Anda di halaman 1dari 37

Sejarah Perkembangan dan Ruang Lingkup

Ilmu Gizi

Polewali Mandar Sulawesi Barat. Ilmu gizi Menurut
komite Thomas dan Earl (1994) adalah "1he nutrition sciences are the most interdisciplinary
of all sciences". Yang arti bebasnya menyatakan bahwa ilmu gizi merupakan ilmu yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dan oleh Soekirman, (2000), Ilmu Gizi
diartikan sebagai Ilmu pengetahuan yang membahas siIat-siIat nutrien yang terkandung dalam
makanan, pengaruh metaboliknya serta akibat yang timbul bila terdapat kekurangan-kelebihan
zat gizi. Dalam ilmu gizi terapan, Gizi diartikan sebagai segala sesuatu tentang makanan dan
hubungannya dengan kesehatan. Setiap makanan mengandung unsur-unsur gizi (zat gizi). Unsur-
unsur gizi ini dikelompokkan atau digolongkan dalam 6 golongan besar yaitu (1) Karbohidrat,
(2). Protein, (3).Lemak, (4) Vitamin, (5) Mineral dan (6) air.
agaimana Sejarah Perkembangan dan Ruang Lingkup Ilmu Gizi ini. Khususnya
perkembangan Ilmu Gizi di Dunia Internasional, Indonesia juga termasuk perkembangan dan
ruang ilmu gizi di Kabaupaten Polewali Mandar yang dilihat dari pelaksanaan program gizi dan
penyakit yang berhubungan dengan makanan. Berikut beberapa kutipan dari berbagai reteratur
ilmu gizi yang penulis coba tuangkan sebagai inIormasi untuk pengunjung blog ini terutama
pengunjung yang berminat mempelajari Ilmu Gizi dan terkhusus untuk para mahasiswa
(STIKES BIGES POLEWALI) sebagai pengantar untuk mengenal ilmu gizi dalam kesehatan
reproduksi.
Perkembangan Ilmu Gizi. Titik tolak perkembangan ilmu gizi dimulai pada masa manusia
purba dan pada abad pertengahan sampai pada masa munculnya ilmu pengetahuan pada abad ke-
19 dan ke-20. Pada masa manusia purba ilmu gizi dinyatakan sebagai suatu evolusi. Disini para
peneliti menggambarkan manusia sebagai pemburu makanan dan dikenal sebagai Todhunter,
perkembangan ilmu gizi sebagai suatu evolusi.
Bagi manusia purba, Iungsi utama dan mungkin Iungsi satu-satunya dari makanan adalah untuk
mempertahankan hidup. Untuk itu aktiIitas utama dari manusia purba adalah mencari makanan
dengan berburu. Fungsi utama makanan untuk mempertahankan hidup, meskipun bukan Iungsi
satu-satunya. Makanan untuk mempertahankan hidup ini juga masih sering atau berlaku bagi
sebagian penduduk modern sekarang.
Di abad-abad sebelum masehi IilosoI Junani bernama Hippocrates (460-377 SM), yang dikenal
sebagai Bapak Ilmu Kedokteran, dalam salah satu tulisannya berspekulasi tentang peran
makanan dalam 'pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit" yang menjadi dasar
perkembangan ilmu dietetika yang belakangan dikenal dengan %erapi Diit`
Memasuki abad ke-16 berkembang doktrin bukan saja pemeliharaan kesehatan yang dapat
dicapai dengan pengaturan makanan tetapi kemudian berkembang juga tentang hubungan
antara makanan dan panjang umur. Misalnya Cornaro, yang hidup lebih dari 100 tahun
(1366-1464) dan Francis Bacon (1561-1626) berpendapat bahwa "makan yang diatur dengan
baik dapat memperpanjang umur". Memasuki abad ke-17 dan ke-18, tercatat berbagai
penemuan tentang sesuatu yang dimakan (makanan) yang berhubungan dengan kesehatan
semakin banyak dan jelas, baik yang bersiIat kebetulan maupun yang dirancang yang kemudian
mendorong berbagai ahli kesehatan waktu itu untuk melakukan berbagai percobaan.
Pada Abad ke-18 berbagai penemuan ilmiah dimulai, termasuk ilmu-ilmu yang mendasari ilmu
gizi. Satu diantaranya yang terpenting adalah penemuan adanya hubungan antara proses
pernapasan yaitu proses masuknya O2 ke dalam tubuh dan keluarnya CO2, dengan proses
pengolahan makanan dalam tubuh oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794).
Lavoisier bersama seorang ahli Iisika Laplace merintis untuk pertama kalinya penelitian
kuantitatiI mengenai pernapasan dengan percobaan binatang (kelinci). Oleh karena itu Lavoisier
selain sebagai Bapak Ilmu Kimia, dikalangan ilmuwan gizi dikenal juga sebagai Bapak Ilmu
Cizi Dunia.
Penemuan Ilmu-Ilmu yang mendasari terbentuknya Ilmu Gizi itu diantaranya :
1. Tahun 1687 Penetapan standar makanan. Dimana penetapan ini mengatur tentang
makanan yang baik untuk tubuh dan yang tidak baik untuk tubuh.
2. Dr. lind (1747) menemukan jeruk manis untuk menanggulangi sariawan / scorbut,
belakangan diketahui jeruk manis banyak mengandung vitamin C. Sehingga Vitamin C
dikenal juga sebagai pencegah Sariawan/Scorbut.
3. Suster Florence Nightingale (1854 ) menyimpulkan penderita-penderita akibat perang
yang merupakan pasiennya, dalam hal Pemberian makanan kepada pasien harus sesuai
dengan kebutuhan pasien untuk mempercepat proses penyembuhannya. Suster Florence
Nightingale dikenal juga sebagai Tokoh Keperawatan Dunia
4. Liebig (1803-1873) Analisis Protein, KH dan Lemak. Yang merupakan Komponen utama
penghasil energi tubuh.
5. Vait (1831-1908), Rubner (1854-1982), Atwater (1844-1907), Lusk (1866-1932) dikenal
sebagai Pakar dalam pengukuran energi dengan kalorimeter. (kkal)
6. Hopkin (1861-1947), Eljkman (1858-1930) perintis penemuan vitamin dan
membedakannya vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
7. Mendel (1872-1935), Osborn (1859-1929) penemuan vitamin dan analisis kualitas
protein. Memperjelas posisi vitamin dalam makanan dan peranannya dalam tubuh
manusia serta kualitas protein yang dilihat dari struktur yaitu asam amino yang essensial
maupun yang non essensial.
Pada abad ke 20 Mc Collum, Charles G King melanjutkan penelitian vitamin kemudian terus
berkembang hingga muncul SCIENCE of NU%RION. Adalah Suatu cabang ilmu
pengetahuan kesehatan (kedokteran) yang berdiri sendiri yaitu Ilmu Cizi adalah Ilmu
pengetahuan yang membahas sifat-sifat nutrien yang terkandung dalam makanan, pengaruh
metaboliknya serta akibat yang timbul bila terdapat kekurangan zat gizi, ( Soekirman, 2),
Dalam perkembangan selanjutnya permasalahan gizi mulai bermunculan secara kompleks yang
tidak dapat ditanggulangi oleh para ahli gizi dan sarjana gizi saja, sehingga muncul Ilmu gizi
yang menurut komite Thomas dan Earl (1994) adalah "1he AU1RI1IOA SCIEACES are the
most interdisciplinary of all sciences". Yang arti bebasnya menyatakan bahwa ilmu gizi
merupakan ilmu yang melibatkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Ringkasan Sejarah Perkembangan Ilmu Gizi Indonesia dan Dunia
Bangaimana Perkembangan Ilmu Gizi di Indonesia, berikut beberapa hasil penelitian dalam
sejarah perkebangan Ilmu Gizi di Indonesia.
1. Belanda mendirikan 'Laboratorium Kesehatan (15-1-1888) di Jakarta. Tujuannya
Menanggulangi Penyakit Beri-Beri di Indonesia dan Asia
2. Tahun 1934 Lembaga Makanan Rakyat
3. Tahun 1938, bermula dari Tahun 1919, Jansen dan Donath meneliti masalah Gondok di
wonosobo, kemudian oleh pemerintah Hindia Belanda menIaslitasi pembentukan
Lembaga Eijkman. Beberapa Kegiatannya berupa survai gizi di tahun 1927-1942, oleh
Jansen dan Kawan-kawan pada 7 lokasi bertempat di jawa, seram dan lampung yang
bertujuan Mengamati Pola Makan, Keadaan Gizi, Pertanian dan perekonomian. Lembaga
ini juga berhasil melakukan Analisis Bahan Makanan yang sekarang dikenal sebagai
DaItar Komposisi Bahan Makanan disingkat atau dikenal dengan DKBM
4. Tahun 1930, De Hass dkk menemukan deIisiensi Vitamin A, (1935) meneliti tentang
KEP (Kurang Energi Protein)
5. Tahun 1950, Lembaga Makanan Rakyat berada dibawah Kementerian Kesehatan RI (
diketuai ProI. Poerwo Soedarmo Pendiri PERSAGI atau dikenal juga sebagai apak
Gizi Indonesia. Bapak Poerwo Soedarmo juga berhasil memperkenalkan promosi gizi
yang baik dengan istilah 'Empat Sehat Lima Sempurna yang begitu populer pada waktu
itu sampai pada pemerintahan Orde Baru.
Penelitian-Penelitian di Indonesia ini yang kemudian menarik perhatian WHO dan dijadikan
sebagai rekomendasinya adalah
1. Domen (1952-1955) penelitian tentang kwashiorkor (istilah gizi buruk karena
