endif]-->Tak bisa makan 2 kali sehari atau lebih <!--[endif]-->Tdk daging/ikan /telur / minggu sekali <!--[endif]-->Tdk pakaian beda tiap aktifitas <!--[endif]-->Tdk pakain baru, satu stel /tahun <!--[endif]-->Lantai mayoritas tanah <!--[endif]-->Lantai kurang dari 8 meter persegi untuk setiap penghuni <!--[endif]-->Tdk ada anggota umur 15 tahun berpenghasilan tetap <!--[endif]-->Anak sakit/pus ingin kb tak mampu ke yankes <!--[endif]-->Anak 7-15 tahun tak berekolah

KESIMPULAN FUNGSI DIATAS : 1. Asih, kasih sayang , perhatian, rasa aman kegangatan pd anggota klg shg dapat tumbang sesuai usia 2. Asuh, perawatan agar selalu sehat fisik mental spiritual 3. Asah, kebut. Pendidikan anak, untuk masa depan FUNGSI KLG : 1. Afektif, mengajarkan segala sesuatu u/ persiapan klg berhub. Dg orlain. 2. Sosialisasi mengembangkan + berkehidupan sosial sbl meninggalkan rumah 3. Reproduksi, mempertahankan generasi, kelangsungan hidup 4. Ekonomi, memenuhi kebut. Klg, meningkatk., penghasilan 5. Peraw. Kesehatan, merupakan tugas klg mempertahankan keadaan sehat 6. Pendidikan, 7. Religius 8. Rekreasi TUGAS KELUARGA DIBID. KESEHATAN (SBG. ETEOLOGI MASALAH) 1. Mengenal masalah keseh. Klg 2. Memutuskan tind keseh. Yg tepat bagi klg 3. Merawat klg yg mengalami gangg keseh. 4. Memodifikasi ling. U/ menjamin keseh. Klg 5. Memanfaatkan fas. Yankes. Di sekitarnya KELUARGA SBG SISTEM klg merupakan sistem sosial yg terdiri kumpulan 2 /lebih yg punya peran sosial yg berbeda dengan ciri saling berhub. Dan tergantung antar individu Alasan klg sbg sistem : 1. Klg punya subsistem : anggota, fungsi, peran aturan , budaya 2. Saling berhub dan ketergantungan 3. Unit terkecil dari masy. Sbg suprasistem Komponen sistem keluarga 1. Input, anggota klg, struktur, fungsi, aturan, ling, budaya, agama 2. Proses, proses pelaksanaan fungsi klg 3. Out put, hasil berupa perilaku : sosial, agama, kesh, 4. Feedback, pengontrol perilaku keluarga KARAKTERISTIK KLG SEBAGAI SISTEM 1. Sistem terbuka, sistem yg punya kesempatan dan mau menerima / memperhatikan lingk. Sekitar 2. Sistem tertutup, kurang punya kesempatan, kurang mau menerima /memberi perhatian pada lingk. Sekitar STANDAR PRAKTIK KLG PPNI : 1. Standar praktik profesional stndar i : pengkajian standar ii : diagnosis standar iii : perencanaan standar iv : pelaks. Tind. standar v : evaluasi 2. Standar kinerja profesional Standar i : jaminan mutu Standar ii : pendidikan Standar iii : penilaian prestasi Standar iv : kesejawatan Standar v : etik Standar vi : kolaborasi

Standar vii ; riset Standar ix : pemnafaatan sumber

PENDAHULUAN tujuan khusus adalah u/ mencapai kemampuan klg : 1. Mengenal mas kes klg 2. Memutuskan tindakan 3. Melakukan tindakan 4. Memelihara dan memodifikasi lingk. 5. Memanfaatkan sumber daya yg ada (puskesmas, posyandu) Tujuan khusus askep keluarga : 1. Mengenal mas. Keseh. Klg 2. Memmutuskan tind. Yg tepat u/ ngatasi mas. Keseh klg 3. Melakukan tind. Peraw. Keseh. Pd anggota yg sakit sesuai kemampuan 4. Memodifikasi lingk. Klg 5. Memanfaatkan sumber daya di masy. : puskesmas, posyandu, ASKEP KELUARGA 1. Pengkajian 2. Diagnosis keperawatan 3. Perencanaan 4. Implementasi 5. Evaluasi PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DALAM ASKEP KLG : 1. Pemberi askep 2. Sbg. Pendidik 3. Advokat 4. Koordinator 5. Kolaborator 6. Pembaharu 7. Pengelola PERSIAPAN : 1. Menetapkan klg sasaran 2. Buat jadwal kunjungan 3. Siapkan perlengkapan lap. - family folder - maslah klien dan klg - phn kit - alat bantu penyuluhan PENGKAJIAN : Tahap yg perlu dilakukan : <!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Bhsp - perkenalkan - jelaskan tujuan kunjungan 2. Pengk. Awal : terfokus 3. Pengkajian lanjut (thp ke 2) pengkajian lengkap PENGKAJIAN : <!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Berkaitan dg keluarga - demografi, - lingk - struktur dan fungsi keluarga - stress dan koping keluarga - perkemb. Keluarga 2. Berkaitan dg indiv sbg anggota - fisik - mental - sosial - spiritual - emosi DIAGNOSIS : Berdasar nanda 1. Gg. Proses klg 2. Gg. Pemeliharaan kesehatan 3. Nutrisi kurang /lebih 4. Gg. Peran 5. Pola eliminasi 6. Sanitasi kurang

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Duka berkepanjangan Konflik pengamb. Keput Koping klg inadekuat Gg. Manaj. Pemeliharaan rumah Hambatan interaksi Kurang penget. Resiko [perub peran Resiko trauma Resiko pk Ketidak berdayaan Isolasi sosial Dll

