Anda di halaman 1dari 16

gelora

Dari Redaksi
Salam Demokrasi! Selamat datang GELORA, Suara Perjuangan Mahasiswa. Mulai Desember 2007, GELORA hadir untuk menggantikan buletin PERLAWANAN. Berubahnya nama buletin tidak muncul dengan tibatiba, namun berangkat dari usulan anggota-anggota di organisasi serta pembaca-pembaca yang selalu setia terhadap buletin PERLAWANAN. Banyak anggota yang mengeluhkan, ketika hendak mendistribusikan buletin PERLAWANAN kepada mahasiswa secara luas menjadi terhambat. Hal ini dikarenakan massa mahasiswa merasa takut duluan melihat judul buletin kita sebelum membaca atau tahu isinya. Judulnya saja seram, apalagi isinya?, kalimat tersebut yang banyak terungkap selama ini. Artinya, aspek propaganda yang berusaha kita sajikan melalui tulisan-tulisan dalam buletin, menjadi terkendala hanya karena sebuah nama. Sehingga dalam Pleno IV Dewan Pimpinan Pusat FMN disepakati untuk mengganti nama buletin bulanan nasional FMN. Secara esensi, buletin ini akan berupaya tampil dengan kualitas yang lebih baik dan mampu meneruskan buletin PERLAWANAN yang telah hadir sebelumnya. Bertepatan dengan akhir tahun 2007, edisi perdana GELORA akan menghadirkan catatan akhir tahun FMN atas problematika dunia pendidikan dan perjuangan mahasiswa selama kurun waktu satu tahun ini. Hal ini juga dilengkapi dengan kaledoskop aksi-aksi massa dalam satu tahun ini, untuk menyegarkan kembal ingatan kita akan perjuangan-perjuangan massa mahasiswa dalam tahun 2007. Tidak hanya sektor mahasiswa, catatan akhir tahun juga akan diisi dengan wawancara tentang refleksi perjuangan serta harapanharapan untuk tahun 2008 dari organisasi massa rakyat. Aksi-aksi di kampus yang tetap marak, termasuk aksi nasional memperingati hari HAM Internasional 10 Desember dan penyikapan United Nation Forum on Climate Change Conference di Bali, 3-14 Desember juga hadir dalam liputan perdana ini. Tentu saja tidak tertinggal berita-berita terkini dari dalam dan luar negeri. Kami juga menyajikan beberapa rubrik terbaru yaitu Kamus GELORA dan Karya Massa. Kamus GELORA ditujukan untuk lebih menjelaskan beberapa istilah ekonomi, politik dan budaya ataupun istilah-istilah perjuangan yang digunakan. Sementara Karya Massa adalah tulisan dari anggota-anggota FMN yang diangkat redaksi sebagai upaya lebih menggiatkan tradisi ilmiah di organisasi. Terakhir, redaksi juga mengucapkan Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2008. Ditengah krisis ekonomi dalam negeri yang semakin tajam, juga bencana alam yang terus terjadi hendaknya kita tidak merayakan Natal dan Tahun Baru tersebut dengan menggelar pesta pora ala borjuasi. Sebaliknya, akan jauh lebih bermanfaat jika kita mampu berkaca melihat kembali ke belakang kesalahan dan kekurangan yang telah kita lakukan untuk kemudian bekerja maksimal memperbaikinya. Sehingga kita akan menatap tahun yang baru dengan semangat untuk terus bekerja meningkatkan kualitas perjuangan massa! Selamat menikmati. Dari Redaksi :

Daftar Isi

Fokus : Hal 1 Privatisasi dan Komersialisasi Pendidikan Merajalela, Demokratisasi Kampus Dihambat Agenda : Hal 3 Perhebat Lagi Perjuangan Massa Kita, Lahirkan KampusKampus Stabil dan Terus Bertalian Erat dengan Rakyat Kaledoskop : Aksi-Aksi Massa Kampus Tahun 2007 Hal 5

Gelora Kampus : Hal 8 Unsoed Bergejolak, Mahasiswa Bergerak Menolak Sumbangan POM Karya Massa : Kampusku Melarang Karya Ilmiahku Gejolak Massa : Terus Berjuang Menuntut Hak-Hak Demokratis Hal 9

Hal 10

Rakyat Bicara : Hal 11 Wawancara khusus dengan Sekjend PP AGRA Erpan Paryadi tentang Refleksi Perjuangan Rakyat Solidaritas Internasional : Hal 12 Berita Baik Dari Nepal (Liputan Khusus Kamp Pemuda ASA) Kamus GELORA : Kamus Imperialisme Hal 13

Budaya : Hal 14 Menyambut Tahun baru 2008 :Bukan Larut Dalam HuraHura, Tapi Kembangkan Sikap Hidup Sederhana dan Setia Melayani Massa

Diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Front Mahasiswa Nasional Penanggung Jawab : Ridwan Lukman Pimpinan Redaksi : Oki Firman Febrian Dewan Redaksi : Ridwan Lukman, Oki Firman Febrian, M. Burhanuddin, Nur Shohib Anshary, Ahmad Fredy. Design dan Layout : Aswad Arsyad Koresponden : Wita Andrika (Medan), Umi Syamsiatun (Jambi), Sapta Putra Wahyudi (Palembang), Merwanda Yusandi (Bandar Lampung), Ucok Irfan (Jakarta), Dewi Amelia Eka Putri (Bandung), Natilah Coriah (Garut), Arif Nur Alam (Purwokerto), Lukman Aryo Wibowo (Wonosobo), Yogo Daniyanto (Jogjakarta), Heri Suprianto (Jombang), Triana Kurnia Wardani (Malang), Isnaini (Surabaya), Afandi (Lamongan), Nandang Risadhe Astika (Denpasar), Mario Kulas (Mataram), Zainul Kirom (Lombok Timur), Iwan Lamangga (Palu), Robby (Kalbar) Alamat Redaksi : Kp. Jawa Rawasari Gg. J RT 011 RW 09 No 34B Kecamatan Cempaka Putih-Jakarta Pusat Telepon : 0815 5363 3082 Email : gelorafmn@gmail.com Rekening : No. Rek 0005485263 BNI Cab. UI Depok atas nama Seto Prawono Redaksi menerima saran, kritik dan sumbangan tulisan berupa naskah, artikel, berita serta foto jurnalistik yang tidak bertentangan dengan KONSTITUSI FMN. Tulisan ditulis pada kertas kwarto, spasi satu setengah, huruf times new roman 12, diutamakan dalam bentuk Microsoft word, dan dikirim via email bulletin GELORA atau alamat redaksi GELORA

gelora

Fokus

Privatisasi dan Komersialisasi Pendidikan Merajalela, Demokratisasi Kampus Semakin Dihambat


(Refleksi FMN atas Situasi Pendidikan Nasional Di Tahun 2007) Di akhir tahun 2007 ini, penting bagi kita merefleksikan kembali situasi umum pendidikan di Indonesia. Hal ini penting dilakukan untuk lebih mendalami kenyataan konkret pendidikan nasional dengan berbagai persoalan yang terjadi sebagai bekal untuk memperjuangkan hak-hak demokratis pemuda dan mahasiswa.
ahun 2007, adalah simbol potret buram dari perjalanan rakyat Indonesia dengan berbagai persoalan yang menimpanya. Sudah menjadi rahasia umum dibalik suramnya masa depan rakyat Indonesia, pemerintahan SBY-Kalla sebagai rejim boneka Amerika memiliki peranan yang dominan atas penderitaan rakyat dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan. Kaum buruh yang dipaksa untuk hidup menderita di lingkungan kumuhnya akibat sistem kontrak dan outsourcing, juga kebijakan politik upah murah yang lebih memihak pada investor dan pengusaha. Rakyat miskin kota dihantui dengan penggusuran dan pengusiran, kemudian petani yang harus kehilangan tanah sewaktu-waktu karena dirampas oleh negara. Inilah kenyataan yang terus menerpa kehidupan rakyat di Indonesia. Rejim SBYKalla semakin menenggelamkan rakyat dalam jurang kesengsaraan. Tidak mengherankan sepanjang tahun 2007 konflik yang terjadi antara rakyat dengan negara semakin meningkat, aksi protes dengan berbagai macam bentuknya semakin sering terjadi. Demonstrasi dan pemogokan buruh, konflik antara rakyat miskin kota dengan negara yang diwakili satuan polisi pamong praja (satpol PP) bahkan polisi dan TNI hingga konflik agraria antara rakyat dengan negara atau juga dengan tuan tanah kian meningkat. Sebuah hal yang mengindikasikan gagalnya kepemimpinan pemerintahan rejim SBY-Kalla hari ini. Rakyat semakin tidak percaya dengan berbagai janji manis yang dikeluarkan SBY-Kalla yang hanya mampu menebar mimpi. Disisi lain, rejim ini semakin menampakkan wajah aslinya sebagai boneka Amerika dengan berbagai tindakan represif yang cenderung fasis untuk menyelesaikan protes-protes yang disuarakan rakyat. Bagaimana dengan sektor pendidikan dan hak-hak demokratis pemuda dan mahasiswa secara umum? Rejim SBY-Kalla juga menambah keterpurukan dunia pendidikan Indonesia dan nasib jutaan pemuda dan mahasiswa di negeri ini. Rejim ini terus memberlakukan politik akses sekolah yang terbatas, pencabutan subsidi pendidikan, pengangguran yang merebak luas hingga kehidupan demokratisasi kampus yang dihambat. Intinya, rejim SBY-Kalla membiarkan privatisasi dan komersialisasi pendidikan semakin meluas dan demokratisasi kampus terus terhambat. Privatisasi dan Komersialisasi Pendidikan Merajalela Kondisi pendidikan tahun 2007 masih tetap sama, bahkan jauh lebih buruk dari tahun-tahun sebelumnya. Rejim SBY-Kalla tahun 2007 kian menegaskan pendidikan bukan lagi tanggung jawab negara. Pendidikan dianggap tidak lebih dari komoditas jasa yang dapat diperjualbelikan sesuka hati. Ini tercermin dari kebijakan perundang-undangan yang dikeluarkan, Peraturan Presiden (Pepres) No 77 tahun 2007 tentang bidang usaha tertutup dan terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal secara tegas memasukkan pendidikan sebagai salah satu usaha terbuka yang bebas diperdagangkan di pasar internasional. Banyak yang dilakukan pemerintah agar sektor pendidikan dapat pula dikembangkan di luar keuangan negara, ujar Susilo Bambang Yudhoyono seusai rapat kabinet terbatas tentang Evaluasi Program Pendidikan sejak 2004 sampai Maret 2007, dan Rencana Program Sampai 2009 (Bisnis Indonesia, 13/03/ 2007). Pemerintah bahkan berupaya memberikan insentif pajak bagi investor yang menanamkan modalnya di sektor pendidikan Pemerintah juga semakin getol untuk menggolkan RUU BHP. Pembahasan RUU BHP sendiri telah memasuki tahap final di DPR RI Desember 2007 dan rencana disahkan tahun 2008. Padahal RUU BHP jelas sekali mencirikan privatisasi pendidikan dan komersialisasi pendidikan. Pemerintah tidak lagi diwajibakan

Rejim SBY-KALLA membiarkan privatisasi dan komersialisasi pendidikan terus merajarela

mendanai pendidikan. Sekolah atau perguruan tinggi dibebankan mencari sendiri sumber pendanaan dari pihak lain termasuk investor asing sekalipun. Hal itu tentu akan semakin memberatkan mahasiswa yang menjadi sumber utama pembiayaan perkuliahan. Antara tahun 2004-2006, 3 perguruan tinggi negeri (PTN) yang telah berstatus BHMN (UI, ITB dan IPB) menarik pendanaan terbesar yang berasal dari mahasiswa sebesar Rp 1.377.814.011.967. Dimana sumber terbesar berasal dari jalur non reguler/non SPP yaitu Rp 1.052.192.020.468. Sementara subsidi pemerintah hanya berkisar Rp 1.050.304.115.983. Tercatat dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini, biaya kuliah mengalami kenaikan drastis. Untuk masuk UI saja, harus membayar 5-25 juta rupiah. Pertanyaannya, mampukah seorang buruh di Jakarta dengan upah Rp 972.604,80 per bulan atau buruh tani di pedesaan yang rata-rata menerima upah Rp 15.000-20.000 per hari menguliahkan anaknya di universitas bergengsi dengan biaya yang sedemikian besar tersebut? Salah satu faktor vital dalam Perguruan Tinggi yaitu Majelis Wali Amanat (MWA) atau Komite Sekolah tidak berperan demokratis. Dalam MWA, tidak ada perwakilan mahasiswa. Padahal MWA adalah penentu segala kebijakan perguruan tinggi dimana pihak-pihal yang berinvestasi juga duduk di dalamnya. Artinya mahasiswa sebagai penyumbang terbesar bagi pendanaan kampus, tidak dipandang sama sekali. Begitu pun Komite Sekolah. Perwakilan orang tua murid hanya jadi pelengkap semata di dalamnya. Sementara nasib guru, dosen dan karyawan semakin terancam akibat akan dijadikan pegawai/karyawan BHP dan diperlakukan dengan sistem kerja kontrak. Soal lainnya, ancaman gulung tikar bagi kampus-kampus dan sekolah kecil yang kalah bersaing hingga komersialisasi asset-aset atau fasilitas pendidikan yang seharusnya digunakan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan di kampus dan sekolah. Salah satu upaya tindakan nyata rejim SBY-Kalla menelantarkan dunia pendidikan dengan tidak merealisasikan anggaran pendidikan 20 persen sesuai amanat UUD 1945. Sejak berkuasa rejim SBY-Kalla tidak pernah mengalokasikan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN. Tahun 2007, alokasi anggaran pendidikan hanya sebesar 12,3 persen dari total 800 triliun belanja negara. Untuk tahun 2008, Jusuf kalla mengatakan bahwa anggaran pendidikan yang akan dialokasikan adalah Rp 65 trilliun (Tempo,10/9/2007). Jika angka ini dikurangi dengan dana alokasi

gelora

umum, dana alokasi khusus dan dana perimbangan lainnya, anggaran pendidikan tahun 2008 sesungguhnya hanya Rp 55 trilliun. Ini jelas membantah pernyataan pemerintah bahwa alokasi anggaran pendidikan akan dinaikkan tiap tahun. Belum lagi alokasi dari dana itu sendiri yang belum tentu sepenuhnya untuk membantu operasional pendidikan seperti pengadaan buku, gedung sekolah dan sebagainya. Mengingat dana-dana yang digunakan selama ini justru lebih banyak terkuras untuk biaya konsultasi, pengawasan ataupun pendidikan kedinasan. Sangat wajar jika Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) termasuk dalam salah satu lembaga terkorup di Indonesia. Ruang investasi asing terus diperluas dengan berbagai cara seperti program kampus entrepreneurship, research university hingga world class university dimana Bank Dunia (World Bank/ WB), Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) serta negara-negara eksportir jasa pendidikan seperti Amerika Serikat (AS), Australia, Inggris, Jerman yang akan diuntungkan. Termasuk makin masifnya kerjasama dengan pihak-pihak perusahaan milik asing ataupun komprador dalam negeri baik untuk penelitian, jasa bank, internet dan sebagainya. Beberapa kenyataan ini setidaknya bisa memberikan kesimpulan singkat di tahun 2007, rejim SBY-Kalla semakin melanggengkan politik privatisasi dan komersialisasi pendidikan. politik ini telah mengakibatkan hak-hak dasar rakyat Indonesia utamanya pemuda dan mahasiswauntuk mengenyam pendidikan semakin terbatas. Demokratisasi Kampus Semakin Dihambat Bagaimana dengan proses demokratisasi di kampus? Rejim SBY-Kalla juga menerapkan politik anti demokrasi sepanjang tahun 2007 ini dengan terus menghambat kehidupan demokratisasi di kampus melalui kebijakan negara ataupun aparatus pendukungnya di kampus. Kebebasan mimbar akademis, kebebasan berkumpul, berpendapat dan berorganisasi terus dikekang dan dihambat. Ruang-ruang perdebatan ilmiah terus dikerangkeng, dimana mahasiswa tidak diberikan kesempatan lebih leluasa untuk melakukan kritik dan bersuara.

Misalnya, seorang anggota FMN dari Universitas HKBP Nomansen Medan yang melakukan penelitian tentang kondisi psikologi buruh akibat hubungan industrial yang ada ditolak hasilnya dengan alasan akan membuat perusahaan merugi karena akan hasil penelitian tersebut akan membangkitkan kesadaran buruh untuk melawan perusahaan. Masih terus juga ditemui mahasiswa-mahasiswa kritis diancam mendapatkan nilai jelek ataupun skorsing. Dosen atau guru besar selalu menutup diri akan perdebatan terbuka untuk hal-hal kritis yang dinilai tidak sesuai dengan teori yang dipelajari. Aliran positifisme ilmu sangat kental di kalangan akademisi di Indonesia yang menyekat ilmu dalam kajian-kajian sempit semata. Kampus juga semakin tertutup dari kajian-kajian ilmiah tentang realitas masyarakat Indonesia. Kajian-kajian tentang nasib buruh, kaum tani atau rakyat Indonesia secara umum dan eksplisit dilarang di kampus. Kebebasan berkumpul, berserikat dan berpendapat juga terus dikekang. Tiga orang mahasiswa ITS di skorsing 2 semester, karena menggelar seminar jalanan di ITS yang mengkritisi Kampus karena diduga turut andil dalam penyelesaian tragedi lumpur panas Lapindo. Dalam setahun ini aksi-aksi dan aktifitas FMN di berbagai kampus secara mayoritas mendapatkan represi baik tindakan kekerasan secara langsung, initimidasi hingga ancaman DO. Rejim SBY-Kalla juga menerapkan politik NKK/ BKK jilid II dengan tetap mempertahankan SK Dirjen Dikti No 026/2002 yang melarang organisasi massa mahasiswa beraktivitas di dalam kampus. Tragisnya lagi ternyata pemerintah tidak mau ikut bertanggung jawab ketika muncul persoalan yang demikian. Pihak Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) misalnya selalu berucap itu wewenang kampus karena adanya pemberlakuan otonomi kampus atau serahkan saja prosesnya pada hukum. Hal ini semakin menegaskan bahwa pemerintah SBY-Kalla memang membiarkan demokratisasi kampus semakin terhambat. Keluar Dari Krisis, Kobarkan Perjuangan Massa di Kampus Salah satu karakter dari negeri setengah jajahan dan setengah feudal seperti Indonesia akan selalu ditandai dengan situasi krisis yang semakin tajam. Artinya penderitaan yang dialami rakyat akan semakin berat, berbagai persoalan sosial ekonomi akan kian membebani rakyat. Hal ini akan mendorong protes dan perlawanan rakyat yang kian berani dan kian meningkat. Hal yang sama juga akan terjadi di dalam dunia pendidikan, kebijakan kampus pasti akan kian memberatkan yang mengakibatkan beban yang dipikul mahasiswa semakin berat. Hal ini pula yang sesungguhnya telah mendorong bangkitnya perjuangan massa mahasiswa di kampus-kampus dalam kurun waktu tahun 2007 ini. Bagaimanapun kita tidak bisa terus membiarkan krisis ini semakin tajam. Tentu kita tidak berharap anak cucu kita atau generasi penerus nanti akan mengalami nasib yang sama dengan kita yang berhadapan dengan mahalnya biaya pendidikan dan perampasan atas hak-hak pendidikan lainnya. Kita tetap harus berupaya sekuat mungkin untuk keluar dari krisis ekonomi yang semakin tajam ini guna membawa gerbang baru bagi kedaulatan dan kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia. Untuk keluar dari krisis tersebut, mengobarkan perjuangan massa menjadi jawaban yang paling tepat. Sejarah manapun membuktikan perubahan politik ataupun sosial yang penting dilalui melalui perjuangan massa. Tanpa perjuangan massa tentu tidak akan ada proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Perjuangan massa ini bukan hanya milik mahasiswa tetapi rakyat Indonesia secara umum. Desa-desa, pabrikpabrik, perkotaan hingga kampus-kampus harus berkobar perjuangan massa. Perjuangan massa ini setahap demi setahap dilakukan dari tuntutan-tuntutan sosial ekonomi hingga tuntutan politik, dari kampus hingga pemerintah pusat, dari soal SPP, fasilitas hingga tuntutan anggaran atau penolakan BHP. Semua itu harus kita lakukan bersama agar kita bisa keluar dari krisis yang semakin membuat terjepit setiap hari. Sekali lagi kobarkan perjuangan massa, gapailah hak-hak kita!

Tragedi berdarah UISU : Membuktikan represifitas masih terjadi dikampus

gelora

Agenda

Perhebat Lagi Perjuangan Massa Kita, Lahirkan KampusKampus Stabil Dan Terus Bertalian Erat dengan Rakyat
(Refleksi FMN Atas Gerakan Massa Mahasiswa Tahun 2007)
Ridwan Lukman Sekjend PP FMN Tahun 2007 adalah tahun yang penuh gejolak. Bukan saja gerakan protes rakyat yang semakin meluas, tetapi gerakan mahasiswa di kampus-kampus juga mulai bangkit memperjuangkan hak-haknya. Apa pelajaran dari itu semua bagi kita untuk memajukan terus perjuangan massa serta pembangunan organisasi?
i tengah krisis umum imperialisme yang telah membawa rakyat Indonesia ke dalam jurang krisis ekonomi yang semakin dalam, kita menemukan sebuah kenyataan rakyat Indonesia tidak lagi diam melihat perampasan hak-hak dasar rakyat yang dilakukan rejim boneka imperialisme SBY-Kalla. Gerakan pemuda dan mahasiswa juga tidak tinggal diam, sebuah pertanda baik bagi arah perubahan di negeri ini. Hak Mahasiswa Dirampas, Kampus Bergelora Privatisasi pendidikan yang semakin bergulir kencang dan telah melahirkan praktek komersialisasi pendidikan yang menggila serta pemberangusan terhadap demokratisasi kampus dalam hal kebebasan mimbar akademik, kebebasan berekspresi, berpendapat dan berorganisasi, telah melahirkan kebangkitan gerakan massa mahasiswa di kampus-kampus sepanjang tahun 2007 ini. Dalam catatan FMN, aksi-aksi kampus yang berlangsung sepanjang tahun 2007 menunjukkan angka peningkatan. Dalam aksi-aksi yang digelorakan di kampus ini, terdapat aksi-aksi massa yang berhasil memenangkan tuntutan perjuangannya. Disisi lain, aksi-aksi yang digelorakan juga mendapatkan represi yang cukup keras dari birokrat kampus. Di antara perjuangan-perjuangan yang dilakukan ini, perjuangan massa di IKIP Mataram merupakan salah satu perjuangan massa di kampus yang berlangsung cukup lama dan sengit. Perjuangan massa di IKIP Mataram berlangsung sejak pertengahan 2006 hingga April 2007. Dikatakan sengit, karena aksi-aksi mahasiswa di IKIP Mataram harus berhadapan dengan tembok kekuasaan Yayasan Pembina IKIP Mataram dan Rektor bejat Said Ruphina yang berupaya meredam aksi mahasiswa dengan berbagai cara-cara kekerasan intimidasi, ancaman DO, hingga pembunuhan seperti yang dialami almarhum M. Ridwan. Harus diakui, FMN memiliki peranan besar terkait bangkitnya aksi-aksi kampus sepanjang tahun 2007. Memang demikianlah langkah yang harus kita lakukan. Di mana kehendak massa semakin bergejolak untuk menuntut suatu hal bagi perbaikan nasibnya di kampus, tugas FMN sebagai ormas mahasiswa patriotis, demokratis dan militan memang harus bersama dengan massa menggelorakan perjuangan massa. Secara umum, aksi-aksi massa di kampus masih dalam batasbatas tuntutan hak-hak normatif atau sosial ekonomis, walaupun di beberapa kampus muncul beberapa aksi menuntut perubahan politik di kampus seperti IKIP Mataram, UISU Medan ataupun UNDAR Jombang. Aksi-aksi yang berlangsung juga belum meningkat kepada tingkat yang lebih maju yaitu disasarkan kepada rejim boneka imperialis AS SBY-Kalla yang paling bertanggung jawab atas perampasan hak-hak mahasiswa di kampus-kampus dan hak-hak rakyat Indonesia secara umum. Bergeloranya kembali aksi-aksi massa di kampus dan peran aktif FMN dalam pengobaran perjuangan massa tersebut, adalah suatu keberhasilan awal dari kebangkitan kesadaran massa mahasiswa akan penghidupannya yang semakin terancam dan ke depan menjadi tugas penting bagi FMN untuk belajar dari kelemahan-kelemahan sebelumnya untuk lebih memajukan lagi perjuangan massa mahasiswa di kampus-kampus dan pembangunan basis-basis di kampus. Terus Berjuang Bersama Rakyat Selain bangkitnya gelora perjuangan massa di kampuskampus, tahun 2007 juga dilalui dengan bergejolaknya seluruh penjuru negeri ini dengan aksi-aksi protes rakyat menuntut hak-

haknya yang dirampas rejim SBY-Kalla baik dari gerakan massa klas buruh, kaum tani dan kekuatan rakyat lainnya. Hal ini harus kita pandang sebagai raihan positif dari perkembangan gerakan massa rakyat secara umum, meskipun aksi-aksi yang berlangsung secara mayoritas bersifat aksi-aksi spontan. Di mana aksi-aksi tersebut hanya sebatas menyikapi persoalan yang sedang mengemuka dan belum memiliki perspektif politik yang lebih jauh, sehingga aksi-aksi tersebut dalam waktu singkat cepat meredam. Di sisi lain, bangkitnya gerakan massa rakyat Indonesia menunjukkan sebuah kenyataan bahwa rejim SBY-Kalla sudah tidak bisa membawa rakyat dan bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang semakin tajam. Selain itu, hal ini menunjukkan bahwa rakyat semakin marah dan berani menentang kekuasaan rejim SBY-Kalla, meskipun masih dalam batas-batas tuntutan hakhak reform dan aksi-aksi spontanitas. Tapi inilah potensi besar bagi perjuangan ke depan untuk ditingkatkan lebih maju hingga lahirnya krisis politik yang akan membuka syarat-syarat baru bagi perubahan di negeri ini. Di balik bangkitnya gerakan massa rakyat Indonesia, FMN tetap turut ambil bagian dalam perjuangan rakyat secara umum. Hal ini kita lakukan atas dasar kesadaran bahwa mahasiswa sebagai bagian dari kekuatan rakyat yang sama-sama tertindas dan terhisap oleh imperialisme dan feodalisme di bawah kekuasaan rejim boneka imperialis AS SBY-Kalla. Untuk itu, kita selalu bersama-sama berjuang dengan rakyat tertindas di Indonesia menuntut hak-hak rakyat sekaligus menentang kekuasaan rejim SBY-Kalla yang anti rakyat, anti demokrasi dan pro imperialis. Kita menyadari bahwa perjuangan mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan yang ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada rakyat, tidak akan bisa dicapai tanpa dukungan penuh dari rakyat utamanya dari klas buruh dan kaum tani sebagai kekuatan pokok perubahan di negeri ini. Akan tetapi, kita perlu melangkah lebih maju lagi dengan mendorong pertalian erat yang kuat antara mahasiswa dan rakyat tertindas Indonesia. Kita harus lebih konkret mengabdikan diri dengan kegiatan-kegiatan pelayanan terhadap rakyat seperti pengajaran, pelayanan kesehatan, kegiatan-kegiatan kebudayaan dan olahraga, membantu pembangunan fasilitas-fasilitas umum seperti MCK yang itu semua tidak diberikan oleh rejim boneka imperialis AS SBY-Kalla. Tahun 2008 : Tahun Pengobaran Perjuangan Massa Berangkat dari kenyataan di atas, bahwa tahun 2007 telah menunjukkan bangkitnya gejolak perjuangan massa dari seluruh lapisan massa rakyat dan aksi-aksi yang dilakukan masih dalam batas-batas tuntutan reform serta bersifat spontanitas, adalah keniscayaan bagi kita untuk memecahkan tingkat perjuangan yang saat ini berkembang lebih maju menjadi aksi-aksi massa yang lebih terdidik dan terorganisir serta memiliki perspektif untuk lahirnya perubahan politik di negeri ini. Tahun 2008 adalah tahun dimulainya konsolidasi politik kalangan klas-klas penguasa dalam negeri, dan tentu patut mendapatkan perhatian kita. Konsolidasi-konsolidasi politik yang akan dilakukan tersebut tentu akan berdampak bagi rakyat dengan upaya-upaya yang mereka lakukan untuk mengaburkan persoalan konkret yang sedang dihadapi rakyat. Mereka tentu mulai akan berkampanye mengumbar janji politik untuk meraih dukungan rakyat dengan harapan rakyat larut dengan hal tersebut, sehingga lupa akan persoalan yang terjadi dan tentu saja akan perlahanlahan meredam kebangkitan gerakan massa rakyat.

gelora

perjuangan, lahirnya lapisan aktifis massa Disinilah penting bagi kita militan, badan pimpinan organisasi yang memperhatikan hal ini. Dengan keyakinan semakin solid hingga rekrutmen anggota bahwa kekuatan massa-lah yang akan yang semakin membesar dan meluas. merubah keadaan negeri ini dan tugas Ini semua sebagai upaya kita untuk untuk meningkatkan gerakan massa ke melahirkan Kampus Stabil di seluruh basistingkat yang lebih maju, sehingga tahun basis kampus FMN di seluruh penjuru negeri. 2008 tidak lain bagi kita adalah tahun Semakin banyak kita melahirkan kampuspengobaran perjuangan massa. Tahun kampus stabil, semakin memberikan yang harus kita warnai dengan aksi-aksi sumbangsih bagi massa mahasiswa dan massa di kampus-kampus. Tentu pula perjuangan massa mahasiswa. Kampus tahun yang harus disemarakkan dengan Stabil adalah jaminan semakin meluasnya aksi-aksi massa klas buruh, kaum tani, pengaruh politik demokrasi nasional di kaum perempuan dan kekuatan rakyat Aksi massa dikampus terus bangkit dan bergelora kampus, perjuangan massa yang terus lainnya, tentu saja dengan aksi-aksi massa bergelora, lahirnya lapisan aktifis massa dan organisasi yang semakin yang lebih terdidik dan terpimpin. besar dan berakar kuat di tengah massa dengan langgam kerja kita. Dengan demikian, FMN sebagai bagian dari gerakan massa rakyat di Indonesia juga harus mengupayakan agar di tahun 2008 gelora perjuangan massa di kampus-kampus dan perjuangan Terus Menjaga Pertalian Erat Dengan Rakyat bersama rakyat tertindas semakin berkobar di segala penjuru negeri Kita juga menyadari bahwa seluruh rakyat Indonesia baik buruh, ini. Hanya itulah jawaban atas situasi konkret yang saat ini terjadi. kaum tani, pemuda dan mahasiswa, pelajar, kaum perempuan, kaum minoritas hingga suku bangsa terasing, berada dalam situasi Perhebat Lagi Perjuangan Massa, Lahirkan Kampus Stabil penindasan serta penghisapan imperialisme dan feodalisme yang Sudah setahun ini kita terus berupaya menggelorakan kembali saat ini berada dalam genggaman kekuasaan rejim SBY-Kalla. Atas perjuangan massa di kampus-kampus dan itu kita akui telah cukup dasar itulah, kita terus mendorong organisasi bukan hanya bertalian memberikan kontribusi bagi massa dan organisasi. Selain tuntutanerat dengan massa mahasiswa, tetapi juga dengan rakyat tertindas tuntutan massa yang mampu dimenangkan, di internal kita juga di Indonesia. berdampak bagi mulai lahirnya aktifis-aktifis massa yang militan. Upaya-upaya itu kita lakukan dengan perjuangan-perjuangan Satu hal yang semakin membuktikan bahwa perjuangan massa bersama yang kita lakukan dengan rakyat di satu sisi. Di sisi lain, adalah rahim yang sanggup melahirkan pimpinan dan aktifis-aktifis kita juga melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan terhadap rakyat massa militan. atau tiga Sama (3 S). Kita sadar sebagai borjuasi kecil, mahasiswa Kita juga telah melakukan analisa atas situasi umum pendidikan sehari-hari hidup dalam menara gading bernama kampus. Untuk di Indonesia yang menandaskan bahwa privatisasi dan itulah, mendekatkan diri dan menyelami kehidupan rakyat utamanya komersialisasi semakin menggila serta demokratisasi kampus yang klas buruh dan kaum tani menjadi jawaban untuk mengikis akar terus dihambat. Dengan demikian, soal-soal perampasan hak-hak borjuasi kecil kita. mahasiswa di kampus pun akan semakin massif terjadi, apalagi Organisasi harus mulai memecahkan kebuntuan-kebuntuan dalam tahun 2008 RUU BHP akan disahkan. Artinya, rejim SBYdalam upaya kita bertalian erat dengan rakyat. Program 3 S harus Kalla dan aparatus pendukungnya melalui jajaran rektor dan mulai kita jalankan setahap demi setahap di pedesaan ataupun pengelola kampus lainnya terus membiarkan nasib pemuda dan perkotaan. Kegiatan-kegiatan pelayanan terhadap rakyat harus lebih mahasiswa di Indonesia semakin terlantar. dikonkretkan dalam melaksanakan aktifitas 3 S. Dengan itulah, kita Itu juga tanda bahwa rejim SBY-Kalla dan aparatus akan lebih bisa bertalian erat dengan rakyat. pendukungnya di kampus telah mengajak kita berperang melawan Di kampus, banyak potensi dari mahasiswa yang bisa kita gali dirinya. Mau tidak mau ajakan tersebut harus kita sambut, karena dan berdayakan untuk mendukung aktifitas pelayanan terhadap jika kita biarkan tidak akan ada perubahan bagi nasib pemuda dan rakyat di pedesaan dan perkotaan. Mahasiswa-mahasiswa jurusan mahasiswa di Indonesia. Dengan demikian, sudah menjadi tugas pendidikan, kesehatan, teknik, pertanian sangat berarti tenaganya dan keniscayaan bagi FMN bahwa pengobaran perjuangan massa dalam melakukan aktifitas-aktifitas pelayanan seperti pengajaran, di kampus adalah jawaban atas ajakan di atas. Aksi-aksi massa di pelayanan kesehatan, dan pembangungan fasilitas-fasilitas umum. kampus akan terus kita gelorakan dan dimajukan ke tingkat Di sisi lain, pertalian erat itu juga kita konkretkan dengan semakin perjuangan massa yang lebih maju. Dari mulai menuntut soal-soal mempererat kerjasama-kerjasama politik melalui perjuangan konkret di kampus hingga tuntutan-tuntutan politik di kampus ataupun bersama dengan kekuatan klas buruh, kaum tani dan rakyat tertindas terhadap rejim SBY-Kalla. lainnya. Sebagai gerakan massa di perkotaan, kita harus berperan Tentu saja aksi-aksi massa di kampus tersebut harus dilakukan mendukung perjuangan kaum tani di pedesaan. Ambil contoh melalui aksi-aksi massa terdidik dan terorganisir. Artinya, sebuah bagaimana memprotes tindakan terhadap kekerasan yang dialami perjuangan massa yang memang dipersiapkan dengan matang dan kaum tani dengan melakukan aksi-aksi protes di perkotaan. Selain dijalankan dengan pengorganisasian pekerjaan yang solid dan itu, kita harus menopang perjuangan klas buruh di perkotaan. Ketika terukur. Upaya-upaya kita dalam membangkitkan, sebuah pabrik meletus perjuangan massa, kita harus mengerahkan menggorganisasikan hingga menggerakkan massa mahasiswa tenaga dan menggalang dukungan luas untuk menggalang dukungan untuk berjuang harus kita siapkan dan dijalankan dengan sungguhpolitik ataupun logistik di kampus dan perkotaan untuk kebutuhan sungguh. Kita harus mencengkam serat-eratnya hal ini, sehingga perjuangan klas buruh. tidak lepas satupun dari tangan kita. Tenaga dan pikiran kita benarDi samping itu, kita juga harus mengenalkan secara langsung benar harus dicurahkan untuk ini semua. kepada massa mahasiswa di kampus tentang realitas ketertindasan Sekecil apapun persoalan di kampus dan menjadi problem bagi rakyat Indonesia. Bagaimana menjadikan kampus dipenuhi dengan massa mahasiswa di kampus, harus kita jadikan letupan bagi mimbar-mimbar akademis seperti diskusi terbuka, seminar bahkan perjuangan massa. Rektor-rektor bejat dan jajaran-jajarannya yang panggung rakyat tentang kehidupan klas buruh, kaum tani dan rakyat terus menjadikan mahasiswa sebagai sapi perahan bagi keuntungan Indonesia secara umum. Sehingga kampus memang bisa menjadi dirinya, harus menjadi sasaran pemblejetan politik kita dalam benteng pertahanan perjuangan rakyat. perjuangan massa yang dilakukan, termasuk rejim SBY-Kalla yang Itulah pertalian erat antara kita dan mahasiswa. Semua ini harus menjadi pokok persoalan pemuda dan mahasiswa. kita lakukan sebagai wujud pengabdian kita terhadap rakyat Indonesia. Dengan semakin berkobarnya perjuangan massa di kampus Dan itulah beberapa pokok pandangan tentang refleksi perjuangan lewat aksi-aksi massa yang terdidik dan terorganisir, kita akan massa akhir tahun 2007. Mari Perhebat Lagi Perjuangan Massa, memetik hasil-hasil penting yaitu kemenangan-kemenangan kecil Lahirkan Kampus Stabil dan Terus Bertalian Erat dengan Rakyat! secara politik dan organisasi, baik kemenangan tuntutan politik, pengaruh politik yang semakin meluas, bertambahnya sekutu

gelora

Kaledoskop Aksi-Aksi Massa Kampus Tahun 2007


No 1. Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja Waktu 11 Januari 2007 Keterangan FMN melakukan aksi penggalangan tanda tangan menolak pemberlakukan SK Rektor nomor 102 Tahun 1999, serta SE Rektor No R/616/A.10/ XII/ 2005 tentang ketertiban mahasiswa di kampus yang berakibat sweeping dan pengusiran pihak keamanan kampus dan dosen terhadap mahasiswa yang melanggar isi peraturan ini pada 8-10 Januari 2007. Adanya penolakan dari mahasiswa memaksa birokrat kampus menunda pelaksanaan peraturan ini. FMN melakukan aksi menuntut hak-hak mahasiswa antara lain penolakan kenaikan SPP dan DPP, perbaikan fasilitas dan keringanan dispensasi waktu pembayaran kuliah. Tuntutan dispensasi berhasil dimenangkan. FMN bersama massa mahasiswa melakukan aksi penolakan Jalur Khusus bagi mahasiswa angkatan 2007 yang telah berimbas pada maraknya praktek pungli dan diskriminasi antara mahasiswa regular dan mahasiswa jalur khusus. Rektor UPI tidak mau menanggapi tuntutan mahasiswa. Pasca aksi, ada tudingan dari sejumlah dosen bahwa mahasiswa yang melakukan aksi adalah komunis. Kampus IKIP Mataram kembali bergejolak setelah gugatan mantan Rektor IKIP Mataram M Faturahim dimenangkan dan disikapi rektor bejat Said Ruphina dengan seruan Rektor IKIP Mataram No. 108/F.01/PT/OKIPMtr/ 2007 yang intinya tetap menegaskan dirinya berkuasa atas kepemimpinan di IKIP Mataram. Aliansi mahasiswa GRANAD yang terdiri dari berbagai organisasi termasuk FMN menyikapi hal ini dan terus berlangsung hingga April 2007 Aksi FMN menuntut hak-hak demokratis pendidikan seperti realisasi anggaran 20%, penolakan RUU BHP, pencabutan status BHMN dan Demokratisasi Kampus bertepatan dengan kedatangan Gubernur Jawa Barat (Jabar) di Kampus Unjani. Pasca aksi FMN distigmaisasi oleh kampus sebagai komunis. Aksi seminar jalanan mahasiswa ITS di depan gedung rektorat ITS memprotes pihak ITS yang turut andil dalam bencana lumpur panas Lapindo di Sidoarjo. Aksi ini berujung dengan skorsing 2 semester terhadap 3 mahasiswa ITS yang terlibat dalam seminar jalanan Aksi FMN bersama aliansi mahasiswa Forum Mahasiswa Merdeka (Formam) menolak pembayaran paket SKS dan pungli bagi wisudawan. Tuntutan perjuangan berhasil dimenangkan dengan dinyatakan penundaan pembayaran. Aksi FMN bersama lembaga-lembaga kemahasiswaan di kampus tentang dana SPP, kebijakan MKDU dan auto debet. Perjuangan MKDU dan tangguhan SPP berhasil dimenangkan dengan dibuat MOU bersama mahasiswa dan birokrat Aksi pemboikotan kampus oleh mahasiswa yang dilakukan GRANAD menolak penutupan 3 jurusan, legalitas wisudawan dua periode terakhir, pengusutan kasus kematian M. Ridwan dan kepastian hukum status kepemilikan IKIP Mataram. Aksi ini direpresi dan penangkapan terhadap 23 mahasiswa (12 diantaranya anggota FMN) oleh aparat kepolisian. Aksi FMN bertepatan dengan wisuda mahasiswa UPI menuntut jaminan lapangan pekerjaan bagi lulusan perguruan tinggi dan perbaikan fasilitas pentagon Aksi aliansi mahasiswa Universitas Padjajaran (Unpad) dimana FMN salah satu di dalamnya, memprotes tindak kekerasan yang mengakibatkan kematian Cliff Muntu dan pembubaran IPDN. Aksi FMN menuntut perbaikan fasilitas bangku kuliah Aksi FMN bersama beberapa organisasi dan lembaga mahasiswa di kampus menuntut perbaikan fasilitas kampus seperti kipas angin kelas dan toilet kampus. Rektor memenuhi tuntutan massa aksi untuk memperbaiki fasilitas hingga akhir tahun 2007. Aksi FMN bersama massa mahasiswa menolak kebijakan pengutipan biaya praktikum sebesar Rp. 200.000/ semester yang dikenakan kepada mahasiswa angkatan 2006.

2.

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Jogja (Suka)

19 Januari 2007

3.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

15 Januari 2007

4.

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Mataram

1 Februari 2007

5.

Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani) Cimahi-Bandung

26 Februari 2007

6.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

3 Maret 2007

7.

Universitas Merdeka (Unmer) Malang

28 Maret-9 April 2007

8.

Unjani Bandung

Maret-April 2007

9.

IKIP Mataram

9 April 2007

10.

UPI Bandung

20 April 2007

11.

IPDN Jatinangor

13 dan 16 April 2007

12. 13.

Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP)

23 April 2007 2 Mei 2007

14.

Institut Agama Islam Negeri Sumatra Utara (IAIN-SU)

8 Mei 2007

gelora

15. Universitas Islam Sumatra Utara (UISU) Medan

10 Mei 2007

Kampus UISU diserang gerombolan preman yang mengakibatkan kerusakan terhadap fasilitas kampus, kendaraan bermotor milik mahasiswa dan tindak kekerasan terhadap mahasiswa dan karyawan akibat konflik di tubuh yayasan. FMN bersama massa mahasiswa dan masyarakat sekitar kemudian melakukan pengambil alihan kampus kembali Aksi FMN bersama massa mahasiswa dan sejumlah organisasi mahasiswa Unsiq menuntut penyediaan mukena dan sarung untuk musholla, transparansi dana KPM dan penyediaan jembatan di FTIK. Tuntutan massa berhasil dimenangkan dengan pernyataan mukena dan dan sarung akan terealisasi 2 hari pasca aksi, transparansi dana KPM akan diadakan sosialisasi terhadap mahasiswa dan pembangunan jembatan akan segera direalisasikan. Aksi FMN bersama massa mahasiswa dan sejumlah organisasi mahasiswa menolak kenaikan SPP sebesar 50 persen. Pihak rektor dan jajarannya melakukan intimidasi dengan ancaman DO terhadap mahasiswa yang mengikuti aksi dan sempat melakukan pembubaran aksi mahasiswa (1/7) dengan alasan wilayah steril bagi organisasi ekstra. Tuntutan mahasiswa hanya dipenuhi dengan penuruan prosentase kenaikan SPP sebesar 25 persen Aksi FMN bersama massa mahasiswa menolak pengutipan biaya praktikum Aksi FMN bersama organisasi mahasiswa di kampus menuntut korupsi Rektor Untad. Mahasiswa mendapatkan represi bahkan 2 anggota FMN sempat dipukuli preman akibat terlibat dalam aksi tersebut. Konflik dualisme Undar yang tak kunjung surut memaksa mahasiswa untuk terus berjuang mendapatkan hak-haknya di tengah segala kepastian yang ada. Mahasiswa melakukan aksi ke DPR (2/7) yang bersedia menjadi mediator. Pasca aksi mahasiswa diintimidasi salah satu pihak yang bertikai. Ketika bertemu Kopertais V, pihak Kopertais menyatakan Undar akan dibekukan segera. Aksi FMN bersama beberapa organisasi mahasiswa di Unila menuntut penolakan BHP, Realisasi Anggaran dan demokratisasi kampus bertepatan dengan pelaksanaan pekan ilmiah nasional (Pimnas) XX yang dihadiri oleh Dirjen Dikti Satrio Soemantri Brojonegoro. Dalam aksi ini, Dirjen Dikti menuduh mahasiswa sebagai gerombolan brutal. Aksi FMN bersama mahasiswa dan sejumlah organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa (Forma) UPI menuntut pembayaran UPI-Net tidak disatukan dengan biaya registrasi mahasiswa. Tuntutan mahasiswa berhasil dimenangkan setalah beraudiensi langsung dengan pihak rektorat. Aksi FMN bersama massa mahasiswa menuntut dispensasi pembayaran SPP dan perbaikan fasilitas papan tulis dan lampu. Terjadi tindak kekerasan terhadap mahasiswa bahkan 3 anggota FMN sempat ditahan aparat namun berhasil didesak massa aksi untuk dibebaskan. Rektor tetap ngotot tidak memenuhi tuntutan mahasiswa Aksi FMN bersama massa mahasiswa dan berbagai organisasi mahasiswa bertepatan dengan Dies Natalies USU ke 55 menuntut perbaikan fasilitas kampus. Aksi ini berujung bentrok dan mencederai sejumlah mahasiswa Aksi mahasiswa ISI dengan dukungan FMN beserta beberapa organisasi lainnya menuntut dibatalkannya SK Rektor ISI No.1029 tentang Batas Akhir Masa Studi hingga 30 Agustus 2007 bagi mahasiswa angkatan 2000. Dalam aksi-aksi yang dilakukan pihak Rektor melakukan intimidasi bahkan mengerahkan front anti komunis (FAKI) untuk membubarkan aksi mahasiswa yang dituduh oleh rektor sebagai gerakan komunis Aksi FMN dan BEM APMD menuntut hak-hak mahasiswa. Salah satu tuntutan tentang kewenangan OSPEK mahasiswa dikembalikan ke BEM berhasil dimenangkan Aksi FMN menuntut perbaikan fasilitas kipas angin di kelas dan pergantian bangku kuliah. Tuntutan berhasil dimenangkan Aksi FMN bersama beberapa organisasi yang tergabung dalam Pokja BHP mempropagandakan penolakan RUU BHP. Aksi FMN bersama mahasiswa menuntut pencabutan SK DO dan pencabutan nilai C. Aksi ini berujung bentrok dan mengakibatkan 1 orang mahasiswa terluka parah dan 11 lainnya memar-memar akibat diserang UKM Tarung Derajat yang dipimpin langsung staf PR III Unimed.

16. Universitas Sains Al Quran (Unsiq) Wonosobo

12 Juni 2007

17. Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

21 Juni-1 Juli 2007

18. Universitas Negeri Medan (Unimed) 19. Universitas Tadulako (Untad) Palu

25 Juni 2007 Juni 2007

20. Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang

2-5 Juli 2007

21. Universitas Negeri Lampung (Unila)

18 Juli 2007

22. UPI Bandung

23 Juli 2007

23. Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Lombok Timur

6 Agustus 2007

24. Universitas Sumatra Utara (USU) Medan

Agustus 2007

25. Institut Seni Indonesia (ISI)

13 Agustus-17 September 2007

26. STPMD APMD

31 Agustus

27. STPMD APMD

3 September 2007

28. Universitas Brawijaya

6 September 2007

29. Universitas Negeri Medan (Unimed)

6 September 2007

gelora

30. Universitas Islam Indonesia (UII)

8 September 2007

Aksi FMN bersama berbagai organisasi yang tergabung dalam Front Anti BHP bertepatan dengan Konfrensi Perguruan Tinggi Swasta Islam SeIndonesia menuntut penolakan BHP. Aksi berakhir bentrok mengakibatkan 4 anggota FMN terluka parah akibat tindakan represif polisi. Aksi FMN bersama berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Menggugat bertepatan dengan kedatangan SBY dalam peringatan Dies Natalies Unpad ke 50 menuntut tanggung jawab pemerintah atas pemenuhan hak-hak rakyat atas pendidikan. Aksi berujung bentrok dan beberapa massa terluka ringan Aksi FMN bersama massa mahasiswa dan sejumlah organisasi mahasiswa menuntut penolakan SK. Rektor No: 1402/R/IX/2007 mengenai jadwal pembanyaran uang kuliah yang diperpendek. Tuntutan ini berhasil dimenangkan dengan dikeluarkan SK Perbaikan dari Rektor No.1419/R/ IX/2007 bahwa pembayaran kuliah dikembalikan kepada sistem sebelumnya Aksi FMN bersama massa mahasiswa dan berbagai organisasi mahasiswa menuntut pencabutan SK DO terhadap 15 mahasiswa yang berunjuk rasa ketika pelaksanaan Ospek 15 September 2007. Aksi ini berujung bentrok. Aksi FMN dengan tuntutan pencabutan sumbangan POM (persatuan orang tua mahasiswa) di fakultas hukum Unsoed , terjadi dialog dengan dekan dan para pembantu dekan. Aksi berakhir dengan provokasi yang dilakukan PD III dengan menantang massa aksi berkelahi. Aksi FMN melanjutkan tuntutan pencabutan sumbangan POM fakultas hukum Unsoed, aksi ini berakhir ketika ada ancaman bentrok jika massa aksi berani memasuki fakultas hukum yang dilakukan oleh mahasiswa preman yang tergabung dalam salah satu ormas mahasiswa yang di bayar oleh pihak kampus yang jumlahnya dua kali lipat dari massa aksi.

31. Unpad Bandung

12 September 2007

32. Universitas HKBP Nomansen Medan

20 September 2007

33

Universitas HKBP Nomansen

21-24 September 2007

34. Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto)

4 November 2007

35. Unsoed Purwokerto

10 Desember 2007

gelora

Gelora Kampus

Unsoed Bergejolak, Mahasiswa Bergerak Menolak Sumbangan POM


Privatisasi dan komersialisasi pendidikan adalah potret nyata kehidupan kampus di Indonesia saat ini, tak terkecuali bagi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Sebagai ormas mahasiswa yang memperjuangkan hak-hak demokratis mahasiswa di kampus, FMN Unsoed pun berdiri tegak dan tampil ke depan bersama mahasiswa melakukan perjuangan menolak komersialisasi pendidikan di Unsoed.

erjuangan massa mahasiswa yang dilakukan FMN kembali bergelora untuk menyikapi ketidakadilan birokrasi dalam mengeluarkan kebijakan keuangan yang dibebankan kepada mahasiswa di Unsoed. Kali ini FMN bersama massa mahasiswa Unsoed melakukan aksi menolak keberadaan sumbangan Persatuan Orang tua Mahasiswa (POM) yang senyatanyatanya mencerminkan praktek komersialisasi pendidikan. POM dan Berbagai Biaya Lainnya yang Meresahkan Persatuan Orang tua Mahasiswa (POM) adalah lembaga yang terdapat di setiap fakultas yang dibentuk oleh birokrasi kampus. Pengurusnya adalah jajaran birokrasi kampus yang anaknya kuliah atau pernah kuliah di Unsoed. Keberadaan POM sendiri telah hadir sejak tahun 2000. Pendirian POM dilakukan dengan alasan kampus kekurangan dana untuk menyelenggarakan pendidikan serta menambah fasilitas-fasilitas kampus. Sumbangan POM berbeda di masing-masing fakultas. Di Fakultas Hukum misalnya, mahasiswa yang diterima melalui jalur SPMB atau PMDK harus membayar sumbangan POM sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus rupiah). Sementara mahasiswa yang diterima melalui jalur khusus (ujian masuk/SPMB lokal) harus membayar sumbangan POM Rp 8.000.000,00 (delapan juta rupiah) hingga Rp. 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). Selain membayar iuran POM, mahasiswa sendiri sudah dibebani dengan berbagai sumbangan yang sebenarnya tidak lebih dari praktek-praktek komersialisasi pendidikan, Selain SPP per semester sebesar Rp 400.000,00 (empat ratus ribu rupiah), mahasiswa juga diwajibkan membayar Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) sebesar Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) yang harus dibayarkan sampai lulus kuliah. Ada juga dana pendamping yang wajib dibayarkan selama 4 (empat) semester pertama sebesar Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) bagi setiap mahasiswa. Kebijakan ini lahir dengan latar belakang Unsoed yang tengah mengembangkan otonomi kampus serta mempersiapkan diri menjadi Badan Hukum Pendidikan (BHP). FMN dan Mahasiswa Bergerak Menolak Dana POM Pemberlakuan pembayaran sekian macam biaya ini telah memicu mahasiswa untuk bangkit melakukan protes. Aksi penolakan sumbangan POM sendiri bukan yang pertama kali terjadi di Unsoed. Dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini (November dan Desember 2007), FMN bersama massa mahasiswa melakukan perjuangan menuntut penghapusan POM. Aksi ini dilakukan pada 4 November dan 10 Desember 2007. Dalam pelaksanaannya, FMN Unsoed memulai kampanye penghapusan dengan berpropaganda luas melalui penempelan poster dan pamflet yang berisikan data-data dan kecaman terhadap keberadaan sumbangan dana POM. Selain itu, propaganda solid terhadap mahasiswa baru juga dikembangkan untuk mengimbangi propaganda luas yang dijalankan. Dari hasil pekerjaan ini, FMN kemudian sanggup mendorong terjadinya dengar pendapat (public hearing) di Fakultas Hukum pada Oktober 2007. Dalami hearing tersebut, birokrasi kampus yang korup tidak sanggup lagi bersembunyi dibalik topeng kekuasaannya karena terbukti tidak mampu menjelaskan secara ilmiah keberadaan sumbangan POM yang begitu besar dan tidak jelas penggunaannya. Pasca dengar pendapat, FMN terus berupaya berpropaganda secara luas tentang pentingnya perjuangan massa menolak sumbangan POM. Hal itu berujung dengan digelarnya aksi massa menolak sumbangan POM tanggal 4 Desember 2007 yang diikuti

puluhan mahasiswa. Tuntutan yang diusung adalah 1). Hapuskan keberadaan dana POM, 2). Kembalikan uang POM mahasiswa yang telah dibayarkan dan 3). Libatkan mahasiswa dalam pengambilan kebijakan kampus. Dalam aksi kali ini, FMN juga melakukan penggalangan petisi/tanda tangan penolakan dana POM. Aksi ini dibuka dari depan warung tegal (warteg) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) dengan orasi-orasi dari calon anggota dan anggota baru FMN, yang dilanjutkan kemudian ke dalam gedung Fisip. Selain mengajak mahasiswa Fisip turut terlibat dalam aksi, massa aksi juga meminta solidaritas mahasiswa dengan menandatangani petisi penolakan sumbangan POM. Aksi dilanjutkan ke Fakultas Ekonomi (FE) melewati gerbang samping Grendeng dan selanjutnya menuju sasaran akhir Fakultas Hukum (FH). Orasi-orasi politik kembali digelar di lapangan taman FH untuk menggalang kekuatan serta mengumpulkan petisi dari massa mahasiswa yang ada di fakultas. Dari sana massa aksi bergerak ke depan ruang Dekanat. Setiba di depan ruang dekanat, massa aksi kembali melakukan orasi-orasi politik dan mendesak pihak fakultas mencabut keberadaan dana POM serta menandatangani surat pencabutan dana POM yang telah disiapkan massa aksi. Akan tetapi, Dekan FH tidak mau menemui mahasiswa secara langsung. Tidak menyerah begitu saja, massa aksi FMN langsung mendatangi dekanat dan berdialog secara langsung di kantor dekan bersama seluruh massa aksi. Seperti yang sudah-sudah, pihak dekanat tidak mampu menjelaskan secara ilmiah tentang keberadaan dana POM. Sebaliknya Pembantu Dekan (PD) III justru malah menentang massa aksi untuk berkelahi. Tetapi massa aksi tidak terpancing menanggapi provokasi picikan tersebut dan memilih membubarkan diri secara tertib. Aksi Berlanjut, Tindakan Premanisme Kembali Terjadi Aksi FMN kembali dilanjutkan tanggal 10 Desember 2007 bertepatan dengan Hari HAM Internasional yang melibatkan puluhan mahasiswa. Aksi ini diawali dengan propaganda luas sejak 7 Desember 2007 dengan melakukan penyebaran dan pembagian suplemen perlawanan demokrasi nasional (Super Demnas) ke kelas-kelas serta melakukan inisiasi ke UKMUKM di FH. Aksi kedua kali ini kembali dibuka di depan Fisip, selanjutnya ke FE dan berujung di FH. Sebelum massa aksi FMN tiba di taman FH, massa sudah dihadang gerombolan mahasiswa preman bayaran birokrat yang berasal dari salah satu ormas yang katanya berwatak nasionalis. Massa mahasiswa di dalam gedung FH yang tadinya akan terlibat dalam aksi ternyata juga diintimidasi gerombolan mahasiswa preman tersebut, sehingga membuat mereka mengurungkan niat terlibat dalam aksi karena ketakutan. Gerombolan mahasiswa preman ini bahkan mengancam melakukan bentrokan terbuka dengan mentang-mentang lebih besar jumlah massanya. Melihat psikologis massa aksi yang sudah terganggu dan belum ada persiapan untuk menghadapi hal-hal semacam itu, akhirnya aksi pun diakhiri dengan tertib. Apa yang dialami oleh FMN Unsoed ketika mengobarkan perjuangan massa ini semakin menegaskan bahwa kampus benar-benar telah melanggengkan praktek-praktek bisnis pendidikan/komersialisasi pendidikan, karena tuntutan-tuntutan mahasiswa tidak digubris bahkan tidak mampu memberikan penjelasan ilmiah atas soal yang diangkat mahasiswa. Sementara tindakan premanisme sebagai cermin praktek anti demokrasi di kampus semakin menegaskan demokratisasi di kampus hanya isapan jempol semata dan politik adu domba selalu digunakan birokrat untuk memecah kekuatan perjuangan massa mahasiswa di kampus. Disinilah penting bagi FMN untuk terus memperluas pengaruh politik sekaligus memperbesar dan memperkuat organisasi, sehingga mahasiswa tidak lagi dipandang sepele dan memperkuat persatuan mahasiswa untuk memperjuangkan hak-haknya di kampus.

gelora

Karya Massa

Kampusku Melarang Karya Ilmiahku


Oleh : Wita Andrika*

ukup kecewa memang untuk menuliskan Perdebatan saya pun semakin meruncing karena saya pengalamanku ketika mengajukan sebuah judul disarankan untuk melakukan penelitian yang saya anggap seminar tentang Pengaruh Hubungan Industrial permasalahannya itu-itu saja, seperti Pengaruh Upah Kerja (Outsourcing) Antara Pengusaha dengan Buruh Dalam dengan Motivasi kerja dan pada permasalahan-permasalahan Kaitannya dengan Psikologis Buruh. Hasilnya, saya yang tidak berhubungan langsung dengan faktor penyebab diharuskan mengganti judul tersebut. Alasannya bermacamutama. Dalam hal ini perusahaan yang kebanyakan tidak macam, dari apakah kamu tau persis apa itu Hubungan memperhatikan buruh atau karyawannya. Dimana perusahaan Industrial, apakah itu memang berdampak pada psikologis hanya ingin memperoleh keuntungan sebesar-besarnya tetapi buruh, apakah kamu yakin bahwa Outsourcing itu benar-benar dengan cara menindas buruh dengan jam kerja yang panjang banyak digunakan di pabrik-pabrik? Sampai saya ditanyakan tapi upahnya murah apalagi penggunaan sistem kerja apakah hanya Outsourcing yang mengakibatkan atau Outsourcing yang jelas-jelas menindas buruh. berdampak pada psikologis seorang buruh? Tetapi lagi-lagi pendapat saya ditentang dan malah Saya juga harus mendengarkan kata dosen yang dinyatakan itu terlalu politis dan bukan pekerjaan seorang menyatakan; meskipun Outsourcing telah membuat buruh Psikolog dan hampir-hampir tidak berhubungan langsung menderita tetapi sebagian buruh dapat melewatinya dengan dengan masalah psikologi. Saya sungguh kecewa mendengar baik. Dan lagi-lagi saya dihadapkan dengan pernyataan, pernyataan itu. Dan hal ini lebih dikaitkan lagi bahwa judul sebaiknya kamu meneliti tentang buruh-buruh Outsourcing saya belum jelas dan harus diganti. Dengan perasaan kecewa, yang mampu melewati hari-harinya dengan baik. Walau statusnya outsourcing tetapi memiliki motivasi kerja yang tinggi. Demikianlah saya dipinta. Ketika kontradiksi itu muncul, saya lalu mengutarakan pendapat, seseorang memiliki motivasi kerja dikarenakan adanya dorongan internal dan dorongan eksternal dari dalam dirinya,. Nah, jika dorongan eksternal itu berupa status kerja dan buruh-buruh yang Outsourcing, tentu status kerjanya sangat singkat bahkan tidak jelas. Jika dorongan eksternal ini memuncak dan butuh pemenuhan, maka akan mempengaruhi motivasi kerja buruh tersebut. Jika motivasi kerja buruh ini menurun, maka perusahaan dapat dengan mudah memecat melalui alasan-alasan yang tidak jelas dan memandang bahwa motivasi kerja buruh yang rendah akan mengganggu produksi kerja. Lalu saya pun menyatakan, Mungkinkah ada kebebasan mimbar akademik, jika kritis saja kita dibungkam.. dimana peran kita sebagai orang Psikologi menanggapi masalah ini dan apa yang harus kita saya pun menyudahi pertemuan tersebut dengan satu lakukan untuk menolong buruh Outsourcing tersebut? kesimpulan bahwa saya akan coba cek ke perusahaan untuk Bagaimana tanggapan kita dengan buruh yang jelas-jelas telah melihat motivasi kerja buruhnya. dirugikan perusahaan tanpa mempertimbangkan nasib dan Setelah saya dalami pertemuan tersebut dan dikaitkan status kerja buruh? dengan materi-materi pendidikan di FMN, saya mendapatkan Dosen tersebut tidak memberi jawaban yang tepat dan satu kesimpulan, memang seperti inilah wajah asli pendidikan malah mengalihkan pada pernyataannya agar saya mengecek kita yang belum Ilmiah, Demokratis, dan Mengabdi Pada terlebih dahulu perusahaan yang menggunakan buruh Rakyat, tetapi hanya digunakan untuk orang-orang yang outsourcing untuk melihat bagaimana motivasi kerja buruhberkuasa dan berkepentingan di negeri ini. buruh outsourcingnya dan minta kesediaan perusahan tersebut Kaum pengecap pendidikan pun hanya disuruh untuk memperbolehkan saya melakukan penelitian. mengerjakan sesuatu yang tidak banyak mengkritisi, Saya begitu kesal apalagi ketika saya jelaskan penelitian bertentangan dengan apa yang sudah ada serta materi-materi saya ini bersifat kualitatif. Lagi-lagi mereka menjawab, bahwa pendidikan yang kurang ilmiah. Tujuan dari pendidikan dan penelitian kualitatif itu memakan waktu yang cukup lama dan keterampilan yang seharusnya untuk rakyat banyak malah telah kamu harus mencari benang merah atas permasalahan yang berubah. Pada akhirnya, ketika saya tanyakan apakah kamu angkat, serta untuk melakukan penelitian kualitatif saya pekerjaan seorang Psikolog kalau bukan membantu mencari harus menguasai dengan baik dan benar-benar paham dengan jalan penyelesaian atas permasalahan seseorang dan apa yang teknik Observasi dan Interview untuk mengambil datanya. seharusnya dilakukan orang Psikologi terhadap nasib buruh Ketika saya bahas tentang hal itu,dan saya nyatakan, saya Outsourcing tsb? Tidak ada jawaban dan seolah-olah begitulah kan masih bisa mempelajarinya dan itu hak saya untuk kehidupan seorang buruh yang memang kurang diperhatikan mendapatkannya dikampus ini! Mereka lagi-lagi menyatakan dan nasibnya selalu lebih buruk dari jenis pekerjaan lainnya itu butuh waktu yang lama lagi dengan dalih saya harus menyelesaikan seminar dalam waktu dekat.
*Anggota FMN Universitas HKBP Nomansen Medan

gelora

Gejolak Massa

Terus Berjuang Menuntut Hak-Hak Demokratis!


Catatan positif dari perkembangan gerakan massa saat ini bahwa gerakan massa terus bangkit, bergerak dan berjuang menuntut hak-hak demokratis di bawah dominasi imperialisme dan rejim boneka Amerika SBY-Kalla. Bulan Desember yang menjadi punghujung tahun 2007 pun tetap ditutup dengan bergeloranya perjuangan massa di dalam negeri.
UNFCC diprotes, Hari HAM Internasional Diperingati dengan Gegap Gempita Aksi Massa Dalam rangka menyikapi KTT PBB tentang Perubahan Iklim (United Nation Forum on Climate Change Confrence/UNFCCC) yang berlangsung di Nusa Dua Bali 3-15 Desember 2007 dan peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional 2007, FMN bersama ILPS Indonesia (AGRA, INDIES, GRI) dan berbagai organisasi massa melakukan berbagai aktifitas untuk memperjuangkan aspirasi dan hakhak demokratis rakyat terkait ke dua hal tersebut. Waktu pembukaan UNFCCC tanggal 13 Desember 2007, FMN bersama berbagai organisasi massa dan sejumlah LSM yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Demokrasi dan HAM (ARDHAM) melakukan aksi di Denpasar yang menyuarakan bahwa KTT PBB tentang Perubahan Iklim tidak akan banyak membawa dampak berarti apa-apa bagi efek pemanasan global dan nasib rakyat Indonesia jika negara-negara maju atau negara-negara imperialis terutama Amerika Serikat (AS) tidak mengurangi pembuangan emisi gas karbonnya. Aksi ini juga menuntut penolakan terhadap perdagangan karbon (carbon trade ) serta menuntut penghentian ekspolitasi alam oleh imperialis yang didukung rejim boneka di dalam negeri. Aksi serupa juga dilakukan oleh FMN bersama beberapa organisasi yang tergabung dalam Front Rakyat Anti Imperialisme di Jakarta (3/12). Tanggal 7 Desember 2007, bertempat di Denpasar Bali, ILPS Indonesia bekerja sama dengan IBON menggelar workshop tentang perubahan iklim dan melahirkan deklarasi rakyat (people ptrotocols) tentang perubahan iklim dalam rangka menegakkan kedaulatan rakyat atas sumber daya alam. Di beberapa daerah FMN bersama beberapa organisasi juga menggalang petisi untuk mendukung deklarasi rakyat yang nantinya akan disampaikan oleh delegasi di Bali dalam ruang sidang UNFCCC. Petisi ini juga digalang dari kalangan sekutu dari luar negeri. Puncak dari seluruh kegiatan tersebut jatuh pada tanggal 10 Desember 2007 bertepatan dengan perayaan Hari HAM Internasional. Bersama ILPS Indonesia, FMN menggalang aksi massa di 17 kota di seluruh Indonesia dengan jumlah keterlibatan massa aksi mencapai sekitar 6000 orang. Aksi tanggal 10 Desember ini bertemakan Imperialism AS dan Rejim SBYKalla Harus Bertanggung Jawab atas Pelanggaran HAM dan Kerusakan Lingkungan. Di Medan dan Surabaya, bendera AS bahkan diinjak-injak dan dibakar. Sementara di Bali, selain menggelar aksi di Konsulat Jenderal (Konjen) AS, delegasi ILPS Indonesia bersama sejumlah organisasi luar dan dalam negeri melakukan aksi protes di dalam sidang pertemuan UNFCCC bahkan sempat menggelar konfrensi pers pasca aksi tersebut. Sehari menjelang penutupa n UNFCCC (14/12), FMN yang tergabung dalam FRAI kembali melakukan aksi piket di bunderan HI Jakarta memprotes hasil-hasil UNFCCC. SBY Datang, FMN direpresi MEDAN (19/12) Memperingati Hari Kesetiakawanan Nasional yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Medan, FMN dan AGRA melakukan aksi protes di simpang bandara Polonia Medan. Aksi ini mendapatkan represi aparat dengan dibubarkan paksa dan massa aksi diangkut secara paksa oleh aparat kepolisian. Sepuluh orang massa aksi ditangkap, diangkut paksa ke dalam truk polisi dan ditahan beberapa jam di kantor Poltabes Medan. Aparat kepolisian juga menyita paksa atribut aksi seperti bendera FMN dan spanduk aksi. Kejadian ini semakin membuktikan tindakan sewenangwenang aparat kekerasan negara dalam menghentikan berbagai protes dan aksi yang dilakukan oleh rakyat sekaligus menggambarkan bagaimana sifat dari rejim yang hari ini berkuasa yaitu SBY-Kalla yang anti demokratik, bahkan cenderung fasis untuk melanggengkan kekuasannya.

gelora

10

Rakyat Bicara

REFLEKSI PERJUANGAN KAUM TANI DI TAHUN 2007


Krisis ekonomi dalam negeri yang semakin akut di negeri-negeri setengah jajahan dan setengah feudal seperti Indonesia, telah mengakibatkan bangkitnya gerakan massa di berbagai pelosok negeri dari seluruh lapisan massa rakyat. Klas buruh, kaum tani, pemuda dan mahasiswa, perempuan rakyat miskin kota dan lain sebagainya, terus melakukan aksi-aksi menuntut hak-haknya. Ini sekaligus bukti bahwa rejim SBY-Kalla semakin sulit membawa rakyat Indonesia keluar dari krisis di negeri ini. Di sisi lain, rejim ini terus memberikan keleluasaan kepada imperialisme untuk mengeruk sumber-sumber kekayaan alam, pasar dan tenaga kerja murah. Sementara para borjuasi besar komprador, tuan tanah dan kabir, menikmati hasil memuaskan dari penghisapan dan penindasan terhadap rakyat Indonesia.
Berikut kami hadirkan petikan wawancara kami dengan Erpan Paryadi Sekretaris Jenderal (Sekjend) Pimpinan Pusat Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA) terkait dengan perjuangan kaum tani dan rakyat secara umum yang dilakukan selama tahun 2007. Sepanjang tahun 2007 ini, bagaimana anda melihat perkembangan dari gerakan massa kaum tani? Perkembangan dari gerakan massa kaum tani pada tahun 2007 makin maju. Artinya, gerakan massa kaum tani makin bangkit menuntut hak-hak dasarnya sebagai kelas tertindas. Yang saya maksudkan sebagai kemajuan adalah kesadaran kaum tani untuk memperjuangkan hak-haknya tersebut secara kolektif, yakni mendasarkan diri pada organisasi tani, sesuai dengan tingkatan perkembangan organisasinya. Kesadaran untuk memperjuangkan hak-haknya melalui perjuangan kolektif organisasi inilah yang akan menentukan gerak maju dari gerakan massa kaum tani saat ini dan di masa depan. Apakah gerakan massa kaum tani di tahun 2007 telah banyak memberikan arti besar bagi perjuangan kaum tani hingga saat ini? Gerakan massa kaum tani di tahun 2007 telah memberikan arti besar bagi perjuangan kaum tani. Bentuk dari gerakan massa kaum tani dalam perebutan-perebutan tanah, blokade-blokade produksi, pembakaran-pembakaran perkebunan, dan aksi-aksi mogok kerja dari pekerja perkebunan, yang semuanya berlangsung di wilayah pedesaan, membuktikan bahwa gerakan massa kaum tani terus terjadi dan akan terus terjadi, selama kaum imperialis dan kaum feodal masih bercokol di bumi pertiwi. Demikian pula aksi-aksi protes di wilayah perkotaan, di mana kaum tani dibantu oleh sekutu terdekatnya, yakni kelas buruh, dan kalangan mahasiswa dan pemuda, membuktikan adanya solidaritas politik dari seluruh kaum tertindas di Indonesia. Bagaimana juga gerakan tani memandang perkembangan gerakan rakyat Indonesia secara umum di tahun 2007? Gerakan tani memandang perkembangan gerakan rakyat Indonesia pada tahun 2007 sangat maju. Rakyat Indonesia sudah semakin sadar bahwa ternyata rezim SBY-Kalla adalah antek dan boneka imperialisme Amerika. Rakyat semakin sadar bahwa hakhak mereka atas alat-alat produksi, pendidikan, upah, kesehatan, dan layanan sosial dari negara yang seharusnya melindungi, malah merampas. Dengan demikian, gerakan tani memandang bahwa kesadaran rakyat atas penindasan ini harus dikonsolidasikan dan dipimpin, sesuai dengan perkembangan kesadaran massa dan tingkat perkembangan organisasi. Oleh karenanya, penting bagi adanya suatu front bersama dari rakyat yang anti imperialisme, yang dibangun berdasarkan program umum perjuangan dari masing-masing organisasi yang terlibat. Front ini, menurut gerakan tani hendaklah dibangun atas dasar organisasi-organisasi sekawan, artinya adalah organisasiorganisasi yang sudah jelas garis politiknya dan mempunyai segi masa depan. Apa refleksi besar dari gerakan massa kaum tani di tahun 2007? Meskipun terjadi kemajuan secara umum dalam gerakan massa kaum tani pada tahun 2007, namun tidak dapat diingkari terjadi pula kemerosotan, terutama dari sejumlah unsur pimpinan dari gerakan massa kaum tani. Inilah salah satu oto kritik terpenting dalam gerakan massa kaum tani di tahun 2007. Hal ini membuktikan pula bahwa unsur pimpinan dari gerakan massa kaum tani Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berasal bukan dari kelas tani (kaum tani). Karena kemerosotan yang saya lihat terjadi pada sejumlah unsur pimpinan yang berasal dari bukan kelas tani. Pada sisi yang lain, hal ini juga sekaligus membuktikan bahwa perjuangan kaum tani Indonesia, tetaplah merupakan perjuangan suatu kelas yang tertindas di Indonesia, dan oleh karenanya, unsur pimpinan dari gerakan ini, harus didominasi oleh kepentingan kelas yang paling tertindas ini. Di tahun 2008, konsolidasi politik menuju Pemilu 2009 akan sudah dimulai. Lantas apa upaya yang harus dilakukan oleh gerakan massa kaum tani untuk memajukan perjuangan buruh dan rakyat Indonesia secara umum. Gerakan massa kaum tani harus menunjukkan bukti bahwa Pemilu 2009 tidak akan dan tidak akan pernah akan memberikan kontribusi apa pun terhadap kemajuan dan perkembangan kehidupan rakyat Indonesia. Masih segar dalam ingatan kita bersama, bahwa janji-janji dalam Pemilu 2004 akan memberikan perubahan dan kemajuan bagi kehidupan rakyat Indonesia. Namun apa yang sekarang terjadi dan menimpa kita semua? Tanah banyak yang dirampas; upah buruh semakin murah; biaya pendidikan semakin mahal; biaya kesehatan dan biaya transportasi semakin mahal; pendeknya semuanya berkebalikan dari janji-janji manis yang diberikan dalam kampanye Pemilu 2004. Dengan begitu, gerakan massa kaum tani harus melakukan kampanye yang intensif di kalangan buruh dan rakyat Indonesia secara umum, untuk menjelaskan bahwa Pemilu 2009 tidak akan merubah kehidupan rakyat sedikit pun. Apa yang harus dilakukan gerakan massa kaum tani ke depan di tengah krisis ekonomi yang semakin tajam dan melawan kebobrokan rejim SBY-Kalla. Dasar dari krisis ekonomi di mana pun di negara-negara agraris, adalah ketimpangan pemilikan dan penguasaan alat produksi, terutama tanah. Selama ketimpangan dalam pemilikan dan penguasaan alat produksi terus terjadi, maka selama itu pula, krisis ekonomi mempunyai dasarnya, artinya krisis ekonomi akan terus terjadi. Untuk mencegah terjadinya krisis ekonomi, maka tiada jalan lain kecuali membuat keseimbangan baru dalam pemilikan dan penguasaan alatalat produksi, terutama tanah. Membuat keseimbangan baru tersebut dalam konteks gerakan massa kaum tani adalah menjalankan pembaruan agraria yang sejati, yakni mendidik kaum tani guna sedar diri dan teguh dalam memperjuangkan kepentingan dan hak-haknya, terutama hak atas tanah dan produksi. Kemampuan produksi kaum tani selama ini telah dilenyapkan oleh rezim SBY-Kalla, dengan merampas tanahtanah kaum tani. Hanya dengan melakukan sebaliknya, yakni melakukan perlawanan terhadap perampasan tanah itu, maka masa depan yang gemilang dan kejayaan bagi kaum tani dan rakyat pada umumnya akan tercapai. Demikianlah apa yang saya maksudkan sebagai membuat keseimbangan baru dalam pemilikan dan penguasaan alat produksi, terutama tanah. Perjuangan atas tanah merupakan kunci kemenangan dari semua perjuangan pembebasan nasional yang pernah terjadi dalam banyak sejarah. Adalah tugas kita bersama untuk membuat Indonesia menjadi bagian dari sejarah itu.

gelora

11

Solidaritas International

Berita Baik dari Nepal


(Liputan Khusus Kamp Pemuda ASA : YOU ACT ON EDUCATION AND EMPLOYMENT)
Kamp Pemuda ASA : YOU ACT ON EDUCATION AND EMPLOYMENT akhirnya berhasil diselenggarakan 12-15 Desember 2007 di Kavre, Dhulikel Nepal. Tentu saja kita patut menyambut baik hasil-hasilnya.

amp pemuda ASA kali ini bertemakan YOU ACT ON EDUCATION AND EMPLOYMENT: Regional Youth Camp on Developing Activism, Building Movements and Strengthening Solidarity on Education and Employment in Asia Pacific. Acara ini dihadiri 30 partisipan dari lokal dan luar negeri. Mereka yang hadir adalah utusan dari beberapa negara seperti Burma, Pakistan, Bangladesh, Filipina, Malaysia, Hong Kong, India dan tuan rumah Nepal yang diwakili All Nepal National Free Students Union (ANNFSU). Sambutan Meriah Pemuda Nepal Sebelum kamp pemuda digelar, ANNFSU dan ASA menggelar event Fun Run di Kathmandu pada 10 Desember 2007 untuk mempromosikan Kamp Pemuda Regional ASA. Acara ini melibatkan lebih dari 100 mahasiswa dan dipimpin langsung Presiden ANNFSU Thakur Gaire dan Rey Asis dari Sekretariat Regional ASA. Acara Fun Run dimulai dari Nepal Humanities College dan melewati jalanan ramai di Kathmandu. Dalam acara ini diteriakkan slogan-slogan You Act on Education and Employment and Lets Make the Grand Success of Youth Camp. Turut bergabung dalam acara ini adalah Ketua Panitia Rabi Aryal dan Ye Htut dari All Burma Federation of Students Union and youth camp participant. Begitu antusiasnya pemuda Nepal menyambut acara tersebut diutarakan sendiri oleh Presiden ANNFSU Thakur Gaire, This is one of many ways that we can promote the youth camp and encourage many of our local youth to take part in. Nepal is going through major change and we want to make use of the youth camp to ensure our generations active involvement. Acara pembukaan Kamp Pemuda ASA juga disambut hangat pemerintah Nepal dengan dihadiri Perdana Menteri (PM) Nepal Girija Prasad Koirala, Menteri Pendidikan Nepal Pradeep Nepal, sejumlah politisi terkemuka Nepal, organisasi-organisasi mahasiswa, akademisi dan sejumlah grup dari lokal dan internasional. Bersama Melawan Globalisasi Neoliberal Acara ini sendiri digagas dalam konsep workshop dengan melakukan analisa tentang situasi pemuda yang terkait dengan pendidikan dan lapangan pekerjaan dari berbagai negara. Dalam workshop ini ditemukan berbagai situasi di berbagai negara krisis politik di berbagai negara turut mengancam hak-hak pemuda. Represifitas dan fasisme terjadi di berbagai negara di Asia seperti Bangladesh, Malaysia, India bagian utara, Pakistan, Filipina dan Burma yang mengacam kehidupan pemuda sehari-hari. Dalam kajian tentang pendidikan ditemukan beberapa kenyataan umum di berbagai negara bahwa privatisasi dan komersialisasi pendidikan terus merajalela yang diakibatkan kekuatan kapitalis besar melalui globalisasi neoliberal. Dimana hal ini telah mengakibatkan pendidikan semakin sulit diakses oleh rakyat miskin dan hanya dinikmati segilintir mereka yang mampu. Di berbagai negara banyak pelajar dan mahasiswa yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya ataupun tidak bisa mengakses sama sekali karena mahalnya biaya sekolah. Angggaran dan subsidi untuk pendidikan yang sangat dibutuhkan untuk fasilitas serta sarana pra sarana seperti buku, ruang kelas, gedung sekolah dan gaji guru semakin terbatas. Sebagian besar anggaran justru ditujukan untuk biaya militer yang justru banyak digunakan untuk menindas rakyat dengan kekerasan. Inilah yang menyebabkan kualitas pendidikan rendah.

Sekolah digunakan hanya untuk melahirkan kepatuhan, tenaga kerja dengan skill terbatas untuk kepentingan asing dan tunduk pada pemeritah bukan untuk melahirkan pemikir kritis dan nasionalis. Diskriminasi gender dan ras juga mengental dalam dunia pendidikan. kaum perempuan tersia-siakan sementara pemuda suku bangsa terasing tidak bisa menggunakan bahasanya sendiri dalam pendidikan. Kebebasan mimbar akademik di sekolah dan kampus terus ditindas. Di dalamnya termasuk hak mendirikan organisasi mahasiswa independen dan publikasi independen, hak untuk berorganisasi, melakukan aksi protes dan kebebasan menyatakan pendapat atas ketidakadilan. Dimana hak untuk mengajar, meneliti, mempublikasikan hingga berbicara lebih luas adalah dasar dari kebebasan mimbar akademik yang tidak bisa dilanggar. Tentang lapangan pekerjaan, di banyak negara hak atas kesempatan bekerja sanga terbatas. Banyak dari lulusan pendidikan terpaksa mengadu nasib di negeri orang. Institusi pendidikan digunakan oleh memproduksi buruh untuk kepentingan negara asing dan MNC. Upah dan pendapat rata-rata sangat rendah dan tidak mencukupi untuk kebutuhan bertahan hidup sehari-hari. Jikapun ada kenaikan upah minimum, hal tersebut tidak sebanding dengan tingkat inflasi dan melonjaknya kebutuhan biaya hidup. Keselamatan kerja menjadi salah satu masalah besar yang dihadapi. Hal ini disebabkan kebijakan di ketenagakerjaan yang diakibatkan oleh kendali IMF, World Bank, WEF, ataupun ADB serta kerjasama pemerintah dengan sektor swasta dan MNC. Corak produksi feudal menjadi salah satu sebab utama meluasnya pengangguran. banyak orang dipekerjakan sebagai tenaga kerja rendahan di bawah kualifikasi mereka. Banyak lulusan perguruan tinggi justru menjadi pramuniaga atau tenaga kerja jasa belaka. Tenaga-tenaga terdidik juga banyak yang dipekerjakan melalui sistem oursourcing dan mengantri pekerjaan. Gelombang pekerja migrant juga meningkat akibat sempitnya lapangan pekerjaan dalam negeri. Pemerintah mengekspor mereka denga harga murah dan mengmbil untung besar dari remitan buruh migran. Mereka pun tidak mendapatkan perlindungan dari pemerintah asal padahal mereka banyak diperlakukan diskriminatif dan sangat tereksploitasi. Begitupun hal yang sama juga dialami buruh perempuan yang diperlakukan diskriminatif dan tanpa perlindungan serta hak-hak lainya. Kemudian eksploitasi terhadap pekerja anak padahal mereka seharusnya bersekolah. Begitupun hak-hak serikat buruh yang dikebiri seperti untuk mogok dan memperjuangkan hak-hak buruh. Berdasarkan hal tersebutlah dilahirkan deklarasi untuk memperjuangkan hak-hak pemuda atas pendidikan dan lapangan pekerjaan dengan menyatakan perlawanan terhadap globalisasi neoliberal. Untuk itu akan diadakan berbagi aktifitas seperti forumforum, simposium, rally, demonstrasi, misi pencarian fakta, workshop training, konfrensi-konfrensi dengan memperluas keterlibatan organisasi pemuda dan mahasiswa, serta mendesak pemerintah masing-masing dalam memperjuangkan hak-hak pemuda atas pendidikan dan lapangan pekerjaan. Selain itu juga akan dibangun jaringan kampanye internasional untuk ini semua.

Education is a fundamental right, not a privilege! Employment for all! Long live students and youth movements of Asia and the Pacific! Long live international solidarity!

gelora

12

Kamus

Kamus IMPERIALISME
Imperialisme Perkembangan Tertinggi dari Kapitalisme dimana telah terjadi proses monopoli (penguasaan berlebih) serta konsentrasi (terpusatnya) produksi dan modal (bahan baku, teknologi, dana, mesin-mesin dsb) di tangan segelintir kapitalis besar, sehingga imperialisme disebut juga kapitalisme monopoli. Kaum imperialis menguasai industri-industri penting di negerinya dan juga berbagai negeri lainnya di dunia. Kaum Kapitalis monopoli juga menguasai negara atau pemerintahan sehingga disebut juga negara-negara imperialis. Negara imperialis tersebut seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Uni Eropa dan Australia. Kepentingan utama imperialisme adalah menguasai sumber bahan mentah (minyak, gas, pertanian, perkebunan, dsb), menguasai pasar dalam negeri untuk melariskan produk-produk barang dagangan (komoditi) milik imperialis dan tenaga kerja murah (mengambil nilai lebih dari tenaga kerja buruh) untuk meraih keuntungan berlebihan atau laba super (super profit). Untuk menguasai bahan baku, pasar dan tenaga kerja murah, imperialisme menggunakan perusahaan-perusahaan miliknya beroperasi di berbagai negeri (TNC/MNC) melalui kerjasama perdagangan yang timpang, investasi, dan kucuran dana utang dengan menggunakan beberapa lembaga internasional seperti Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), Bank Dunia (World Bank/WB) dan Dana Moneter Internasional (internasional Monetery Fund/IMF) serta kerjasama-kerjasama antar negara (Free Trade Agreements/FTAs). Pemerintah mengistilahkan Government to Government (G to G). Contohnya, imperialisme memaksakan negara seperti Indonesia untuk menyediakan pasokan bahan baku yang dibutuhkannya sebagai syarat untuk dibukanya investasi asing dan kucuran utang luar negeri, salah satunya BBM. Di Indonesia, perusahaan-perusahaan milik imperialis mengusai 80% cadangan minyak nasional sekaligus distribusinya, sehingga mereka bisa dengan sesuka hati menaikkan harga BBM dan mengatur pendistribusiannya. Itulah yang menyebabkan harga BBM mahal dan langka di pasaran. Contoh lain, imperialis menggunakan dollar AS dalam transaksi perdagangan internasional, hal itu akan membuat negara seperti Indonesia harus membeli (impor) bahan jadi dan teknologi dari mereka menggunakan dollar, sehingga biayanya akan sangat mahal karena cadangan dollar dalam negeri tipis. Dengan itu, pemerintah Indonesia harus utang dan kaum imperialis-lah yang untung. Karena utang, pajak negara ditingkatkan dan subsidi negara untuk kesehatan pendidikan dan pelayanan sosial lainnya dicabut, inilah yang mengakibatkan biaya-biaya semakin mahal. Hal lain, bagaimana imperialisme juga menjadikan pendidikan sebagai ladang bisnis. Dalam WTO, kaum imperialis menjadikan pendidikan sebagai barang jasa yang diperjualbelikan melalui kesepakatan tentang perdagangan dan jasa (General Agreement on Trade and Services/GATS) yang berimbas bagi dunia pendidikan dengan pencabutan subsidi pendidikan dan privatisasi pendidikan dengan pelaksanaan Badan Hukum Pendidikan (BHP) sehingga pendidikan semakin komersil atau mahal dan membatasi akses rakyat Indonesia untuk mendapatkan pendidikan.

Imperialisme AS Musuh Rakyat Nomor Satu di Dunia Di antara kekuatan imperialisme dunia saat ini, imperialisme Amerika Serikat (AS) adalah imperialisme yang mendominasi atau segi yang menguasai sendi-sendi kehidupan seluruh rakyat dari ekonomi, politik, budaya dan kemiliteran. Kaum kapitalis monopoli AS menguasai cabang-cabang produksi penting di berbagai negeri mulai dari energi hingga barang konsumsi. Sebut saja Exxon Mobil Oil, Chevron, General Electric, Good Year, Boeing, Phillip Morris, British American Tobbacco, Coca Cola hingga Mc Donalds. Imperialisme AS juga sering mengintervensi kedaulatan politik sebuah negara, sebagaimana yang dilakukan terhadap Irak dan Afghanistan. Bahkan setelah Perang Dunia II, AS banyak mendukung proses kudeta-kudeta melalui operasi dan dukungan dana CIA yang melahirkan rejim-rejim fasis diktator di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Salah satu dari itu semua adalah naiknya rejim fasis boneka imperialis Soeharto yang naik ke kekuasaan atas kudeta berdarah melalui pembantaian terhadap jutaan rakyat Indonesia sejak 1965-1968. Imperialisme AS juga menggunakan PBB untuk mendukung kepentingan-kepentingan politik mereka. Di lapangan kebudayaan, imperialis AS berupaya melakukan penyebaran paham kebudayaan ala Amerika. Mereka menarik sejumlah pelajar dan mahasiswa belajar di negerinya, membuka cabang-cabang universitas di berbagai negeri, menjalankan propaganda melalui MTV, film-film Hollywood, budaya individual hedonis, pornografi, seks bebas dan berbagai cara-cara lainnya. Di lapangan kemiliteran mereka memperluas basis militernya di berbagai negeri. imperialis AS memiliki 9 unit komando militer di dunia, memiliki basis militer di 48 negara, berbagai instalasi militer, 1,36 juta personel yang disebar di berbagai dunia, kerjasama-kerjasama militer, cadangan senjata nukilir dan biokimia yang besar hingga intelejen mereka yang bertebaran di berbagai negeri. Bahkan saat ini imperialis AS berupaya memperluas dominasi militernya melalui perluasan basis militer di negara-negara Balkan dan eks Uni Sovyet.

Rejim Boneka Imperialis Rejim Boneka Imperialis adalah pemerintahan yang menjadi pelayan setia bagi kepentingan kaum imperialis. Rejim ini terdiri dari klas-klas penguasa dalam negeri yaitu borjuasi besar komprador atau berjuasi yang sangat tergantung atas modal dan teknologi dari imperialis yang mendukung penguasaan kaum imperialis atas perekonomian dalam negeri, tuan tanah besar yang meyediakan penguasaan sumber-sumber kekayaan alam bagi imperialis dan kaum kapitalis birokrat yang duduk dalam kekuasaan pemerintahan yang bertugas membuat kebijakan dan perarturan untuk mendukung kelancaran operasional imperialis di dalam negeri, kaum kabir ini adalah para birokrat baik sipil ataupun militer. Mereka mendapatkan keuntungan dengan mambantu kaum imperialis. Mereka inilah yang sering melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Rejim SBYKalla adalah rejim pelayan setia imperialis AS dan di dalamnya terdapat klasklas borjuasi besar komprador, tuan tanah besar dan kapitalis birokrat yang saling bekerjasama mendukung kepentingan kaum imperialis. Rejim boneka imperialis adalah pertentangan pokok yang dihadapi rakyat Indonesia saat ini yang harus segara diselesaikan.

gelora

13

Budaya

Menyambut Tahun Baru 2008 :


Bukan Larut Dalam Hura-Hura, Tapi Kembangkan Sikap Hidup Sederhana dan Setia Melayani Massa
Tiga.. dua..satu.. dan..treet..bunyi terompet pun bersahutan sepanjang malam dan letupan suara kembang api di udara memancarkan sinar terang. Nuansa hedonis serba megah selalu mewarnai perayaan pergantian tahun baru. Di tengah situasi krisis yang semakin tajam, patutkah kita merayakan tahun baru dengan hura-hura?
pergantian tahun baru di tengah krisis yang sedemikian dalam? Masih layakkah berpesta di atas penderitaan dan perjuangan hidup saudara-saudara kita yang tengah menghadapi bencana? Membuat istimewa sebuah hari, merayakan datangnya satu hari dengan suka cita, penuh dengan harapan-harapan tinggi, namun disisi lain kita tidak mengerjakan hal-hal yang bernilai positif, justru tenggelam dan larut dalam kemeriahan serta buaian pesta hura-hura semata. Cara yang demikian tidak akan merubah apapun, tidak akan sanggup mengentaskan hidup kita dari situasi krisis dan keterpurukan. Kembangkan Hidup Sederhana dan Setia Melayani Massa Merayakan tahun baru tidak harus selalu dengan menggelar pesta. Masih banyak pekerjaan-pekerjaan positif yang dapat kita lakukan menjelang tahun baru dan selama Begitu banyak penderitaan di negeri ini, masihkah tahun baru kita rayakan dengan hura-hura malam pergantian tahun baru. Pekerjaanpekerjaan positif tersebut tentu saja berangkat dari keadaan obyektif erayaan tahun baru selalu diwarnai hingar bingar di masyarakat yang tengah kita hadapi hari ini. Menggelar refleksi perkotaan. Mahasiswa sebagai salah satu penghuni kota menjadi aktor yang tidak pernah absen dalam setiap akhir tahun, berkaca diri tentu saja menjadi hal positif pertama yang mestinya kita lakukan. Dengan melakukan refleksi kita akan perayaan tahun baru penuh pesta hura-hura ini. Seluruh tempat hiburan, hotel, cottage dan juga televisi berlomba-lomba mengetahui capaian positif serta kekurangan dan kelemahan yang kita hadapi setahun ke belakang. memberikan servis plus untuk kemewahan malam perayaan Dengan demikian, kita akan sanggup merumuskan hal apa yang tahun baru. Muda-mudi larut dalam panasnya gejolak kaum muda, nenggak botol sepanjang malam, hingga tawuran menjadi potret mesti kita jaga, hal yang belum sempat terkerjakan dan hal yang harus terus kita tingkatkan kualitasnya. Disisi lain, kita juga sanggup umum dari setiap perayaan malam tahun baru. melihat kelemahan yang tengah menjangkiti agar kemudian Tahun Baru : Bukan Lagi Ajang Pesta Pora menemukan jalan terbaik mengatasinya serta tidak mengulangnya di tahun yang akan datang. Pesta perayaan tahun baru seakan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat terutama di perkotaan. Memperingati Di tengah situasi krisis ekonomi yang terus melanda negri ini, mengembangkan hidup sederhana adalah pilihan positif tahun baru dengan menggelar pesta seakan telah menjadi hal selanjutnya. Apa yang kita miliki hari ini sudah seharusnya tidak wajib dan pantang untuk ditinggalkan. Menjelang akhir tahun, semua orang sibuk menyusun jadwal acara yang akan kita hambur-hamburkan untuk hal-hal yang sama sekali tidak kita butuhkan, tidak mempunyai manfaat apapun bagi rakyat. Waktu, dilakukannya untuk mengisi malam pergantian tahun baru. Bahkan jauh-jauh hari banyak yang sudah menyiapkannya dengan tenaga, pikiran dan materi yang kita miliki sudah saatnya diatur dengan rapi agar bermanfaat bagi rakyat serta perjuangan rakyat. menyisihkan tabungan agar bisa terlibat dalam pesta yang digelar Akan lebih bermakna hidup kita apabila dalam momentum tahun paling meriah. Tempat-tempat hiburan seperti hotel, caf, diskotik seakan baru ini kita mencurahkan tenaga kita untuk menggalang dana kemanusiaan bagi saudara-saudara kita yang saat ini tengah tidak mau ketinggalan untuk memberikan penawaran akan sebuah dilanda bencana. pertunjukan yang menjanjikan. Artis-artis dengan bayaran mahal, hingga pesta kembang api spektakuler dihadirkan sebagai magnet Terus bekerja melayani massa adalah pilihan selanjutnya yang mesti juga kita kembangkan. Dengan bekerja melayani massa akan untuk menarik perhatian masyarakat. Televisi pun tidak mau kalah, acara-acara hiburan, pesta live musik ditawarkan untuk menumbuhkan pertalian erat dengan massa. Dengan mengembangkan sikap hidup yang demikian, kita akan dapat memanjakan seluruh pemirsa yang tidak ingin merayakan pesta menyelami kehidupan dengan tepat dan turut merasakan tahun baru di luar rumah. Seluruh desain hiburan yang digelar di atas tentu saja sangat penderitaan yang tengah dihadapinya. Mengupayakan terselenggaranya pelayanan kesehatan gratis, membantu bertolak belakang dan mengaburkan masyarakat akan kenyataan obyektif yang tengah terjadi saat ini. Setiap hari kita menyaksikan, memberikan pendidikan bagi anak-anak buruh dan anak-anak tani adalah contoh kongkret pelayanan yang senantiasa bisa kita bahkan turut merasakan naiknya harga-harga barang kebutuhan lakukan. pokok yang tidak terkendali dan dikeluhkan oleh masyarakat. Di beberapa daerah, saudara-saudara kita terpaksa harus berjuang Akhirnya, momentum tahun baru tidak terlewatkan dengan hanya sekedar pesta dan hura-hura belaka. Lebih jaun dari itu, hidup tinggal di tempat-tempat pengungsian akibat bencana banjir, mampu memberikan makna sekaligus mengajarkan kepada kita tanah longsor dan juga gempa bumi yang menghancurkan tempat tinggal serta penghidupan mereka. untuk melakukan banyak hal yang jauh lebih bermanfaat, bagi rakyat secara keseluruhan tentunya. Pertanyaan besar seharusnya dialamatkan kepada kita semua. Masihkan pantas kita menggelar pesta perayaan malam

gelora

14

Anda mungkin juga menyukai