kekuranagn protein) dan Xeropthalmia (Istilah Kebutaan Akibat kekurangan Vitamin A)
2. Klerk (1956) penelitian tentang Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB) anak Sekolah
yang dapat memberikan gambaran Status Gizi Anak SD pada masa balitanya.
3. Gailey ( 1957 1958 ) tentang Kelaparan di Gunung Kidul menghasilkan teori
Kelaparan
4 KELAPARAN (Hunger) menurut E.Kennedy,(22) sebagai kutipan dari
penelitian Prof Soekirman Ph.D Curu Besar Ilmu Cizi IPB Bogor tentang
kelaparan adalah Rasa tidak enak dan sakit, akibat kurang /tidak makan,baik
yang disengaja maupun yang tidak disengaja diluar kehendak dan terjadi
berulang-ulang, serta dalam jangka waktu tertentu menyebabkan penurunan berat
badan dan gangguan kesehatan.
4. ProI. Poerwo Soedarmao Mencetak Tenaga Ahli Gizi ( AKZI dan FKUI)
5. Dan tahun 1950-2010 perkembangan ilmu gizi di Indonesia sangat pesat, sampai
sampai teori-teori gizi yang baru ditemukan belum sampai diterapkan muncul lagi ilmu
yang terbaru dari hasil penelitian terbaru dari ilmu gizi.
Dari Perkembangan Ilmu Gizi tersebut diatas baik di Indonesia maupun di Luar Negeri,
Penjelasan mengenai makanan dan hubungannya dengan kesehatan semakin jelas yaitu
makanan atau unsur-unsur (zat-zat) gizi essensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh
sehingga harus dikonsumsi dari makanan meliputi Vitamin, Mineral, Asam amino, Asam lemak
Dan sejumlah Karbohidart sebagai energy. Dan unsur-unsur (zat-zat) gizi non essensial dapat
disistesis oleh tubuh dari senyawa atau zat gizi tertentu. Unsur-unsur gizi ini dikelompokkan atau
digolongkan dalam 6 golongan besar yaitu (1) Karbohidrat, (2). Protein, (3).Lemak, (4) Vitamin,
(5) Mineral dan (6) air.
Khusus untuk air berbagai pakar gizi dan kesehatan masih berbeda pendapat, ada yang
mengatakan sebagai unsur gizi ada juga yang mengatakan bukan unsur gizi. Penulis sendiri
masuk dalam kelompok yang mengatakan air adalah salah satu komponen gizi, teorinya ada bisa
membacanya dalam tulisan lain dalam blog iniMenghitung Kebutuhan (Gizi) Air Ada
juga yang mengatakan air sebagai zat gizi namun tidak dapat memahami dengan baik dan benar
tentang zat gizi air.
Melihat perkembangan yang begitu pesat baik di Indonesia maupun di Dunia Badan Dunia
WHO membagi ruang lingkup ilmu gizi ke dalam tiga kelompok besar. Pertama, kelompok
gizi biologi dan metabolik. Kedua, kelompok gizi perorangan, sepanjang siklus hidup. Ketiga,
kelompok gizi masyarakat, baik bersiIat lokal, nasional, regional dan global
Ilmu Cizi Kemudian dibagi menurut Ruang Lingkupnya yaitu Ilmu gizi dibagi dalam dua
bidang keilmuan yang dilihat dari segi siIatnya yakni :
1. Ilmu Cizi yang berkaitan dengan kesehatan perorangan disebut Gizi kesehatan
perorangan(Clinical Nutrition) yaitu Gizi Klinik lebih menitikberatkan pada kuratiI
daripada preventiI dan promotiInya. Dengan pendekatan kuratiI prosesnya dimulai dari
Anamnesis dan pengkajian status nutrisi pasien, Pemeriksaan antropomotri beserta tindak
lanjut terhadap gangguannya, Pemeriksaan radiologi dan tes laboratoium yang bertalian
dengan status nutrisi pasien, Suplementasi Oral, enteral dan parenteral, Interaksi timbal
balik antara nutrien dan obat-obatan
2. Ilmu Cizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut Gizi kesehatan
masyarakat (Public Health Nutrition) Yaitu Gizi Masyarakat berkaitan dengan gangguan
gizi pada kelompok masyarakat, oleh sebab itu siIatnya lebih ditekankan pada
pencegahan (preventiI) dan peningkatan (promotiI) . Termasuk juga tentang Bahan
Tambahan makanan ( Pewarna, penyedap dan bahan-bahan kontaminan lainnya
Catatan dari sejarah dan ruang lingkup ilmu gizi ini ada beberapa istilah dan pengertian dari ilmu
gizi yang perlu diketahui yaitu
1. Kesehatan adalah keadaan sehat (normal) secara Iisik, mental, spiritual dan social
yang memungkinkan setiap induvidu dapat hidup produktiI secara social dan
ekonomis (UU Kesehatan 2009)
2. Makanan adalah Bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi berguna bila
dimasukan kedalam tubuh.
3. Zat gizi adalah unsur yang terdapat dalam bahan makanan
4. Gizi adalah segala sesuatu tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan
5. Diet adalah Kecukupan makanan dan minuman seseorang yang dimakan sehari-
hari yang dibagi dalam tiga pengertian. Pertama; makanan yang dimakan sehari,
Kedua ; makanan yang dimakan menurut aturan tertentu dan Ketiga : makanan
yang ditentukan macam dan jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh
atau untuk kepentingan pnyembuhan penyakit.
6. Kecukupan Diet (dietary Allowance) adalah Batas dan intake yang
direkomendasikan kepada semua orang dengan memperhatikan kebutuhan
induvidu dan keadaan Iisiologis induvidu
7. Pelayanan Gizi adalah Pelayanan yang membantu masyarakat baik individu
maupun kelompok masyarakat dalam keadaan sehat maupun sakit untuk
mendapat makanan yang sesuai guna mencapai status gizi yang sebaik-baiknya
8. Asuhan Gizi adalah Suatu kegiatan pelayanan gizi kepada seseorang pasien, yang
melibatkan berbagai bidang keahlian yang didalam terdapat kegiatan : Membuat
diagnosa masalah gizi, Menentukan kebutuhan gizi, Memilih alternatiI bentuk
sediaan zat gizi, dan Memilih cara pemberian zat gizi.
Khusus untuk perkembangan ilmu Gizi di Kabupaten Polewali Mandar Propinsi Sulawesi Barat,
tidak terlepas dari perkembangan ilmu gizi di Indonesia. Perkembangan ilmu Gizi di Polewali
Mandar, lebih terlihat pada perkembangan dari Pelaksanaan Program Gizi atau program
perbaikan gizi masyarakat dan beberapa penyakit pada masyarakat yang berhubungan dengan
makanan yaitu
1. Ilmu gizi dalam pelaksanaannya dituangkan dalam program gizi pada struktur Dinas
Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar (1992-2000) sebagai sub seksi gizi dibawah seksi
Kesehatan ibu dan anak, yang di Jabat oleh Ibu Kamariah Rostuti. Pada periode ini
kegiatan utamanya adalah Kegiatan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga). Pada
periode ini ada keberhasilan dalam pelaksanaan program gizi dan juga ada kegagalan
yang tragis yaitu pada masa krisis ekonomi ditahun 1998 -2004, ditemukan melonjaknya
kasus GAKI yang mencapai 34 (status pembesaran kelenjar gondok dengan status
endemik berat), dalam waktu yang bersamaan ditemukan juga meningkatnya kasus GIZI
BURUK yang mencapai 8. Ibu Kamariah langsung dimutasi dan digantikan oleh
Pejabat yang mempunyai kompetensi, (Sdr. Arsad Rahim Ali) dalam jangka waktu tiga
tahun kedua kasus ini turun sampai batas ambang yang tidak dinyatakan sebagai masalah
gizi masyarakat.
2. Setelah periode desentraslisasi perkembangan program gizi bukan lagi ditempat sebagai
struktur dalam organisasi Dinas Kesehatan tetapi hanya ditempat sebagai Program Bina
Gizi dengan beberapa sub program SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi),
Program Pencegahan dan penanggulangan Kurang Vitamin A, Kurang Anemia Gizi,
GAKI dan Program Pencegahan dan penanggulangan KEK serta Program Pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan balita di Posyandu.
3. Selain ilmu gizi yang dilihat dari perkembangan program gizi, Ilmu gizi di Polewali
Mandar juga ditemukan beberapa istilah ilmu gizi yang dilihat dari penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan makanan pada masyarakat Polewali Mandar diantaranya
Sawangan (Gizi Buruk) istilah yang menunjukkan bahwa penyakit yang terjadi sebagai
reIleksi dari nenek-moyang masyarakat Polewali Mandar tempo doelue yang menderita
kelaparan. Istilah lainnya yang cukup populer adalah Buta Rarang yaitu suatu penyakit
yang tidak dapat melihat pada sore harinya atau kesulitan melihat anak-anak ketika
masuk dalam rumah. Penyakit ini pada masyarakat cenderung menghubungkannya
dengan kurang naIsu makan pada anak. Penyakit ini dalam istilah medisnya dikenal
sebagai xeropthalmia.