SCORING : Diag. Kep (baylon maglaya) Prioritas diranking Contoh : resiko jatuh lansia di klg bapak rr b/d. Ketidakmamp[uan menyediakan lingk. Aman DIAGNOSIS PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI (LIHAT DI FORMAT) DAFTAR DIAGNOSIS KEP KLG NANDA: A. Lingkungan 1. Kerusakan penatalaksanaan rumah (kebersihan) 2. Resiko cedera 3. Resiko infeksi B. Struktur komunikasi 1. Kerusakan komunikasi C. Struktur peran 1. Isolasi sosial 2. Perub. Dlm proses klg (ada yg sakit) 3. Berduka disfungsional 4. Potensial pening mjd ortu 5. Perub penamp. Peran 6. Gangg. Citra tubuh D. Afektif 1. Resiko tindakan kekerasan 2. Perub proses keluarga 3. Koping klg tak efektif E. Sosial 1. Perilaku mencari bant. Kes 2. Konflik peran ortu 3. Perub pertukem 4. Perub pemel. Kesh 5. Kurang penget 6. Isolasi sos 7. Ketidak patuhan 8. Gangg identitas pribadi F. Fungsi perawat klg 1. Perilaku mencari pertol kesh 2. Ketidak efektifan penatalaks. Terapeutik klg 3. Resiko penyebaran infeksi G. Strategi koping 1. Potensial peningk koping klg 2. Koping klg tak efektif 3. Resiko tindakan kekerasan 4. Pendahuluan 5. Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan. 6. Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan. 7. American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan negosiasi yang panjang dalam kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat, mendefinisikan istilah kolaborasi sebagai berikut ; Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat

merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat. (www.nursingword.org/readroom,) 8. 9. 10. 11. Koaborasi (ANA, 1992), hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memeberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masingmasing bertanggung jawab pada pekerjaannya. 12. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup. 13. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan. (Lindeke dan Sieckert, 2005). Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan dokter. Tentunya ada konsekweksi di balik issue kesetaraan yang dimaksud. Kesetaraan kemungkinan dapat terwujud jika individu yang terlibat merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada pasien. 14. Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat. 15. 16. <!--[if !supportLists]-->B. <!--[endif]-->Kolaborasi di Rumah Sakit 17. Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling menghargai antar tenaga kesehatan dan saling memberikan informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan (Hoffart & Wood, 1996; Wlls, Jonson & Sayler, 1998). 18. Hubungan kolaborasi di Rumah Sakit : Dokter Perawat Ahli Gizi Fokus Klien/ Pasien KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN ANAK KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN ANAK PENDAHULUAN. Komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan persamaan. Pertukaran tersebut dapat dilaksanakan dengan setiap bentuk bahasa seperti : isyarat , ungkapan emosional , berbicara atau bahasa tulisan , tetapi dilakukan dengan melalui bicara. Komunikasi dapat berbentuk verbal , non verbal dan abstrak. Komunikasi verbal seperti, ekspresi vokal dalam bentuk tertawa, merintih, berteriak atau menangis. Komunikasi non-verbal yang sering disebut sebagai bahasa tubuh, seperti isyarat, gerak gerik, lenggang lenggok, ekspresi wajah, postur tubuh dan reaksi terhadap sesuatu, sedangkan komunikasi abstrak seperti permainan, ekspresi artistik (seni) , simbol , photo grafi dan cara memilih pakaian. Hanya karena komunikasi abstrak memungkinkan menggunakan penguasaan dan pengontrolan kesadaran melebihi komunikasi verbal, maka komunikasi abstrak kurang dapat dipercaya untuk menunjukkan perasaan yang sebenarnya, Khususnya dalam berkomunikasi dengan anak-anak. Komunikasi verbal disebut juga suatu kebutuhan kata-kata karena melalui kata-kata dapat membentuk suatu kenyataan. Melalui kata kata seseorang dapat merubah persepsinya, seperti kata Tumor dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Mungkin dia langsung berfikir bahwa ajalnya segera tiba karena dia mengidap kanker. Dalam komunikasi verbal, perawat harus memperhatikan avoidance language ( menghindari bahasa ). Pada umumnya orang ingin mengubah sesuatu kenyataan dengan menghindar dari keadaan yang sebenarnya. Contoh ungkapan meninggal bagi manusia lebih enak dipakai daripada ungkapan mati . Satu hal lagi yang perlu perawat perhatikan dalam komunikasi verbal adalah distancing language ( menjauhi bahasa ). Keadaan seseorang menggunakan kata-kata yang tidak mengenai sasaran hanya untuk melindungi mereka dari kenyataan yang menyakitkan. Contoh : Orang tua mengatakan bahwa mereka kenal seseorang yang mempunyai anak terbelakang dan mengatakan rasakhawatirnya akan keadaan anaknya. Akan tetapi kadang-kadang perawat memerlukan Distancing Language ini karena apabila kita langsung pada pokok pembicaraan akan menyakitkan klien / orang tua / keluarga. Dengan menggunakan tehnik orang ketiga ini atau bahasa Simbal mungkin sangat therapeutik dalam memberikan kesempatan kepada seseorang untuk mendekati subyek secara tidak langsung dan menerima umpan balik. Komunikasi non verbal, bersifat bahasa dan pesan-pesan disampaikan dalam bentuk non verbal. Sifat-sifat bahasa ini termasuk pola nada suara, jeda ( tenggang waktu ), intonasi, kecepatan, volume, dan tekanan dalam berbicara ( Cassell, 1980 ). Perawat perlu berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata, atau dalam memperhatikan kata-kata, karena menjeda sebenarnya dapat berarti perlu merumuskan pikiran, mengingat informasi atau mengarang sesuatu kisah. Sering berkali-kali menjeda ( sering kali ) menimbulkan kesan sipembicara tidak pasti akan dirinya. Menjadi terlalu lama dapat berarti seseorang butuh informasi yang lebih banyak. Berbicara tentang lambat dengan nada yang mantap dan menjeda pada saat yang dapat menimbulkan kesan berwibawa. Terutama pada anak-anak, mereka akan memberi respon dengan perhatian terhadap seseorang yang berbicara lambat, tenang dan dengan suara yang mantap. Perilaku setuju seringkali berupa : menganggukan kepala, menggunakan kontak mata langsung dan minta ulang. Sedang perilaku tidak setuju, berupa : mengetuk-ngetuk jari / tangan / kaki, berpaling dan berbicara, mungkin dari kontak mata atau memotong pembicaraan. Menentukan tata cara berkomunikasi Salah satu bagian dari keberhasialan dalam wawancara adalah tergantung pada keadaan fisik dan psikologis si pewancara itu sendiri. Perkenalan yang tepat, penjelasan peranan, menerangkan alasan wawancara serta menjamin kebebasan dan rahasia. 1. Komunikasi dengan keluarga Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orang tua dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segi tiga. Saudara kandung, sanak keluraga lainnya dan pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi. Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri ( verbal dan non verbal ), informasi dari orang tua dan observasi perawat sendiri. Untuk itu lakukanlah langkah-langkah sebagai berikut :

1. 1 MENDORONG ORANG TUA UNTUK BERBICARA. Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin. 1.2 MENGARAHKAN PADA POKOK PERMASALAHAN. Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan luas. 1.3 MENDENGARKAN. Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif. Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena konsetrasi dan perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu : verbal, non verbal dan yang bersifat abstrak. 1.4 DIAM SEJENAK. Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit untuk dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran, perasaan dan untuk saling memehami emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam ini dan kembali berkomunikasi. 1.5 BERSIKAP EMPATI. Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien / keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan membantu dengan klien. 1.6 Menyakinkan Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukkan kemampuannya dalam perannya. Orang tua membutuhkan perawat yang menghargai dan memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin agar perawat memperhatikan anaknya. Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri sebagai orang tua. 1.7 Menentukan Masalah. Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada. Perawat akan bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak. 1.8 Memecahkan Masalah. Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai merencanakan pemecahannya. Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap keluarga dan mencoba mencari pemecahan masalah yang lebih efektif. 1.9 Mengadaptasi Bimbingan. Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua, maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam memecahkan masalah berfartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah. 1.10 Menghindari hambatan-hambatan komunikasi Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi : Sosialisasi Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukan Memberikan dorongan sepintas Melindungi suatu situasi/opini Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai Memberikan pujian secara stereotipi Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup Menginterupsi & menyelesaikan kalimat seseorang Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervien Membuat konklusi yang menghakimi Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja 2. KOMUNIKASI DENGAN ANAK. 2.1 Esensi Komunikasi. Dua unsur penting dalam komunikasi untuk memahami fungsi pertukaran pikiran dan perasaan , yaitu : 2.1.1 Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi. Contoh : bila mengunakan isyarat seperti menunjuk pada sesuatu benda yang ingin dilihat orang lain, maka harus dalam bentuk yang dapat dipahami. Apabila komunikasi dengan bicara maka harus dilakukan dengan kata dan struktur tata bahasa yang dapat dipahami anak. 2.1.2 Anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain, misalnya : anak berusia 18 bulan, pembicaraan harus memantapkan katakatanya dengan isyarat dan pada saat anak bertambah besar pemahaman bertambah baik sehingga isyarat kurang diperlukan. 2.2 Bentuk Komunikasi Pra Bicara. Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah menyediakan bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara. Selama satu setengah tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai, bentuk komunikasi, mereka menggunakan empat bentuk komunikasi pra bicara atau (prespeech) yakni : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Bentuk komunikasi prabicara sifatnya sementara, sehingga bentuk komunikasi pra bicara ini sebaiknya ditinggalkan apabila kegunaannya sudah berakhir. 2.1.1 Tangisan Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah , dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhannya segera dipenuhi , bayi hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau tertekan. Perawat harus banyak berlatih mengenal macammacam arti tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini. Setelah berusia 2 minggu, kebanyakan kasus disebabkan karena orang tua yang tidak cepat tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya. Bayi yang sehat dan normal frekwensi tangisan menurun pada usia 6 bulan karena keinginan & kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekwensi tangis seharusnya menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara. 2.2.2 Ocehan dan Celoteh Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan (Cooing ) atau Celoteh (Babbling). Ocehan timbul karena bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme suara . Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis & mengeluh. Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Celoteh merupakan mekanisme otot saraf bayi berkembang & sebagian bayi mulai berceloteh pada awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke 6 & ke 8.

Nilai celoteh : a. Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara. b. Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa dia bagiandari kelompok sosial. 2.2.3 Isyarat Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara. Contoh isyarat umum pada masa bayi : Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian & mandi artinya tidak suka akan pembatasan gerak. 2.2.4 Ungkapan emosional Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh & roman muka. Contoh : Gembira : mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum & ramah Marah : Menegangkan badan, gerakan membanting tangan / kaki, roman muka tegang & menangis. 2.3 Peran Bicara Dalam Komunikasi. Cara berkomunikasi pada anak belum berusia 1 tahun, adalah menangis dan menggunakan isyarat-isyarat yang tidak selalu dipahami orang lain. Bicara merupakan ketrampilan yang harus dipelajari yang terdiri dari : Kata, yaitu aspek motorik bicara, kamampuan mengeluarkan bunyi tertentu dalam komunikasi. Mengakitkan arti dengan kata-kata tersebut, yaitu aspek mental bicara, untuk mendapatkan hasil yang baik dibutuhkan koordinasi otot-otot, kemampuan mengait kata-kata, mempelajari tata bahasa. Untuk memperkecil kesalahan anak, perlu mengaitkan kata spesifik dengan objek yang spesifik . Hal yang penting dalam belajar bicara : 2.3.1 Persiapan Fisik Tergantung Kematangan mekanisme bicara, contoh Bayi baru lahir. 