Anda di halaman 1dari 7

DEKLARASI BKT CRISIS CENTRE LKJK INDONESIA

Proyek Banjir Kanal Timur Jakarta yang telah dimulai sejak tahun 1986 sampai sekarang belum dapat dilaksanakan dengan sepenuh-penuhnya karena dukungan dan pengorbanan warga yang terkena proyek belum sepenuh hati dihormati dan diperhatikan oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan justru rencana dan pelaksanaan proyek Banjir Kanal Timur Jakarta ini telah menimbulkan berbagai masalah yang sangat berat bagi warga yang terkena proyek, baik masalah konstruksi, hukum, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, keamanan dan kenyamanan, juga masalah-masalah lain yang kompleks. Maka dari itu, Lembaga Perlindungan Konsumen Industri dan Jasa Konstruksi (LKJK) Indonesia - dengan ini membentuk lembaga dan tim BKT CRISIS CENTRE berdasarkan hal-hal sebagai berikut : I. KRONOLOGIS 1. Bertempat di ruang rapat Dewan Perwakilan Daerah DKI Jakarta, pada hari Senin 12 Desember 2005 anggota DPD Propinsi DKI Jakarta, Ir. Sarwono Kusumaatmaja, telah memfasilitasi pertemuan antara Suara Warga Terkena B.K.T. (Suwaka Bakti) dengan Lembaga Konsumen Industri dan Jasa Konstruksi Indonesia (LKJK Indonesia), yang pada intinya : a. Pengurus Suwaka Bakti menyampaikan berbagai masalah dan penyimpangan dalam proses pengadaan tanah untuk proyek BKT ;
b. LKJK Indonesia siap melakukan pembelaan setelah warga terkena proyek BKT secara

resmi menyampaikan pengaduan secara tertulis ; dan


c. Ir. Sarwono Kusumaatmadja selaku anggota DPD Propinsi DKI Jakarta mendukung

langkah-langkah yang ditempuh oleh warga dan LKJK Indonesia sebagai LSM yang siap melakukan perlindungan dan pembelaan.
d. Berdasarkan tinjauan langsung LKJK Indonesia bersama warga terkena BKT

di

beberapa lokasi proyek pada hari Selasa tanggal 13 Desember 2005 di lokasi proyek di kawasan Kelurahan Cipinang Besar Selatan, telah ditemukan adanya penyimpangan-

penyimpangan konstruksi dan standarisasi. Penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat membahayakan nyawa dan harta benda warga dan dapat mengarah gagalnya konstruksi BKT.
e. Melalui pengurusnya, warga terkena proyek BKT yang tergabung dalam Suwaka

Bakti, pada hari Rabu 14 Desember 2005 pukul 10.00 WIB, menyampaikan pengaduan resminya kepada LKJK Indonesia, yang pada inti pengaduannya mempertegas berbagai masalah yang sudah disampaikan sebelumnya sekaligus mengundang LKJK Indonesia untuk menghadiri pertemuan rutin bersama perwakilan warga yang terkena BKT yang diselenggarakan pada malam harinya di Sekretariat Suwaka Bakti .
f.

LKJK Indonesia memenuhi undangan tersebut dan yang hadir mewakili adalah Direktur Litigasi, pada intinya seluruh perwakilan warga yang hadir menyampaikan berbagai pelanggaran hukum, pemaksaan-pemaksaan, intimidasi-intimidasi, akhirnya dapat dikatakan BKT ini ternyata sarat dengan masalah hukum, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, keamananan dan kenyamanan, dimana korbannya adalah warga terkena BKT.

g. Berdasarkan Pancasila, khususnya Sila ke dua dan ke lima, UUD 45 (amandemen)

Pasal 28 , UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 46 ayat (1) huruf (b) dan (c) dan Pasal 38 ayat (1) UU 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, maka LKJK Indonesia siap melakukan pembelaan dan perlindungannya.

II. ASPEK HUKUM 1. Dalam pengadaan tanah untuk proyek pembangunan BKT, Pemprov DKI Jakarta telah banyak menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain, yang paling pokok dan mendasar adalah penghormatan terhadap hak atas tanah berdasar pasal 16, 18 dan 27 UU No 5 tahun 1960. 2. Pemprov DKI Jakarta nyata-nyata tidak melaksanakan Perpres No. 36 tahun 2005 dengan benar, khususnya pasal 1 angka 10 dan 11, pasal 2, pasal 3, pasal 7, pasal 8, pasal 9, pasal 12, pasal 13 dan pasal 15.

3. Pemprov DKI Jakarta telah mengabaikan pasal 38 ayat (2) UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

III. ASPEK EKONOMI Karena Pemprov DKI Jakarta dalam memperhitungkan nilai ganti rugi tanah hanya berdasarkan pada Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) saja dan sepihak serta tidak memperhitungkan berbagai resiko yang menjadi beban warga, seperti resiko ekonomi, sosialbudaya, pendidikan dan lain-lain, maka akan muncul masalah-masalah baru yang akan dihadapi warga pasca penggusuran ini, seperti misalnya di bidang ekonomi, yang sangat dirasakan oleh warga terkena BKT adalah pada hilangnya sumber-sumber penghasilan primer maupun sekunder yang selama ini telah dimiliki oleh warga dari berbagai aktivitas usaha yang telah dikelola selama bertahun-tahun dan telah cukup berkembang dan dapat menghidupi, terancam tidak bisa berlanjut apabila warga terpaksa harus pindah demi kelangsungan proyek BKT ini. IV. ASPEK SOSIAL BUDAYA Dampak budaya, dimana tidak diperhatikan oleh Pemprov DKI selaku penyelenggara proyek, bahwa para warga terkena BKT yang kemudian terpaksa berpindah ke tempat lain, memiliki pula masalah adaptasi atau penyesuaian dengan tempat tinggal dan lingkungannya yang baru, yang itu tidak selalu mudah untuk dilakukan, belum apabila diperhitungkan bahwa tempat tinggal yang baru itu letaknya lebih jauh atau lebih terpencil dari tempat tinggal sebelumnya, sehingga berpotensi mengganggu aktivitas keseharian dari para warga yang tergusur ini. Sehingga warga terkena BKT harus pula menanggung biaya-biaya sosial-budaya di lingkungan yang baru. V. ASPEK PENDIDIKAN Dampak pendidikan, dimana warga terkena BKT yang memiliki anak-anak yang masih dalam usia sekolah, akan menghadapi persoalan ketika secara mendadak harus mencarikan sekolah yang baru bagi anak-anaknya, dimana itu juga menjadi problem ekonomi dan sosial sekaligus, karena mencari sekolah baru berarti harus mengeluarkan biaya ekstra seperti uang gedung atau uang masuk, yang sudah diketahui bahwa belakangan ini biaya-

biaya untuk keperluan pendidikan tersebut menjadi semakin mahal dan tak terjangkau, khususnya bagi masyarakat lapisan menengah-bawah. VI. ASPEK KEAMANAN DAN KENYAMANAN Dalam proses pengadaan tanah untuk proyek ini telah terjadi berbagai ancamanancaman, intimidasi-intimidasi. Disamping itu, dalam pelaksanaan penggalian tanah, kontraktor tidak memperhatikan resiko keamanan warga sekitar. yang terkena BKT
VII. RESIKO BIAYA PASCA PEMBAYARAN GANTI RUGI

Maka hal ini sangat

membuat rasa tidak aman dan nyaman bagi warga yang belum sepakat dengan harga tanah

Bagi warga terkena BKT , ketika kemudian terpaksa merelakan tanahnya dilepas untuk keperluan proyek pembangunan ini, ada persoalan serius ketika harus memilih tempat tinggal baru yang memenuhi berbagai kriteria dan standar sebuah rumah tinggal, termasuk kriteria keamanan. Sebagaimana diketahui, sangatlah tidak mudah bagi siapapun di Jakarta ini, untuk mencari sebuah rumah tinggal yang idealkecuali bagi mereka yang betul-betul memiliki banyak uang, karena demikian melambungnya harga rumah dan tanah di Jakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini. Sementara warga terkena BKT ini selama ini sudah bertempat tinggal di kawasan yang relatif cukup strategis dan terjangkau, yaitu di kawasan Jakarta Timur dan Utara, yang betapapun masih berada di wilayah DKI Jakarta. Persoalan akan muncul saat mereka harus mencari rumah tinggal dengan berangkat dari uang ganti rugi yang besarannya sudah dipatok oleh Pemprov, yang berkisar antara 1,5-1,8 juta/m. Dengan perhitungan yang demikian, apalagi bagi warga yang hanya punya 100-150 m/persegi tanah, amat sulit untuk mendapatkan rumah tinggal yang layak, nyaman, aman dan strategis. Konsekuensinya berarti warga hanya bisa mendapatkan rumah tinggal sederhana di kawasan penyangga DKI Jakarta, seperti Bogor, Tangerang atau Bekasi, dengan konsekuensinya segi kenyamanan yang harus dikorbankan, karena rumah tinggal yang masuk kategori seperti RSS (Rumah Sangat Sederhana) biasanya tidak menjanjikan kenyamanan yang cukup bagi penghuninya.

VIII.

TUGAS BKT CRISIS CENTRE 1. Melakukan pengawasan publik atas penyelenggaraan Proyek Banjir Kanal Timur, 2. Atas nama LKJK INDONESIA menyelenggarakan perlindungan dan

pembelaan terhadap masyarakat pada umumnya dan warga yang dirugikan atas Proyek Banjir Kanal Timur Jakarta. Atas aspek konstruksi, hukum dan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. 3. Menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat sehubungan dengan

Proyek Banjir Kanal Timur Jakarta.


4.

Melakukan

litigasi,

legal

standing

dan

upaya-upaya

hukum

dalam

melaksanakan tugasnya menyelenggarakan perlindungan dan pembelaan kepada masyarakat umumnya dan warga yang dirugikan oleh Proyek BKT pada khususnya.

IX.

PENANDATANGANAN DEKLARASI BKT CRISIS CENTRE Tanda Tangan KOORDINATOR Ir. H. Bambang Pranoto, MM, MT WAKIL KOORDINATOR Supriarno, SH DEWAN PAKAR Ir. Edy Sembiring SEKRETARIAT
1. Alfatana Bharayat P, ST 2. Betha Patria Inkantriani, ST 3. Berthine S. Soediono, SH 4. Jonny Budiono, SS 5. Sunarso, S.Pd

..

...

...

... ... ... ... ...

PENGURUS SUWAKA BAKTI


1. Ibrahim Tri Asworo 2. M. Siringo Ringo 3. Atanasia Ismiati 4. H. Jauhari 5. Supriyono 6. Sulasmono

... ... ... ... ... ...

PERWAKILAN WARGA
1. Sigit Moerbyanto 2. Ngadimun 3. Eddy Junaedi 4. Jumakir 5. Panut Rahardi 6. Soib 7. Sukimin 8. Yahudi 9. Sri Djoko 10. Nanang 11. Ida Rahmawati 12. Gindo Hutahaean, SH 13. Jamilus 14. Asmin 15. H. Muhidin Ahmad 16. H. Anhar 17. H. Ahkyar

(Kel. Cipinang Besar Selatan) (Kel. Cipinang Besar Selatan) (Kel. Cipinang Muara) (Kel. Cipingan Muara) (Kel. Pondok Bambu) (Kel. Pondok Bambu) (Kel. Duren Sawit) (Kel. Duren Sawit) (Malaka Sari) (Malaka Sari) (Malaka Sari) (Malaka Sari) (Kel. Pondok Kopi) (Kel. Pondok Kopi) ( Kel. Pulo Gebang) (Kel. Pulo Gebang) (Ujung Menteng)

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Anda mungkin juga menyukai