Anda di halaman 1dari 7

pengurangan Resiko Bencana Perlu Dukungan Manajemen Pengetahuan

Posted on January 16, 2011 by admin

Pengurangan risiko bencana (PRB)dalam bahasa Inggrisnya disaster risk reduction merupakan aspek penting dalam siklus penanganan bencana. PRB meliputi pelbagai pendekatan dan tindakan yang sistematis untuk mengenali, mengkaji, dan mengurangi risiko yang mungkin timbul akibat kejadian bencana. PRB juga bertujuan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana, seperti kerentanan psikis, sosial, dan ekonomi, sekaligus menangani bahaya-bahaya mungkin muncul akibat kerentanan itu. Untuk membangun tubuh pengetahuan (body of knowledge) tentang PRB, kita perlu mengurai pengetahuan-pengetahuan tentang penanganan bencana yang sudah mulai terkodifikasi. Kodifikasi pengetahuan bencana berarti sejauhmana kita telah mengolah data, informasi, kebijakan, dan kearifan (wisdom) kebencanaan secara terstruktur dan rinci, misalnya (1) sudahkan ada penjelasan tentang perbukitan terjal dengan tanah longsor; (2) gunung berapi dengan efek erupsinya; (3) apa hubungan bantaran sungai dengan peristiwa banjir bandang, dan (4) di mana saja daerah rawan gempa bumi dan apa hubungannya dengan robohnya bangunan dan rumah. Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan dasar-dasar manajemen pengetahuan kebencanaan. Pengatahuan menurut Basuki (2009) berasal dan diterapkan dalam benak yang mengetahui. Di organisasi (dalam arti luas) pengetahuan tersimpan dalam bentuk dokumen, repositori, kegiatan rutin, proses, praktik dan norma organisasi. Pengetahuan itu berbeda dari data maupun informasi. Bila digambarkan dalam rangkaian informasi maka siklusnnya menjadi PERISTIWA > FAKTA > DATA > INFORMASI > PENGETAHUAN > KEARIFAN> PERISTIWA Data merupakan fakta mentah, yang berubah menjadi informasi ketika diolah atau disesuaikan dengan konteks. Informasi menjadi pengetahuan bila diteruskan kepada orang lain serta menambah perbendaharannya. Foskett (1996) mengatakan knowledge is what I know, Information is what we know, i.e. shared knowoledge, Data any fact(s) assumed to be a matter of different observation. Pengetahuan dapat dikelompokkan secara luas ke pengetahuan individual dan pengetahuan organisasi. Pengetahuan individu adalah pengetahuan yang berada dalam benak individu yang bersangkutan. Pengetahuan organisasi adalah pengetahuan yang terbentuk melalui interaksi antara teknologi, teknik dan manusia. Dalam bahasa Nonaka dan Takeuci (1991), pengetahuan terbagi menjadi dua, yaitu pengetahuan eksplisit dan implisit atau terpendam (tacit).

Berbekal pencerahan dari Basuki, masalah pengetahuan PRB merupakan tanggung jawab bersama antara warga yang tinggal di area yang rentan bencana dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam isu penanganan bencana. Kodifikasi atau pembakuan pengetahuan kebencanaan mutlak diperlukan karena penanganan bencana selalu melibatkan banyak pihak. Pertama, kodifikasi pengetahuan dapat dilakukan dengan perbaikan pengetahuan di setiap lembaga, sudah menjadi rahasia umum bila akar permasalahan dalam penanganan bencana juga menyangkut kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh lembaga-lembaga yang menangani bencana. Alih-alih menjadi bagain penyelesai masalah, tak jarang lembaga penanganan bencana menjadi masalah tersendiri saat bencana terjadi. Setelah itu tahap pembauran atau kolaborasi pengetahuan baru mungkin dilakukan. Ini langkah kedua dari pengelolaan pengetahuan. Menurut Prasetyo (2010), antarlembaga bisa bertukar data dan informasi. Proses itu tetap mempertimbangkan rasa hormat terhadap seluruh proses pengumpulan, penyimpanan, dan penyaringan pengetahuan yang dibuat dengan pengetahuan yang sudah dipunyai masyarakat. Lalu, penyebaran pengetahuan dapat dilakukan mengkonsolidasikan jaringan dan infrastruktur pendukung supaya akses dan distribusi pengetahuan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pihak. Pada akhirnya, pemanfaatan pengetahuan sebagai produk akhirnya mendorong pengguna pengetahuan untuk mampu dan mandiri mendukung penyelesaian masalah-masalah yang dihadapinya. Pengetahuan dikembangkan melalui proses pengalaman di mana pengetahuan tersebut dipergunakan. Oleh karena itu PRB harus menjadi bagian terpadu dengan masyarakat.

