Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada pertengahan abad ke-20 persaingan sains dan teknologi untuk mengungkap alam semesta serta penelitian tentang astronomi dan bintang-bintang galaksi dimulai dengan sangat intens sehingga memberikan kesan adanya perang konflik di antara internasional (Negaranegara adikuasa) untuk menguasai bidang ini. Uniknya semakin jauh mempelajari dan menjelajahi alam semesta, semakin bertambah pula keyakinan dan keimanan manusia bahwa zat yang menciptakan alam semesta ini adalah zat yang sama yang telah menurunkan kitab suci Al-quran. Ayat-ayat Al-quran telah menyinggung masalah ini dengan pendekatan keimanan, baik dengan isyarat implisit maupun ekspilisit. Ia turun 15 abad yang lalu sebagai wahyu Illahi yang mampu menembus batas-batas metafisika dan futuristic. Dan sungguh, kamu akan mengetahui (kebenaran) beritanya (Al-Quran) setelah beberapa waktu lagi. ( QS. Sad 38:88) Kemukjizatan Al-quran mengenai hal-hal disekitar kita berupa laut, bumi, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati tidak lain adalah bukti yang meyakinkan bahwa Al-quran ini adalah firman Allah, tuhan yang menciptakan mereka. Al-quran telah mendorong kita untuk berfikir dan meneliti mahluk bumi agar kita jadikan bukti atas pencipta yang mengatur segala sesuatu. Sungguh, bukti-bukti yang datang bersusulan mendorong kita untuk melihat bumi dan isinya seperti yang tertera pada QS.Al-Mumin ayat 57 : Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Alam semesta meliputi segala entitas, mulai dari partikel-partikel terkecil dibawah atom sampai gugus galaksi. Tidak seorang pun mengetahui seberapa besar alam semesta itu. Menurut teori yang paling popular berkenaan dengan pembentukan alam semesta, yaitu teori ledakkan besar, alam semesta ini terbentuk dari proses ledakan besar yang terjadi sekitar 1020 miliar tahun silam.

Pada permulaannya, alam semesta ini berbentuk bola api yang sangat padat dan panas dari komposisi gas yang memuai dan mendingin. Setelah berlangsung kurang lebih sejuta tahun, menurut teori yang paling kuat, gas mulai memadat sesuai dengan massa local yang merupakan cikal bakal munculnya berbagai galaksi. Setelah berlangsung beberapa miliar tahun, alam semesta masih dalam kondisi memuai atau mengembang meskipun terdapat beberapa objek yang saling menarik antara satu dan lainnya akibat adanya gaya gravitasi, seperti berbagai kumpulan galaksi. Sejak zaman dahulu sekitar abad 90-168 M, manusia memerhatikan bumi yang diam di bawah kaki mereka. Mereka menyangka bahwa bumi adalah pusat alam semesta yang tidak bergerak, sedangkan benda-benda angkasa yang dipenuhi bintang-bintang berputar mengelilinginya (geosentris). Namun pada abad 310-230 M, para ilmuan mendapatkan fakta bahwasanya bintang-bintang itu tetap (kedudukannya) dan gerakannya yang kita lihat hanyalah gerakan-gerakan semu yang disebabkan perputaran bumi dan terpusatnya matahari (sun centralized system). Dan fakta ini dibuktikan oleh Galileo Galilei di akhir abad ke-16 dan permulaan abad ke-17. Dia membuat teropong bintang yang menunjukkan gerakan bumi. Adapun fakta-fakta ilmiah yang membuktikan atas pernyataan diatas : 1. Bumi mempunyai dua gerakan : gerakan berputar pada porosnya (evolusi) dan gerakan berputar mengelilingi porosnya (revolusi). 2. Bumi berputar pada porosnya dalam waktu 23 jam, 56 menit, 4,096 detik dalam gerakan dari barat ke timur. 3. Kecepatan perputaran bumi di daerah khatulistiwa adalah 1.670 km/jam atau sekitar 465 m/detik kemudian berkurang menjadi 312 m/detik pada garis lintang 500 dan hilang sama sekali pada dua ujung atau kutub bumi. 4. Perputaran bumi pada porosnya mengakibatkan tiga fenomena astronomi: Terjadinya malam dan siang serta pergantian antara keduanya, Perbedaan waktu di atas permukaan bumi sesuai dengan terbit dan tenggelamnya matahari, Timbulnya kekuatan pusat yang menyebabkan mengembangnya bumi di kawasan khatulistiwa.