2.3.2 Persiapan Mental Tergantung pada kematangan otak ( asosiasi otak ), yang berkembang antara 1 18 bulan, saat yang tepat diajak bicara. 2.3.3 Model untuk ditiru (yang baik) 2.3.4 Kesempatan praktek / untuk bertatih. 2.3.5 Motivasi dan tantangan. 2.3.6 Bimbingan : - Menyediakan model yang baik. - Mengatakan dengan perlahan dan jelas - Membetulkan kesalahan. Setiap individu berbeda dalam ukuran kualitas kosa kata, tergantung pada kondisi yang mempengaruhi : - Faktor Kesehatan - Kecerdasan - Keadaan sosial ekonomi - Jenis kelamin - Keinginan yang kuat untuk berkomunikasi. - Dorongan dari lingkungan - Ukuran keluarga dalam hal anak mendapat kesempatan berlatih. - Urutan kelahiran - Metode Pelatihan - Kelahiran kembar, yang mendorong anak untuk berkomunikasi hanya dengan saudara kembarnya - Hubungan dengan teman sebaya. - Kepribadian. Kemampuan memahami dan berbicara mempengaruhi penyesuaian sosial anak, karena bicara dapat : - Memuaskan kebutuhan dan keinginan - Meminta perhatian dari orang lain. - Meningkatkan hubungan sosial. - Menentukan penilaiaan sosial. - Sebagai dasar penilaian diri - Sebagai prestasi akademik - Mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain. - Mempengaruhi prilaku orang lain ( berbicara dengan keyakinan ). 2.4 Komunikasi Sehubungan Dengan Proses Berpikir Sesuai Tingkat Perkembangan Anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional sampai akhirnya kepada yang abstrak : 2.4.1 Masa Bayi. Karena bayi tidak mampu menggunakan kata-kata maka dia menggunakan komunikasi non verbal. Mereka akan tersenyum dan mendekat bila situasi menyenangkan dan akan menangis bila tidak menyenangkan. Bayi yang lebih besar memusatkan perhatian pada dirinya dan ibunya sehingga setiap orang asing akan merupakan ancaman bayinya. 2.4.2 Masa Pra Sekolah ( Toddler ). Anak usia dibawah 5 tahun, hampir semuanya egosentris , mereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Waktu pemeriksaan anak perlu menyentuh alat-alat yang akan digunakan dalam pemeriksaan agar dia mengenal dan merasa terasing gunakan kalimat singkat dan kata-kata yang familiar bagian anak serta batas pernyataan yang sifatnya menyatakan penyelesaian. 2.4.3 Masa Usia Sekolah. Anak berusia 5 8 tahun kurang mengandalkan pada apa yang mereka lihat tetapi lebih pada apa yang mereka ketahui bila diperhadapkan pada masalah baru. Mereka butuh penyelesaian untuk segala sesuatu tetapi membutuhkan lebih dari itu. 2.4.4 Masa Remaja. Masa ini anak berfikir dan berperilaku antara anak dan orang dewasa .

Oleh karena itu pada saat anak mengalami ketegangan mereka mencari rasa aman yang biasa didapatkan pada masa kanak-kanak. Apabila anak berbicara disertai emosional maka cara terbaik untuk memberikan dukungan ( Support ) adalah memberi perhatian, mencoba untuk tidak menyela (interupsi ) dan menghindari komentar / ekspresi yang menimbulkan kesan terkejut / mencela. 2.5 Tehnik Berkomunikas dengan Anak. 2.5.1 Tehnik Non Verbal. a. Tehnik Orang Ketiga.. Tehnik ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga , seperti dia atau mereka . Tehnik tersebut mengurangi perasaan terancam dari pada lansung bertanya pada anak bagaimana perasaannya ? cara seperti ini memberikan kesempatan untuk setuju atau tidak setuju tanpa ingin bertahan. Misalnya Perawat mengatakan : kadang-kadang bila seseorang jatuh sakit, perasaan-perasaan marah dan sedih karena dia mampu berbuat seperti apa yang orang lain perbuat. Kemudian diam sebentar untuk menunggu responnya atau mendorong timbulnya jawaban dan berkata lagi : Apakah engkau pernah merasakan seperti itu ? Tehnik pendekatan seperti ini memberi kesempatan pada anak dalam tiga pilihan : 1. Menyetujui, penuh harapan dan mengunggkapkan perasaannya. 2. Tidak setuju 3. Tetap diam, mungkin mempunyai suatu perasaan tetapi tidak mampu mengekresikan nya pada saat itu. b. Neuro Linguistic Programming ( NLP ). Tehnik pendekatan ini relatif masih baru. Pendekatan ini untuk mengerti proses komunikasi yang memperhatikan cara / gaya / kelakuan dimana informasi dapat diterima dan dimengerti oleh individu. Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik seperti ; - Penglihatan - Pendengaran - Kinesthetic. Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata kerja, kata sifat dan kata ketergantungan yang digunakan seseorang. Dengan mengunakan sensori yang sama, perawat dapat meningkatkan hubungan dan mengkomunikasikan informasi lebih efektif. Orang tipe visual yang memanfaatkan alat bantu seperti diagram dan ilustrasi. Orang tipe mendengar menggunakan kata-kata atau suara-suara. Anakanak cendrung menggunakan bantuk kinesthetic dan belajar dari manipulasi objek-objek. Contoh NLP : Cara Komunikasi Respon yang cocok Cara Visual : Saya dapat melihat bahwa saya Tidak sehat. Cara Auditory : Dari apa yang saya dengar dimana Dokter mengatakan, anak saya akan sembuh. Cara Kinesthetic : Saya merasa bahwa prognosa anak saya menurun. Ceritakan pada saya tentang apa yang kamu lihat. Apa yang kamu dengar yang membuat kamu melihat sesuatu seperti ini. Ceritakan lagi tentang perasaan anda bahwa prognosanya menurun. c. Facilitative Responding. Facilitative Responding adalah mendengarkan secara seksama dan membayangkan kembali perasaan-perasaan pasien dan isi pernyataan anak. Seperti : - Respon yang empati - Tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan-perasaan seseorang. Rumus untuk fasilitative responding adalah ; Engkau merasa ------ karena ---- (Henrich and Bernheim, 1981 ). Contoh Bila seseorang anak mengatakan : Saya benci ke RS dan mendapatkan suntikan, dan fasilitatife respon adalah engkau merasa tidak bahagia karena semua dilakukan padamu. d. Bercerita ( Story telling ). Respon anak terhadap tehnik-tehnik bercerita bervariasi. Bercerita menggunakan bahasa anak, dan menyelidiki perasaannya, sementara itu menghindarkan hambatan yang disengaja atau hindarkan ketakutan-ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan tentang sesuatu kejadian / peristiwa sperifik Berada di Rumah Sakit. Selain itu dapat menggunakan gambaran dari suatu peristiwa dan meminta anak untuk menceritakannya. Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapiutik. Dongeng tidak saja membantu membuka pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau perasaan takutnya. Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti oleh cerita lain oleh perawat yang sebabnya sama dengan cerita anak hanya bedanya disini bertujuan membantu anak masuk kedalam masalahnya. Contohnya ; Anak bercerita tentang masuk Rumah sakit dan tidak dapat melihat orang tuanya lagi. Cerita perawat hampir sama dan mengunakan nama orang lain bercerita bahwa sewaktu anak itu berada di Rumah sakit tetap dapat bertemu orang tuanya setiap hari setelah selesai bekerja . Dengan cara ini dapat mengurangi perasaan takutnya akan terpisah dari orang tuanya. e. Bibliotherapy Bibliotherapy melibatkan penggunaan buku-buku dalam rangka proses therapiutik dan supportive. Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan perasaan-perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas membaca, cara ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk

menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan keadaannya tetapi sedikit berbeda untuk mengijinkan dia membatasinya dari kisah itu dan tetap dalam kontrol. Pada dasarnya buku tidak mengancam karena anak dapat sewaktu-waktu menutup buku tersebut atau berhenti membacanya. Petunjuk umum dalam menggunakan Bibliotherapy : Jajaki perkembangan emosi dan pengetahuan anak Hayati isi buku dan sesuaikan isinya dengan tingkat usia anak. Bersama-sama memakai buku itu seperti kita membaca untuknya. Menyelidiki bersama anak akan arti dari isi buku dengan cara menceritakan kembali cerita itu, baru kembali bagian-bagian khusus, gambar sesuatu yang berkaitan dengan cerita itu dan diskusikan gambar tersebut , bicarakan tentang karakter atau simpulkan pengertian dari cerita tersebut. f. Fantasy. Bentuk khusus dari Bibliotherapy adalah menggunakan dongeng fantasy atau dongeng yang wajar seperti Bawang Putih dan Bawang Merah, Malin Kundang, Sikancil mencuri ketimun , Abu Nawas, dan lain-lain. Figur dan kejadian-kejadian pada dongeng melambangkan dan mengilustrasikan adanya suatu konflik dalam suatu peristiwa seperti butuh kasih sayang /dicintai , takut akan meninggal , takut akan tidak berharga, pentingnya kejujuran dalam