Hubungan Tingkat Pengetabuan Ibu tentang Makanan Bergizi dengan Pemberian Makanan
Pendamping ASI Pada Bayi Usia - Bulan
A8S1kAk
nU8UNGAN 1INGkA1 LNGL1AnUAN I8U 1LN1ANG
MAkANAN 8LkGI2I DLNGAN LM8LkIAN MAkANAN
LNDAMING ASI ADA 8AI USIA 612 8ULAN DI
CSANDU DLSA WILAAn kLkIA
USkLSMAS kA8UA1LN
2010

Makanan memegang peranan penLlng dalam Lumbuh kembang anak karena anak sedang Lumbuh
sehlngga kebuLuhannya berbeda dengan orang dewasa Pal yang pallng uLama dalam pemberlan
makanan pendamplng pada anak adalah makanan apa yang seharusnya dlberlkan kapan wakLu
pemberlan dan dalam benLuk yang bagalmana makanan LersebuL dlberlkan enellLlan dllaksanakan
Langgal 1316 !ull 2010 dl osyandu desa kecamaLan Campengre[o kabupaLen dengan
Lu[uan penellLlan lnl adalah unLuk mengeLahul adanya hubungan LlngkaL pengeLahuan lbu LenLang
makanan berglzl dengan pemberlan makanan pendamplng ASl pada bayl usla 612 bulan
enellLlan lnl menggunakan desaln penellLlan korelasl cross secLlonalopulasl adalah semua bayl yang
lkuL posyandu dl desa 1eknlk sampllng yang dlgunakan dalam penellLlan lnl yalLu Leknlk
sampllng [enuh varlable lndependen dalam penellLlan lnl adalah LlngkaL pengeLahuan lbu LenLang
makanan berglzl dan varlable dependennya adalah pemberlan makanan pendamplng ASl MeLode
pengumpulan daLa menggunakan kuesloner
Pasll penghlLungan Lerhadap 26 responden dldapaLkan hasll bahwa harga rho hlLung adalah 043 8 dan
harga rho Label adalah 03 92 maka LerllhaL bahwa rho hlLung rho Label berarLl ada hubungan anLara
LlngkaL pengeLahuan lbu LenLang makanan berglzl dengan pemberlan makanan pendamplng ASl pada
bayl usla 6 12 bulan
koto koocl leoqetobooo Mokoooo 8etqlzl MlA5l

8A8 I
LNDAnULUAN

11 Latar 8e|akang
Makanan memegang peranan penLlng dalam Lumbuh kembang anak karena anak sedang Lumbuh
sehlngga kebuLuhannya berbeda dengan orang dewasa Pal yang pallng uLama dalam pemberlan
makanan anak adalah makanan apa yang seharusnya dlberlkan kapan wakLu pemberlan dan dalam
benLuk yang bagalmana makanan LersebuL dlberlkan (PelveLla 2007)
ada usla 6 bulan saluran pencernaan bayl sudah mulal blsa dlperkenalkan pada makanan padaL sebagal
makanan Lambahannya 8erdasarkan llmu glzl para bayl perlu dlperkenalkan kepada [enls makanan
pendamplng ASl agar mereka dapaL memperoleh unsur glzl dlanLaranya karbohldraL proLeln vlLamln
dan mlneral yang mereka perlukan unLuk perLumbuhan mereka emberlan makanan pendamplng ASl
harus berLahap dan bervarlasl mulal dengan 1 [enls rasa seLlap mengenalkan [enls makanan baru mulal
benLuk bubur kenLal sarl buah buah segar makanan lumaL makanan lembek dan akhlrnya makanan
padaL (SullsLl[anl uA dan PerllanLy 2001)
ulLln[au darl suduL masalah kesehaLan dan glzl maka bayl Lermasuk kelompok yang pallng mudah
menderlLa kelalnan glzl Sedangkan saaL lnl mereka sedang mengalaml proses perLumbuhan yang relaLlf
pesaL dan memerlukan zaLzaL glzl dalam [umlah yang relaLlf besar Maka kesehaLan yang balk dlLun[ang
dengan keadaan glzl yang balk lnl merupakan hal yang uLama unLuk Lumbuh kembang yang opLlmal
bagl seorang anak engeLahuan lbu yang balk dalam pemberlan makanan pendamplng ASl sangaL
menun[ang sLaLus glzl anak (?usLlna 8osLlawaLl 2002)
Salah saLu fakLor penyebab perllaku penun[ang orang Lua dalam memberlkan makanan pendamplng ASl
pada baylnya adalah maslh rendahnya pengeLahuan lbu LenLang makanan berglzl bagl baylnya ?ang
dlmaksud dengan pengeLahuan lbu LenLang makanan berglzl adalah hasll Lahu karena fakLor
penglnderaan Lerhadap suaLu obyek LerLenLu LenLang bahan makanan yang dlperlukan dalam saLu harl
yang beraneka ragam dan mengandung zaL Lenaga zaL pembangun dan zaL pengaLur yang dlbuLuhkan
oleh Lubuh karena kurangnya pengeLahuan yang dlmlllkl oleh lbu sehlngga banyak bayl yang
mengalaml glzl kurang unLuk mencegah Ler[adlnya berbagal gangguan glzl dan masalah pslkososlal
dlperlukan adanya perllaku penun[ang darl para orang Lua khususnya perllaku lbu dalam memberlkan
makanan pendamplng ASl pada baylnya ?ang dlmaksud dengan pemberlan makanan pendamplng ASl
adalah pemberlan makanan Lambahan pada bayl seLelah bayl berusla 624 bulan [adl selaln makanan
pendamplng ASl pun harus LeLap dlberlkan pada bayl sampal bayl berusla 2 Lahun (uepkes 8l 2006)
emanLauan ruLln yang Lelah dllakukan pemerlnLah melalul slsLem kewaspadaan angan dan Clzl (SkC)
menun[ukkan [umlah kasus glzl buruk yang dllaporkan darl ulnas kesehaLan dan 8umah SaklL semakln
menlngkaL uaLa hasll penellLlan saudarl Suyanah berdasarkan daLa SuSLnAS (Survel kesehaLan
naslonal) pada Lahun 2002 darl 23323731 ballLa dl[umpal prevalensl kekurangan Lnergl roLeln (kL)
rlngan pada ballLa adalah 4376033 ballLa (196 ) kL sedang 1934300 ballLa (84 ) sedangkan
unLuk kL beraL 972292 ballLa (42 ) (uepkes 8l 2002)
8erdasarkan daLa darl ulnas kesehaLan koLa bayl yang dlberl makanan pendamplng ASl yalLu
sebanyak 701 bayl (80 ) 8erdasarkan daLa hasll sLudl pendahuluan pada Langgal 1029 mareL 2010 dl
posyandu desa darl 83 [umlah bayl 23 bayl yang usla 612 bulan dldapaLkan leblh darl 60
darl bayl mempunyal rlwayaL pernah mendapaLkan MASl se[ak 34 bulan dan 40 darl bayl dlberl M
ASl sesual umur bayl emberlan MASl pada bayl usla 612 bulan Lerdlrl darl usla 69 bulan Ledlrl darl
ASl nasl Llm dan buah sedangkan unLuk usla 912 bulan Lerdlrl darl ASl nasl Llm bubur susu dan buah
sedangkan pada MASl lnsLan blsa langsung dlbuaL sendlrl oleh lbu 1apl leblh balknya kalau lbu
menmberlkan MASl pada baylnya dengan membuaL sendlrl Lldak bell yang lnsLan karena leblh
hleglnles dan Lldak mengandung pengaweL
Selaln lLu berdasarkan hasll wawancara dldapaLkan hasll lbu yang mempunyal pengeLahuan kurang
LenLang makanan berglzl sebanyak 3 orang (20 ) yang berpengeLahuan cukup 8 orang (30 ) sedang
yang berpengeLahuan balk 12 orang (30 ) 8erdasarkan uralan dlaLas maka penellLl LerLarlk unLuk
menellLl hubungan LlngkaL pengeLahuan lbu LenLang makanan berglzl dengan pemberlan makanan
pendamplng ASl pada bayl usla 612 bulan