Masyarakat Wajib Belajar Manajemen Kebencanaan


Satria Nugraha - Okezone

Minggu, 30 Mei 2010 04:01 wib


0 0 Email0

Ilustrasi (Dok. Okezone)


YOGYAKARTA- Indonesia selama ini dikenal sebagai daerah yang rawan dengan berbagai bencana alam, seperti gempa bumi, bajir, hingga tanah longsor. Beberapa kejadian bencana alam yang sempat menelan ribuan korban jiwa meninggal dan ribuan rumah rusak yakni gempa bumi 27 Mei 2006 yang khususnya melanda DIY-Jawa Tengah. Menurut salah satu pengarah dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ir Sarwidi, kondisi tersebut menuntut masyarakat belajar manajemen penanganan kebencanaan. Yogya sebenarnya bisa jadi model dengan penanganan gempa yang cukup bagus. Kesiapsiagaan masyarakat tidak hanya setelah bencana terjadi namun juga sebelum terjadi, ujar Sarwidi di sela-sela International Conference on Sustanable Built Environment (ICSBE): Enhacing Disaster Prevention and Mitigation, di kampus UII, belum lama ini. Ditambahkannya, perubahan paradigma manajemen kebencanaan masyarakat itu dalam aplikasinya nantinya juga masih harus diintegrasikan melalui berbagai disiplin ilmu. Baik ilmu teknik, sosial, keamanan, hingga kesehatan. Diakui Sarwidi untuk menuju masyarakat yang memang benar-benar siap mengenai manajemen kebencanaan masih perlu waktu mengingat UU 24/2007 mengenai Penanggulangan bencana belum lama efektif. Ini memang masih butuh waktu melihat UU Penanggulangan Bencana juga belum lama efektif, katanya. Untuk bisa mengerti mengenai penanganan bencana tersebut selain mengadopsi dari luar negeri bisa juga diambil dari local genius masyarakat setempat.

TDMRC

English Indonesia

RSS Sitemap Contact


To Search, jus

TDMRC Unsyiah Gali Kearifan Lokal Pengurangan Risiko Bencana

TDMRC, Banda Aceh. Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Unsyiah, saat ini menggali lebih dalam informasi terkait kearifan lokal (local wisdom) dalam pengurangan risiko bencana di seluruh kabupaten/kota di Aceh. Setelah tsunami menghantam Samudera Hindia tahun 2004, ada dua kisah sukses yang muncul, yang membangkitkan minat baru pada konsep kearifan lokal. Masyarakat Simeulue yang tinggal di lepas pantai Sumatera, Indonesia dan kaum Moken, yang hidup di Kepulauan Surin di lepas pantai Thailand dan Myanmar samasama memanfaatkan pengetahuan mereka yang diturunkan nenek moyang mereka untuk menyelamatkan diri dari tsunami yang menghancurkan. Kedua kasus tersebut dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi kasus yang paling sering disebut, tetapi masih ada banyak contoh yang belum banyak diketahui umum dari masyarakat-masyarakat yang juga telah memanfaatkan kearifan lokal mereka untuk menyelamatkan diri dari kejadian-kejadian bencana

dan menghadapi kondisi lingkungan hidup yang sulit, ujar seorang Tim Penelusuran Survey Local Wisdom, Hendra Syahputra di Gedung Penyelamatan Tsunami (Escape Building), Samalanga, Biruen, Jumat (17/12). Menurut Hendra, yang juga Content Manager Divisi Knowlewdge Management TDMRC Unsyiah, penerapan kearifan lokal oleh masyarakat ini dalam mengurangi risiko, menghadapi dan menyelamatkan diri dari bencana alam telah memberikan banyak pelajaran berharga bagi para praktisi dan pengambil kebijakan akan pentingnya kearifan lokal bagi pengurangan risiko bencana. Kearifan lokal adalah cara dan praktik yang dikembangkan oleh sekelompok masyarakat, yang berasal dari pemahaman mendalam mereka akan lingkungan setempat, yang terbentuk dari tinggal di tempat tersebut secara turun-temurun. Tertarik Ia menjelaskan, saat ini makin banyak orang tertarik untuk mempelajari hubungan antara kearifan lokal dan bencana alam. Diskusi-diskusi terkini berfokus pada potensi kearifan lokal dalam meningkatkan kebijakan-kebijakan pengurangan risiko bencana melalui integrasi kearifan lokal ke dalam pendidikan kebencanaan dan sistem peringatan dini. Digambarkan, dalam lima tahun terakhir Simeulue, Nias dan Siberut mengalami beberapa kejadian gempa bumi dan tsunami. Pada Desember 2004 tsunami melanda Simeulue dan Nias. Kendati demikian, di Simeulue hanya jatuh sedikit korban bila dibandingkan dengan di daerah lainnya. Laporan resmi pemerintah setempat menyebutkan hanya ada tujuh korban dari keseluruhan populasi yang jumlahnya sekitar 78.000, di mana 95 persen di antaranya hidup di wilayah pantai. Ketika terjadi gempa pada 26 Desember 2004, penduduk Simeulue tahu mereka harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi karena ada kemungkinan terjadi tsunami. Reaksi ini meminimalkan dampak kerusakan akibat tsunami. Selain faktor kearifan lokal, topografi pulau yang berbukit-bukit juga menjadi faktor penting lain memperkecil jumlah korban.
Bencana adalah Wajah Kita TDMRC Unsyiah Gelar Sosialisasi di Provinsi Bengkulu

ACTIVITIES
o o o o o o o o
DIVISI RISET TERAPAN Kerjasama Penelitian Jangka Panjang Tentang Dampak Rehab-Rekon terhadap Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Pasca Tsunami di Wilayah Kecamatan Meuraxa. Training Desain Teknis untuk Pekerjaan Perlindungan Pantai Penelitian tentang Population Data Development for Evacuation Simulation at Meuraxa Sub-Distric di Bawah Payung Kerjasama JICA-JST Proyek Penelitian Percontohan Pengelolaan Risiko Banjir di Wilayah Sungai Terpilih Provinsi AcehIndonesia. Rapid Assessment dalam Pemilihan Sepuluh Kabupaten di Aceh yang Paling Be-Risiko terhadap Bencana, Des 2009 Jan 2010 Workshop tentang Tsunami Modelling. Penelitian Identifikasi Karakteristik dan Kebutuhan Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Topologi Wilayah di Provinsi Aceh DIVISI PENDIDIKAN, TRAINING DAN ADVOKASI Sekolah Siaga Bencana (SSB) di Banda Aceh.

o o o o o o o o o o o o o o

Town Watching Kegiatan Sosial Divisi Pendidikan dan Training TDMRC-UNSYIAH. Siaga Bencana alam dalam Konteks Spiritual. Uji Keterbacaan DIVISI MANAJEMEN PENGETAHUAN Aceh Tsunami Digital Repository (ATDR) Disaster Risk Management Information System (DRMIS) Pusat Informasi Bencana Aceh (PIBA) Data dan Informasi Bencana Aceh (DIBA) DIVISI LAYANAN PROFESIONAL

TSUNAMI IN MEMORY
Photos Kegiatan AIWEST-DR 2008 Tsunami Drill Nasional 2008 2008 Presidential friends Visit Peresmian Gedung TDMRC Meuraxa Rencana Strategis 2009 Training course for members of Canada-Srilanka University Consosrtium for post tsunami recovery n lesson learnt from the 2004 Indian Ocean Tsunami Disaster Rehabilitation and Reconstruction Process in Aceh, 2009

o o

Videos National Tsunami Drill, 2008 The Devastated Wave is Over (Gelombang Maut itu Telah Berlalu) Witness

Home Berita & Kegiatan Tentang TDMRC Kerjasama Kalender Kegiatan Lowongan Kontak Kami

Home

Berita & Kegiatan

Tentang TDMRC

Kerjasama

Kalender Kegiatan

Lowongan

Kontak Kami

2008 All Rights Reserved TDMRC Tsunami and Disaster Mitigation Research Center

Anda mungkin juga menyukai

  • Emergensi Bencana
    Emergensi Bencana
    Dokumen27 halaman
    Emergensi Bencana
    Daryuna Yuna
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen20 halaman
    Bab Ii
    Daryuna Yuna
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Daryuna Yuna
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Daryuna Yuna
    Belum ada peringkat