Anda di halaman 1dari 4

KARSINOMA NASOFARINGEAL

DEFINISI

Gambar 1. Anatomi hidung, dimana terdapat nasofaring

Nasofaring merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut : Atas : Basis kranii. Bawah : Palatum mole Belakang : Vertebra servikalis Depan : Koane Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler (resesus faringeus). Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.

TES DIAGNOSTIK a. Nasofaringoskopi b. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anestesi topikal dengan Xylocain 10 %. c. Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan. d. Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.

KOMPLIKASI - Limfadenopati servikal - Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar 1. Perluasan ke atas : ke N.II dan N. VI, keluhan diplopia, hipestesi pipi 2. Sindrom petrosfenoid terjadi jika semua saraf grup anterior terkena dengan gejala khas : Neuralgia trigeminal unilateral Oftalmoplegia unilateral Amaurosis Gejala nyeri kepala hebat akibat penekanan tumor pada duramater

3. Perluasan ke belakang : N.VII-N.XII, trismus, sulit menelan, hiper/hipo/anestesi palatum,faring dan laring,gangguan respirasi dan salvias, kelumpuhan otot trapezius, stenokleidomastoideus, hemiparalisis dan atrofi sebelah lidah - Gejala akibat metastase jauh Komplikasi berupa metastasis jauh ke tulang, hati, dan paru dengan gejala khas nyeri pada tulang, batuk-batuk dan gangguan fungsi hati.

PATOFISIOLOGI Proses terjadinya penyakit kanker berlangsung dalam tahapan tahapan yang disebut sebagai mekanisme karsinogenesis. Keganasan pada umumnya dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu, pertama pemendekan waktu siklus sel sehingga akan menghasilkan lebih banyak sel yang diproduksi dalam satuan waktu. Kedua, penurunan jumlah kematian sel akibat gangguan pada proses apoptosis. Invasi Virus Epstein Barr (EBV) Melalui Oral (Saliva) Infeksi laten EBV mengekspresikan beberapa protein laten EBV nuclear antigen (EBNA 1, 2 3A, 3B, 3C, -LP) latent membrane protein (LMP) yaitu LMP1, LMP2A, LMP2B EBV non-polyadenilated RNA (EBER) yaitu EBER 1 dan 2

Menstimulus ekspresi bcl2

Penurunan indeks apoptosis Peningkatan proliferasi sel Hiperplasia sel Sel Kanker Gejala Klinis

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (infeksi virus dan pembengkakan kelenjar getah bening) 2. Gangguan bersihan jalan nafas berhubungan dengan merokok, sekresi yang tertahan, dan mukus dalam jumlah berlebihan 3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor biologis (pembengkakan kelenjar getah bening) dan kesulitan menelan makanan 4. Risiko infeksi berhubungan dengan imunitas yang tidak adekuat, prosedur invasif, dan malnutrisi 5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi dan tidak familiar dengan sumber informasi

Anda mungkin juga menyukai