12 kumusan Masa|ah
8erdasarkan laLar belakang masalah LersebuL dapaL dlrumuskan masalah penellLlan Adakah hubungan
LlngkaL pengeLahuan lbu LenLang makanan berglzl dengan pemberlan makanan pendamplng ASl pada
bayl usla 612 bulan dl osyandu desa ?

13 1u[uan ene||t|an
131 1u[uan umum
unLuk mengeLahul hubungan LlngkaL pengeLahuan lbu LenLang makanan berglzl dengan pemberlan
makanan pendamplng ASl pada bayl usla 612 bulan dl osyandu uesa
132 1u[uan khusus
1321 MengldenLlflkasl LlngkaL pengeLahuan lbu LenLang makanan berglzl
1322 MengeLahul pemberlan makanan pendamplng ASl pada bayl usla 612 bulan
1323 Menganallsa hubungan anLara LlngkaL pengeLahuan lbu LenLang makanan berglzl dengan
pemberlan makanan pendamplng ASl pada bayl usla 612 bulan dl Wllayah desa kecamaLan
Campengre[o kabupaLen

14 Manfaat ene||t|an
141 8agl enellLl
MendapaLkan pengalaman unLuk mengeLahul hubungan LlngkaL pengeLahuan lbu LenLang makanan
berglzl dengan pemberlan makanan pendamplng ASl pada bayl usla 612 bulan
142 8agl 1empaL enellLlan
Memberlkan masukan dan sebagal daLa dasar LenLang pengeLahuan lbulbu yang memlllkl bayl usla 612
bulan LenLang makanan berglzl dalam pemberlan makanan pendamplng ASl
143 8agl lnsLlLusl
Sebagal bahan masukan unLuk menambah wawasan lnformasl dan panduan dalam penellLlan leblh
lan[uL mengenal hubungan LlngkaL pengeLahuan lbu LenLang makanan berglzl dengan pemberlan
makanan pendamplng ASl pada bayl usla 612 bulan


















Home ~ Gizi ~ Gizi Seimbang Bagi Bayi
Gizi Seimbang agi ayi
Mar 20, 2009 No Comments by lusa
A. PRINSIP GIZI SEIMANG AGI AYI
Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dan
tumbuh kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI.
Bayi harus mendapat makanan tambahan/ pendamping ASI. Banyaknya ASI yang
dihasilkan ibu tergantung dari status gizi ibu, makanan tambahan sewaktu hamil/ menyusui,
stress mental dan sebagainya. Dianjurkan untuk memberi 100-110 Kkal energi tiap kgBB/
hari. Oleh karena itu, susu bayi mengandung kurang lebih 67 Kkal tiap 100 cc. Maka bayi
diberikan 150-160 cc susu tiap kgBB. Tetapi tidak semua bayi memerlukan jumlah energi
tersebut.
. MACAM-MACAM MAKANAN AYI
Makanan bayi beraneka ragam macamnya yaitu :
1. ASI ( Air Susu Ibu)
Makanan yang paling baik untuk bayi segera lahir adalah ASI. ASI mempunyai
keunggulan baik ditinjau segi gizi, daya kekebalan tubuh, psikologi, ekonomi dan
sebagainya.
a. Manfaat ASI
1) Ibu
Aspek kesehatan ibu : isapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh
kelenjar hipoIisis. Oksitosin akan membantu involusi uterus dan mencegah
terjadi perdarahan post partum. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan post partum mengurangi prevalensi anemia zat besi. Selain itu,
mengurangi angka kejadian karsinoma mammae.
Aspek keluarga berencana : merupakan KB alami, sehingga dapat
menjarangkan kehamilan. Menurut penelitian, rerata jarak kehamilan pada
ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak 11 bulan.
Aspek psikologis : ibu akan merasa bangga dan diperlukan oleh bayinya karena
dapat menyusui.
) ayi
Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi : mengandung lemak, karbohidrat,
protein, garam dan mineral serta vitamin.
Mengandung zat protektiI : terdapat zat protektiI berupa laktobasilus
biIidus,laktoIerin, lisozim, komplemen C3 dan C4, Iaktor antistreptokokus,
antibodi, imunitas seluler dan tidak menimbulkan alergi.
Mempunyai eIek psikologis yang menguntungkan : sewaktu menyusui kulit
bayi akan menempel pada kulit ibu, sehingga akan memberikan manIaat
untuk tumbuh kembang bayi kelak. Interaksi tersebut akan menimbulkan
rasa aman dan kasih sayang.
Menyebabkan pertumbuhan yang baik : bayi yang mendapat ASI akan
mengalami kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan
setelah periode perinatal baik dan mengurangi obesitas.
Mengurangi kejadian karies dentis : insiden karies dentis pada bayi yang
mendapat susu Iormula lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena
menyusui dengan botol dan dot pada waktu tidur akan menyebabkan gigi
lebih lama kontak dengan sisa susu Iormula dan menyebabkan gigi menjadi
asam sehingga merusak gigi.
Mengurangi kejadian maloklusi : penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan
lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.
) Keluarga
Aspek ekonomi : ASI tidak perlu dibeli dan karena ASI bayi jarang sakit
sehingga dapat mengurangi biaya berobat.
Aspek psikologis : kelahiran jarang sehingga kebahagiaan keluarga bertambah
dan mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
Aspek kemudahan : menyusui sangat praktis sehingga dapat diberikan dimana
saja dan kapan saja serta tidak merepotkan orang lain.
4) Negara
Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Adanya Iaktor protektiI dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status
gizi bayi baik serta angka kesakitan dan kematian menurun. Beberapa
penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak
dari penyakit inIeksi, seperti diare, otitis media, dan inIeksi saluran
pernaIasan bagian bawah.
Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.
Dengan adanya rawat gabung maka akan memperpendek lama rawat inap
ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan inIeksi nosokomial
serta mengurangi biaya perawatan anak sakit.
Mengurangi devisa untuk membeli susu Iormula.
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui,
diperkirakan akan menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar untuk membeli
susu Iormula.
Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.
Anak yang dapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga
kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
b. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan pada stadium
laktasi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
1) Kolustrum : ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah
bayi lahir.
2) ASI transisi : ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari ke sepuluh.
3) ASI mature : ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai dengan
seterusnya.
Tabel 1. Komposisi Kandungan ASI
Kandungan Kolustrum %ransisi ASI mature
Energi (kg kla) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/ 100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/ 100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/ 100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/ 100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglubin :
Ig A (mg/ 100ml)
Ig G (mg / 100 ml)
Ig M (mg/ 100 ml)
335,9
5,9
17,1
-
-
-
119,6
2,9
2,9
Lisosin (mg/ 100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
LaktoIerin 420-520 - 250-270
Sumber : Pelatihan Manajemen Laktasi, RSCM, 1989.
c. Kecukupan ASI
Untuk mengetahui kecukupan ASI dapat dilihat dari :
1) Berat badan waktu lahir telah tercapai sekurang-kurangnya akhir 2 minggu
setelah lahir dan selama itu tidak terjadi penurunan berat badan lebih 10 .
2) Kurve pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan berat badan
pada triwulan ke 1: 150-250 gr setiap minggu, triwulan ke 2 : 500-600 gr setiap
bulan, triwulan ke 3 : 350-450 gr setiap bulan, triwulan ke 4 :250-350 gr setiap
bulan atau berat badan naik 2 kali lipat berat badan waktu lahir pada umur 4-5
bulan dan 3 kali lipat pada umur satu tahun.
3) Bayi lebih banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari.
4) Setiap kali menyusui, bayi menyusu dengan rakus, kemudian melemah dan
tertidur.
5) Payudara ibu terasa lunak setelah menyusui.
. MPASI ( Makanan Pendamping ASI)
Makanan pendamping ASI (MPASI) diberikan setelah bayi berumur 6 bulan.
1enis MPASI diantaranya:
Buah-buahan yang dihaluskan/ dalam bentuk sari buah. Misalnya pisang Ambon,
pepaya , jeruk, tomat.
Makanan lunak dan lembek. Misal bubur susu, nasi tim.
Makanan bayi yang dikemas dalam kaleng/ karton/ sachet.
%ujuan pemberian makanan tambahan pendamping ASI adalah :
Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang.
Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan
dengan berbagai rasa dan bentuk.
Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.
al-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MPASI :
Perhatikan kebersihan alat makan.
Membuat makanan secukupnya.
Berikan makanan dengan sebaik-baiknya.
Buat variasi makanan.
Ajak makan bersama anggota keluarga lain.
Jangan memberi makanan dekat dengan waktu makan.
Makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama.
C. CARA PENGELOLAAN MAKANAN AYI
Bayi setelah lahir sebaiknya diberikan ASI, namun seiring dengan tumbuh kembang
diperlukan makanan pendamping ASI.
Tabel 2. DeIinisi Pemberian Makanan Bayi
Pemberian ASI EksklusiI
(Exclusive breastIeeding)
Bayi hanya diberikan ASI tanpa
makanan atau minuman lain termasuk
air putih, kecuali obat, vitamin dan
mineral dan ASI yang diperas.
Pemberian ASI Predominan
(Predominant breastIeeding)
Selain mendapat ASI, bayi juga diberi
sedikit air minum, atau minuman cair
lain, misal air teh.
Pemberian ASI Penuh Bayi mendapat salah satu ASI
eksklusiI atau ASI predominan.
(Full breastIeeding)
Pemberian Susu Botol
(Bottle Ieeding)
Cara pemberian makan bayi dengan
susu apa saja, termasuk juga ASI
diperas dengan botol.
Pemberian ASI Parsial
(ArtiIicial Ieeding)
Sebagian menyusui dan sebagian lagi
susu buatan/ Iormula atau sereal atau
makanan lain.
Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MPASI) tepat
waktu (Timely complementary
Ieeding)
Memberikan bayi makanan lain
disamping ASI ketika waktunya tepat
yaitu mulai 6 bulan.
Tabel 3. Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi
Mulai menyusui Dalam waktu 30-60 menit setelah
melahirkan.
Menyusui eksklusiI Umur 0-6 bulan pertama.
Makanan pendamping ASI
(MPASI)
Mulai diberikan pada umur antara 4-6
bulan (umur yang tepat bervariasi,
atau bila menunjukkan kesiapan
neurologis dan neuromuskuler).
Berikan MPASI Pada semua bayi yang telah berumur
lebih dari 6 bulan.
Teruskan pemberian ASI Sampai anak berumur 2 tahun atau
lebih.
Tabel 4. Jadwal Pemberian Makanan pada Bayi
Umur Macam makanan Pemberian selama
4 jam
1-2 minggu
3 mg s/d 3 bulan
3 bulan
4-5 bulan
6 bulan
7-12 bulan
ASI atau
Formula adaptasi
ASI atau
Formula adaptasi
ASI atau
Formula adaptasi
Jus buah
Sesuka bayi
6-7 kali 90 ml
Sesuka bayi
6 kali 100-150 ml
Sesuka bayi
5 kali 180 ml
1-2 kali 50-75 ml
ASI atau
Formula adaptasi
Bubur susu
Jus buah
ASI atau
Formula adaptasi
Bubur susu
Jus buah
ASI atau
Formula adaptasi
Bubur susu
Nasi tim
Jus buah
Sesuka bayi
4 kali 180 ml
1 x 40-50 g bubuk
1 kali 50-100 ml
Sesuka bayi
3 kali 180-200 ml
2 x 40-50 g bubuk
1 kali 50-100 ml
Sesuka bayi
2 kali 200-250 ml
2x 40- 50 g bubuk
1 x 40-50 g bubuk
1-2 kali 50-100 ml
Sumber: Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, 2000
D. FAK%OR-FAK%OR YANG MEMPENGARUI PEMERIAN MAKANAN PADA
AYI
Hal-hal yang perlu diperhatikan supaya pengaturan makan untuk bayi dan anak dapat
berhasil dengan baik adalah sebagai berikut :
1. Kerjasama ibu dan anak.
Dimulai pada saat kelahiran bayi dilanjutkan sampai dengan anak mampu makan
sendiri. Makanan hendaknya menyenangkan bagi anak dan ibu. Ibu yang tegang,
cemas, mudah marah merupakan suatu kecenderungan untuk menimbulkan kesulitan
makan pada anak.
2. Memulai pemberian makan sedini mungkin.
Pemberian makan sedini mungkin mempunyai tujuan menunjang proses metabolisme
yang normal, untuk pertumbuhan, menciptakan hubungan lekat ibu dan anak,
mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia, hiperkalemi, hiperbilirubinemia dan
azotemia.
3. Mengatur sendiri.
Pada awal kehidupannya, seharusnya bayi sendiri yang mengatur keperluan akan
makanan. Keuntungannya untuk mengatur dirinya sendiri akan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan.
4. Peran ayah dan anggota keluarga lain.
5. Menentukan jadwal pemberian makanan bayi.
6. Umur.
7. Berat badan.
8. Diagnosis dari penyakit dan stadium (keadaan).
9. Keadaan mulut sebagai alat penerima makanan.
10. Kebiasaan makan (kesukaan, ketidaksukaan dan acceptability dari jenis makanan dan
toleransi daripada anak terhadap makanan yang diberikan).
E. PENGARU S%A%US GIZI SEIMANG AGI AYI
Tumbuh kembang anak selain dipengaruhi oleh Iaktor keturunan juga dipengaruhi oleh
Iaktor lingkungan. Adapun Iaktor lingkungan yang berpengaruh adalah masukan makanan
(diet), sinar matahari, lingkungan yang bersih, latihan jasmani dan keadaan kesehatan.
Pemberian makanan yang berkualitas dan kuantitasnya baik menunjang tumbuh kembang,
sehingga bayi dapat tumbuh normal dan sehat/ terbebas dari penyakit.
Makanan yang diberikan pada bayi dan anak akan digunakan untuk pertumbuhan
badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk
memantau kecukupan gizi bayi dan anak. Kecukupan makanan dan ASI dapat dipantau
dengan menggunakan KMS. Daerah diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning,
hijau muda, hijau tua, hijau muda dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5 perubahan
baku. Diatas kurve 100 adalah status gizi lebih. Diatas 80 sampai dengan batas 100
adalah status gizi normal, yang digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.
F. DAMPAK KELEIAN DAN KEKURANGAN GIZI PADA AYI
Makanan yang ideal harus mengandung cukup energi dan zat esensial sesuai dengan
kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang kelebihan akan energi mengakibatkan
obesitas, sedang kelebihan zat gizi esensial dalam jangka waktu lama akan menimbulkan
penimbunan zat gizi tersebut dan menjadi racun bagi tubuh. Misalnya hipervitaminosis A,
hipervitaminosis D dan hiperkalemi.
Sebaliknya kekurangan energi dalam jangka waktu lama berakibat menghambat
pertumbuhan dan mengurangi cadangan energi dalam tubuh sehingga terjadi marasmus
(gizi kurang/ buruk). Kekurangan zat esensial mengakibatkan deIisiensi zat gizi tersebut.
Misalnya xeroItalmia (kekurangan vit.A), Rakhitis (kekurangan vit.D).









HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA USIA
DINI DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN KE PELAYANAN KESEHATAN
DI KELURAHAN SINE SRAGEN

PENDAHULUAN
Makanan memegang peranan yang penting
dalam tumbuh kembang anak, karena anak yang
sedang tumbuh kebutuhannya berbeda dengan
orang dewasa. Kekurangan makanan yang bergizi
akan menyebabkan retardasi pertumbuhan anak.
Makan yang berlebihan juga tidak baik karena
dapat menyebabkan obesitas. Keadaan ini dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas anak
(Soetjiningsih,1998).
Pertumbuhan bayi pada tahun pertama
sangat cepat, di mana pertumbuhan dipengaruhi
oleh banyak faktor seperti keturunan, makanan,
kesehatan, lingkungan yang baik dan sebagainya.
Pemberian makanan yang baik merupakan faktor
yang vital. Kecukupan pemberian makanan pada
bayi sangat penting, sebab kekurangan energi/zatzat
gizi dapat menganggu pertumbuhan yang
optimal, dan dapat pula menimbulkan penyakitpenyakit
gangguan gizi baik yang dapat
disembuhkan, maupun tidak (Pudjiadi, 2001).
Pemberian makanan tambahan pada usia
dini terutama makanan padat justru menyebabkan
banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi
terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam
makanan (Pudjiadi, 2003). Sedangkan pemberian
cairan tambahan meningkatkan risiko terkena
penyakit. Karena pemberian cairan dan makanan
padat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen.
Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri
penyebab diare, terutama di lingkungan yang
kurang higienes dan sanitasi buruk.
Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.3, September 2008 :113-118
114
Hasil studi pendahuluan diketahui bahwa jumlah
balita di Kelurahan Sine Sragen kurang lebih
sebanyak 423 balita, terdiri dari 206 laki-laki dan
perempuan 217 balita. Sedangkan jumlah
kunjungan balita ke Puskesmas Sragen sebesar 699
selama bulan Januari dan Februari 2007, sehingga
rata-rata kunjungan perbulan sejumlah 340 balita.
Pada studi pendahuluan program yang terkait AS,
makanan tambahan dan pelayanan kesehatan sudah
mendapat perhatian.
Puskesmas sudah memberikan pelatihan
kepada kader-kader posyandu di tiap kelurahan.
Tiap kader yang datang pada pelatihan diberikan
bekal serta modul yang isinya mencakup usaha
perbaikan gizi keluarga (UPGK), AS eksklusif,
MP-AS. Selain itu puskesmas juga memberikan
MP-AS atau makanan tambahan dari pabrik atau
instan untuk usia 6 bulan ke atas, yang dibagikan
secara gratis untuk perbaikan gizi balita.
Meski pernah dilakukan penyuluhan
kesehatan oleh puskesmas terkait pertumbuhan dan
perkembangan balita, makanan sehat, imunisasi,
AS eksklusif, makanan tambahan, orang tua
khususnya para ibu masih memberikan susu
formula, makanan padat seperti nasi lumat, biskuit
roti setelah lahir, karena alasan sibuk, bayi cepat
gemuk dan besar. Selain itu ibu-ibu sering menjadi
kurang percaya apakah air susunya cukup atau
tidak karena sulit baginya untuk melihat atau
mengukur berapa banyak yang telah dikonsumsi
bayinya. Keraguan-keraguan tersebut yang
akhirnya mendorong para ibu memberikan
makanan tambahan, padahal menurut kesehatan
pemberian makanan atau cairan selain AS
sebelum enam bulan dapat merugikan bayi.
Maka perlu diadakan penelitian tentang
"hubungan antara pemberian makanan tambahan
pada usia dini dengan tingkat kunjungan ke
pelayanan kesehatan di kelurahan sine sragen.
Makanan tambahan adalah makanan untuk
bayi selain AS atau susu botol, sebagai penambah
kekurangan dari AS atau susu pengganti AS
(PAS). Setelah usia bayi lebih dari 6 bulan perlu
diperkenalkan makanan pendamping, yaitu
makanan tambahan selain AS untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi yang meningkat (Husaini,
1999).
Manfaat pemberian makanan tambahan
pada bayi sebagai berikut :
a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang, karena
kebutuhan bayi yang semakin meningkat.
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk
menerima bermacam-macam makanan dengan
beragam rasa dan bentuk.
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk
mengunyah dan menelan.
d. Melakukan penyesuaian terhadap makanan
yang mengandung kadar energi yang tinggi.
e. Membantu menanamkan kebiasaan makan
yang baik
Makanan pertama yang baik untuk bayi
adalah biji-bijian, sereal bayi yang diperkaya zat
besi, biasanya sereal beras (nasi bubur). Makanan
tambahan harus mudah dicerna oleh bayi dan
mengandung zat-zat gizi dalam keseimbangan
yang baik. Karena lambung bayi masih kecil
makanan yang diberikan harus cepat meninggalkan
lambung. Makanan baru berupa nasi yang
bersama-sama ditim dengan sayuran (misalnya
bayam, wortel, tomat) dan ati ayam seyogyanya
tidak diberikan sebelum umur 6 atau 7 bulan
(Pudjiadi, 2000 dan 2001)
Pola pemberian makanan bayi merupakan
cara pemberian makanan pada bayi dimana jenis,
frekuensi dan jadwal pemberiannya telah
ditetapkan. AS yang merupakan makanan terbaik
bagi bayi usia 0-6 bulan setelah 6 bulan AS tidak
mampu mencukupi kebutuhan energi dan zat gizi
bagi bayi sehingga diperlukan MP-AS. Adapun
tahapan pemberian makanan pada bayi 0-12 bulan
adalah sebagai berikut (Poedyasmoro, 2002 ):
a. Makanan bayi 0-6 bulan
Hanya diberikan AS, karena AS saja sudah
dapat memenuhi kebutuhan gizi dan kolostrom
harus diberikan.
b. Makanan bayi umur 6-7 bulan
Pemberian AS diteruskan dan mulai
diperkenalkan MP-AS berbentuk lumat halus
karena bayi belum memiliki refleks
mengunyah. Makanan dapat berupa buah
(pisang, pepaya, tomat), bubur susu, biscuit
ditambah susu secara bergantian.
c. Makanan bayi umur 7-9 bulan
AS tetap diberikan, mulai diperkenalkan
makanan, lumat, karena alat pencernaan bayi
sudah mulai berfungsi, jenis makanan berupa
buah, makanan lembek (nasi tim saring).
d. Makanan bayi umur 9-12 bulan
AS tetap diberikan, jenis makanan berupa nasi
lumat, nasi tim kasar, dan sudah perlu
diperkenalkan jenis makanan yang beragam
seperti lauk pauk dan sayuran.
e. Makanan anak umur 12 bulan ke atas
AS tetap diberikan dengan frekuensi lebih
kecil, makanan yang diberikan seperti
makanan orang dewasa tetapi tidak
menggunakan bumbu yang merangsang.
Hubungan Tingkat Pemberian Makanan Tambahan Pada Usia Dini ... (Murninngsih dan
Sulastri)
115
Sulastomo (2000) menyebutkan faktorfaktor
yang berpengaruh pada kesehatan individu
atau masyarakat terdiri dari faktor sosial ekonomi,
faktor keturunan (genetik), faktor lingkungan,
gangguan nutrisi, dan perubahan gaya hidup.
Sedangkan tingkat kunjungan pelayanan kesehatan
dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu (Azwar,
1996):
a. Pengelolaan manajemen yang baik
b. Kualitas pelayanan yang tinggi
c. Kepuasan masyarakat pengguna jasa
pelayanan kesehatan
Kriteria umum sebuah pelayanan
kesehatan sebagai bagian dari pelayanan publik
terdiri dari (Muninjaya, 2004):
a. Komprehensif untuk seluruh masyarakat yang
ada di suatu wilayah (availability)
b. Wajar, tidak melebihi kebutuhan dan daya
jangkau masyarakat (appropriateness)
c. Berkesinambungan (continuity)
d. Dapat diterima masyarakat setempat
(acceptability)
e. Terjangkau (affordable)
f. Efisien (efficient)
g. Bermutu (quality)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
observasi, dengan rancangan penelitian
corelational. Penelusuran data dilakukan secara
retrospektif yaitu tinjauan ke belakang.Penelitian
dilakukan di Kelurahan Sine Kota Sragen, dan
waktu penelitian bulan April sampai Mei 2007.
Populasi dalam penelitian ini adalah ibuibu
yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan yang
berjumlah kurang lebih 48 orang di Kelurahan Sine
Sragen. Pengambilan sampel dari Penelitian ini
menggunakan teknik total sampling yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Perhitungan besar
sampel apabila subyek kurang dari 100, lebih baik
diambil semua dan jika lebih besar dapat diambil
10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto, 1998).
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah
48 karena jumlah populasi kurang dari 100.
Dengan kriteria inklusi subyek Penelitian: a) ibuibu
yang bersedia menjadi responden, b) ibu-ibu
yang betempat tinggal di Kelurahan Sine Sragen,
c) ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan,
d) ibu-ibu yang bayinya terdaftar di posyandu.
Variabel bebas (independent variabel)
adalah pemberian makanan tambahan. Variabel
terikat (dependent variabel) adalah tingkat
kunjungan ke pelayanan kesehatan.
Pemberian makanan tambahan adalah
memberikan makanan bayi selain AS sebagai
penambah kekurangan AS pada usia kurang dari 6
bulan. Skala : Nominal. Pengukuran pola
pemberian makanan tambahan menggunakan
kuesioner dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak
sebanyak 15 pertanyaan. Pengkatagorian nilai: Ya
diberi nilai 1, Tidak diberi nilai 0
Tingkat kunjungan ke pelayanan kesehatan
adalah frekuensi kunjungan ke pelayanan
kesehatan (puskesmas, mantri, rumah sakit, bidan)
untuk meningkatkan kesehatan bayi selama usia 0-
6 bulan. Skala : Ordinal. Pengukuran tingkat
kunjungan kepelayanan kesehatan menggunakan
wawancara. Pengkatagorian nilai: Sering :
4-6 kali dalam 6 bulan; Sedang : 2 3 kali dalam
6 bulan; Jarang : 1 kali dalam 6 bulan 3. Usia
Dini adalah usia bayi kurang dari empat bulan
(Susanti, 2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang telah terkumpul,
dilakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh memiliki sebaran data yang
normal. Normalitas data diuji menggunakan uji
olmogorov-smirnov dimana kedua variabel
memiliki nilai p sebesar 0, thitung > ttabel
(4,767>2,021) pada taraf signifikansi 5% maka Ho
ditolak. Nilai koefisien korelasi Ran Spearman
adalah bernilai positif 0,575, maka antara
pemberian makanan tambahan dan tingkat
kunjungan ke pelayanan kesehatan memiliki
hubungan positif.
Analisis data pengujian hipotesis dalam
penelitiaan ini menggunakan analisis korelasi
Ran Spearman. Analisis korelasi ini digunakan
untuk mengetahui hubungan antara pemberian
makanan tambahan dan tingkat kunjungan ke
pelayanan kesehatan. . Dari hasil perhitungan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Korelasi Ran
Spearman
rs p Sig Ket.
Hubungan
antara
pemberian
makanan
tambahan dan
tkunjungan ke
pelayanan
kesehatan
0,57 0,000
p<0,0
5
Signifikan
Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.3, September 2008 :113-118
116
Dari hasil perhitungan diperoleh
koefisien korelasi hubungan antara pemberian
makanan tambahan dan tingkat kunjungan ke
pelayanan kesehatan adalah sebesar 0,575.
Setelah diuji signifikansi dengan rumus thitung
diperoleh nilai thitung sebesar 4,767. Karena thitung
> ttabel (4,767 > 2,021) pada taraf signifikansi
5%, maka Ho ditolak. ni berarti ada hubungan
yang signifikan antara pemberian makanan
tambahan dan tingkat kunjungan ke pelayanan
kesehatan.
Nilai koefisien korelasi Ran Spearman
adalah bernilai positif sebesar 0,575, maka
antara pemberian makanan tambahan dan
tingkat kunjungan ke pelayanan kesehatan
memiliki hubungan yang positif. Artinya
semakin tinggi pemberian makanan tambahan
pada usia dini, maka semakin tinggi tingkat
kunjungan ke pelayanan kesehatan.
1. Makanan Tambahan
Pemberian makanan tambahan adalah mutlak
bagi bayi jika diberikan pada usia yang tepat
disamping AS harus tetap diberikan agar bayi
dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Pola pemberian makanan tambahan merupakan
suatu bentuk perilaku ibu dalam memberikan
makanan kepada anaknya, dimana pengetahuan
juga sangat berpengaruh.
Hasil deskripsi menunjukkan bahwa
responden memiliki latar belakang pendidikan
setingkat SD yaitu sebanyak 26 orang atau 54,2%.
Hal ini mengindikasikan bahwa responden belum
mempunyai pengalaman dan responden kurang
mengetahui kesiapan bayi untuk menerima
makanan tambahan, karena kurangnya
pengetahuan ibu. Pengetahuan atau kognitif
berperan penting dalam membentuk perilaku atau
tindakan seseorang. Pengetahuan ibu dapat
diperoleh baik secara internal yaitu pengetahuan
yang berasal dari dirinya sendiri berdasarkan
pengalaman hidup sehari-hari dan eksternal yaitu
pengetahuan yang berasal dari orang lain
(Notoatmojo, 1997).
Pengetahuan gizi yang cukup diharapkan
dapat mengubah perilaku seseorang yang kurang
benar sehingga dapat memilih bahan makanan
yang bergizi serta menyusun menu seimbang
sesuai dengan kebutuhan dan selera. Makanan
tambahan sudah biasa diberikan sangat dini, karena
merupakan kebiasaan untuk memberi makanan
tambahan pada bulan pertama setelah bayi
dilahirkan berupa nasi yang terlebih dahulu
dikunyah oleh ibunya, nasi ulek, pisang dan
sebagainya. Dimana cara memasak, menyimpan,
dan memberikan makanan tidak menghiraukan
kebersihan.
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner
pemberian makanan tambahan dapat diketahui
bahwa responden berpendapat bayi mereka masih
memerlukan tambahan makanan selain AS,
sehingga meski usia belum genap 6 bulan mereka
sudah memberikan makanan tambahan. Hal ini
bertolak belakang dengan pemberian AS eksklusif
sampai 6 bulan pertama. Karena AS adalah
makanan berstandar emas yang tidak bisa
dibandingkan dengan susu formula atau makanan
buatan apapun. Didalam AS terdapat zat
kekebalan yang dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit (Sumarjati, 2004).
2. Tingkat Kunjungan Pelayanan Kesehatan
Bayi usia 6 12 bulan di Kelurahan Sine
sering melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan. Frekuensi kunjungan ke pelayanan
kesehatan yang tertinggi adalah pada kategori
sering yaitu sebanyak 26 orang, kemudian sedang
sebanyak 18 orang, dan jarang sebanyak 4 orang.
Tingginya frekuensi kunjungan ke pelayanan
kesehatan disebabkan oleh seringnya anak-anak
tersebut terserang penyakit karena diare, panas dan
pilek. Sedangkan pelayanan kesehatan yang sering
dikunjungi ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 6
12 bulan adalah Puskesmas yaitu sebanyak 24
orang, rumah sakit 11 orang, bidan 9 orang, dan
praktek dokter 4 orang.
Pemberian makanan tambahan pada usia
bayi belum genap 6 bulan akan menyebabkan bayi
banyak terserang diare, alergi, sembelit, batukpilek,
panas, obesitas dibandingkan bayi yang
hanya mendapat AS eksklusif. Karena pemberian
makanan tambahan dini membuka pintu gerbang
masuknya berbagai jenis kuman apalagi tidak
disajikan higienis dapat menyebabkan diare.
Obesitas disebabkan karena proses pemecahan
sari-sari makanan yang belum sempurna,
sedangkan alergi disebabkan sel-sel disekitar usus
belum siap untuk menerima kandungan dari
makanan sehingga makanan yang masuk dapat
menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi (Tirza,
2005). Reaksi alergi pada makanan bisa tampak
seperti kesulitan pencernaan, tetapi ini mungkin
juga meliputi pilek, ronki kering (wheezing), rewel
dan reaksi pada kulit yang beragam (Anonim,
2006).
3. Hubungan Pemberian Makanan Tambahan
dengan Tingkat Kunjungan ke Pelayanan
Kesehatan
Hasil analisis bivariat dengan rumus korelasi
diperoleh nilai koefisien korelasi Ran Spearman
sebesar 0,575 dengan nilai thitung > ttabel (4,767 >
Hubungan Tingkat Pemberian Makanan Tambahan Pada Usia Dini ... (Murninngsih dan
Sulastri)
117
2,021) pada signifikansi 5%. Artinya terdapat
hubungan positif yang signifikan antara pemberian
makanan tambahan dan tingkat kunjungan ke
pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian makanan tambahan yang terlalu dini
akan menyebabkan gangguan kesehatan terhadap
bayi di kemudian hari.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
bayi yang diberi makanan tambahan sebelum
berumur 6 bulan, akan berakibat pada tingkat
kesehatan yang menurun, sehingga pemberian
makanan tambahan yang berlebihan pada usia dini
akan mengakibatkan gangguan kesehatan di
kemudian hari. Selain diare, panas, pilek diketahui
juga SPA dan dermatitis mengakibatkan
kunjungan kepelayanan kesehatan menjadi sering.
Dimana masa bayi adalah usia yang sangat rentan
terhadap penyakit yang menyebabkan kekebalan
dan sistem imun bayi menurun.
Melalui pengetahuan gizi yang cukup
diharapkan seseorang mengubah perilaku yang
kurang benar sehingga dapat memilih bahan
makanan yang bergizi serta menyusun menu
seimbang sesuai dengan kebutuhan dan selera.
Pengetahuan gizi ibu yang baik, maka dapat
mengetahui akibat adanya kurang gizi.
Pengetahuan gizi dipengaruhi beberapa faktor
antara lain: tingkat pendidikan, faktor ekonomi,
pelayanan kesehatan, dan media masa
(Sumartono,1998).
Pendidikan sangat mempengaruhi
kemampuan penerimaan informasi gizi makanan.
Tingkat pendidikan yang rendah akan lebih kuat
mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan
dengan makanan sehingga sulit menerima
informasi dalam bidang gizi.
Faktor ekonomi sosial budaya menyangkut
tentang makanan berbeda dilihat dari sudut sosial
dan ekonomi bagi orang yang mempunyai
kedudukan sosial yang tinggi, telur, daging, susu
merupakan makanan yang tidak lepas dari
hidangan mereka sehari-hari, tetapi dengan petani
hal tersebut merupakan hal mewah. Pada konsumsi
makanan dalam masyarakat dipengaruhi
pandangan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat..
Melalui pengetahuan tentang gizi dan
pengetahuan tentang pemberian makanan
tambahan yang baik pada ibu-ibu khususnya yang
akan mempunyai bayi dan yang sudah mempunyai
bayi, maka kesehatan bayi lebih meningkat dan
jarang melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah
diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pola pemberian makanan tambahan pada bayi
usia 6 12 bulan di Kelurahan Sine Sragen
berdasarkan hasil penelitia menunjukkan
bahwa makanan tambahan selain AS
diberikan sebelum usia bayi genap 6 bulan dan
seringkali diberikan meskipun bayi baru saja
menyusu.
2. Bayi usia 6 12 bulan di Kelurahan Sine
mayoritas sering melakukan kunjungan ke
pelayanan kesehatan. Kunjungan ke pelayanan
kesehatan termasuk kategori sering yaitu
sebanyak 26 orang, kemudian sedang sebanyak
18 orang, dan jarang sebanyak 4 orang.
Tingginya frekuensi kunjungan ke pelayanan
kesehatan disebabkan oleh seringnya anakanak
tersebut terserang penyakit seperti diare,
alergi, atau kesulitan BAB.
3. Terdapat hubungan positif yang signifikan
antara pemberian makanan tambahan pada
usia dini dengan tingkat kunjungan ke
pelayanan kesehatan. Artinya semakin
tinggi pemberian makanan tambahan yang
terlalu dini akan menyebabkan semakin
tinggi juga tingkat kunjungan ke pelayanan
kesehatan.
Dari beberapa kesimpulan di atas, maka
disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi ibu yang mempunyai balita dianjurkan
agar dalam memberikan makanan tambahan
memperhatikan usia bayi yaitu 6 bulan dan
jenis makanan yang akan diberikan mulai dari
yang encer sampai ke padat secara bertahap
(seperti: bubur, pisang, pepaya, nasi tim).
2. Bagi instansi yang terkait perlu melakukan
sosialisasi tentang makanan tambahan melalui
penyuluhan, pendidikan kesehatan disetiap
posyandu maupun langsung ke masyarakat,
sehingga dapat menambah pengetahuan
khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita.
1. Bagi peneliti berikutnya, perlu penelitian lebih
lanjut tentang makanan tambahan yang terkait
aspek-aspek lain seperti faktor lingkungan,
budayaainya.
2. Bagi penelitian selanjutnya agar lebih cermat
dalam pengambilan data sehingga data yang
diperoleh akan lebih akurat.
Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol . 1 No.3, September 2008 :113-118
118
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta.
Keliat, Anna, B. 1999. Penatalaksanaan Stres. EGC : Jakarta.
Kusmiati. 2003. ubungan Persepsi Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat. Sripsi. (tida
diterbitan).
Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
Purwandari. 2000. Fator-fator yang Mempengaruhi Stres Kerja Perawat di Instalasi Rawat Intensif
RSUP
Dr. Sardjito Yogyaarta, Sripsi, (tidak diterbitkan). PSK. FK. UGM : Yogyakarta.
Purwanto, N. 1985. Pengantar Perilau Manusia untu Keparawatan. EGC : Jakarta.
Rahmat, J. 1993. Psiologi Komuniasi. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.
Singgarimbun, M. 1989. Metode Penenlitian Survai. LP3ES : Jakarta.




















CunaMakan
OUniulmembeiilanienagaaiaueneigi
padaiubulmalllullidupselinggadapai
melalulanaliiviiasnyaselaii-laii.
Oumbeipengaiuidanpelindungiubul
ieiladappenyalii
Oumbeipembanguniubulbailuniul
peiiumbulanmaupunpeibailaniubul.
Oebagaisumbeibalanpengganiisel-
seliuayang usangdimalanusia.



2atG|z|Da|amMakanan
OKavbohidvat
OWak
OPvotWin.
OVitain.
OMinWva!.
OAiv.



uampakClzlkurang
Oaliidanlemaiian
Oeipengaiulpadapeiiumbulan
Oeipengaiulpadapeilembanganinie
leliual
OeipengaiulpadaPioduliiviias



uampakClzlLeblh
Oizilebildapaimenyebablanbeibaga
imacampenyaliidegeneiaiif sepeiii
diabeies, janiung, siiole, dan lanlei.

emlllhan8ahanMaka
nan
OalanMalananumbeiKaibolidiai:
eias, Mie,
OalanMalananumbeiPioiein :

Pioiein Hewani: Dagingsapi,
dagingayam, Ilan, eafood, Telui
Pioiein Nabaii: Kacang-
lacangandanlasilolalnya: Tempe,
Talu,dll
OalanMalanansumbeiViiamin
danMineial : sayuiandanual-bualan








Cara Memlllh8erasyang
berkuallLas8alk
ODICIUMbeiaiomasegai, ieiasyang
bailalanbeiaiomasegaiiidalapel.
ODITERAWANGwainanyajeinil,
iidalbeiwainalusamaiauleluning-luningan.
ODIIHATialadabendaasing, iidaladabaiu,
poionganlaca, plasiic, yang
membalayalanleselaianiubul.
ODIPERIKSAialbanyalpaialannya, beiasyang
bailiidaliapulselinggaiidalmudalpaial.
ODIRASAialmengandungpemuiil,
bilaieiasapaliibeiaiiibeiasieisebuisudaldibeiipemui
il.
ODIBIASalanieiaplaiumaiaubeiaiomasegai,
beiasyang
laiumalanieiapalanieiapbeiaiomasegaimeslipunsu
daldibilasdenganaii.
ODIMASAKalanieiasapulen, beiasyang
bailmenglasillannasiyang pulen, wangi,
danbeiwainapuiilmenglilai.


Cara
MemlllhuaglngSapl
Oeiwainameialieiangaiauceial
OMenglilap, iidalpucai,
daniidalloioi.
Oecaiafisildagingelasiis, sediliilalu,
daniidallembel.
Oiladipegangmasilieiasabasaldanii
dallengleidiiangan.
ODaii segiaioma
dagingsapisangaillas(guiil).



Cara
memlllhuaglngAyam
Obeiwainapuiilsegai,
mempunyaiwainalemalpuiilleluning-
luninganyang meiaiadibawallulii.
Odagingayamyang
bailalanbeibaudagingsegaidaniidalbeibaua
sing.
Odagingayamyang
bailalanelasiisdanlembalisepeiiisemula.
OTidaladaianda-iandamemaiaiauianda-
iandalain yang mencuiigalan.




Cara Memlllhlkan
Oilailanbeisisil,
sisilnyamasilmeialdaial( iapilaii-
laiiladang-
ladangpenjualnyanalansisilyadiieiesiwa
inameial)
OMaianyamasilmenonjolleluai
Oinglas(
jiladagingliiaielandenganjaii,
maladagingnyaalancepailembalinoimal
)
OTidalbauanyiiaiaumenyengai
OTidallelilaianleiing
OTidalbeilendii
ODagingnyaiidalcacai] iusal
Cara MemlllhSayuran
OayuianDaun: daunmasiluiul,
iidalbolong-bolong, wainamasillijau,
baiangdauniidallepasdaiidaunnya,
iidallayu
Oayuianual: sayuianmasilsegai,
bualnyamasiluiul,
iidaladabolongbelasseiangga,
iidalbonyol.
OayuianUmbi: beisildaiiianal,
iidalbolong, umbimasiluiul.

Anda mungkin juga menyukai