kehidupan dan lain-lain. Perlu penjelasan pada anak arti dari dongeng dalam mencapai kebutuhankebutuhannya. g. Mimpi. Mimpi sering diartikan sebagi ungkapan sesuatu sasaran tidak sadar dan akan menekan kembali perasaan dan pikiran seseorang. Dipulau jawa kita kenal beberapa macam mimpi yang dapat mengartikan sesuatu, seperti mimpi titiyoni, gondoyoni dan puspogeni. Salah satu cara pada Psychoterapi dapat menggunakan interpretasi dari mimpi dengan menanyakan pada anak dan orang tua tentang mimpi. Kemudian jelajahi perasaan bersalah yang sangat mengganggi h. Pertanyaan Bagaimana Bila. Pertanyaan Bagaimana Bila mendorong anak untuk menjelajahi situasi dan menentukan berbagai pemecahan masalah. Contoh : Perawat dapat bertanya : bagaimana bila engkau sakit dan harus masuk Rumah Sakit.???. Anak akan mengatakan perasaan-perasaannya yang telah dia ketahui dan tentang apa yang dia anggap aneh yang ingin dia ketahui. Jenis komunikasi yang baik akan membantu anak mempelajari ketrampilah pertahanan diri ; khususnya pada situasi-situasi yang berbahaya. i. Tiga Permintaan (Tree Wishes). Satu strategi untuk mengundang anak anak dalam percakapan adalah tehnik Tiga Permintaan. Satu pertanyaan sederhana , apabila kau ingin memiliki tiga hal didunia, apakah itu . Biasanya anak menjawab tentang apa yang dirasakan , seperti Saya tidak mau sakit lagi. Apa bila kita tanyakan tentang kedua sisa pertanyaan, dia akan menyatakan Apabila hal itu jadi kenyataan , demikian pula permintaan lainnya adalah sama dan saya tidak ada permintaan lagi. Selanjutnya perawat dan pasien akan membahas tentang apa arti sakit baginya. Sekalipun perawat tidak mampu menyembuhkan nya tetapi dia mampu membuat sebagian permintaannya menjadi kenyataan . Salah satu diantaranya adalah mengatur teman-teman sekolahnya untuk mengunjunginya pada saat dia di Rumah Sakit dan masa penyembuhan dirumah. Sebelum percakapan ini keinginan anak untuk berada/dekat dengan teman-temannya tidak akan pernah terwujud. j. Ranting Game. Permainan ini terutama membantu anak-anak yang lebih besar untuk berani berbicara. Dari pada menanyakan padanya bagaimana perasaaannya, lebih baik perawat bertanya bagaimana pengalaman dari hari ke hari dalam skala 1 sampai 10, dengan skor 10 yang menjadi paling baik. Anak-anak pada tingkat usia sekolah dapat menggunakan cara ini yaitu dengan menulis pengalaman/ perasaan mereka selama dirawat dalam buku hariannya. k. Word Association Game Pendekatan degan cara permainan asosiasi kata dapat dimulai dengan sejumlah kata-kata kunci dan meminta anak untuk menyebut kata pertama yang dia kenal. Akan tetapi baik jika dimulai dengan kata-kata netral seperti menggambar, menulis, berdoa kemudian pada kata-kata yang mengundang kecemasan seperti, penyakit, jarum suntik, rumah sakit, pembedahan dan lain-lain. Kunci kata-kata yang dipilih harus sesuai dengan situasi kehidupan anak. l. Sentenoe Completion Tanpa menanyakan langsung tentang keadaannya, tetapi menyadarkan pernyataan yang harus dilengkapi oleh anak. Cara pendekatan ini khususnya digunakan untuk anak-anak pra remaja dan remaja. Contoh : Sesuatu yang menyenangkan ( menjengkelkan) tentang sekolah anak Usia yang paling menarik (tidak menarik) adalah .. Pernyataan dimulai dengan yang netral kemudian diakhiri dengan pernyataan yang difokuskan pada perasaan tentang dirinya. m. Pros and Cons ( Pro dan Kontra ). Suatu pendekatan yang agak berbeda untuk mendorong menjelajahi perasaan-perasaannya adalah memilih topic seperti Berada di RS, dan meminta anak membuat daftar (list), 5 hal yang baik dan 5 hal yang buruk tentang RS ini adalah tehnik yang sangat berharga apabila diterapkan untuk menciptakan hubungan baik. Contoh : Dapat meminta anggota keluarga menulis lima hal yang mereka senangi dan yang tidak disenangi tentang satu sama lainnya. Kemudian setiap anggota keluarga mendapat kesempatan mendiskusikan perasaan-perasaan mereka dalam suasana yang tidak bersifat mengadili. Bagaimana, bila menggunakan cara ini, perawat harus mampu menangani perasaan-perasaan yang tiba-tiba muncul, perawat peka, cepat tanggap dan cepat menetralisir situasi. 2.5 .2 Tehnik Verbal. Tehnik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak-anak seperti : a. Menulis Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa / menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian.