Interpretasi Ilmiah Sistem tata surya tempat kita hidup di dalamnya membentuk kesatuan yang kokoh yang mencakup matahari dan Sembilan planet yang beredar pada garis orbitnya masingmasing. Bumi adalah planet ketiga berdasarkan jauhnya matahari. Untuk melakukan satu putaran dalam orbitnya mengelilingi matahari, waktu yang diperlukan oleh bumi adalah 365 hari, 5 jam, 48 menit, 46 detik, atau sekitar 365,25 hari kurang 1 menit 14 detik. Semakin jauh mempelajari dan menjelajahi alam semesta, semakin bertambah pula keyakinan dan keimanan manusia bahwa zat yang menciptakan alam semesta ini adalah zat yang sama yang telah menurunkan kitab suci Al-Quran. Ayat-ayat Al-Quran telah menyinggung masalah ini dengan pendekatan keimanan, baik dengan isyarat implisit maupun eksplisit (lugas). Ia turun lima belas abad yang lalu sebagai wahyu ilahi yang menembus batas-batas metafisika dan futuristik. Al-quran adalah kitab petunjuk yang diturunkan oleh Allah SWT untuk menjelaskan hal-hal yang tidak bisa dipahami oleh manusia hanya dengan menggunakan akalnya, seperti substansi/esensi iman, ibadah-ibadah, prinsip moral, serta undang-undang dan aturan hokum yang mengatur interaksi manusia satu sama lain. Disamping itu, Al-Quran juga menyinggung tentang alam semesta beserta unsurunsur yang terkandung dilangit dan bumi, termasuk para penghuninya dan fenomena-

fenomena yang terjadi di dalam lebih dari seribu ayat. Ini sebagai bukti kekuasaan Allah SWT yang tidak terbatas, kemahatahuan dan hikmah-Nya dalam menciptakan alam semesta ini lalu menghancurkannya dan menciptakannya kembali. Tujuan ayat-ayat Al-quran yang bersinggungan dengan masalah alam dan alam semesta ini tidak bertujuan untuk memberikan beberapa data ilmiah. Allah SWT menginginkan agar proses pencarian/penyerapan ilmu pengetahuan dilakukan dengan mekanisme pengamatan, penyimpulan (deduksi), dan eksperimen dalam jangka waktu yang cukup panjang akibat keterbatasan kemampuan indra manusia dan karakter ilmu yang bersifat kumulatif. Meskipun demikian, ayat-ayat Al-quran dipastikan mengandung sejumlah hakikat dan fakta ilmiah yang tak terbantahkan tentang alam semesta ini karena ia merupaka wahyu dari Sang Khalik, Allah SWT yang merupakan status kebenaran yang absolut.

Dari sekian ayat kosmos di dalam Al-quran, 461 ayat menyebut bola bumi secara keseluruhan atau sekedar menyebut kerak, lapisan luar bumi, atau tanah yang berada di lapisannya.

BAB II ISI A. Alam Semesta Kelahiran Alam Semesta Sejak dahulu, alam semesta yang besar dan luas ini, yang terlihat oleh manusia tanpa batas, sudah menjadi objek beragam pertanyaan manusia. Pertanyaan tersebut banyak dan sulit, seperti bagaimana alam semesta ini muncul dan terbentuk, berapakah usianya, apakah ia bersifat hadis (baru) ataukah kadim dan bersifat kekal, apakah mungkin ada dua yang kekal di alam semesta, Sang Pencipta dan alam semesta. Inilah beberapa pertanyaan yang menjadi polemic di kalangan filsuf mukmin selama ratusan tahun. Adapun para filsuf ateis mengklaim bahwa alam semesta tidak membutuhkan pencipta karena menurut mereka materi bersifat kekal, sudah ada sejak dulu. Ini berarti mereka menyematkan salah satu sifat pencipta pada materi, yaitu sifat kekal. Karena itu, diantara hokum fisika, mereka menyatakan, Tidak mungkin menciptakan materi dari ketiadaan, begitu juga membinasakannya. Imam Abu Hamid al-Ghazali adalah orang pertama yang memecahka masalah kekadiman alam semestadan memberikan jawaban tentang semua permasalahan yang dimunculkan seputar masa kekosongan/kevakuman, maksudnya selisih waktu antara kekal dan awal penciptaan alam. Ia mengatakan bahwa alam bersifat hadis (baru/memiliki permulaan dan akhir) dan tidak ada waktu sebelum penciptaan alam semesta. Dengan kata lain, ruang dan waktu mulai ada setelah penciptaan alam semesta karena waktu berkaitan dengan gerakan. Seandainya kita mengasumsikan bahwa segala sesuatu di ala mini diam dan tidak bergerak, waktu pun akan berhenti atau dengan kata lain, tidak ada lagi masa. Karena itu suatu kesalahan jika mengira ada waktu sebelum penciptaan alam. Karena teori relativitas mengisyaratkan bahwa waktu adalah dimensi keempat, maka secara aksioma, waktu tidak ditemukan di alam pada tiga dimensi sebelumnya. Dalam hal ini, kita akan memasuki ranah filsafat yang tidak jarang membuat pembaca bosan dan tidak menerimanya. Kami hanya ingin mengisyaratkan teori ilmiah terbaru mengenai kelahiran alam semesta dan bagaimana teori ini mampu menegaskan dengan

argumentasi-argumentasi ilmiah bahwa alam semesta bersifat hadis (baru) dan dilahirkan pada sekian tahun silam. Teori Dentuman Besar (Big Bang) Allah SWT berfirman, Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu (ratqan), kemudian Kami pisahkan (fataqna) antara keduanya. (Q.S alAnbiya : 30) Interpertasi Para Ahli Tafsir Imam ar-Razi dalam menafsirkan surah al-Anbiya : 30 ini mengatakan bahwa para ahli tafsir berbeda penafsiran dalam memaknai kata ar-ratqu dan al-fatqu. 1. Pendapat al-Hasan, Qatadah, Said bin Jubair, dan Ibnu Abbas ra dalam riwayat ikrimah. Mereka menafsirkan bahwa pada mulanya, langit dan bumi adalah sesuatu yang satu dan menyatu lalu Allah SWT memisahkan keduanya, mengangkat langit ke tempatnya, dan menetapkan bumi (di tempatnya). Konsekuensi dari penafsiran ini, penciptaan bumi lebih dahulu daripada penciptaan langit karena Allah SWT memisahkan keduanya. Dia membiarkan bumi di tempat semula dan menaikan bagian-bagian (benda) langit. Kaab berkata, Allah SWT menciptakan langit dan bumi dalam kondisi melekat satu sama lain kemudian Dia menciptakan angin yang menengahi keduanya dan Dia memisahkan keduanya dengan angin tersebut. 2. Penafsiran Abu Shalih dan Mujahid. Mereka menafsirkan bahwa dahulu langit tinggi lalu dijadikan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. 3. Penafsiran Ibnu Abbas ra, al-Hasan, dan mayoritas ahli tafsir. Mereka mengatakan bahwa langit dan bumi dahulunya menyatu dengan kokoh dan stabil lalu Allah SWT membelah langit dengan hujan dan membelah bumi dengan tumbuhan dan pohon. Yang selaras dengan ayat dibawah ini, Demi langit yang mengandung hujan, dan bumi yang mempunyai tumbuhtumbuhan. (Q.S at-Tariq : 11-12)

