Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN FISIOLOGI PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS

Kelompok 6 : Desi Rosdiani Rizky Ramdhania Andardian Widiniyah Dien Puspita C Ratih Juwita Ninda Gatot Setyo W Hanung Puspita A Asih Fitri Rohani Agustina Nur F Winahto K Asisten NIM O1A006014 G1F009010 G1F009024 G1F009038 G1F009049 G1F009050 G1F009054 G1F009056 G1F009061 G1F009066 : Fatkhur Roofi Khoeri : K1A006094

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2010

A. JUDUL : PEMERIKSAAN REFLEK FISILOGIS DAN PATOLOGIS

B. HARI DAN TANGGAL Hari Tanggal : Jumat : 19 Maret 2010

C. TUJUAN Mahasiswa mampu : a) Mengetahui definisi pemeriksaan reflek fisiologis b) Indikasi pemeriksaan reflek fisiologis c) Melakukan prosedur pemeriksaan reflek fisiologis dengan baik dan benar d) Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan reflek fisiologis e) Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan reflek fisiologis f) Melakukan pemeriksaan reflek patologis

D. DASAR TEORI Reflek adalah Komponen lengkung refleks adalah : a. Reseptor, bereaksi terhadap rangsangan dan mengubah menjadi impuls listrik. b. Saraf aferen, meneruskan informasi yang dibawa reseptor ke pusat pengolahan. Saraf aferen merupakan salah satu dari sistem saraf tepi. Saraf aferen disebut juga sebagai saraf sensorik. Mekanisme penghantaran informasi antara reseptor dengan sistem saraf pusat terjadi melalui proses penghantaran impuls dengan kode irama dan frekuensi tertentu. c. Pusat, menerima impuls sensorik dan mengubahnya menjadi impuls motorik. d. Saraf eferen, meneruskan informasi yang keluar dari pusat pengolahan ke organ efektor. Saraf eferen disebut juga saraf motorik. Terdiri dari dua bagian yaitu saraf motorik somatik dan saraf motorik autonom. Saraf motorik somatik

membawa impuls dari pusat ke otot rangka sebagai organ efektor. Melalui proses komunikasi secara biolistrik di saraf dan proses komunikasi melalui nerotransmitor dihubungan saraf-otot, dapat terbangkit konstraksi otot. Sistem saraf somatik turut berperan dalam proses mengendalikan kinerja otot rangka yang diperlukan untuk menyelenggarakan beragam sikap dan gerakan tubuh. Saraf motorik autonom merupakan salah satu komponen sistem saraf autonom yang mengendalikan otot polos, otot jantung, dan kelenjar. Sistem saraf autonom termasuk berbagai pusat pengendali di otak, pada dasarnya melaksanakan kegiatan secara independen dan tidak langsung dikendalikan oleh kesadaran e. Organ efektor, berupa otot atau kelenjar yang memberikan respon terhadap rangsang. Syarat untuk melakukan refleks, otot harus dalam keadaan lemas (relaksasi).

E. CARA KERJA a. Reflek bisep : - Pasien duduk santai - Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan diletakkan di atas lengan pemeriksa - Ibu jari pemeriksa diletakkan di atas tendo bisep, lalu pukullah ibu jari tadi dengan palu reflek - Diamati respon yang terjadi b. Reflek trisep : - Pasien duduk rileks - Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa - Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani - Diamati respon yang terjadi c. Reflek brachioradialis : - Posisi pasien sama dengan pemeriksaan reflek bisep - Pukullah tendo brachioradialis pada radius distal dengan palu reflek - Diamati respon yang terjadi d. Reflek ulnaris : - Lengan bawah sedikit difleksikan pada sikap tangan antara supinasi dan pronasi - Ketuk pada periosteum os.Ulnaris

e.

f.

g. h. i. j. k.

- Diamati respon yang terjadi Reflek radialis : - Lengan bawah sedikit difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan - Ketuk periosteum ujung distal os.Radialis - Diamati respon yang terjadi Reflek patella : - Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai Reflek achilles : Reflek dinding perut : Reflek plantar : Reflek Hoffman tromer : Reflek

F. HASIL

Probandus : Umur : Jenis Kelamin :

Tabel hasil pengamatan :

G. PEMBAHASAN

Pengendalian fungsi berbagai sistem organ oleh sistem saraf berjalan secara relatif cepat dibandingkan dengan sistem humoral, karena komunikasi berjalan melalui proses penghantaran impuls listrik disepanjang saraf. Rangsangan yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan di dalam maupun diluar tubuh akan menimbulkan respon yang berwujud sebagai perilaku manusia. Reaksi tubuh terhadap suatu rangsang yang melibatkan sistem saraf disebut refleks. Peristiwa refleks terbentuk melalui mekanisme yang melalui jalur tertentu. Jalur refleks tersebut bila dibuat gambar bagan urutan peristiwa yang terjadi di reseptor, saraf

aferen, medula spinalis sebagai saraf pusat, saraf eferen dan efektor akan terlihat sebagai jalur yang melengkung. Dengan demikian jalur yang dilalui proses refleks sering disebut sebagai lengkung refleks (refleks arc). Proses refleks diawali dengan rangsang yang diterima oleh reseptor. Di sel reseptor ini akan terjadi proses transduksi yaitu terjadinya berbagai perubahan bentuk energi rangsang menjadi energi listrik. Potensial listrik yang timbul di reseptor disebut sebagai potensial reseptor yang dapat berupa depolarisasi atau hiperpolarisasi. Amplitudo potensial reseptor ini berubah secara bergradasi bergantung kepada intensitas rangsang, namun tetap tidak akan berupa potensial aksi. Reseptor mampu untuk beradaptasi dengan mengendalikan amplitudo potensial reseptor. Dengan kata lain proses pengendalian saraf terhadap respon tubuh telah dimulai dengan pengendalian reaksi reseptor terhadap rangsang. Depolarasasi yang terjadi di reseptor dapat memicu terjadinya potensial aksi di neuron aferen yang terkait dengan reseptor tersebut. Potensial aksi di neuron aferen ini akan di hantarkan sebagai impuls dengan frekuensi serta jenis irama sebagai kode yang bergantung pada tinggi rendahnya potensialreseptor serta jenis neuron yang dilaluinya. Neuron aferen ini bersinaps dengan interneuron atau neuron motorik disaraf pusat. Melalui sinaps tersebut terjadi proses penghantaran impuls. Impuls dari neuron pertama dapat diteruskan tanpa perubahan, dapat ditingkatkan frekuensi maupun amplitudonya oleh neuron berikutnya (neuron pasca sinaps) atau bahkan dapat terjadi hambatan (inhibisi) penghantaran impuls. Dengan demikian disinaps dapat terjadi proses pengendalian yang dapat berupa eksitasi maupun inhibisi. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Reflek bisep

H. APLIKASI KLINIS Cedera Serebrovaskular (CVA)

Cedera Serebrovaskular (CVA) atau stroke, terjadi akibat iskemia atau pendarahan. Tempat lesi lebih penting dalam menghasilkan gejala dan tanda patologis daripada sifat dan patologi lesi itu sendiri. Mayoritas lesi yang mempengaruhi korteks motoris bersifat vascular dan berakibat cedera jaringan anoksik yang reversible maupun ireversibel. CVA sering berhubungan dengan hipertensi dan penyakit aterosklerosis. Keadaan ini berhubungan erat dengan factor risiko lain, termasuk hiperkolesterolemia, merokok, obesitas, dan diabetes mellitus (DM). Salah satu akibat CVA adalah nekrosis parenkim otak, yang berakhir sebagai infark serebri. Epilepsi Epilepsi merupakan suatu gangguan fungsional kronik dan banyak jenisnya yang ditandai oleh aktivitas serangan yang berulang. Serangan kejang, yang merupakan gejala atau manifestasi utama epilepsi dapat merupakan kelainan fungsional apapun ( motoris, sensoris atau psikis ). Serangan tersebut tidak lama, tak terkontrol serta timbul secara episodik. Serangn ini mengganggu kelangsungan kegiatan pasien yang sedang dikerjakannya pada saat itu. Serangan ini ada kaitannya dengan pengeluaran impuls oleh neuron serebral yang berlebihan dan berlangsung lokal. Penggolongan serangan Serangan epilepsi dapat digolongkan menjadi primer/idiopatik, yang penyebabnya tidak diketahui dan sekunder/simtomatik yang penyebabnya dapat ditetapkan. Jenis serangan epilepsi primer/idiopatik adalah umum (paling banyak) atau sebagian (parsial). Serangan umum berupa petit mal, grand mal, mioklonik, akinetik. Serangan petit mal (absence) Serangan ini timbul pada usia 6-14 tahun. Gejalanya berupa hilangnya kesadaran disertai bergeraknya kelopak mata, kedutan otot mata, bengong (mendadak pulih kembali). Gejala ini dipicu oleh cahaya, suara yang berlangsung 5-30 detik dan didahului dengan kondisi hiperventilasi. Catatan : Memasuki masa dewasa, gejala ini berkurang/hilang. Serangan grand mal Serangan ini tronik-klonik. Serangan dimulai mendadak yang meliputi kehilangan kesadaran, konvulsi otot yang tronik, individu jatuh dalam posisi opistotonik kaku selama sesaat, mungkin ada sianosis, diikuti kontraksi ritmik keempat ekstremitas. Fase ini dapat berlangsung cukup lama, dan berakhir dengan melemasnya otot-otot (relaksasi). Individu juga

mengalami tak sadarkan diri selama beberapa menit; setelah sadar biasanya ada amnesia, juga ada sakit kepala dan mengantuk. Catatan : Selama serangan, dapat terjadi berkemih dan defekasi, juga tergigitnya lidah. Patofisiologi epilepsi Serangan epilepsi dapat ditimbulkan dengan berbagai rangsangan kimia dan listrik. Tanda keadaan fisiologis yang berubah pada epilepsi adalah pelepasan ritmik dan hipersinkron secara berulang dari banyak neuron di daerah terbatas dari otak. Hal ini dapat direkam pada EEG (elektroensefalogram). Penyebab epilepsi tergantung usia individu yang terkena dan jenis serangannya. Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan medis ditujukan terhadap penyebab serangan. Jika penyebabnya adalah akibat gangguan metabolisme, perbaikan gangguan metabolisme ini biasanya akan ikut menghilangkan serangan itu. Pengendalian epilepsi dengan obat dilakukan dengan tujuan mencegah serangan. Ada empat obat yang bermanfaat untuk ini : fenitoin (difenilhidantoin), karbamazepin, fenobarbital, asam valproik. Kebanyakan pasien dapat dikontrol dengan salah satu dari obat tersebut .

I. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai