Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PATOLOGI ANATOMI I

KANKER SERVIKS

OLEH:

TAUFIK ABIDIN H1AOO3O48

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MATARAM 2007

KANKER CERVIKS
PENDAHULUAN

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Kanker laher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). Kanker leher rahim terjadi jika sel-sel yang ada di daerah tersebut membelah secara tak terkendali dan menjadi abnormal. Jika sel-sel tersebut terus membelah, maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut menjadi ganas, maka keadaanya disebut sebagai kanker leher rahim. Berkurangnya angka kematian akibat kanker serviks di amerika serikat dan Negara-negara maju lain adalah sangat dramatis dan kenyataan yang menggembirakan ini merupakan hasil dari dapat terdeteksinya kanker serviks secara dini. Diantara tumor ganas ginekologik, kanker serviks uterus masih menduduki peringkat pertama di Indonesia. Selama kurun waktu 5 tahun (19751979) penulis menemukan di RSUGM/RSUP Sarjito 179 di antara 263 kasus (68,1%). Soeripto dkk menemukan frekuensi relatif karsinoma serviks di propinsi D.I.Y 25,7% dalam kurun 1870-1973 (3 tahun) dan 20.0% dalam kurun 1980-

Program Studi Pendidikan Dokter

1982 (2 tahun). Di antara 5 jenis kanker terbanyak pada wanita sebagai peringkat pertama. Umur penderita antara 30-60 tahun, terbanyak antara 45-60 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% dari wanita berusia ,35 tahun menunjukkan kanker serviks yang invasif pada saat didiagnosis, sedangkan 53% dari kanker serviks terdapat pada wanita dibawah usia 35 tahun. Mempertimbangkan keterbatasan yang ada, kita sepakat secara nasional melacak (mendeteksi dini) setiap wanita sekali saja setelah melewati usia 30 tahun dan menyediakan sarana penanganannya, untuk berhenti sampai usia 60 tahun. Penyebab langsung kanker leher rahim belum diketahui secara pasti, tetapi ada bukti kuat bahwa kejadiannya berhubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik, seperti perilaku seks yang salah (berganti-ganti pasangan), higiene personal yang kurang, suami yang tidak dikhitan, jumlah anak lebih dari dua, dan lain-lain. Kanker jenis ini jarang ditemukan pada perawan (virgo). Insiden yang lebih tinggi terjadi pada mereka yang telah kawin. Umur penderita kaknker leher rahim berkisar antara 3060 tahun, dan penderita terbanyak berumur 4550 tahun. Menurut penelitian Martin dan Dajauk, dari 1000 leher rahim wanita pada usia reproduksi, hanya 48 yang betulbetul normal. Sebanyak 950 di antaranya ditemukan adanya kelainan jinak seperti peradangan, dan 2 di antaranya mengalami tumor ganas. Berdasarkan stadium kliniknya, prognosis penderita kanker leher rahim adalah: stadium 0 penyembuhan 100%; stadium I penyembuhan 63,7%; stadiun II penyembuhan 43,5%; stadium III penyembuhan 24,2%; dan stadium IV penyembuhan 6,7%. Meskipun dengan eksternal radiasi memperpanjang tingkat harapan hidup penderita, usaha preventif dan promotif tetap diutamakan. Begitu pula dengan peran registrasi yang juga amat penting. Registrasi dapat mengungkapkan berbagai pola dan jenis insidens, serta perkembangan dan perubahan guna perencanaan dalam penanggulangan masalah kanker.

Program Studi Pendidikan Dokter

PENYEBAB
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali. Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks: 1. HPV (human papillomavirus). HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. 2. Merokok. Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks. 3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini (<16 tahun). 4. Berganti-ganti pasangan seksual. 5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks. 6. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970). 7. Gangguan sistem kekebalan. 8. Pemakaian pil KB. 9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun. 10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap smear secara rutin). 11. insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apalagi bila jarak persalinan terlampau dekat. Berdasarkan keterangan beberapa dokter di RS Dharmais, ada beberapa kebiasaan yang harus dihindari dari serangan kanker rahim.

Program Studi Pendidikan Dokter

Merokok. Pada prinsipnya nikotin mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau terangsang. Terutama pada tenggorokan, paru-paru dan leher rahim. Semakin banyak nikotin yang Anda hisap maka semakin banyak yang diserap oleh tenggorokan, akibatnya semakin besar kemungkinan tiga organ itu terkontaminasi.

Pembersihan vagina. Berbagai merk antiseptik pembersih khusus vagina di pasaran dengan slogan iklan yang sangat menggoda. Padahal bahan kimia pada antiseptik tersebut akan menimbulkan iritasi pada leher rahim. Seringnya para wanita tergoda oleh label obat pencuci yang konon mampu membasmi kuman pada vagina. Padahal pada vagina terdapat kuman yang disebut Basillus Doderlain, penghasil asam laktat yang memang fungsinya menjaga kelembaban vagina.

Menaburi bedak pada vagina. Kesegaran akan selalu membawa efek nyaman bagi kita. Begitu juga jika Anda memang selalu ingin menjaga vagina Anda segar, biasanya suka menaburinya dengan bedak. Namun ternyata di samping kesegaran yang diinginkan ada kemungkinan terkena kanker ovarium (indung telur). Karena jika ada satu butir dari bedak tersebut yang menempel, maka akan mengalami infeksi dan

menimbulkan luka di ovarium. Diet rendah lemak. Lemak potensial memproduksi hormon estrogen, jika terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak maka estrogen pun semakin banyak. Jika endometrium (badan rahim) terpapar oleh hormon ini maka akan cepat sekali berubah wujud menjadi kanker. Jadi pola makan pun berkaitan dengan kemungkinan Anda mengidap kanker. Stabilkan asupan vitamin. Karena terlena oleh makanan yang enak-enak, terkadang asupan vitamin jadi terlupakan. Vitamin yang sering terlupakan namun sangat penting untuk memperbaiki dan memperkuat mukosa, material dalam leher rahim adalah vitamin C, berat karotein dan asam folat. Jika Anda kekurangan vitamin-vitamin tersebut, maka tidak menutup kemungkinan Anda juga akan terserang kanker leher rahim. Untuk itu perbanyaklah makan sayur-sayuran dan vitamin C. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker leher rahim :

Program Studi Pendidikan Dokter

1. Mencegah terjadinya infeksi HPV. 2. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara pemberian vaksinasi HPV, atau dengan menghilangkan resiko perilaku seksual yang meningkatkan paparan terhadap virus tersebut. 3. Melakukan pemeriksaan pap smear secara teratur. 4. Mengonsumsi vitamin A, C dan E dapat menghentikan atau mencegah perubahan keganasan pada sel-sel leher rahim

PATOLOGI
Kegagalan dari sistem pertahanan tubuh manusia untuk mengenali dan mengeliminasi sel kanker pada leher rahim merupakan penyebab dari makin berkembangnya penyakit ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa respon pertahanan tubuh manusia ini dapat ditingkatkan oleh suatu senyawa yang disebut -Glucan sehingga dapat bekerja dengan lebih maksimal. -Glucan dapat membantu untuk mengendalikan perkembangan penyakit kanker dengan cara meningkatkan kemampuan sel tubuh untuk mengenali sel-sel kanker dan mengeliminasi sel-sel kanker tersebut. Sistem pertahanan tubuh utama yang berkaitan langsung dengan pertahanan tubuh terhadap serangan kanker leher rahim antara lain berupa makrofag, natural-killer (NK) cell dan sel T. -Glucan dapat mengaktivasi dan menstimulasi semua sel tersebut sehingga pertahanan tubuh terhadap kanker meningkat. Keadaan Prekanker Pada Serviks Sel-sel pada permukaan serviks kadang tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel serviks merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi kanker. Saat ini telah digunakan istilah yang berbeda untuk perubahan abnormal pada sel-sel di permukaan serviks, salah satu diantaranya

Program Studi Pendidikan Dokter

adalah lesi skuamosa intraepitel (lesi artinya kelainan jaringan, intraepitel artinya sel-sel yang abnormal hanya ditemukan di lapisan permukaan). Perubahan pada sel-sel ini bisa dibagi ke dalam 2 kelompok: 1. Lesi tingkat rendah : merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk dan jumlah sel yang membentuk permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan sendirinya. Tetapi yang lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan lebih abnormal, membentuk lesi tingkat tinggi. Lesi tingkat rendah juga disebut displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1 (NIS 1). Lesi tingkat rendah paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 25-35 tahun, tetapi juga bisa terjadi pada semua kelompok umur. 2. Lesi tingkat tinggi : ditemukan sejumlah besar sel prekanker yang tampak sangat berbeda dari sel yang normal. Perubahan prekanker ini hanya terjadi pada sel di permukaan serviks. Selama berbulanbulan bahkan bertahun-tahun, sel-sel tersebut tidak akan menjadi ganas dan tidak akan menyusup ke lapisan serviks yang lebih dalam. Lesi tingkat tinggi juga disebut displasia menengah atau displasia berat, NIS 2 atau 3, atau karsinoma in situ. Lesi tingkat tinggi paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 30-40 tahun. Jika sel-sel abnormal menyebar lebih dalam ke dalam serviks atau ke jaringan maupun organ lainnya, mada keadaannya disebut kanker serviks atau kanker serviks invasif. Kanker serviks paling sering ditemukan pada usia diatas 40 tahun. Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari porsio dengan epitel kuboid/ silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada di luar ostium uteri eksternum, sedang pada wanita berumur >35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Maka untuk melakukan pap smear yang efektif, yang dapat mengusap zona transformasi, harus dikerjakan dengan skraper dari Ayre atau cytobrush sikat khusus. Pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda

Program Studi Pendidikan Dokter

dan keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum, tampak sebagai porsio yang erosif (metaplasi skuamosa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh : 1. Eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. 2. Endofitik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus. 3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal secara alami mengalami proses metaplasi (erosion) akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula faali/ fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III, dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus. Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-20 tahun (rata-rata 5-10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan/ tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian concept dari richart. Histopatologik sebagian terbesar (95-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya

adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling jarang ialah sarcoma.

GEJALA
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul dan Pap smear. Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat ini akan timbul gejala berikut: Perdarahan vagina yang abnormal, terutama diantara 2 menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.

Program Studi Pendidikan Dokter

Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak). Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Gejala dari kanker serviks stadium lanjut: Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan. Nyeri panggul, punggung atau tungkai. Dari vagina keluar air kemih atau tinja. Patah tulang (fraktur).

Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker. Perubahan sel-sel kanker selanjutnya dapat menyebabkan perdarahan setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi. Jika anda mendapatkan tanda-tanda tersebut, sebaiknya anda segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan ataupun keluarnya cairan (discharge) ini bukanlah suatu hal yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun anda baru saja melakukan Pap smear test. Biarpun begitu, pada umumnya, setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, hasilnya tidak selalu positip kanker. Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif perdarahan yang dialami segera sehabis senggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%). Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan lebih sering terjadi, juga diluar senggama (perdarahan spontan). Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut (II atau III), terutama pada tumor yang bersifat eksofitik. Pada wanita usia lanjut yang sudah menopause bilaman mengidap kanker serviks sering terlambat datang meminta pertolongan. Perdarahan sponta saat defekasi akibat tergesernya tumor eksofitik dari serviks oleh skibala, memaksa mereka datang ke dokter. Adanya perdarahan spontan pervaginam saat berdefekasi, perlu dicurigai kemungkinan

Program Studi Pendidikan Dokter

adanya karsinoma serviks tingkat lanjut. Adanya bau busuk yang khas memperkuat dugaan adanya karsinoma. Anemia yang menyertai sebagai akibat perdarahan pervaginam yang berulang. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf, memerlukan pembiusan umum untuk dapat melakukan

pemeriksaan dalam yang cermat, khususnya pada lumen vagina yang sempit dan dinding yang sklerotik dan meradang. Gejala lain yang dapat timbul ialah gejala-gejala yang disebabkan oleh metastasis jauh. Sebelum tingkat akhir (terminal stage), penderita meninggal akibat perdarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal (CRF=Chronic Renal Failure) akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kadung kemih, yang menyebabkan obstruksi total. Membuat diagnosis karsinoma serviks uterus yang klinis sudah agak lanjut tidaklah sulit. Yang menjadi masalah ialah bagaimana mendiagnosis dalam tingkat yang sangat awal, misalnya dalam tingkat prainvasif, lebih baik bila mendiagnosisnya dalam tingkatan pra-maligna

(displasia/diskariosis serviks).

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut: 1. Pap smear. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikspun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun. Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks: Normal. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas). Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas).

Program Studi Pendidikan Dokter

Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar).

Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).

Program Studi Pendidikan Dokter

10

2. Biopsi. Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. 3. Kolposkopi. Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahims oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahims, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan 'Pap Smear'. Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut: dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahims dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahims yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai.. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahims melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi anda. 4. Tes Schiller. Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning. Untuk membantu menentukan stadium kanker, dilakukan beberapa pemeriksan berikut: Sistoskopi. Rontgen dada. Urografi intravena. Sigmoidoskopi. Skening tulang dan hati. Barium enema.

Program Studi Pendidikan Dokter

11

Hasil 'Pap Smear' dikatakan abnormal jika sel-sel yang berasal dari leher rahim anda ketika diperiksa di bawah mikroskop akan memberikan penampakan yang berbeda dengan sel normal. Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10 pemeriksaan 'Pap Smear'. Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi diketemukannya penampakan 'Pap Smear' yang abnormal adalah: 1. Unsatisfactory 'Pap Smear'. Pada kasus ini, berarti pegawai di Lab tersebut tidak bisa melihat sel-sel leher rahims anda dengan detail sehingga gagal untuk membuat suatu laporan yang komprehensive kepada dokter anda. Jika kasus ini menimpa anda sebaiknya anda datang lagi untuk pemeriksaan 'Pap Smear' pada waktu yang akan ditentukan oleh dokter anda. 2. Jika ada infeksi atau inflamasi. Kadang-kadang pada pemeriksaan 'Pap Smear' memberikan penampakan terjadinya inflamasi. Ini berarti bahwa sel-sel di dalam leher rahims mengalami suatu iritasi yang ringan sifatnya. Memang kadang-kadang inflamasi dapat kita deteksi melalui

pemeriksaan 'Pap Smear', biarpun kita tidak merasakan keluhan-keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang ditimbulkannya. Sebabnya bermacam-macam. Mungkin telah terjadi infeksi yang dikarenakan oleh bakteri, atau karena jamur'. Konsultasikan dengan dokter anda mengenai masalah ini beserta pengobatannya jika diperlukan. Tanyakan kapan anda harus menjalani 'Pap Smear' lagi. 3. Atypia atau Minor Atypia. Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah jika pada pemeriksaan 'Pap Smear' terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher rahims, tetapi sangat minor dan penyebabnya tidak jelas. Pada kasus ini, biasanya hasilnya dilaporkan sebagai 'atypia'. Biasanya terjadinya perubahan penampakan sel-sel tersebut dikarenakan adanya peradangan, tetapi tidak jarang pula karena infeksi virus. Karena untuk membuat suatu diagnosa yang definitif tidak memungkinkan pada tahap ini, dokter anda mungkin akan merekomendasikan anda untuk menjalani pemeriksaan lagi dalam waktu enam bulan. Pada umumnya, sel-sel tersebut akan kembali menjadi normal lagi. Jadi, adalah sangat penting bagi anda untuk melakukan 'Pap Smear' lagi untuk memastikan bahwa kelainan-kelainan yang tampak pada pemeriksaan pertama tersebut

Program Studi Pendidikan Dokter

12

adalah gangguan yang tidak serius. Jika hasil pemeriksaan menghasilkan hasil yang sama maka anda mungkin disarankan untuk menjalani kolposkopi.

PENGOBATAN
Pengobatan lesi prekanker Pengobatan lesi prekanker pada serviks tergantung kepada beberapa faktor berikut: Tingkatan lesi (apakah tingkat rendah atau tingkat tinggi). Rencana penderita untuk hamil lagi. Usia dan keadaan umum penderita. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan Pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa: Kriosurgeri (pembekuan). Kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi). Pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya. LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. .Setelah menjalani pengobatan, penderita mungkin akan merasakan kram atau nyeri lainnya, perdarahan maupun keluarnya cairan encer dari vagina.

Pada

beberapa

kasus,

mungkin

perlu

dilakukan

histerektomi

(pengangkatan rahim), terutama jika sel-sel abnormal ditemukan di dalam lubang serviks. Histerektomi dilakukan jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi.

Program Studi Pendidikan Dokter

13

Pengobatan untuk kanker serviks

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil lagi. 1. Pembedahan. Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat. 2. Terapi penyinaran. Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk

mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.

Ada 2 macam radioterapi: Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar. Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama

Program Studi Pendidikan Dokter

14

1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah: - iritasi rektum dan vagina - kerusakan kandung kemih dan rektum - ovarium berhenti berfungsi. 3. Kemoterapi. Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obatobatan untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan

pengobatan, diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya. 4. Terapi biologis. Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah Interferon, yang bisa

dikombinasikan dengan kemoterapi.

PROGNOSIS
Faktor-faktor yang menentukan prognosis ialah : 1. Umur penderita. 2. Keadaan umum. 3. Tingkat klinik keganasan. 4. Ciri-ciri histologik sel tumor. 5. Kemampuan ahli atau tim ahli yang menangani. 6. Sarana pengobatan yang ada.

Berikut tabel Angka Ketahanan Hidup (AKH) 5 tahun menurut data internasional adalah sebagai berikut:

Program Studi Pendidikan Dokter

15

Tingkat T1S T1 T2 T3 T4
p:218

AKH-5 tahun Hampir 100% 70 85% 40 60% 30 40% < 10%

Sumber: UICC/ clinical Oncology; Springer-Verlag, New York, Heidelberg, Berlin; 1973,

PENCEGAHAN
Ada 2 cara untuk mencegah kanker serviks: 1. Mencegah terjadinya infeksi HPV 2. Melakukan pemeriksaan Pap smear secara teratur . Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan Pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar serviks) dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal).

Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi perubahan prekanker pada serviks. Jika hasil Pap smear menunjukkan displasia atau serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi dan biopsy. Anjuran untuk melakukan Pap smear secara teratur: Setiap tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun. Setiap tahun untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin.

Program Studi Pendidikan Dokter

16

Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun jika 3 kali Pap smear berturut-turut menunjukkan hasil negatif atau untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker.

Sesering mungkin jika hasil Pap smear menunjukkan abnormal. Sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan prekanker maupun kanker serviks. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kanker serviks sebaiknya:

Anak perempuan yang berusia dibawah 18 tahun tidak melakukan hubungan seksual.

Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kutil kelamin atau gunakan kondom untuk mencegah penularan kutil kelamin.

Jangan berganti-ganti pasangan seksual. Berhenti merokok. Pemeriksaan panggul setiap tahun (termasuk Pap smear) harus dimulai

ketika seorang wanita mulai aktif melakukan hubungan seksual atau pada usia 20 tahun. Setiap hasil yang abnormal harus diikuti dengan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa vitamin A berperan dalam menghentikan atau mencegah perubahan keganasan pada sel-sel, seperti yang terjadi pada permukaan serviks.

Program Studi Pendidikan Dokter

17

DAFTAR PUSTAKA

Mamik, Wibowo Arief. Kelangsungan Hidup Kanker Leher Rahim. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2000. Riono Yohanes. Kanker Leher Rahim. Dept of Surgery Holywood Hospital. 2000. Mardjikoen Prastowo. Tumor Ganas Alat Genital. Dalam Ilmu Kandungan cetakan keempat edisi kedua; hal. 367-408. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. 2005. Chaudhary SBD, Sambandam S; Bhattacharya D, Ganguly SS. A Study of certain risk factors in cases of carcinoma cervix. Medical Journal Armed Forces India. 1989 Apr; 45(2): 89-92. Dept. of Obstetrics and Gynaecology, Armed Forces Medical College, Pune 411 040, India. Mary Calvagna, MS. Diagnosis of Cervical Cancer. American Cancer Society website. Available at: http://www.cancer.org. Last reviewed April 2007. Uno T, Itami J, Aruga M, Kotaka K, Fujimoto H, Sato T, Minoura S, Ito H. High dose rate brachytherapy for carcinoma of the cervix: risk factors for late rectal complications. Int J Radiat Oncol Biol Phys. 1998 Feb 1;40(3):61521. Department of Radiation Therapy and Oncology, International Medical Center, Tokyo, Japan. Aras RY, Pai NP, Radha Y Aras, Nalini P Pai. High fertility : risk factor for carcinoma cervix. The Journal of Family Welfare. 1995 Sep; 41(3): 48-51. Department fo Preventive and Social Medicine, Seth G.S. Medical College, Parel, Bombay 400012, India. Thomas B David, Ray M Roberta, Koetsawang Amorn, Kiviat Nancy, Kuypers Jane, Qin Qin, Ashley L Rhoda, Koetsawang Suporn. Human Papillomaviruses and Cervical Cancer in Bangkok. I. Risk Factors for Invasive Cervical Carcinomas with Human Papillomavirus Types 16 and 18 DNA. American Journal of Epidemiology Vol. 153, No. 8 : 723-731.

Program Studi Pendidikan Dokter

18

Anna H Beskow, Malin T Engelmark, Jessica J Magnusson, Ulf B Gyllensten. Interaction of host and viral risk factors for development of cervical carcinoma in situ. International Journal of Cancer Volume 117, Issue 4 , Pages 690 692. 2005. National Cancer Institute website. Available at: http://www.cancer.gov/. Cornain, Santoso dan kawan-kawan. Tumor Ganas Pada Wanita. Jakarta: Patologi Anatomi FK UI : 31 39. (1986). Robins L Stanley, Kumar Vinay. Sistem Genitalia Wanita dan Payudara. Dalam Buku Ajar Patologi II edisi keempat; hal. 379-382. Alih Bahasa: Jonatan Oswari, Erlan, Irawati Setiawan, Huriawati Hartanto, Sugiarta Komala. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995.

Program Studi Pendidikan Dokter

19

Anda mungkin juga menyukai