Dengan menulis anak-anak lebih riel dan nyata. b. Menggambar. Mengambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak-anak mengungkapkan tentang dirinya. Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan / fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut : Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting. Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan. Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak terhadap status terhadap status dalam keluarga atau ikatan keluarga. Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan ambivalen / pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada halhal tertentu. c. Gerakan Gambar Keluarga. Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya. Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga. d. Sosiogram Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak-anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak-anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkaran keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran-bundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban / kedekatan. e. Menggambar bersama dalam keluarga Salah satu tehnik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak-anak adalah menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk menggungkapkan dinamika dan hubungan keluarga. f. Bermain. Bermain adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling penting dan dapat menjadi tehnik yang paling efektif untuk berhubungan dengan mereka. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis / perawatan. KESIMPULAN . Dalam berkomunikasi secara nob verbal , secara serentak menggunakan semua pancaindra kita dalam proses menerima dan mengirim berita. Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana penginterpretasi berita yang diterima sangat menentukan observasi kita. Dengan cara berkomunikasi seperti ini, perawat dapat lebih merencanakan bantuan dan bimbingan bagi pasien dan juga perawat akan mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri. Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga walaupun tidak mengabaikan saudara kandung, sanak saudara atau pembantunya. Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-langkah seperti : mendorong orang tua untuk berbicara ; mengarahkan pada pokok permasalahan ; mendengar ; diam sejenak ; meyakinkan ; menentukan masalah ; memecahkan masalah ; mengantisipasi bimbingan , dan menghindari hambatan-hambatan komunikasi. Walaupun tampaknya bayi tidak mampu berbicara, ternyata dia memilih bentuk komunikasi prabicara seperti : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Kemudian bentuk komunikasi prabicara ini berkembang menjadi peran bicara dalam berkomunikasi. Untuk mencapai ini dibutuhkan : persiapan fisik; kesiapan mental; model yang baik untuk ditiru; kesempatan untuk praktek; motipasi yang tinggi; bimbingan yang tepat. Komunikasi yang berkaitan dengan proses berpikir harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Proses berpikir pada anak-anak dimulai dari yang kongkrit ke fungsional dan akhirnya keabstrak. Terdapat bermacam-macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik komunikasi non verbal ; tehnik orang ketiga ; neurolinguistic programming (N. C. P ) ; facilitativa responding ; bercerita ; bibliotherapy ; fantasy ; mimpi ; pertanyaan bagaimana bila ; tiga permintaan , rating game ; word association game ; melengkapi kalimat dan pro & kontra. Sedang komunikasi verbal bagi kebanyakan anak & orang tua sering mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan-perasaannya. Komunikasi verbal dapat berupa : menulis ; menggambar ; gerakan gambar keluarga ; sociogram ; menggambar bersama dalam keluarga dan bermain. Pengkajian Keperawatan . Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan pemikiran dasar dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu. Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Fokus Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian medis. Pengkajian medis difokuskan pada keadaan patologis, sedangkan pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Misalnya dapatkah klien melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien adalah respon klien yang nyata maupun potensial terhadap masalah-masalah aktifitas harian. Pulta (Pengumpulan Data) Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.

Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment). Tujuan Pengumpulan Data 1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien. 2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien. 3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien. 4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah berikutnya. Tipe Data : 1. Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu. 2. Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran. Karakteristik Data 1. Lengkap Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakan tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis? Bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan. 2. Akurat dan nyata Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi : klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan, jika keadaan klien tersebut ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian. 3. Relevan Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus. Sumber Data 1. Sumber data primer Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. 2. Sumber data sekunder Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anak-anak, atau klien dalam kondisi tidak sadar. 3. Sumber data lainnya 1. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya. Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan. 2. Riwayat penyakit Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan medis. 3. Konsultasi Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu menegakkan diagnosa. 4. Hasil pemeriksaan diagnostik Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan. 5. Perawat lain Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan. 6. Kepustakaan. Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh literatur sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan tepat. Metoda Pengumpulan Data 1. Wawancara 2. Observasi 3. Pemeriksaan fisik 4. Studi Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai