Anda di halaman 1dari 12

c = rata-rata jumlah anak per rumpun dari semua rumpun yang diserang; y = rata-rata anak per rumpun dari

10 rumpun yang tidak diserang; n = jumlah dari rumpun yang diserang; N = jumlah rumpun yang diserang dan yang tidak diserang dalam satu plot; P persentase serangan. Jika menggunakan sampling, karena enumerasi dari semua rum-pun tidak fisibel, observasi dilakukan pada jajaran secara selang dua. Cara melakukan perhitungan adalah sebagai berikut: Hitung banyaknya anak yang diserang dan yang tidak diserang dari masing-masing unit 2 jajar di atas. Kemudian pilih sebuah sampel berisi 10 rumpun yang tidak diserang dan hitung jumlah anak. Hitung persentase dengan rumus di atas, hanya saja N = total jumlah rumpun dalam semua jajaran yang diselidiki. 3. Pengumpulan Data dengan Wawancara Selain dari pengumpulan data dengan cara pengamatan, maka dalam ilmu sosial data dapat juga diperoleh dengan mengadakan interview atau wawancara. Dalam hat ini informasi atau keterangan diperoleh langsung dari responden atau informan dengan cara tatap muka dan bercakapcakap. 1. Definisi Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alai yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa hat dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari antara lain: Pewawancara dan responden biasanya belum Baling kenal-mengenal sebelumnya. Responder selalu menjawab pertanyaan. Pewawancara selalu bertanya. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.
2. Wawancara sebagai Proses Interaksi

Interview merupakan proses interaksi antara pewawancara dan responden. Walaupun bagi pewawancara, proses tersebut adalah satu bagian dari langkah-langkah dalam penelitian, tetapi belum tentu bagi responden, wawancara adalah bagian dari penelitian. Andaikatapun pewawancara dan responden menganggap bahwa wawancara adalah bagian dai penelitian, tetapi sukses tidaknya pelaksanaan wawancara bergantung sekali dari proses interaksi yang terjadi. Suatu elemen yang paling penting dari proses interaksi yang terjadi adalah wawasan dan pengertian (insight). Dalam interaksi tersebut masalah isyarat-isyarat yang berada di bawah persepsi (subliminal cues) sukar dikenal karena antara pewawancara dan responden belum kenal-mengenal. Karena itu, pewawancara sedapat mungkin dapat memperbaiki wawasan atau pengertian dalam interaksi, antara lain: siaga terhadap banyak isyarat dan mencoba isyarat tersebut; mencoba membawa isyarat tersebut ke batas yang dapat diberi makna. Selain dari pewawancara dan responden, situasi wawancara dan isi pertanyaan yang ditanyakan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi dan komunikasi dalam wawancara. 12) Isi dari wawancara mempengarum pewawancara, responden dan situasi wawancara. Pengaruh timbal balik terjadi antara

pewawancara dan situasi wawancara, antara situasi wawancara dengan responden, dan antara pewawancara dan res ponden sendiri. (Lihat skema 10.1.) Karakteristik sosial baik dari responden maupun dari pewawancara merupakan faktor yang penting dalam komunikasi wawancara. Penampilan dari pewawancara, Tatar belakang sosial pewawancara merupa1 2)

D.P. Marwick and Ch.A. Lininger, The Sample Survey: Theory at,d Practice, Mcgraw-Hill Book Co., New York, 1975.

Skema 10.1. Faktor yang mempengaruhi interaksi dalam wawancara,

kan sifat yang dapat melancarkan atau menghambat komunikasi. Ciri-ciri sosial, sikap, kesehatan, Tatar belakang dari responden, juga merupakan sifat-sifat yang mempengaruhi interaksi. Pewawancara harus mempunyai motivasi yang tinggi serta merasa aman dalam melaksanakan wawancara. Ketrampilan dalam bertanya, ataupun dalam gerak-gerik yang mengundang jawaban yang tepat dan lancar sangat diperlukan bagi seorang pewawancara. Sukar mudahnya pertanyaan harus disesuaikan dengan kemampuan responden dalam menangkap pertanyaan Pewawancara harus dapat membuat pertanyaan serta situasi sedemikian rupa sehingga responden mempunyai keinginan clan kegairahan untuk menjawabnya. Kesukaran menangkap pertanyaan ataupun keengganan memberikan keterangan dapat menghambat komunikasi. Interaksi serta komunikasi akan menjadi mudah jika waktu, tempat serta sikap masyarakat menunjang situasi. Waktu wawancara harus dicari sedemikian rupa sehingga bagi responden merupakan, waktu tersebut adalah waktu yang tidak digunakan untuk perkerjaan lain, dan dijaga supaya responden ticlak menggunakan waktu yang terlalu lama untuk wawancara. Tempat untuk wawancara haruslah suatu tempat yang dapat diterima oleh responden dan "dapat diterima" oleh masyarakat sekelilingnya. Kehadiran orang lain dalam wawancara dapat menambah komunikasi dan ada pula yang dapat mengurangi kelancaran komunikasi. Dalam mewawancarai seorang wanita atau ibu rumah tangga maka kehadiran anaknya yang kecil biasanya menambah kepercayaan si ibu terhadap dirinya sendiri dan dapat diterima oleh masyarakat. Mungkin suatu masyarakat tidak dapat r p .enerima wawancara empat mata antara pewawancara laki-laki dengan responden wanita, atau sebaliknya. Di lain pihak, ada kalanya komunikasi akan lebih lancar jika wawancara dilakukan dengan empat mata, karena banyak hal-hal yang ingin disampaikan oleh responden sesuai dengan pertanyaan dapat dikemukakan secara bebas. Kehadiran aparat pemerintah bersama pewawancara biasanya menghambat komunikasi. Isi wawancara juga mempengaruhi situasi wawancara, pewawancara dan responden sendiri. Isi wawancara yang ticlak sesuai dengan minat responden sangat mempengaruhi situasi wawancara. Hal ini memerlukan ketrampilan pewawancara clan dapat menggugah kemampuan responden dalam berwawancara. Apalagi jika pertanyaan terlalu peka clan sukar dijawab. Pertanyaan yang peka umumnya menghendaki situasi wawancara empat mata. Isi wawancara dapat merupakan sumber kekhawatiran, aclakalanya bagi responden atau bagi pewawancara sendiri. Suatu keserasian antara pewawancara, responden serta situasi wawancara perlu dipelihara supaya terclapat suatu komunikasi yang lancar dalam wawancara. Dalam hubungan ini maka sangat diperlukan: a. b. suatu hubungan yang balk antara pewawancara dan responden sehingga wawancara berjalan dengan lancar;

kemampuan pewawancara mencatat jawaban sejelas-jelasnya, teliti dan sesuai dengan maksud jawaban; c. kemampuan pewawancara menyampaikan pertanyaan kepada responden sejelas-jelasnya dan sesederhana mungkin clan tidak menyimpang dari interview guide; d. dapat membuat responden memberikan penjelasan tambahan untuk menambah penjelasan jawaban sebelumnya dengan pertanyaan yang tepat; e. pewawancara harus dapat bersifat netral terhadap semua jawaban. 3. Sasaran Isi Wawancara

Seperti telah dijelaskan, data yang diperoleh dengan teknik wawancara adalah dengan menanyakan sesuatu kepada responden. Sudah terang, keterangan tersebut diperoleh berdasarkan apa yang diketahui dan yang ingin diberikan oleh responden, baik tentang suatu fakta, suatu kepercayaan, suatu standar, suatu alasan, dan sebagainya. Sasaran isi dari pertanyaan atau keterangan yang ingin diperoleh berjenis-jenis banyaknya dan sifatnya, dan sukar dikelompokkan dalam jenis-jenis umum. Tetapi Selltiz (1964) 13) mencoba mengelompokkan isi dari keterangan yang ingin diperoleh dengan cars wawancara sebagai berikut: 1) Sasaran isi untuk memperoleh atau memastikan suatu fakta. 2)Isi yang mempunyai sasaran untuk memastikan kepercayaan tentang keadaan fakta. 3) Isi yang mempunyai sasaran untuk memastikan perasaan. 4)Isi yang m em punyai s as aran unt uk m enem ukan s uatu st andar kegiatan. 5)Isi yang mempunyai sasaran untuk mengetahui perilaku sekarang atau perilaku terdahulu. 6) Isi yang mempunyai sasaran mengetahui alasan-alasan. 3.1. Memperoleh dan memastikan fakta. Cara paling untuk memperoleh suatu fakta adalah pergi menanyakan kepada orang yang m engetahui t entang fakt a ters ebut . Seseorang pasti tahu tentang fakta mengenai dirinya sendiri dan mengenai lingkungannya. Seorang policy maker tahu tentang kebijakan yang pernah dilaksanakannya. Seorang petani tahu fakta mengenai usaha taninya. Fakta-fakta yang selalu ingin diketahui adalah: umur, agama, pendidikan, pendapatan, perkerjaan, Berta beberapa sifat dari orang-orang yang dekat dengan responden sendiri, seperti kepercayaan, keinginan, perhatian, dan sebagainya. Dalam menerima keterangan tentang fakta tersebut, pewawancara harus selalu dikaitkan dengan kreditabilitas. Bagaimana dia memperoleh fakta? Motif apa responden memberikan fakta tersebut? Bagaimana akuratnya responden mengingat fakta tersebut? Jika fakta yang ingin diketahui adalah tentang lingkungan, maka tingkat kebenaran dapat dicek dari beberapa responden. Adanya kontradiksi keterangan tentang suatu fakta dari beberapa responden yang dipercaya dapat menj urus kepada perlunya s uatu penelitian lain. 3.2. Memperkuat kepercayaan. Adakalanya isi pertanyaan bukan mengenai fakta tetapi mengenai hal yang menyangkut kepercayaan atau tentang pendapat responden mengenai suatu fakta. Jawaban yang diberikan, bukan untuk memperoleh kebenaran tentang fakta yang ditanyakan, tetapi untuk melihat bagaimana anggapan atau kepercayaan responden tentang fakta tersebut. Misalnya pewawancara bertanya, "Apakah benar bahwa rakyat Aceh tidak mempunyai andil dalam perang kemerdekaan tahun 1945?" Sebelum bertanya tentang hal di atas, sudah terang pewawancara harus bertanya dulu apakah responden mengetahui tentang adanya perang kemerdekaan tahun 1945. Dalam mempertanyakan mengenai fakta, maka responden harus orang yang berkecimpung atau mengetahui benar mengenai fakta tersebut. Tetapi jika mempertanyakan mengenai kepercayaan atau anggapan, sebaiknya responden dipilih orang-orang yang tidak terlibat langsung dalam fakta tersebut. Jika ingin diketahui bagaimana atau berapa banyak terjadi kecelakaan lalu lintas di suatu daerah, maka sebaiknya ditanyakan pada anggota polisi. Tetapi jika ingin ditanyakan bagaimana pendapat seseorang tentang masalah kecelakaan, maka tanyakan pada orang awam yang tidak terlibat. 3.3. Memperkuat perasaan. Perasaan seseorang ada hubungannya dengan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu. Begitu juga sebaliknya. Ada kalanya pewawancara ingin mengetahui secara langsung perasaan seseorang terhadap sesuatu. Hal ini dapat ditanyakan dalam wawancara. Tetapi dalam menanyakan halhal yang oerhubungan dengan perasaan, lakukan secara tidak langsung lebih dahulu. Misalnya ada orang yang tidak senang kepada anjing. Maka dalam mewawancarai responden tersebut untuk mengetahui bagaimana perasaan responden terhadap anjing, buat pertanyaan sebagai berikut: Apakah anda pernah bertamu ke rumah seseorang yang memelihara anjing. Jika jawabannya "ya", maka barn ditanyakan, bagaimana perasaannya terhadap anjing. 3.4. Menggah standar kegiatan.

Banyak juga wawancara dilakukan untuk mengetahui kegiatan standar. Kegiatan standar ini ada dua jenis, yaitu: 1) standar etika, clan 2) standar kegiatan yang fisibel. Pertanyaan tentang apa yang sebaiknya dilakukan, atau yang sebaiknya dikerjakan, adalah pertanyaan untuk menggali suatu standar kegiatan bagi seseorang. Kadangkala wawancara dimulai dengan kata-kata "setuju" atau "tidak" setuju. Misalnya pertanyaan: Apakah saudara setuju supaya kelas untuk murid wanita clan kelas untuk murid pri g dipisahkan? Mengapa? Atau pertanyaan: Apakah baik jika dipisahkan antara penumpang laki-laki clan perempuan dalalm bus kota? Ini adalah pertanyaan untuk menggali suatu standar etik dari seseorang. Ada juga hal yang ditanyakan itu, berhubungan dengan suatu standar tentang fisibel tidaknya suatu kegiatan menurut suatu standar masyarakat. Misalnya suatu pertanyaan: Apakah saudara setuju dengan dinaikkannya harga BBM oleh pemerintah dewasa ini? Apakah yang anda lakukan jika tanah anda dibeli pemerintah dengan harga Rp ... per hektar?
3.5. Mengetahui alasan seseorang.

Tidak jarang, pertanyaan ditujukan untuk mengetahui alasan seseorang mengenai anggapannya, perasaannya, perilakunya, kebijakannya. Dengan perkataan lain pewawancara ingin mengetahui jawaban dari "mengapa?" Pertanyaan yang dimulai dengan "Mengapa ..." ini, biasanya menclapat jawaban yang kurang memuaskan. Dari itu pertanyaan tentang alasan biasa dimulai dengan "Alasan-alasan apa ...... atau "Apakah ada alasan-alasan tertentu sehingga anda (percaya, merasa, berbuat, ...)?
4. Menggali keterangan lebih dalam

Jika keterangan yang diberikan masih bersifat sangat unium. maka perlu digali keterangan tentang hal tersebut secara lebih mendalam. Bahkan dalam banyak hal, jika banyak sekali jawaban "tidak tahu", peneliti perlu menggali tentang jawaban "tidak tahun" tersebut, pada akhirnya diperoleh jawaban yang jelas. Misalnya ditanyakan "Mengapa anda tidak menggunakan tenaga kerja di luar keluarga dalam membajak sawah?" Jawaban yang diperoleh misalnya, adalah: "Menyusahkan saja". Maka perlu digali lagi apa yang dimaksudkan dengan "menyusahkan saja". Apakah: 1) menyusahkan karena harus membayar upah-, 2) menyusahkan karena selalu bertengkar dengan buruh keluarga; 3) menyusahkan karena sulit mencari tenaga luar, dan sebagainya. Jika jawaban kurang terang, maka perlu diminta penjelasan dengan pertanyaan yang bersifat netral. Misalnya: "Dapatkah Bapak menjelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut?" Hindarkan pertanyaan yang menjurus kepada jawaban. Misalnya: "Apakah bapak ticlak menggunakan tenaga luar keluarga karena sukar mencari tenaga luar keluarga di desa Bapak?" Pertanyaan-pertanyaan untuk menggali lebih lanjut sesuatu keterangan wring dinamakan pertanyaan
penyelidikan (probe question). Dalam hal ini, pewawancara harus bertanya lebih dalam lagi karena:

1) pewawancara belum yakin bahwa jawaban yang diinginkan adalah jawaban yang dimaksudkan oleh responden, clan 2) pewawancara belum mengerti jawaban yang diberikan. Jawaban lain yang harus digali adalah jawaban "ticlak tahu". Jawaban ini diberikan oleh responden sekurang-kurangnya, karena alasan berikut: a. Responden tidak mengetahui atau tidak mengerti tentang beberapa perkataan dalam kalimat pertanyaan yang diajukan. b. Responden ticlak sanggup untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan segera. c. Responden merasa takut untuk menjawab pertanyaan tersebut. d. Responden tidak menginginkan memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Untuk menghindari jawaban tidak tahu, pewawancara dapat menggunakan pertanyaanpertanyaan penyelidikan atau memberikan sedikit penjelasan tentang pertanyaan, kecuali alasan keempat yang diberikan di atas. Jika beberapa kata-kata yang tidak dipahami, maka buatlah pertanyaan

lain sehingga perkataan yang tidak dimengerti itu menjadi jelas. Apakah Bapak pernah memberikan agunan jika meminjam uang pada bank pemerintah? Jika jawabannya tidak tahu, maka cobakan pertanyaan berikut: "Jika Bapak meminjam uang dari bank, apakah Bapak menyerahkan sesuatu pada bank untuk jaminan?" Jika dengan pertanyaan kedua, responden menjawab "ya" atau "tidak", m aka res ponden ti cl ak mengerti arti "agunan" pada pert anyaan pertama. Ada kalanya jawaban "tidak tahu" diberikan kerena responden tidak cukup waktu untuk memikir jawaban pertanyaan tersebut. Dalam hal ini pewawancara harus mengubah pertanyaan tersebut menjadi beberapa pertanyaan dengan mengurutkan kembali kejadian yang dipertanyakan dalam, bentuk yang lebih mudah. Keterangan-keterangan yang memerlukan ingatan serta flashback, termasuk dalam kategori keterangan demikian. Jika keterangan yang diinginkan mendapat jawaban "tidak tabu" karena rasa takut, maka dapat pertanyaan tersebut diubah dengan memulainya dengan kata-kata "Menurut pendapat Bapak" atau "Andaikata Bapak ...... 5. Melaksanakan Wawancara Wawancara dilakukan setelah persiapan untuk itu dimantapkan. Dalam persiapan wawancara, sampel responden, kriteria-kriteria responden, pewawancara, serta interview quide, telah disiapkan dahulu. Interview quide sudah harus disusun dan pewawancara harus mengerti sekali akan isi serta makna dari interview quide tersebut. Segala pertanyaan yang ditanyakan haruslah tidak menyimpang dari panduan yang telah digariskan dalam interview quide tersebut. Latihan wawancara harus diadakan sebelum wawancara diadakan. Umumnya pewawancara memegang peranan yang amat penting dalam memulai wawancara. Pewawancara harus dapat menggali keterangan-keterangan dari responden, dan harus dapat merasa serta dapat membawa responden untuk memberikan informasi, baik dengan jalan: 1) membuat responden merasa bahwa dengan memberikan keterangan tersebut responden telah melepaskan kepuasannya karena suatu tujuan tertentu telah tercapai; 2) menghilangkan pembatas antara pewawancara dan responden sehingga wawancara dapat berjalan lancar; atau 3) keterangan diberikan karena kepuasannya bertatap muka dan berbicara dengan pewawancara. Umumnya urut-urutan prosedur dalam memulai wawancara adalah sebagai berikut: a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian. b. Menjelaskan mengapa responden terpilih untuk diwawancarai. c. Menjelaskan institusia atau badan apa yang melaksanakan penelitian tersebut. Menerangkan bahwa wawancara tersebut merupakan suatu yang confidensial.

Penjelasan tentang kegunaan dan tujuan penelitian dapat memberikan motivasi kepada responden untuk berwawancara. Kesangsian responden serta rasa curiga teritang keterlibatan atau pemilihan iesponden untuk menjawab pertanyaan dapat dihilangkan dengan inenjelaskan bagaimana caranya dan mengapa maka responden yang bersangkutan terpilih sebagai responden. Penjelasan tentang institusi atau badan yang melaksanakan penelitian dapat membuat responden 1)ercaya bahwa keterangan-keterangan yang diberikan akan digunakan untuk keperluan yang objektif pula. Sifat wawancara yang konfidensial akan lebih mendorong responden untuk memberikan keterangan tanpa sembunyi-sembunyi dan mendorong responden memberikan keterangan secara jujur. Kelancaran wawancara sangat dipengaruhi oleh adanya rapport. Rapport adalah suatu situasi di mana telah terjadi hubungan psikologis antara pewawancara dan responden, di mana

rasa curiga responden telah hilang; antara responden dan pewawancara telah terjalin suasana berkomunikasi secara wajar dan jujur. Rapport adalah suasana atau atmosfir yang wajar dalam berbincang-bincang, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang ditanamkan ke dal am suatu wawancara. Jika wawancara dimulai dengan "Assalamualaikum" atau selamat pagi, kemudian menanyakan keadaan anak-anak dan sebagainya, belum tentu rapport sudah ada. Rapport adalah hubungan yang mendalam, seperti keterbukaan, toleransi, ramah, pengertian dan sebangsanya dalam proses wawancara. Cara berpakaian, cara menggunakah katak at a, s i ka p h or m a t d an ra m a h t am ah s e rt a s i f at t i d ak s o k da ri pewawancara dapat menghasilkan suatu rapport sehingga komunikasi dapat terjalin secara wajar dan tidak artificial. Air muka yang manic tanpa terlalu banyak berbasa-basi * juga perlu diperhatikan dalam mengadakan rapport. Dalam mencatat keterangan, pewawancara janganlah mengalihkan perhatiannya terhadap responden dan terlalu asyik dengan kertas dan pinsilnya Baja. Pemendekan kata-kata dan merangkaikannya kembali kemudian, dapat dibenarkan dalam mencatat wawancara. Beberapa sikap pewawancara dalam bertanya harus diperhatikan. Sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut:

Netral. Jangan memberikan reaksi terhadap jawann, baik dengan kata-kata atau dengan perbuatan atau dengan gerak-gerik. Baik tidak baik, senang tidak senang, setuju t idak setuju jangan sekali-kali diperlihatkan oleh pewawancara dalam wawancara. Jangan memberikan sugesti. b. Adil. Dalam wawancara, semua responden harus dianggap sama, jangan memihak kepada sebagian responden sehingga responden merasa aman dalam memberikan keterangannya. b. Ramah. Tunjukkan keramahin yang wajar, tidak dibuat-bust, segar, bermuka manis. Beberapa Kualifikasi Pewawancara Sudah terang tidak sukar untuk menjawab pertanyaan "bagaimanakah atau apakah ciri-ciri seorang pewawancara yang ideal?" Banyak sekali sifat-sifat kontroversial tentang ciri-ciri pewawancara yang baik, tetapi beberapa sifat-sifat pewawancara yang tidak kontroversial adalah seperti di bawah ini:'-')
6.

6.1. Jujur Seorang pewawancara harus jujur, manipulasi terhadap jawaban responden, apalagi memberi pewawancara tidak mengadakan dalam pengerjakan bahwa Seorang jawaban sendiri tanpa melakukan wawancara. 6.2. Berminat. Minat untuk melakukan wawancara merupakan ciri yang penting. Kualitas wawancara yang rendah, serta banyaknya kesalahan yang dibuat dalam melakukan wawancara, banyak disebabkan oleh karena pewawancara itu fidak berguna sama sekali. Karena itu banyak ahli menganggap bahwa kerja mewawancarai tidak boleh merupakan kerja tetap, tetapi sebaiknya kerja tidak rutin, untuk menghindarkan kebosanan. 6.3. Akurat. Seorang pewawancara harus akurat, baik dalam mencatat jawaban, dalam mengaplikasikan definisi, dalam mengikuti instruksi s erta dal am kerja adm ist rati f lai nnya. M em ang ti dak dapat dihindarkan bahwa banyak juga ketidakakuran yang terjadi, tetapi janganlah hal tersebut menjadi suatu kebiasaan atau menyifat pads seseorang pewawancara. 6.4. Penyesuaian diri. Seorang pewawancara harus dapat menyesuaikan diri dengan sikon wawancara. Sifat prasangka jangan sekali-kali dipunyai oleh seorang pewawancara. Pewawancara harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, dengan adat-istiadat, dengan jenis

responden dan juga dengan j enis s urvei yang s edang di kerj akan. Pewawancara harus selalu riang dalam situasi apa saja. 6.5. Personalitas dan temperamen. Seorang pewawancara harus mempunyai personalitasnya sendiri dan jangan overacting, baik dalam bentuk terlalu bersifat formal ataupun terlalu bersifat sosial. Over-rapport tidak dianjurkan dalam melakukan wawancara. Tetapi pewawancara harus bersifat wajar. Jangan 4nempunyai temperamen tinggi ,ataupun terlalu emosional dengan responden. 6.6. Intelegensia dan pendidikan. Seorang pewawancara tidaklah diharapkan harus mempunyai intelegensia dan pendidikan yang terlalu tinggi. Biasanya seorang yang mempunyai intelegensia yang tinggi ataupun pendidikan tinggi dapat menjadi cepat bosan dengan situasi "mengulangulang" serta suasana keterbatasan inisiatif. Oleh karenanya, intelegensia dan pendidikan memang diperlukan sebagai syarat seorang pewawancara, tetapi intelegensia dan pendidikan tersebut tidaklah perlu terlalu tinggi. 4. Pengumpulan Data Melalui Daftar Pertanyaan Alat lain untuk mengumpulkan data adalah daftar pertanyaan, yang sering disebutkan secara umum dengan nama kuestioner. Pertanyaanpertanyaan yang terdapat dalam kuestioner. atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap. Ini membedakan daftar pertanyaan dengan interview guide. Keterangan-keterangan yang diperoleh dengan mengisi daftar pertanyaan, dapat dilihat dari segi siapa yang mengisi (menulis isian) daftar pertanyaan tersebut. Sehubungan dengan Ini , sering dibedakan amara kuentioner dan schedule. Jika yang menuliskan isian ke dalam kuentioner adalah responden, maka daftar pertanyaan tersebut dinarnakan kuestioner sedangkan jika yang menulis

kita mengadakan sampling petani dan bukan sampling kampung dalan mengadakan estimasi terhadap pendapatan petani. Sampel adalah kumpulan dari unit sampling. la merupakan subset dari populasi. Sampel adalah kumpulan dari unit sampling yang ditarik biasanya dari sebuah frame. Langkah-langkah yang akan kita ambil untuk memperoleh sampel dari suatu populasi kita rebut sampling plan(rencana sampling). Sebuah frame adalah list atau urutan unit sampling yang tersedia. Misalnya dalam hal meneliti pendapatan petani, maka jika petani yang kita gunakan sebagai unit sampling, maka list dari petani yang tercatat dalam "pemilu", dapat kita gunakan sebagai sampling frame. Atau, jika kampung yang kita gunakan sebagai sampling unit, maka list dari kampung yang ada pada kantor pemerintah dapat kita gunakan sebagai frame. Dan dari frame inilah kita tarik sampel yang kita inginkan. Kuantitas yang dapat menjelaskan tentang sifat-sifat populasi disebut parameter. Misalnya, mean dan variance populasi adalah parameter. Parameter populasi adalah konstan dan mempunyai nilai yang tetap untuk populasi tertentu. Biasanya, mean populasi dinyata ken dengan dan variance populasi dinyatakan dengan 6`. Di lain pihak, kita juga mempunyai kuantitas yang dihitung dari sampel dan digunakan untuk menerangkan sampel. Ini dinar akan statistik. Misalnya mean sampel adalah statistik. Variance sampel adalah statistik. Mean sampel biasanya ditulis dengan huruf X dan variance sampel ditulis dengan s' atau V(x). Mengadakan generalisasi terhadap populasi dengan darer sampel yang diambil dari populasi tersebut, kita namakan inferensi statistii Dengan perkataan lain, kita membuat suatu generalisasi terhada parameter berdasarkan statistik. Dalam inferensi statistik ini kita mengerjakan dua hal, yaitu mengadakan estimasi dan menguji hipotesa. Parameter populasi biasanya tidak kita ketahui. Parameter ini kita estimasikan berdasarkan statistik dari sampel. Yang kita peroleh dinamakan estimat. Ada dua lenis estimat, yaitu: estimat titik atau point estimate dan estimat interval. Mean dari sampel adalah estimat titik dari median populasi, dan variance dari sampel adalah estimat titik dari variance populasi. Hipotesa adalah suatu statemen tentatif tentang parameter populasi atau tentang distribusi populasi. Hipotesa bisa raja benar dan bisa sa ja salah clan hipotesa selalu terbuka terhadap kecurigaan. Hipotesa ini

akan diuji, dengan teknik pengujian tersendiri, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan apakah hipotesa tersebut diterima atau ditolak. 3. Desain Dari Survei Sampel Tujuan dari survei sampling adalah untuk mengadakan estimasi dan menguji hipotesa tentang parameter populasi dengan menggunakan keterangan-keterangan yang diperoleh dari sampel. Keterangan-keteiangan yang diperoleh dapat dikuasi dan tergantung dari dua hal, yaitu: jumlah unit sampling yang dimasukkan dalam sampel; teknik yang digunakan dalam memilih sampel. 1'emilihan dua hal di etas bertumpu kepada beberapa banyak keterangan yang ingin kita peroleh. Jika misalnya u adalah estimates yang ingin kita ketahui dan X adalah estimator dari sampel, maka kita harus lebih dahulu menetapkan error dari estimasi yang dapat ditolerir. Dengan pe rk at a an l ai n , k i t a h ar us m e ne nt uk an b ah wa ad a b ed a a nt ar a estimator dan parameter harus lebih kecil dari suatu harga mutlak k vaitu:

Error estimasi = I(X u)j < k Kita juga harus menyatakan sebuah kemungkinan (probabilitas), (1 (r), yang m enyat akan berap a bagi an dari wakt u dal am hal ki t a mengulang sampling, kita memperoleh error estimasi yang lebih kecil dari k. Dengan perkataan lain: P (e rr o r e s t i m a s i < k) = 1 a Biasanya kita pilih k = 2, sehingga (1 a) akan mendekati 0,95 pada distribusi normal. Sesudah kita tetapkan error yang dapat ditolerir Berta probalitasnya (I a), maka kita dapat memilih teknik sampling yang akan kita gunakan yang akan menghasilkan presisi yang cukup tinggi dengan Maya yang rendah. Pilihan terhadap sampling desain banyak sekali. Untuk memudahkan, mari kita ikuti pembagian dari C.W. Churchman, et. al. sebagai i ertera pada gambar 13.1. Mula-mula sampling dibagi dua, yaitu: desain sampling tetap (fixed sampling design). Dalam desain sampel tetap, sampel dibentuk mengikuti aturan tertentu, dan aturan ini tidak herubahubah selama penarikan sampel berlaku. Desain sampling tetap dibagi dua lagi, yaitu: a) unrestricted random sample (sampel tanpa batasan); restricted random sample (sampel dengan batasan-batasan).

Jika aturan dalam penarikan sampel tidak sama selama penarikan sampel berlangsung, maka desain sampling disebut sampel skuensial. Cara penarikan dalam sampel skuensial adalah sebagai berikut. Mula-mula ditarik sebuah sampel kecil secara random dan dianalisa, untuk menentukan apakah perlu ditarik sampel lain yang lebih besar. Analisa sampel kecil tersebut menentukan penarikan sampel besar selanjutnya. Sampling skuensial dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a) menarik sampel secara bertingkat, dan dengan mengamati satu persatu anggota-anggota populasi. Sampel ditarik secara bertingkat. Di sini sampel ditarik berberapa kali untuk memenuhi kepuasan, dan trap sampel yang ditarik digabung dengan sampel sebelumnya. Misalnya untuk satu keperluan, kita menarik sebuah sampel yang besarnya 20. Sesudah kita analisa, maka kita kurang puas terhadap gambaran yang kita inginkan. Lalu kita putuskan untuk menarik sebuah sampel lagi sebanyak 30 anggota. Sampel ini kita gabungkan dengan sampel pertama sehingga sekarang kita memperoleh 50 anggota sampel. Lalu kita analisa. Jika kita belum puas, maka kita ambil satu sampel lain, dan kita gabungkan lagi dengan sampel terdahulu. Jika kita puas dari analisa terhadap sampel yang lebih besar ini, maka pernarikan sampel kita hentikan. Jika belum puas, maka kita teruskan proses penarikan sampel tersebut. Dengan penarikan sampel kedua, kita melakukan apa yang disebut double sampling, dan jika diteruskan pada penarikan sampel ketiga kita telah melakukan triple sampling, dan jika kita teruskan lagi, maka kita telah mengerjakan multiple sampling. Cara pengamatan satu-persatu terhadap anggota populasi.

Dalam hal ini satu-persatu anggota sampel kita amati. Pengamatan kita lakukan terns-mencrus sampai kita merasa puas tentang keterangan yang kita inginkan. Cara ini dianggap bentuk khas dari multiple sampling.

Desain sampling tetap kita bagi atas dua, yaitu unrestricted random sample dan restricted random sample. Pada unrestricted random sample, sampel ditarik secara langsung dari populasi. Populasi tidak dibagi-bagi lebih dahulu atas subsampel. Unrestricted sample dibagi atas dua, yaitu sampel random sederhana (simple random sample) dan sampel sistematis (sistematic sample). Simple random sample (sampel random sederhana). Trap unit populasi diberi nomor. Kemudian sampel yang diinginkan ditarik secara random, bark dengan menggunakan random numbers tn ataupun dengan undian biasa. Sistematic sample (sampel sistematik). Unit dari populasi diberi nomor dan diurutkan. Kemudian ditentukan satu nomor sebagai titik tolak menarik sampel. Nomor berikut dari anggota yang ingin dipilih ditemukan secara suatu sistematika, misalnya Hap nomor ke-m dari titik tolak dan dari unit selanjutnya akan dipilih sebagai anggota sampel.

Pada restricted sample, sampel ditarik dari populasi yang telat dikelompokkan lebih dahulu. Mula-mula populasi dibagi atas kelompok atau subsampel. Sampel ditarik dari masing-masing kelompok tersebut ataupun ditarik dari beberapa buah subpopulasi merupakan sampel d mana seluruh unit dalam kelompok-kelompok tersebut dijadikar anggota sampel, ataupun tidak seluruh anggota dari subpopulas menjadi anggota sampel, tetapi hanya sebagian saja dari anggot, subpopulasi tersebut yang dipilih menjadi anggota sampel. Restricted sample dapat dibagi lagi atas a) multiple stage sample, b) stratified sample, c) cluster sample, dan d) stratified cluster sample. Multiple stage sample. Sampel ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi mejadi anggota sampel. Hanya sebagian dar anggota subpopulasi menjadi anggota sampel. Caranya bisa dengaf equal probability ataupun dengan proportional probability. Pada equa probability, maka dari tiap kelompok populasi kita pilih sejumlal anggota tertentu untuk dimasukkan dalam sampel dan tiap anggot, kelompok tersebut mempunyai probability yang sama untuk dimasuk kan ke dalam sampel. Pada proportional probability, maka tiap anggota kelompok mempunyai probabilitas yang sebanding dengan besar relati dari kelompok-kelompok yang dimasukkan dalam subsampel. Stratified sample. Populasi dibagi dalam kelompok yang homogen lebih dahulu, atal dalam strata. Anggota sampel ditarik dari setiap strata. Jika tidak same, strata ditarik sampeinya,, maka is menjadi multiple stage sampling. Cluster sampling. Populasi dibagi dulu atas kelompok berdasarkan area atau cluster Anggota subpopulasi tiap cluster tidak perlu homogen. Beberapa cluste, dipilih dulu sebagai sampel. Kemudian dipilih lagi anggota unit dar sampel cluster di atas. Dalam memilih anggota unit ini, bisa saja diambi seluruh elementari unit dari cluster atau sebagian dari unit elemente dari cluster. Biasanya randomisasi penarikan sampel hanya di kaL memilih cluster, dan tidak di kala memilih anggota unit elementer Stratified cluster sample. Sampel ditarik dengan teknik kombinasi antara stratified sampling dan cluster sampling.

4. Step Sebelum Mengumpulkan Data (Survei)

(1) Tentukan tujuan survei. Tujuan survei harus dijelaskan seterang-terangnya sehingga kita tidak akan lari dari sasaran atau tidak akan ngawur nantinya, jika kerja yang lebih mendetail akan kita kerjakan. (2) Tetapkan populasi yang akan disurvei. Berikan definisi sejelas-jelasnya mengenai populasi yang akan disurvei. Jika populasi adalah besar usaha tani, maka jelaskan apa yang dimaksud dengan usaha tani dan apa yang dimaksud dengan besar usaha tani. Jika populasi adalah berat kerbau, maka beri definisi yang sejelas-jelasnya mengenai itu. (1) Pilihlah data yang relevan. Data yang akan dikumpulkan Ifaruslah yang relevan dengan tujuan penelitian. Jauhi pertanyaanpertanyaan yang terlalu banyak memakan waktu. Tidak perlu data yang banyak sekali, pada hal nantinya data tersebut tidak dianalisa. (2) Tentukan derajat ketepatan. Bagaimana presisi yang kita inginkan dari hasil survei nantinya. Apakah diperlukan survei yang mendetail atau tidak. Harus ditentukan berapa besarnya sampel dan teknik mana yang dipilih dalam menarik sampel tersebut. Apakah desain sederhana ataukah yang agak sedikit ruwet? (3) Tentukan teknik mengumpulkan ketertzngan. Teknik mengumpulkan data harus sesuai dengan biaya serta waktu yang tersedia, sesuai dengan tenaga serta dengan presisi yang diinginkan. Ada beberapa teknik mengumpulkan data. Pertama dengan teknik interview, dengan menggunakan interview quide. Interview ini bisa dengan interview telepon atau interview tatap muka. Kedua dengan menggunakan schedule atau questionair. Jika kita mengirimkan daftar pertanyaan dan kita suruh responder mengisi jawaban, maka daftar pertanyaan tersebut disebut questionair. Questionair ini biasanya dikirim dengan pos. Satu macam lagi, adalah daftar pertanyaan tersebut di sini oleh enumerator di

depan responder (tatap muka). Daftar pertanyaan tersebut dinamakan schedule. (6) Carilah frame untuk menetapkan sampel. Untuk inengambil sampel terhadap populasi maka harus ada list, peta atau bahan lain yang dapat digunakan sebagai frame. (6) Tentukan unit sampling. Perrbagiar, populasi atas unit sampling harus tegas. Tiap elemen populasi harus ada dalam unit sampling. (7) Buat interview guide, questionair atat, schedule Sesuai dengan teknik pengumpulan data. p ertanyaan harus jelas, tidak berarti dua, pendek, berstrAtur atau tidak. (7) Adakan training. Suksesnya survei bergantung dari cara enumerator atau interviewer dan supervisor melakukan tuges lapangan. Dari itu enumerator, interviewer harus dipilih mereka-mereka yang mempunyai cukup kualifikas2 terhadap kerja tersebut. Latihan Berta bimbingan terhadap enumerator dart supervisor harus diberikar. lebih dahulu sebelum mereka turun ke lapangan. (8) Adakan pretest. Questionair atau schedule harus dicoba lebih dahulu di lapangan dengan scope yang kecil. Dari hasil pretest akan dapat diperbaiki pertanyaan-pertanyaan_ dalam bentuk yang lebih sesuai dengan kenyataan lapangan. (11',: Tetapkan waktu penelitian. Waktu survei harus ditegaskan. Waktu harus ditetapkar sesuai dengan jadwal penelitiart. yang telah ditemukan sewaktu membual outlint, dari penelitian (project proposal).

5. Randorr, Sampling Sederhana Jika sebuah sampel yang besarnya n ditarik dari sebuah populasi finis yang besarnya N, sedemikian rupa sehingga tiap unit dalam sampel mempunyai peluang yang sama untuk dipilih, maka prosedur sampling dinamakar, sampel random sederhana (simple random sample). Jumlah sampel yang besarnya r; yang dapat ditarik dari sebuah populasi yang besarnyo. N adalah: NCn= N! n! (N! n)!

Misalnya sebuah populasi mempunyai 5 anggota, yaitu: Abidin (A), Hong ( H ), Risyad (R), Syamsuddin (S), dan Ibrahim (1). Kita ingin menarik sampel yang besarnya dua orang untuk dikirim ke luar negeri. Kemungkinan sampel yang bisa ditarik dari populasi yang besarnya lima tersebut adalah: N C n di mana: N = 5 1 =2 1 Jumlah sampel adalah: 5! 5! 5x4x3x2x1 2!(5-2)! 2!3! 2x1 3x2x1 to Jadi terdapat kemungkinan 10 buah sampel untuk ditarik dari populasi di atas, yaitu: @ Abidin Hong HS AR Abidin Risyad HI AS AI HR Hong Risyad SI Syamsuddin Ibrahim

Abidin Abidin Syamsuddin Ibrahim RS RI

Hong Hong SyamsuddinIbrahim

Risyad Risyad SyamsuddinIbrahim

Tiap sampel di atas mempunyai peluang (probability) yang sama untuk dipilih. Besarnya probabilty ini adalah I/jo. Bilakah Simple Random Sampling Digunakan Simple random sampling hanya dapat digunakan jika: 1) Bila teknik sampling lain yang lebih efisien tidak ada atau tidak memungkinkan untuk dilakukan. Jika keterangan-keterangan atau nama-nama dari semua unit elementer telah diketahui lebih dahulu. Walaupun demikian, keterang-

Anda mungkin juga menyukai