Dari Redaksi
Salam Demokrasi! Selamat datang GELORA, Suara Perjuangan Mahasiswa. Mulai Desember 2007, GELORA hadir untuk menggantikan buletin PERLAWANAN. Berubahnya nama buletin tidak muncul dengan tibatiba, namun berangkat dari usulan anggota-anggota di organisasi serta pembaca-pembaca yang selalu setia terhadap buletin PERLAWANAN. Banyak anggota yang mengeluhkan, ketika hendak mendistribusikan buletin PERLAWANAN kepada mahasiswa secara luas menjadi terhambat. Hal ini dikarenakan massa mahasiswa merasa takut duluan melihat judul buletin kita sebelum membaca atau tahu isinya. Judulnya saja seram, apalagi isinya?, kalimat tersebut yang banyak terungkap selama ini. Artinya, aspek propaganda yang berusaha kita sajikan melalui tulisan-tulisan dalam buletin, menjadi terkendala hanya karena sebuah nama. Sehingga dalam Pleno IV Dewan Pimpinan Pusat FMN disepakati untuk mengganti nama buletin bulanan nasional FMN. Secara esensi, buletin ini akan berupaya tampil dengan kualitas yang lebih baik dan mampu meneruskan buletin PERLAWANAN yang telah hadir sebelumnya. Bertepatan dengan akhir tahun 2007, edisi perdana GELORA akan menghadirkan catatan akhir tahun FMN atas problematika dunia pendidikan dan perjuangan mahasiswa selama kurun waktu satu tahun ini. Hal ini juga dilengkapi dengan kaledoskop aksi-aksi massa dalam satu tahun ini, untuk menyegarkan kembal ingatan kita akan perjuangan-perjuangan massa mahasiswa dalam tahun 2007. Tidak hanya sektor mahasiswa, catatan akhir tahun juga akan diisi dengan wawancara tentang refleksi perjuangan serta harapanharapan untuk tahun 2008 dari organisasi massa rakyat. Aksi-aksi di kampus yang tetap marak, termasuk aksi nasional memperingati hari HAM Internasional 10 Desember dan penyikapan United Nation Forum on Climate Change Conference di Bali, 3-14 Desember juga hadir dalam liputan perdana ini. Tentu saja tidak tertinggal berita-berita terkini dari dalam dan luar negeri. Kami juga menyajikan beberapa rubrik terbaru yaitu Kamus GELORA dan Karya Massa. Kamus GELORA ditujukan untuk lebih menjelaskan beberapa istilah ekonomi, politik dan budaya ataupun istilah-istilah perjuangan yang digunakan. Sementara Karya Massa adalah tulisan dari anggota-anggota FMN yang diangkat redaksi sebagai upaya lebih menggiatkan tradisi ilmiah di organisasi. Terakhir, redaksi juga mengucapkan Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2008. Ditengah krisis ekonomi dalam negeri yang semakin tajam, juga bencana alam yang terus terjadi hendaknya kita tidak merayakan Natal dan Tahun Baru tersebut dengan menggelar pesta pora ala borjuasi. Sebaliknya, akan jauh lebih bermanfaat jika kita mampu berkaca melihat kembali ke belakang kesalahan dan kekurangan yang telah kita lakukan untuk kemudian bekerja maksimal memperbaikinya. Sehingga kita akan menatap tahun yang baru dengan semangat untuk terus bekerja meningkatkan kualitas perjuangan massa! Selamat menikmati. Dari Redaksi :
Daftar Isi
Fokus : Hal 1 Privatisasi dan Komersialisasi Pendidikan Merajalela, Demokratisasi Kampus Dihambat Agenda : Hal 3 Perhebat Lagi Perjuangan Massa Kita, Lahirkan KampusKampus Stabil dan Terus Bertalian Erat dengan Rakyat Kaledoskop : Aksi-Aksi Massa Kampus Tahun 2007 Hal 5
Gelora Kampus : Hal 8 Unsoed Bergejolak, Mahasiswa Bergerak Menolak Sumbangan POM Karya Massa : Kampusku Melarang Karya Ilmiahku Gejolak Massa : Terus Berjuang Menuntut Hak-Hak Demokratis Hal 9
Hal 10
Rakyat Bicara : Hal 11 Wawancara khusus dengan Sekjend PP AGRA Erpan Paryadi tentang Refleksi Perjuangan Rakyat Solidaritas Internasional : Hal 12 Berita Baik Dari Nepal (Liputan Khusus Kamp Pemuda ASA) Kamus GELORA : Kamus Imperialisme Hal 13
Budaya : Hal 14 Menyambut Tahun baru 2008 :Bukan Larut Dalam HuraHura, Tapi Kembangkan Sikap Hidup Sederhana dan Setia Melayani Massa
Diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional Penanggung Jawab : Ridwan Lukman Pimpinan Redaksi : Oki Firman Febrian Dewan Redaksi : Ridwan Lukman, Oki Firman Febrian, M. Burhanuddin, Nur Shohib Anshary, Ahmad Fredy. Design dan Layout : Aswad Arsyad Koresponden : Wita Andrika (Medan), Umi Syamsiatun (Jambi), Sapta Putra Wahyudi (Palembang), Merwanda Yusandi (Bandar Lampung), Ucok Irfan (Jakarta), Dewi Amelia Eka Putri (Bandung), Natilah Coriah (Garut), Arif Nur Alam (Purwokerto), Lukman Aryo Wibowo (Wonosobo), Yogo Daniyanto (Jogjakarta), Heri Suprianto (Jombang), Triana Kurnia Wardani (Malang), Isnaini (Surabaya), Afandi (Lamongan), Nandang Risadhe Astika (Denpasar), Mario Kulas (Mataram), Zainul Kirom (Lombok Timur), Iwan Lamangga (Palu), Robby (Kalbar) Alamat Redaksi : Kp. Jawa Rawasari Gg. J RT 011 RW 09 No 34B Kecamatan Cempaka Putih-Jakarta Pusat Telepon : 0815 5363 3082 Email : gelorafmn@gmail.com Rekening : No. Rek 0005485263 BNI Cab. UI Depok atas nama Seto Prawono Redaksi menerima saran, kritik dan sumbangan tulisan berupa naskah, artikel, berita serta foto jurnalistik yang tidak bertentangan dengan KONSTITUSI FMN. Tulisan ditulis pada kertas kwarto, spasi satu setengah, huruf times new roman 12, diutamakan dalam bentuk Microsoft word, dan dikirim via email bulletin GELORA atau alamat redaksi GELORA
gelora
Fokus
mendanai pendidikan. Sekolah atau perguruan tinggi dibebankan mencari sendiri sumber pendanaan dari pihak lain termasuk investor asing sekalipun. Hal itu tentu akan semakin memberatkan mahasiswa yang menjadi sumber utama pembiayaan perkuliahan. Antara tahun 2004-2006, 3 perguruan tinggi negeri (PTN) yang telah berstatus BHMN (UI, ITB dan IPB) menarik pendanaan terbesar yang berasal dari mahasiswa sebesar Rp 1.377.814.011.967. Dimana sumber terbesar berasal dari jalur non reguler/non SPP yaitu Rp 1.052.192.020.468. Sementara subsidi pemerintah hanya berkisar Rp 1.050.304.115.983. Tercatat dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini, biaya kuliah mengalami kenaikan drastis. Untuk masuk UI saja, harus membayar 5-25 juta rupiah. Pertanyaannya, mampukah seorang buruh di Jakarta dengan upah Rp 972.604,80 per bulan atau buruh tani di pedesaan yang rata-rata menerima upah Rp 15.000-20.000 per hari menguliahkan anaknya di universitas bergengsi dengan biaya yang sedemikian besar tersebut? Salah satu faktor vital dalam Perguruan Tinggi yaitu Majelis Wali Amanat (MWA) atau Komite Sekolah tidak berperan demokratis. Dalam MWA, tidak ada perwakilan mahasiswa. Padahal MWA adalah penentu segala kebijakan perguruan tinggi dimana pihak-pihal yang berinvestasi juga duduk di dalamnya. Artinya mahasiswa sebagai penyumbang terbesar bagi pendanaan kampus, tidak dipandang sama sekali. Begitu pun Komite Sekolah. Perwakilan orang tua murid hanya jadi pelengkap semata di dalamnya. Sementara nasib guru, dosen dan karyawan semakin terancam akibat akan dijadikan pegawai/karyawan BHP dan diperlakukan dengan sistem kerja kontrak. Soal lainnya, ancaman gulung tikar bagi kampus-kampus dan sekolah kecil yang kalah bersaing hingga komersialisasi asset-aset atau fasilitas pendidikan yang seharusnya digunakan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan di kampus dan sekolah. Salah satu upaya tindakan nyata rejim SBY-Kalla menelantarkan dunia pendidikan dengan tidak merealisasikan anggaran pendidikan 20 persen sesuai amanat UUD 1945. Sejak berkuasa rejim SBY-Kalla tidak pernah mengalokasikan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN. Tahun 2007, alokasi anggaran pendidikan hanya sebesar 12,3 persen dari total 800 triliun belanja negara. Untuk tahun 2008, Jusuf kalla mengatakan bahwa anggaran pendidikan yang akan dialokasikan adalah Rp 65 trilliun (Tempo,10/9/2007). Jika angka ini dikurangi dengan dana alokasi
gelora
umum, dana alokasi khusus dan dana perimbangan lainnya, anggaran pendidikan tahun 2008 sesungguhnya hanya Rp 55 trilliun. Ini jelas membantah pernyataan pemerintah bahwa alokasi anggaran pendidikan akan dinaikkan tiap tahun. Belum lagi alokasi dari dana itu sendiri yang belum tentu sepenuhnya untuk membantu operasional pendidikan seperti pengadaan buku, gedung sekolah dan sebagainya. Mengingat dana-dana yang digunakan selama ini justru lebih banyak terkuras untuk biaya konsultasi, pengawasan ataupun pendidikan kedinasan. Sangat wajar jika Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) termasuk dalam salah satu lembaga terkorup di Indonesia. Ruang investasi asing terus diperluas dengan berbagai cara seperti program kampus entrepreneurship, research university hingga world class university dimana Bank Dunia (World Bank/ WB), Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) serta negara-negara eksportir jasa pendidikan seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Inggris, Jerman yang akan diuntungkan. Termasuk makin masifnya kerjasama dengan pihak-pihak perusahaan milik asing ataupun komprador dalam negeri baik untuk penelitian, jasa bank, internet dan sebagainya. Beberapa kenyataan ini setidaknya bisa memberikan kesimpulan singkat di tahun 2007, rejim SBY-Kalla semakin melanggengkan politik privatisasi dan komersialisasi pendidikan. politik ini telah mengakibatkan hak-hak dasar rakyat Indonesia utamanya pemuda dan mahasiswauntuk mengenyam pendidikan semakin terbatas. Demokratisasi Kampus Semakin Dihambat Bagaimana dengan proses demokratisasi di kampus? Rejim SBY-Kalla juga menerapkan politik anti demokrasi sepanjang tahun 2007 ini dengan terus menghambat kehidupan demokratisasi di kampus melalui kebijakan negara ataupun aparatus pendukungnya di kampus. Kebebasan mimbar akademis, kebebasan berkumpul, berpendapat dan berorganisasi terus dikekang dan dihambat. Ruang-ruang perdebatan ilmiah terus dikerangkeng, dimana mahasiswa tidak diberikan kesempatan lebih leluasa untuk melakukan kritik dan bersuara.
Misalnya, seorang anggota FMN dari Universitas HKBP Nomansen Medan yang melakukan penelitian tentang kondisi psikologi buruh akibat hubungan industrial yang ada ditolak hasilnya dengan alasan akan membuat perusahaan merugi karena akan hasil penelitian tersebut akan membangkitkan kesadaran buruh untuk melawan perusahaan. Masih terus juga ditemui mahasiswa-mahasiswa kritis diancam mendapatkan nilai jelek ataupun skorsing. Dosen atau guru besar selalu menutup diri akan perdebatan terbuka untuk hal-hal kritis yang dinilai tidak sesuai dengan teori yang dipelajari. Aliran positifisme ilmu sangat kental di kalangan akademisi di Indonesia yang menyekat ilmu dalam kajian-kajian sempit semata. Kampus juga semakin tertutup dari kajian-kajian ilmiah tentang realitas masyarakat Indonesia. Kajian-kajian tentang nasib buruh, kaum tani atau rakyat Indonesia secara umum dan eksplisit dilarang di kampus. Kebebasan berkumpul, berserikat dan berpendapat juga terus dikekang. Tiga orang mahasiswa ITS di skorsing 2 semester, karena menggelar seminar jalanan di ITS yang mengkritisi Kampus karena diduga turut andil dalam penyelesaian tragedi lumpur panas Lapindo. Dalam setahun ini aksi-aksi dan aktifitas FMN di berbagai kampus secara mayoritas mendapatkan represi baik tindakan kekerasan secara langsung, initimidasi hingga ancaman DO. Rejim SBY-Kalla juga menerapkan politik NKK/ BKK jilid II dengan tetap mempertahankan SK Dirjen Dikti No 026/2002 yang melarang organisasi massa mahasiswa beraktivitas di dalam kampus. Tragisnya lagi ternyata pemerintah tidak mau ikut bertanggung jawab ketika muncul persoalan yang demikian. Pihak Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) misalnya selalu berucap itu wewenang kampus karena adanya pemberlakuan otonomi kampus atau serahkan saja prosesnya pada hukum. Hal ini semakin menegaskan bahwa pemerintah SBY-Kalla memang membiarkan demokratisasi kampus semakin terhambat. Keluar Dari Krisis, Kobarkan Perjuangan Massa di Kampus Salah satu karakter dari negeri setengah jajahan dan setengah feudal seperti Indonesia akan selalu ditandai dengan situasi krisis yang semakin tajam. Artinya penderitaan yang dialami rakyat akan semakin berat, berbagai persoalan sosial ekonomi akan kian membebani rakyat. Hal ini akan mendorong protes dan perlawanan rakyat yang kian berani dan kian meningkat. Hal yang sama juga akan terjadi di dalam dunia pendidikan, kebijakan kampus pasti akan kian memberatkan yang mengakibatkan beban yang dipikul mahasiswa semakin berat. Hal ini pula yang sesungguhnya telah mendorong bangkitnya perjuangan massa mahasiswa di kampus-kampus dalam kurun waktu tahun 2007 ini. Bagaimanapun kita tidak bisa terus membiarkan krisis ini semakin tajam. Tentu kita tidak berharap anak cucu kita atau generasi penerus nanti akan mengalami nasib yang sama dengan kita yang berhadapan dengan mahalnya biaya pendidikan dan perampasan atas hak-hak pendidikan lainnya. Kita tetap harus berupaya sekuat mungkin untuk keluar dari krisis ekonomi yang semakin tajam ini guna membawa gerbang baru bagi kedaulatan dan kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia. Untuk keluar dari krisis tersebut, mengobarkan perjuangan massa menjadi jawaban yang paling tepat. Sejarah manapun membuktikan perubahan politik ataupun sosial yang penting dilalui melalui perjuangan massa. Tanpa perjuangan massa tentu tidak akan ada proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Perjuangan massa ini bukan hanya milik mahasiswa tetapi rakyat Indonesia secara umum. Desa-desa, pabrikpabrik, perkotaan hingga kampus-kampus harus berkobar perjuangan massa. Perjuangan massa ini setahap demi setahap dilakukan dari tuntutan-tuntutan sosial ekonomi hingga tuntutan politik, dari kampus hingga pemerintah pusat, dari soal SPP, fasilitas hingga tuntutan anggaran atau penolakan BHP. Semua itu harus kita lakukan bersama agar kita bisa keluar dari krisis yang semakin membuat terjepit setiap hari. Sekali lagi kobarkan perjuangan massa, gapailah hak-hak kita!
gelora
Agenda
Perhebat Lagi Perjuangan Massa Kita, Lahirkan KampusKampus Stabil Dan Terus Bertalian Erat dengan Rakyat
(Refleksi FMN Atas Gerakan Massa Mahasiswa Tahun 2007)
Ridwan Lukman Sekjend PP FMN Tahun 2007 adalah tahun yang penuh gejolak. Bukan saja gerakan protes rakyat yang semakin meluas, tetapi gerakan mahasiswa di kampus-kampus juga mulai bangkit memperjuangkan hak-haknya. Apa pelajaran dari itu semua bagi kita untuk memajukan terus perjuangan massa serta pembangunan organisasi?
i tengah krisis umum imperialisme yang telah membawa rakyat Indonesia ke dalam jurang krisis ekonomi yang semakin dalam, kita menemukan sebuah kenyataan rakyat Indonesia tidak lagi diam melihat perampasan hak-hak dasar rakyat yang dilakukan rejim boneka imperialisme SBY-Kalla. Gerakan pemuda dan mahasiswa juga tidak tinggal diam, sebuah pertanda baik bagi arah perubahan di negeri ini. Hak Mahasiswa Dirampas, Kampus Bergelora Privatisasi pendidikan yang semakin bergulir kencang dan telah melahirkan praktek komersialisasi pendidikan yang menggila serta pemberangusan terhadap demokratisasi kampus dalam hal kebebasan mimbar akademik, kebebasan berekspresi, berpendapat dan berorganisasi, telah melahirkan kebangkitan gerakan massa mahasiswa di kampus-kampus sepanjang tahun 2007 ini. Dalam catatan FMN, aksi-aksi kampus yang berlangsung sepanjang tahun 2007 menunjukkan angka peningkatan. Dalam aksi-aksi yang digelorakan di kampus ini, terdapat aksi-aksi massa yang berhasil memenangkan tuntutan perjuangannya. Disisi lain, aksi-aksi yang digelorakan juga mendapatkan represi yang cukup keras dari birokrat kampus. Di antara perjuangan-perjuangan yang dilakukan ini, perjuangan massa di IKIP Mataram merupakan salah satu perjuangan massa di kampus yang berlangsung cukup lama dan sengit. Perjuangan massa di IKIP Mataram berlangsung sejak pertengahan 2006 hingga April 2007. Dikatakan sengit, karena aksi-aksi mahasiswa di IKIP Mataram harus berhadapan dengan tembok kekuasaan Yayasan Pembina IKIP Mataram dan Rektor bejat Said Ruphina yang berupaya meredam aksi mahasiswa dengan berbagai cara-cara kekerasan intimidasi, ancaman DO, hingga pembunuhan seperti yang dialami almarhum M. Ridwan. Harus diakui, FMN memiliki peranan besar terkait bangkitnya aksi-aksi kampus sepanjang tahun 2007. Memang demikianlah langkah yang harus kita lakukan. Di mana kehendak massa semakin bergejolak untuk menuntut suatu hal bagi perbaikan nasibnya di kampus, tugas FMN sebagai ormas mahasiswa patriotis, demokratis dan militan memang harus bersama dengan massa menggelorakan perjuangan massa. Secara umum, aksi-aksi massa di kampus masih dalam batasbatas tuntutan hak-hak normatif atau sosial ekonomis, walaupun di beberapa kampus muncul beberapa aksi menuntut perubahan politik di kampus seperti IKIP Mataram, UISU Medan ataupun UNDAR Jombang. Aksi-aksi yang berlangsung juga belum meningkat kepada tingkat yang lebih maju yaitu disasarkan kepada rejim boneka imperialis AS SBY-Kalla yang paling bertanggung jawab atas perampasan hak-hak mahasiswa di kampus-kampus dan hak-hak rakyat Indonesia secara umum. Bergeloranya kembali aksi-aksi massa di kampus dan peran aktif FMN dalam pengobaran perjuangan massa tersebut, adalah suatu keberhasilan awal dari kebangkitan kesadaran massa mahasiswa akan penghidupannya yang semakin terancam dan ke depan menjadi tugas penting bagi FMN untuk belajar dari kelemahan-kelemahan sebelumnya untuk lebih memajukan lagi perjuangan massa mahasiswa di kampus-kampus dan pembangunan basis-basis di kampus. Terus Berjuang Bersama Rakyat Selain bangkitnya gelora perjuangan massa di kampuskampus, tahun 2007 juga dilalui dengan bergejolaknya seluruh penjuru negeri ini dengan aksi-aksi protes rakyat menuntut hak-
haknya yang dirampas rejim SBY-Kalla baik dari gerakan massa klas buruh, kaum tani dan kekuatan rakyat lainnya. Hal ini harus kita pandang sebagai raihan positif dari perkembangan gerakan massa rakyat secara umum, meskipun aksi-aksi yang berlangsung secara mayoritas bersifat aksi-aksi spontan. Di mana aksi-aksi tersebut hanya sebatas menyikapi persoalan yang sedang mengemuka dan belum memiliki perspektif politik yang lebih jauh, sehingga aksi-aksi tersebut dalam waktu singkat cepat meredam. Di sisi lain, bangkitnya gerakan massa rakyat Indonesia menunjukkan sebuah kenyataan bahwa rejim SBY-Kalla sudah tidak bisa membawa rakyat dan bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang semakin tajam. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa rakyat semakin marah dan berani menentang kekuasaan rejim SBY-Kalla, meskipun masih dalam batas-batas tuntutan hakhak reform dan aksi-aksi spontanitas. Tapi inilah potensi besar bagi perjuangan ke depan untuk ditingkatkan lebih maju hingga lahirnya krisis politik yang akan membuka syarat-syarat baru bagi perubahan di negeri ini. Di balik bangkitnya gerakan massa rakyat Indonesia, FMN tetap turut ambil bagian dalam perjuangan rakyat secara umum. Hal ini kita lakukan atas dasar kesadaran bahwa mahasiswa sebagai bagian dari kekuatan rakyat yang sama-sama tertindas dan terhisap oleh imperialisme dan feodalisme di bawah kekuasaan rejim boneka imperialis AS SBY-Kalla. Untuk itu, kita selalu bersama-sama berjuang dengan rakyat tertindas di Indonesia menuntut hak-hak rakyat sekaligus menentang kekuasaan rejim SBY-Kalla yang anti rakyat, anti demokrasi dan pro imperialis. Kita menyadari bahwa perjuangan mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan yang ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada rakyat, tidak akan bisa dicapai tanpa dukungan penuh dari rakyat utamanya dari klas buruh dan kaum tani sebagai kekuatan pokok perubahan di negeri ini. Akan tetapi, kita perlu melangkah lebih maju lagi dengan mendorong pertalian erat yang kuat antara mahasiswa dan rakyat tertindas Indonesia. Kita harus lebih konkret mengabdikan diri dengan kegiatan-kegiatan pelayanan terhadap rakyat seperti pengajaran, pelayanan kesehatan, kegiatan-kegiatan kebudayaan dan olahraga, membantu pembangunan fasilitas-fasilitas umum seperti MCK yang itu semua tidak diberikan oleh rejim boneka imperialis AS SBY-Kalla. Tahun 2008 : Tahun Pengobaran Perjuangan Massa Berangkat dari kenyataan di atas, bahwa tahun 2007 telah menunjukkan bangkitnya gejolak perjuangan massa dari seluruh lapisan massa rakyat dan aksi-aksi yang dilakukan masih dalam batas-batas tuntutan reform serta bersifat spontanitas, adalah keniscayaan bagi kita untuk memecahkan tingkat perjuangan yang saat ini berkembang lebih maju menjadi aksi-aksi massa yang lebih terdidik dan terorganisir serta memiliki perspektif untuk lahirnya perubahan politik di negeri ini. Tahun 2008 adalah tahun dimulainya konsolidasi politik kalangan klas-klas penguasa dalam negeri, dan tentu patut mendapatkan perhatian kita. Konsolidasi-konsolidasi politik yang akan dilakukan tersebut tentu akan berdampak bagi rakyat dengan upaya-upaya yang mereka lakukan untuk mengaburkan persoalan konkret yang sedang dihadapi rakyat. Mereka tentu mulai akan berkampanye mengumbar janji politik untuk meraih dukungan rakyat dengan harapan rakyat larut dengan hal tersebut, sehingga lupa akan persoalan yang terjadi dan tentu saja akan perlahanlahan meredam kebangkitan gerakan massa rakyat.
gelora
perjuangan, lahirnya lapisan aktifis massa Disinilah penting bagi kita militan, badan pimpinan organisasi yang memperhatikan hal ini. Dengan keyakinan semakin solid hingga rekrutmen anggota bahwa kekuatan massa-lah yang akan yang semakin membesar dan meluas. merubah keadaan negeri ini dan tugas Ini semua sebagai upaya kita untuk untuk meningkatkan gerakan massa ke melahirkan Kampus Stabil di seluruh basistingkat yang lebih maju, sehingga tahun basis kampus FMN di seluruh penjuru negeri. 2008 tidak lain bagi kita adalah tahun Semakin banyak kita melahirkan kampuspengobaran perjuangan massa. Tahun kampus stabil, semakin memberikan yang harus kita warnai dengan aksi-aksi sumbangsih bagi massa mahasiswa dan massa di kampus-kampus. Tentu pula perjuangan massa mahasiswa. Kampus tahun yang harus disemarakkan dengan Stabil adalah jaminan semakin meluasnya aksi-aksi massa klas buruh, kaum tani, pengaruh politik demokrasi nasional di kaum perempuan dan kekuatan rakyat Aksi massa dikampus terus bangkit dan bergelora kampus, perjuangan massa yang terus lainnya, tentu saja dengan aksi-aksi massa bergelora, lahirnya lapisan aktifis massa dan organisasi yang semakin yang lebih terdidik dan terpimpin. besar dan berakar kuat di tengah massa dengan langgam kerja kita. Dengan demikian, FMN sebagai bagian dari gerakan massa rakyat di Indonesia juga harus mengupayakan agar di tahun 2008 gelora perjuangan massa di kampus-kampus dan perjuangan Terus Menjaga Pertalian Erat Dengan Rakyat bersama rakyat tertindas semakin berkobar di segala penjuru negeri Kita juga menyadari bahwa seluruh rakyat Indonesia baik buruh, ini. Hanya itulah jawaban atas situasi konkret yang saat ini terjadi. kaum tani, pemuda dan mahasiswa, pelajar, kaum perempuan, kaum minoritas hingga suku bangsa terasing, berada dalam situasi Perhebat Lagi Perjuangan Massa, Lahirkan Kampus Stabil penindasan serta penghisapan imperialisme dan feodalisme yang Sudah setahun ini kita terus berupaya menggelorakan kembali saat ini berada dalam genggaman kekuasaan rejim SBY-Kalla. Atas perjuangan massa di kampus-kampus dan itu kita akui telah cukup dasar itulah, kita terus mendorong organisasi bukan hanya bertalian memberikan kontribusi bagi massa dan organisasi. Selain tuntutanerat dengan massa mahasiswa, tetapi juga dengan rakyat tertindas tuntutan massa yang mampu dimenangkan, di internal kita juga di Indonesia. berdampak bagi mulai lahirnya aktifis-aktifis massa yang militan. Upaya-upaya itu kita lakukan dengan perjuangan-perjuangan Satu hal yang semakin membuktikan bahwa perjuangan massa bersama yang kita lakukan dengan rakyat di satu sisi. Di sisi lain, adalah rahim yang sanggup melahirkan pimpinan dan aktifis-aktifis kita juga melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan terhadap rakyat massa militan. atau tiga Sama (3 S). Kita sadar sebagai borjuasi kecil, mahasiswa Kita juga telah melakukan analisa atas situasi umum pendidikan sehari-hari hidup dalam menara gading bernama kampus. Untuk di Indonesia yang menandaskan bahwa privatisasi dan itulah, mendekatkan diri dan menyelami kehidupan rakyat utamanya komersialisasi semakin menggila serta demokratisasi kampus yang klas buruh dan kaum tani menjadi jawaban untuk mengikis akar terus dihambat. Dengan demikian, soal-soal perampasan hak-hak borjuasi kecil kita. mahasiswa di kampus pun akan semakin massif terjadi, apalagi Organisasi harus mulai memecahkan kebuntuan-kebuntuan dalam tahun 2008 RUU BHP akan disahkan. Artinya, rejim SBYdalam upaya kita bertalian erat dengan rakyat. Program 3 S harus Kalla dan aparatus pendukungnya melalui jajaran rektor dan mulai kita jalankan setahap demi setahap di pedesaan ataupun pengelola kampus lainnya terus membiarkan nasib pemuda dan perkotaan. Kegiatan-kegiatan pelayanan terhadap rakyat harus lebih mahasiswa di Indonesia semakin terlantar. dikonkretkan dalam melaksanakan aktifitas 3 S. Dengan itulah, kita Itu juga tanda bahwa rejim SBY-Kalla dan aparatus akan lebih bisa bertalian erat dengan rakyat. pendukungnya di kampus telah mengajak kita berperang melawan Di kampus, banyak potensi dari mahasiswa yang bisa kita gali dirinya. Mau tidak mau ajakan tersebut harus kita sambut, karena dan berdayakan untuk mendukung aktifitas pelayanan terhadap jika kita biarkan tidak akan ada perubahan bagi nasib pemuda dan rakyat di pedesaan dan perkotaan. Mahasiswa-mahasiswa jurusan mahasiswa di Indonesia. Dengan demikian, sudah menjadi tugas pendidikan, kesehatan, teknik, pertanian sangat berarti tenaganya dan keniscayaan bagi FMN bahwa pengobaran perjuangan massa dalam melakukan aktifitas-aktifitas pelayanan seperti pengajaran, di kampus adalah jawaban atas ajakan di atas. Aksi-aksi massa di pelayanan kesehatan, dan pembangungan fasilitas-fasilitas umum. kampus akan terus kita gelorakan dan dimajukan ke tingkat Di sisi lain, pertalian erat itu juga kita konkretkan dengan semakin perjuangan massa yang lebih maju. Dari mulai menuntut soal-soal mempererat kerjasama-kerjasama politik melalui perjuangan konkret di kampus hingga tuntutan-tuntutan politik di kampus ataupun bersama dengan kekuatan klas buruh, kaum tani dan rakyat tertindas terhadap rejim SBY-Kalla. lainnya. Sebagai gerakan massa di perkotaan, kita harus berperan Tentu saja aksi-aksi massa di kampus tersebut harus dilakukan mendukung perjuangan kaum tani di pedesaan. Ambil contoh melalui aksi-aksi massa terdidik dan terorganisir. Artinya, sebuah bagaimana memprotes tindakan terhadap kekerasan yang dialami perjuangan massa yang memang dipersiapkan dengan matang dan kaum tani dengan melakukan aksi-aksi protes di perkotaan. Selain dijalankan dengan pengorganisasian pekerjaan yang solid dan itu, kita harus menopang perjuangan klas buruh di perkotaan. Ketika terukur. Upaya-upaya kita dalam membangkitkan, sebuah pabrik meletus perjuangan massa, kita harus mengerahkan menggorganisasikan hingga menggerakkan massa mahasiswa tenaga dan menggalang dukungan luas untuk menggalang dukungan untuk berjuang harus kita siapkan dan dijalankan dengan sungguhpolitik ataupun logistik di kampus dan perkotaan untuk kebutuhan sungguh. Kita harus mencengkam serat-eratnya hal ini, sehingga perjuangan klas buruh. tidak lepas satupun dari tangan kita. Tenaga dan pikiran kita benarDi samping itu, kita juga harus mengenalkan secara langsung benar harus dicurahkan untuk ini semua. kepada massa mahasiswa di kampus tentang realitas ketertindasan Sekecil apapun persoalan di kampus dan menjadi problem bagi rakyat Indonesia. Bagaimana menjadikan kampus dipenuhi dengan massa mahasiswa di kampus, harus kita jadikan letupan bagi mimbar-mimbar akademis seperti diskusi terbuka, seminar bahkan perjuangan massa. Rektor-rektor bejat dan jajaran-jajarannya yang panggung rakyat tentang kehidupan klas buruh, kaum tani dan rakyat terus menjadikan mahasiswa sebagai sapi perahan bagi keuntungan Indonesia secara umum. Sehingga kampus memang bisa menjadi dirinya, harus menjadi sasaran pemblejetan politik kita dalam benteng pertahanan perjuangan rakyat. perjuangan massa yang dilakukan, termasuk rejim SBY-Kalla yang Itulah pertalian erat antara kita dan mahasiswa. Semua ini harus menjadi pokok persoalan pemuda dan mahasiswa. kita lakukan sebagai wujud pengabdian kita terhadap rakyat Indonesia. Dengan semakin berkobarnya perjuangan massa di kampus Dan itulah beberapa pokok pandangan tentang refleksi perjuangan lewat aksi-aksi massa yang terdidik dan terorganisir, kita akan massa akhir tahun 2007. Mari Perhebat Lagi Perjuangan Massa, memetik hasil-hasil penting yaitu kemenangan-kemenangan kecil Lahirkan Kampus Stabil dan Terus Bertalian Erat dengan Rakyat! secara politik dan organisasi, baik kemenangan tuntutan politik, pengaruh politik yang semakin meluas, bertambahnya sekutu
gelora
2.
19 Januari 2007
3.
15 Januari 2007
4.
1 Februari 2007
5.
26 Februari 2007
6.
3 Maret 2007
7.
8.
Unjani Bandung
Maret-April 2007
9.
IKIP Mataram
9 April 2007
10.
UPI Bandung
20 April 2007
11.
IPDN Jatinangor
12. 13.
14.
8 Mei 2007
gelora
10 Mei 2007
Kampus UISU diserang gerombolan preman yang mengakibatkan kerusakan terhadap fasilitas kampus, kendaraan bermotor milik mahasiswa dan tindak kekerasan terhadap mahasiswa dan karyawan akibat konflik di tubuh yayasan. FMN bersama massa mahasiswa dan masyarakat sekitar kemudian melakukan pengambil alihan kampus kembali Aksi FMN bersama massa mahasiswa dan sejumlah organisasi mahasiswa Unsiq menuntut penyediaan mukena dan sarung untuk musholla, transparansi dana KPM dan penyediaan jembatan di FTIK. Tuntutan massa berhasil dimenangkan dengan pernyataan mukena dan dan sarung akan terealisasi 2 hari pasca aksi, transparansi dana KPM akan diadakan sosialisasi terhadap mahasiswa dan pembangunan jembatan akan segera direalisasikan. Aksi FMN bersama massa mahasiswa dan sejumlah organisasi mahasiswa menolak kenaikan SPP sebesar 50 persen. Pihak rektor dan jajarannya melakukan intimidasi dengan ancaman DO terhadap mahasiswa yang mengikuti aksi dan sempat melakukan pembubaran aksi mahasiswa (1/7) dengan alasan wilayah steril bagi organisasi ekstra. Tuntutan mahasiswa hanya dipenuhi dengan penuruan prosentase kenaikan SPP sebesar 25 persen Aksi FMN bersama massa mahasiswa menolak pengutipan biaya praktikum Aksi FMN bersama organisasi mahasiswa di kampus menuntut korupsi Rektor Untad. Mahasiswa mendapatkan represi bahkan 2 anggota FMN sempat dipukuli preman akibat terlibat dalam aksi tersebut. Konflik dualisme Undar yang tak kunjung surut memaksa mahasiswa untuk terus berjuang mendapatkan hak-haknya di tengah segala kepastian yang ada. Mahasiswa melakukan aksi ke DPR (2/7) yang bersedia menjadi mediator. Pasca aksi mahasiswa diintimidasi salah satu pihak yang bertikai. Ketika bertemu Kopertais V, pihak Kopertais menyatakan Undar akan dibekukan segera. Aksi FMN bersama beberapa organisasi mahasiswa di Unila menuntut penolakan BHP, Realisasi Anggaran dan demokratisasi kampus bertepatan dengan pelaksanaan pekan ilmiah nasional (Pimnas) XX yang dihadiri oleh Dirjen Dikti Satrio Soemantri Brojonegoro. Dalam aksi ini, Dirjen Dikti menuduh mahasiswa sebagai gerombolan brutal. Aksi FMN bersama mahasiswa dan sejumlah organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa (Forma) UPI menuntut pembayaran UPI-Net tidak disatukan dengan biaya registrasi mahasiswa. Tuntutan mahasiswa berhasil dimenangkan setalah beraudiensi langsung dengan pihak rektorat. Aksi FMN bersama massa mahasiswa menuntut dispensasi pembayaran SPP dan perbaikan fasilitas papan tulis dan lampu. Terjadi tindak kekerasan terhadap mahasiswa bahkan 3 anggota FMN sempat ditahan aparat namun berhasil didesak massa aksi untuk dibebaskan. Rektor tetap ngotot tidak memenuhi tuntutan mahasiswa Aksi FMN bersama massa mahasiswa dan berbagai organisasi mahasiswa bertepatan dengan Dies Natalies USU ke 55 menuntut perbaikan fasilitas kampus. Aksi ini berujung bentrok dan mencederai sejumlah mahasiswa Aksi mahasiswa ISI dengan dukungan FMN beserta beberapa organisasi lainnya menuntut dibatalkannya SK Rektor ISI No.1029 tentang Batas Akhir Masa Studi hingga 30 Agustus 2007 bagi mahasiswa angkatan 2000. Dalam aksi-aksi yang dilakukan pihak Rektor melakukan intimidasi bahkan mengerahkan front anti komunis (FAKI) untuk membubarkan aksi mahasiswa yang dituduh oleh rektor sebagai gerakan komunis Aksi FMN dan BEM APMD menuntut hak-hak mahasiswa. Salah satu tuntutan tentang kewenangan OSPEK mahasiswa dikembalikan ke BEM berhasil dimenangkan Aksi FMN menuntut perbaikan fasilitas kipas angin di kelas dan pergantian bangku kuliah. Tuntutan berhasil dimenangkan Aksi FMN bersama beberapa organisasi yang tergabung dalam Pokja BHP mempropagandakan penolakan RUU BHP. Aksi FMN bersama mahasiswa menuntut pencabutan SK DO dan pencabutan nilai C. Aksi ini berujung bentrok dan mengakibatkan 1 orang mahasiswa terluka parah dan 11 lainnya memar-memar akibat diserang UKM Tarung Derajat yang dipimpin langsung staf PR III Unimed.
12 Juni 2007
18. Universitas Negeri Medan (Unimed) 19. Universitas Tadulako (Untad) Palu
18 Juli 2007
23 Juli 2007
6 Agustus 2007
Agustus 2007
31 Agustus
3 September 2007
6 September 2007
6 September 2007
gelora
8 September 2007
Aksi FMN bersama berbagai organisasi yang tergabung dalam Front Anti BHP bertepatan dengan Konfrensi Perguruan Tinggi Swasta Islam SeIndonesia menuntut penolakan BHP. Aksi berakhir bentrok mengakibatkan 4 anggota FMN terluka parah akibat tindakan represif polisi. Aksi FMN bersama berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Menggugat bertepatan dengan kedatangan SBY dalam peringatan Dies Natalies Unpad ke 50 menuntut tanggung jawab pemerintah atas pemenuhan hak-hak rakyat atas pendidikan. Aksi berujung bentrok dan beberapa massa terluka ringan Aksi FMN bersama massa mahasiswa dan sejumlah organisasi mahasiswa menuntut penolakan SK. Rektor No: 1402/R/IX/2007 mengenai jadwal pembanyaran uang kuliah yang diperpendek. Tuntutan ini berhasil dimenangkan dengan dikeluarkan SK Perbaikan dari Rektor No.1419/R/ IX/2007 bahwa pembayaran kuliah dikembalikan kepada sistem sebelumnya Aksi FMN bersama massa mahasiswa dan berbagai organisasi mahasiswa menuntut pencabutan SK DO terhadap 15 mahasiswa yang berunjuk rasa ketika pelaksanaan Ospek 15 September 2007. Aksi ini berujung bentrok. Aksi FMN dengan tuntutan pencabutan sumbangan POM (persatuan orang tua mahasiswa) di fakultas hukum Unsoed , terjadi dialog dengan dekan dan para pembantu dekan. Aksi berakhir dengan provokasi yang dilakukan PD III dengan menantang massa aksi berkelahi. Aksi FMN melanjutkan tuntutan pencabutan sumbangan POM fakultas hukum Unsoed, aksi ini berakhir ketika ada ancaman bentrok jika massa aksi berani memasuki fakultas hukum yang dilakukan oleh mahasiswa preman yang tergabung dalam salah satu ormas mahasiswa yang di bayar oleh pihak kampus yang jumlahnya dua kali lipat dari massa aksi.
12 September 2007
20 September 2007
33
4 November 2007
10 Desember 2007
gelora
Gelora Kampus
erjuangan massa mahasiswa yang dilakukan FMN kembali bergelora untuk menyikapi ketidakadilan birokrasi dalam mengeluarkan kebijakan keuangan yang dibebankan kepada mahasiswa di Unsoed. Kali ini FMN bersama massa mahasiswa Unsoed melakukan aksi menolak keberadaan sumbangan Persatuan Orang tua Mahasiswa (POM) yang senyatanyatanya mencerminkan praktek komersialisasi pendidikan. POM dan Berbagai Biaya Lainnya yang Meresahkan Persatuan Orang tua Mahasiswa (POM) adalah lembaga yang terdapat di setiap fakultas yang dibentuk oleh birokrasi kampus. Pengurusnya adalah jajaran birokrasi kampus yang anaknya kuliah atau pernah kuliah di Unsoed. Keberadaan POM sendiri telah hadir sejak tahun 2000. Pendirian POM dilakukan dengan alasan kampus kekurangan dana untuk menyelenggarakan pendidikan serta menambah fasilitas-fasilitas kampus. Sumbangan POM berbeda di masing-masing fakultas. Di Fakultas Hukum misalnya, mahasiswa yang diterima melalui jalur SPMB atau PMDK harus membayar sumbangan POM sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus rupiah). Sementara mahasiswa yang diterima melalui jalur khusus (ujian masuk/SPMB lokal) harus membayar sumbangan POM Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) hingga Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). Selain membayar iuran POM, mahasiswa sendiri sudah dibebani dengan berbagai sumbangan yang sebenarnya tidak lebih dari praktek-praktek komersialisasi pendidikan, Selain SPP per semester sebesar Rp 400.000,00 (empat ratus ribu rupiah), mahasiswa juga diwajibkan membayar Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) sebesar Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) yang harus dibayarkan sampai lulus kuliah. Ada juga dana pendamping yang wajib dibayarkan selama 4 (empat) semester pertama sebesar Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) bagi setiap mahasiswa. Kebijakan ini lahir dengan latar belakang Unsoed yang tengah mengembangkan otonomi kampus serta mempersiapkan diri menjadi Badan Hukum Pendidikan (BHP). FMN dan Mahasiswa Bergerak Menolak Dana POM Pemberlakuan pembayaran sekian macam biaya ini telah memicu mahasiswa untuk bangkit melakukan protes. Aksi penolakan sumbangan POM sendiri bukan yang pertama kali terjadi di Unsoed. Dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini (November dan Desember 2007), FMN bersama massa mahasiswa melakukan perjuangan menuntut penghapusan POM. Aksi ini dilakukan pada 4 November dan 10 Desember 2007. Dalam pelaksanaannya, FMN Unsoed memulai kampanye penghapusan dengan berpropaganda luas melalui penempelan poster dan pamflet yang berisikan data-data dan kecaman terhadap keberadaan sumbangan dana POM. Selain itu, propaganda solid terhadap mahasiswa baru juga dikembangkan untuk mengimbangi propaganda luas yang dijalankan. Dari hasil pekerjaan ini, FMN kemudian sanggup mendorong terjadinya dengar pendapat (public hearing) di Fakultas Hukum pada Oktober 2007. Dalami hearing tersebut, birokrasi kampus yang korup tidak sanggup lagi bersembunyi dibalik topeng kekuasaannya karena terbukti tidak mampu menjelaskan secara ilmiah keberadaan sumbangan POM yang begitu besar dan tidak jelas penggunaannya. Pasca dengar pendapat, FMN terus berupaya berpropaganda secara luas tentang pentingnya perjuangan massa menolak sumbangan POM. Hal itu berujung dengan digelarnya aksi massa menolak sumbangan POM tanggal 4 Desember 2007 yang diikuti
puluhan mahasiswa. Tuntutan yang diusung adalah 1). Hapuskan keberadaan dana POM, 2). Kembalikan uang POM mahasiswa yang telah dibayarkan dan 3). Libatkan mahasiswa dalam pengambilan kebijakan kampus. Dalam aksi kali ini, FMN juga melakukan penggalangan petisi/tanda tangan penolakan dana POM. Aksi ini dibuka dari depan warung tegal (warteg) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) dengan orasi-orasi dari calon anggota dan anggota baru FMN, yang dilanjutkan kemudian ke dalam gedung Fisip. Selain mengajak mahasiswa Fisip turut terlibat dalam aksi, massa aksi juga meminta solidaritas mahasiswa dengan menandatangani petisi penolakan sumbangan POM. Aksi dilanjutkan ke Fakultas Ekonomi (FE) melewati gerbang samping Grendeng dan selanjutnya menuju sasaran akhir Fakultas Hukum (FH). Orasi-orasi politik kembali digelar di lapangan taman FH untuk menggalang kekuatan serta mengumpulkan petisi dari massa mahasiswa yang ada di fakultas. Dari sana massa aksi bergerak ke depan ruang Dekanat. Setiba di depan ruang dekanat, massa aksi kembali melakukan orasi-orasi politik dan mendesak pihak fakultas mencabut keberadaan dana POM serta menandatangani surat pencabutan dana POM yang telah disiapkan massa aksi. Akan tetapi, Dekan FH tidak mau menemui mahasiswa secara langsung. Tidak menyerah begitu saja, massa aksi FMN langsung mendatangi dekanat dan berdialog secara langsung di kantor dekan bersama seluruh massa aksi. Seperti yang sudah-sudah, pihak dekanat tidak mampu menjelaskan secara ilmiah tentang keberadaan dana POM. Sebaliknya Pembantu Dekan (PD) III justru malah menentang massa aksi untuk berkelahi. Tetapi massa aksi tidak terpancing menanggapi provokasi picikan tersebut dan memilih membubarkan diri secara tertib. Aksi Berlanjut, Tindakan Premanisme Kembali Terjadi Aksi FMN kembali dilanjutkan tanggal 10 Desember 2007 bertepatan dengan Hari HAM Internasional yang melibatkan puluhan mahasiswa. Aksi ini diawali dengan propaganda luas sejak 7 Desember 2007 dengan melakukan penyebaran dan pembagian suplemen perlawanan demokrasi nasional (Super Demnas) ke kelas-kelas serta melakukan inisiasi ke UKMUKM di FH. Aksi kedua kali ini kembali dibuka di depan Fisip, selanjutnya ke FE dan berujung di FH. Sebelum massa aksi FMN tiba di taman FH, massa sudah dihadang gerombolan mahasiswa preman bayaran birokrat yang berasal dari salah satu ormas yang katanya berwatak nasionalis. Massa mahasiswa di dalam gedung FH yang tadinya akan terlibat dalam aksi ternyata juga diintimidasi gerombolan mahasiswa preman tersebut, sehingga membuat mereka mengurungkan niat terlibat dalam aksi karena ketakutan. Gerombolan mahasiswa preman ini bahkan mengancam melakukan bentrokan terbuka dengan mentang-mentang lebih besar jumlah massanya. Melihat psikologis massa aksi yang sudah terganggu dan belum ada persiapan untuk menghadapi hal-hal semacam itu, akhirnya aksi pun diakhiri dengan tertib. Apa yang dialami oleh FMN Unsoed ketika mengobarkan perjuangan massa ini semakin menegaskan bahwa kampus benar-benar telah melanggengkan praktek-praktek bisnis pendidikan/komersialisasi pendidikan, karena tuntutan-tuntutan mahasiswa tidak digubris bahkan tidak mampu memberikan penjelasan ilmiah atas soal yang diangkat mahasiswa. Sementara tindakan premanisme sebagai cermin praktek anti demokrasi di kampus semakin menegaskan demokratisasi di kampus hanya isapan jempol semata dan politik adu domba selalu digunakan birokrat untuk memecah kekuatan perjuangan massa mahasiswa di kampus. Disinilah penting bagi FMN untuk terus memperluas pengaruh politik sekaligus memperbesar dan memperkuat organisasi, sehingga mahasiswa tidak lagi dipandang sepele dan memperkuat persatuan mahasiswa untuk memperjuangkan hak-haknya di kampus.
gelora
Karya Massa
ukup kecewa memang untuk menuliskan Perdebatan saya pun semakin meruncing karena saya pengalamanku ketika mengajukan sebuah judul disarankan untuk melakukan penelitian yang saya anggap seminar tentang Pengaruh Hubungan Industrial permasalahannya itu-itu saja, seperti Pengaruh Upah Kerja (Outsourcing) Antara Pengusaha dengan Buruh Dalam dengan Motivasi kerja dan pada permasalahan-permasalahan Kaitannya dengan Psikologis Buruh. Hasilnya, saya yang tidak berhubungan langsung dengan faktor penyebab diharuskan mengganti judul tersebut. Alasannya bermacamutama. Dalam hal ini perusahaan yang kebanyakan tidak macam, dari apakah kamu tau persis apa itu Hubungan memperhatikan buruh atau karyawannya. Dimana perusahaan Industrial, apakah itu memang berdampak pada psikologis hanya ingin memperoleh keuntungan sebesar-besarnya tetapi buruh, apakah kamu yakin bahwa Outsourcing itu benar-benar dengan cara menindas buruh dengan jam kerja yang panjang banyak digunakan di pabrik-pabrik? Sampai saya ditanyakan tapi upahnya murah apalagi penggunaan sistem kerja apakah hanya Outsourcing yang mengakibatkan atau Outsourcing yang jelas-jelas menindas buruh. berdampak pada psikologis seorang buruh? Tetapi lagi-lagi pendapat saya ditentang dan malah Saya juga harus mendengarkan kata dosen yang dinyatakan itu terlalu politis dan bukan pekerjaan seorang menyatakan; meskipun Outsourcing telah membuat buruh Psikolog dan hampir-hampir tidak berhubungan langsung menderita tetapi sebagian buruh dapat melewatinya dengan dengan masalah psikologi. Saya sungguh kecewa mendengar baik. Dan lagi-lagi saya dihadapkan dengan pernyataan, pernyataan itu. Dan hal ini lebih dikaitkan lagi bahwa judul sebaiknya kamu meneliti tentang buruh-buruh Outsourcing saya belum jelas dan harus diganti. Dengan perasaan kecewa, yang mampu melewati hari-harinya dengan baik. Walau statusnya outsourcing tetapi memiliki motivasi kerja yang tinggi. Demikianlah saya dipinta. Ketika kontradiksi itu muncul, saya lalu mengutarakan pendapat, seseorang memiliki motivasi kerja dikarenakan adanya dorongan internal dan dorongan eksternal dari dalam dirinya,. Nah, jika dorongan eksternal itu berupa status kerja dan buruh-buruh yang Outsourcing, tentu status kerjanya sangat singkat bahkan tidak jelas. Jika dorongan eksternal ini memuncak dan butuh pemenuhan, maka akan mempengaruhi motivasi kerja buruh tersebut. Jika motivasi kerja buruh ini menurun, maka perusahaan dapat dengan mudah memecat melalui alasan-alasan yang tidak jelas dan memandang bahwa motivasi kerja buruh yang rendah akan mengganggu produksi kerja. Lalu saya pun menyatakan, Mungkinkah ada kebebasan mimbar akademik, jika kritis saja kita dibungkam.. dimana peran kita sebagai orang Psikologi menanggapi masalah ini dan apa yang harus kita saya pun menyudahi pertemuan tersebut dengan satu lakukan untuk menolong buruh Outsourcing tersebut? kesimpulan bahwa saya akan coba cek ke perusahaan untuk Bagaimana tanggapan kita dengan buruh yang jelas-jelas telah melihat motivasi kerja buruhnya. dirugikan perusahaan tanpa mempertimbangkan nasib dan Setelah saya dalami pertemuan tersebut dan dikaitkan status kerja buruh? dengan materi-materi pendidikan di FMN, saya mendapatkan Dosen tersebut tidak memberi jawaban yang tepat dan satu kesimpulan, memang seperti inilah wajah asli pendidikan malah mengalihkan pada pernyataannya agar saya mengecek kita yang belum Ilmiah, Demokratis, dan Mengabdi Pada terlebih dahulu perusahaan yang menggunakan buruh Rakyat, tetapi hanya digunakan untuk orang-orang yang outsourcing untuk melihat bagaimana motivasi kerja buruhberkuasa dan berkepentingan di negeri ini. buruh outsourcingnya dan minta kesediaan perusahan tersebut Kaum pengecap pendidikan pun hanya disuruh untuk memperbolehkan saya melakukan penelitian. mengerjakan sesuatu yang tidak banyak mengkritisi, Saya begitu kesal apalagi ketika saya jelaskan penelitian bertentangan dengan apa yang sudah ada serta materi-materi saya ini bersifat kualitatif. Lagi-lagi mereka menjawab, bahwa pendidikan yang kurang ilmiah. Tujuan dari pendidikan dan penelitian kualitatif itu memakan waktu yang cukup lama dan keterampilan yang seharusnya untuk rakyat banyak malah telah kamu harus mencari benang merah atas permasalahan yang berubah. Pada akhirnya, ketika saya tanyakan apakah kamu angkat, serta untuk melakukan penelitian kualitatif saya pekerjaan seorang Psikolog kalau bukan membantu mencari harus menguasai dengan baik dan benar-benar paham dengan jalan penyelesaian atas permasalahan seseorang dan apa yang teknik Observasi dan Interview untuk mengambil datanya. seharusnya dilakukan orang Psikologi terhadap nasib buruh Ketika saya bahas tentang hal itu,dan saya nyatakan, saya Outsourcing tsb? Tidak ada jawaban dan seolah-olah begitulah kan masih bisa mempelajarinya dan itu hak saya untuk kehidupan seorang buruh yang memang kurang diperhatikan mendapatkannya dikampus ini! Mereka lagi-lagi menyatakan dan nasibnya selalu lebih buruk dari jenis pekerjaan lainnya itu butuh waktu yang lama lagi dengan dalih saya harus menyelesaikan seminar dalam waktu dekat.
*Anggota FMN Universitas HKBP Nomansen Medan
gelora
Gejolak Massa
gelora
10
Rakyat Bicara
gelora
11
Solidaritas International
amp pemuda ASA kali ini bertemakan YOU ACT ON EDUCATION AND EMPLOYMENT: Regional Youth Camp on Developing Activism, Building Movements and Strengthening Solidarity on Education and Employment in Asia Pacific. Acara ini dihadiri 30 partisipan dari lokal dan luar negeri. Mereka yang hadir adalah utusan dari beberapa negara seperti Burma, Pakistan, Bangladesh, Filipina, Malaysia, Hong Kong, India dan tuan rumah Nepal yang diwakili All Nepal National Free Students Union (ANNFSU). Sambutan Meriah Pemuda Nepal Sebelum kamp pemuda digelar, ANNFSU dan ASA menggelar event Fun Run di Kathmandu pada 10 Desember 2007 untuk mempromosikan Kamp Pemuda Regional ASA. Acara ini melibatkan lebih dari 100 mahasiswa dan dipimpin langsung Presiden ANNFSU Thakur Gaire dan Rey Asis dari Sekretariat Regional ASA. Acara Fun Run dimulai dari Nepal Humanities College dan melewati jalanan ramai di Kathmandu. Dalam acara ini diteriakkan slogan-slogan You Act on Education and Employment and Lets Make the Grand Success of Youth Camp. Turut bergabung dalam acara ini adalah Ketua Panitia Rabi Aryal dan Ye Htut dari All Burma Federation of Students Union and youth camp participant. Begitu antusiasnya pemuda Nepal menyambut acara tersebut diutarakan sendiri oleh Presiden ANNFSU Thakur Gaire, This is one of many ways that we can promote the youth camp and encourage many of our local youth to take part in. Nepal is going through major change and we want to make use of the youth camp to ensure our generations active involvement. Acara pembukaan Kamp Pemuda ASA juga disambut hangat pemerintah Nepal dengan dihadiri Perdana Menteri (PM) Nepal Girija Prasad Koirala, Menteri Pendidikan Nepal Pradeep Nepal, sejumlah politisi terkemuka Nepal, organisasi-organisasi mahasiswa, akademisi dan sejumlah grup dari lokal dan internasional. Bersama Melawan Globalisasi Neoliberal Acara ini sendiri digagas dalam konsep workshop dengan melakukan analisa tentang situasi pemuda yang terkait dengan pendidikan dan lapangan pekerjaan dari berbagai negara. Dalam workshop ini ditemukan berbagai situasi di berbagai negara krisis politik di berbagai negara turut mengancam hak-hak pemuda. Represifitas dan fasisme terjadi di berbagai negara di Asia seperti Bangladesh, Malaysia, India bagian utara, Pakistan, Filipina dan Burma yang mengacam kehidupan pemuda sehari-hari. Dalam kajian tentang pendidikan ditemukan beberapa kenyataan umum di berbagai negara bahwa privatisasi dan komersialisasi pendidikan terus merajalela yang diakibatkan kekuatan kapitalis besar melalui globalisasi neoliberal. Dimana hal ini telah mengakibatkan pendidikan semakin sulit diakses oleh rakyat miskin dan hanya dinikmati segilintir mereka yang mampu. Di berbagai negara banyak pelajar dan mahasiswa yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya ataupun tidak bisa mengakses sama sekali karena mahalnya biaya sekolah. Angggaran dan subsidi untuk pendidikan yang sangat dibutuhkan untuk fasilitas serta sarana pra sarana seperti buku, ruang kelas, gedung sekolah dan gaji guru semakin terbatas. Sebagian besar anggaran justru ditujukan untuk biaya militer yang justru banyak digunakan untuk menindas rakyat dengan kekerasan. Inilah yang menyebabkan kualitas pendidikan rendah.
Sekolah digunakan hanya untuk melahirkan kepatuhan, tenaga kerja dengan skill terbatas untuk kepentingan asing dan tunduk pada pemeritah bukan untuk melahirkan pemikir kritis dan nasionalis. Diskriminasi gender dan ras juga mengental dalam dunia pendidikan. kaum perempuan tersia-siakan sementara pemuda suku bangsa terasing tidak bisa menggunakan bahasanya sendiri dalam pendidikan. Kebebasan mimbar akademik di sekolah dan kampus terus ditindas. Di dalamnya termasuk hak mendirikan organisasi mahasiswa independen dan publikasi independen, hak untuk berorganisasi, melakukan aksi protes dan kebebasan menyatakan pendapat atas ketidakadilan. Dimana hak untuk mengajar, meneliti, mempublikasikan hingga berbicara lebih luas adalah dasar dari kebebasan mimbar akademik yang tidak bisa dilanggar. Tentang lapangan pekerjaan, di banyak negara hak atas kesempatan bekerja sanga terbatas. Banyak dari lulusan pendidikan terpaksa mengadu nasib di negeri orang. Institusi pendidikan digunakan oleh memproduksi buruh untuk kepentingan negara asing dan MNC. Upah dan pendapat rata-rata sangat rendah dan tidak mencukupi untuk kebutuhan bertahan hidup sehari-hari. Jikapun ada kenaikan upah minimum, hal tersebut tidak sebanding dengan tingkat inflasi dan melonjaknya kebutuhan biaya hidup. Keselamatan kerja menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi. Hal ini disebabkan kebijakan di ketenagakerjaan yang diakibatkan oleh kendali IMF, World Bank, WEF, ataupun ADB serta kerjasama pemerintah dengan sektor swasta dan MNC. Corak produksi feudal menjadi salah satu sebab utama meluasnya pengangguran. banyak orang dipekerjakan sebagai tenaga kerja rendahan di bawah kualifikasi mereka. Banyak lulusan perguruan tinggi justru menjadi pramuniaga atau tenaga kerja jasa belaka. Tenaga-tenaga terdidik juga banyak yang dipekerjakan melalui sistem oursourcing dan mengantri pekerjaan. Gelombang pekerja migrant juga meningkat akibat sempitnya lapangan pekerjaan dalam negeri. Pemerintah mengekspor mereka denga harga murah dan mengmbil untung besar dari remitan buruh migran. Mereka pun tidak mendapatkan perlindungan dari pemerintah asal padahal mereka banyak diperlakukan diskriminatif dan sangat tereksploitasi. Begitupun hal yang sama juga dialami buruh perempuan yang diperlakukan diskriminatif dan tanpa perlindungan serta hak-hak lainya. Kemudian eksploitasi terhadap pekerja anak padahal mereka seharusnya bersekolah. Begitupun hak-hak serikat buruh yang dikebiri seperti untuk mogok dan memperjuangkan hak-hak buruh. Berdasarkan hal tersebutlah dilahirkan deklarasi untuk memperjuangkan hak-hak pemuda atas pendidikan dan lapangan pekerjaan dengan menyatakan perlawanan terhadap globalisasi neoliberal. Untuk itu akan diadakan berbagi aktifitas seperti forumforum, simposium, rally, demonstrasi, misi pencarian fakta, workshop training, konfrensi-konfrensi dengan memperluas keterlibatan organisasi pemuda dan mahasiswa, serta mendesak pemerintah masing-masing dalam memperjuangkan hak-hak pemuda atas pendidikan dan lapangan pekerjaan. Selain itu juga akan dibangun jaringan kampanye internasional untuk ini semua.
Education is a fundamental right, not a privilege! Employment for all! Long live students and youth movements of Asia and the Pacific! Long live international solidarity!
gelora
12
Kamus
Kamus IMPERIALISME
Imperialisme Perkembangan Tertinggi dari Kapitalisme dimana telah terjadi proses monopoli (penguasaan berlebih) serta konsentrasi (terpusatnya) produksi dan modal (bahan baku, teknologi, dana, mesin-mesin dsb) di tangan segelintir kapitalis besar, sehingga imperialisme disebut juga kapitalisme monopoli. Kaum imperialis menguasai industri-industri penting di negerinya dan juga berbagai negeri lainnya di dunia. Kaum Kapitalis monopoli juga menguasai negara atau pemerintahan sehingga disebut juga negara-negara imperialis. Negara imperialis tersebut seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Uni Eropa dan Australia. Kepentingan utama imperialisme adalah menguasai sumber bahan mentah (minyak, gas, pertanian, perkebunan, dsb), menguasai pasar dalam negeri untuk melariskan produk-produk barang dagangan (komoditi) milik imperialis dan tenaga kerja murah (mengambil nilai lebih dari tenaga kerja buruh) untuk meraih keuntungan berlebihan atau laba super (super profit). Untuk menguasai bahan baku, pasar dan tenaga kerja murah, imperialisme menggunakan perusahaan-perusahaan miliknya beroperasi di berbagai negeri (TNC/MNC) melalui kerjasama perdagangan yang timpang, investasi, dan kucuran dana utang dengan menggunakan beberapa lembaga internasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), Bank Dunia (World Bank/WB) dan Dana Moneter Internasional (internasional Monetery Fund/IMF) serta kerjasama-kerjasama antar negara (Free Trade Agreements/FTAs). Pemerintah mengistilahkan Government to Government (G to G). Contohnya, imperialisme memaksakan negara seperti Indonesia untuk menyediakan pasokan bahan baku yang dibutuhkannya sebagai syarat untuk dibukanya investasi asing dan kucuran utang luar negeri, salah satunya BBM. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan milik imperialis mengusai 80% cadangan minyak nasional sekaligus distribusinya, sehingga mereka bisa dengan sesuka hati menaikkan harga BBM dan mengatur pendistribusiannya. Itulah yang menyebabkan harga BBM mahal dan langka di pasaran. Contoh lain, imperialis menggunakan dollar AS dalam transaksi perdagangan internasional, hal itu akan membuat negara seperti Indonesia harus membeli (impor) bahan jadi dan teknologi dari mereka menggunakan dollar, sehingga biayanya akan sangat mahal karena cadangan dollar dalam negeri tipis. Dengan itu, pemerintah Indonesia harus utang dan kaum imperialis-lah yang untung. Karena utang, pajak negara ditingkatkan dan subsidi negara untuk kesehatan pendidikan dan pelayanan sosial lainnya dicabut, inilah yang mengakibatkan biaya-biaya semakin mahal. Hal lain, bagaimana imperialisme juga menjadikan pendidikan sebagai ladang bisnis. Dalam WTO, kaum imperialis menjadikan pendidikan sebagai barang jasa yang diperjualbelikan melalui kesepakatan tentang perdagangan dan jasa (General Agreement on Trade and Services/GATS) yang berimbas bagi dunia pendidikan dengan pencabutan subsidi pendidikan dan privatisasi pendidikan dengan pelaksanaan Badan Hukum Pendidikan (BHP) sehingga pendidikan semakin komersil atau mahal dan membatasi akses rakyat Indonesia untuk mendapatkan pendidikan.
Imperialisme AS Musuh Rakyat Nomor Satu di Dunia Di antara kekuatan imperialisme dunia saat ini, imperialisme Amerika Serikat (AS) adalah imperialisme yang mendominasi atau segi yang menguasai sendi-sendi kehidupan seluruh rakyat dari ekonomi, politik, budaya dan kemiliteran. Kaum kapitalis monopoli AS menguasai cabang-cabang produksi penting di berbagai negeri mulai dari energi hingga barang konsumsi. Sebut saja Exxon Mobil Oil, Chevron, General Electric, Good Year, Boeing, Phillip Morris, British American Tobbacco, Coca Cola hingga Mc Donalds. Imperialisme AS juga sering mengintervensi kedaulatan politik sebuah negara, sebagaimana yang dilakukan terhadap Irak dan Afghanistan. Bahkan setelah Perang Dunia II, AS banyak mendukung proses kudeta-kudeta melalui operasi dan dukungan dana CIA yang melahirkan rejim-rejim fasis diktator di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Salah satu dari itu semua adalah naiknya rejim fasis boneka imperialis Soeharto yang naik ke kekuasaan atas kudeta berdarah melalui pembantaian terhadap jutaan rakyat Indonesia sejak 1965-1968. Imperialisme AS juga menggunakan PBB untuk mendukung kepentingan-kepentingan politik mereka. Di lapangan kebudayaan, imperialis AS berupaya melakukan penyebaran paham kebudayaan ala Amerika. Mereka menarik sejumlah pelajar dan mahasiswa belajar di negerinya, membuka cabang-cabang universitas di berbagai negeri, menjalankan propaganda melalui MTV, film-film Hollywood, budaya individual hedonis, pornografi, seks bebas dan berbagai cara-cara lainnya. Di lapangan kemiliteran mereka memperluas basis militernya di berbagai negeri. imperialis AS memiliki 9 unit komando militer di dunia, memiliki basis militer di 48 negara, berbagai instalasi militer, 1,36 juta personel yang disebar di berbagai dunia, kerjasama-kerjasama militer, cadangan senjata nukilir dan biokimia yang besar hingga intelejen mereka yang bertebaran di berbagai negeri. Bahkan saat ini imperialis AS berupaya memperluas dominasi militernya melalui perluasan basis militer di negara-negara Balkan dan eks Uni Sovyet.
Rejim Boneka Imperialis Rejim Boneka Imperialis adalah pemerintahan yang menjadi pelayan setia bagi kepentingan kaum imperialis. Rejim ini terdiri dari klas-klas penguasa dalam negeri yaitu borjuasi besar komprador atau berjuasi yang sangat tergantung atas modal dan teknologi dari imperialis yang mendukung penguasaan kaum imperialis atas perekonomian dalam negeri, tuan tanah besar yang meyediakan penguasaan sumber-sumber kekayaan alam bagi imperialis dan kaum kapitalis birokrat yang duduk dalam kekuasaan pemerintahan yang bertugas membuat kebijakan dan perarturan untuk mendukung kelancaran operasional imperialis di dalam negeri, kaum kabir ini adalah para birokrat baik sipil ataupun militer. Mereka mendapatkan keuntungan dengan mambantu kaum imperialis. Mereka inilah yang sering melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Rejim SBYKalla adalah rejim pelayan setia imperialis AS dan di dalamnya terdapat klasklas borjuasi besar komprador, tuan tanah besar dan kapitalis birokrat yang saling bekerjasama mendukung kepentingan kaum imperialis. Rejim boneka imperialis adalah pertentangan pokok yang dihadapi rakyat Indonesia saat ini yang harus segara diselesaikan.
gelora
13
Budaya
gelora
14