Mereka lebih menguatkan pendapat ini daripada yang lainnya dengan pertimbangan ayat setelahnya, ..dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air .(QS. AlAnbiya:30) Ayat ini tidak serasi kecuali air memiliki kaitan dengan fenomena sebelumnya. Maksudnya sebagaimana telah dikemukakan, Allah memisahkan langit dengan menggunakan hujan dan memisahkan bumi dengan menumbuhkan tumbuhan dan pepohonan. Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud pada ayat tersebut, langit dan bumi pada awalnya menyatu satu sama lain lalu Allah SWT membelah dan memisahkan keduanya dengan udara. Ini pendapat Ibnu Abbas, al-Hasan, dan Qatadah. Sebagian lainnya berpendapat bahwa pada awalnya, langit hanya satu lapis lalu Allah SWT membelahnya dan menjadikannya tujuh lapis. Demikian halnya dengan bumi. Pada awalnya, ia satu kesatuan lalu Allah SWT membelahnya dan menjadikannya tujuh lapis. Pendapat ini diriwayatkan oleh Mujahid, Abu Shalih, dan as-Suddi. Sebagian ulama lainnya mengatakan bahwa langit pada awalnya rapat dan tertutup dan tidak menurunkan hujan. Ath-Thabari lebih lanjut mengatakan, Yang paling mendekati kebenaran diantara pendapat tersebut adalah pendapat (terakhir) yang mengatakan bahwa maksud ayat apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi pada awalnya tertutup dari hujan dan tumbuhan lalu Aku-Allah SWT-merekahkan langit dengan hujan dan merekahkan bumi dengan tumbuhan. Pengantar Historis Persepsi pertama manusia mengenai asal-usul kemunculan alam semesta dapat dilihat pada zaman batu atau ratusan ribu tahun yang silam. Pada zaman itu, pikiran manusia dikuasai oleh takhayul. Akal pikiran manusia mulai mengalami kemajuan pada masa bangsa Mesir kuno dan Babilonia yang mengaitkan kekekalan alam semesta dengan dewa-dewa yang menguasai alam semesta. Para filsuf Yunani dan Romawi pun telah berupaya untuk meletakan teori-teori untuk berbagai fenmena alam, sedangkan dua peradaban kuno, india dan cina, masih didominasi oleh astrologi. Setelah serangkaian kemajuan penting yang dicapai umat manusia pada awal abad ke20 dalam bidang astronomi, baik pada tataran teoritis (ditandai dengan berkembangnya teori

relativitas yang membangun bingkai matematis yang tepat dalam mempelajari alam semesta) maupun pada tataran observatif (ditandai dengan penemuan-penemuan mencengangkan mengenai rahasia antariksa), ini tentu menuntut diletakkannya sebuah teori umum yang mengkombinasikan berbagai data, informasi dan penemuan tersebut untuk memberikan prsepsi tunggal dan seragam dalam menginterpretasikan fenomena-fenomena kosmologis terpenting, diantaranya mengenai kemuncuan alam semesta. Selagi alam semesta terus mengembang, sudah tentu seluruh alam semesta ini

dulunya berpusat pada satu titik yang disebut oleh para ilmuan dengan primeval atom atau cosmic soup (titik tunggal). Beberapa ilmuan lainnya mengatakan bahwa titik tersebut sama dengan nol dan masanya tidak terhingga. Ini adalah ungkapan lain bahwa alam semesta ini muncul dari ketiadaan karena inilah maksud dari titik ini bervolume nol. seberapa besar alam semesta itu. Menurut teori yang paling popular berkenaan dengan pembentukan alam semesta, yaitu teori ledakkan besar(big bang), alam semesta ini terbentuk dari proses ledakan besar yang terjadi sekitar 10-20 miliar tahun silam meskipun demikian, kita tidak boleh melupakan bahwa ukuran kecepatan pemuaian alam semesta bukanlah sesuatu yang konstan (statis), melainkan terus melambat deri sebelumnya. Di antara bukti penting teori big bang adalah ditemukannya radiasi kosmis. Para ilmuan mengatakan bahwa jika pembentukan alam semesta mmelalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan haruslah ada. Radiasi latar kosmis ini pun berhasil ditemukan oleh NASA pada tahun 1989 ketika meluncurkan satelit Cosmic Background Explorer (COBE) yang dilengkapi dengan alat canggih dan sangat peka untuk membuktikan adanya radiasi tersebut. Satelit ini hanya membutuhkan waktu delapan menit untuk menemukan radiasi latar kosms tersebut. Bukti penting lain atas teori big bang adalah jumlah gas hydrogen dan helium di alam semesta ini sesuai dengan perhitungan teoritis konsentrasi hydrogen-helium. Seandainya alam semesta ini kekal (tidak berpermulaan dan telah ada sejak dulu), seluruhnya unsur hydrogen yang ada seharusnya telah terbakar (habis) dan berubah menjadi helium. Pada permulaannya, alam semesta ini berbentuk bola api yang sangat padat dan panas dari komposisi gas yang memuai dan mendingin. Setelah berlangsung kurang lebih sejuta tahun, menurut teori yang paling kuat, gas mulai memadat sesuai dengan masa lokal yang merupakan cikal bakal munculnya berbagai galaksi. Setelah berlangsung beberapa miliar

tahun, alam semesta masih dalam kondisi memuai atau mengembang meskipun terdapat beberapa objek yang saling menarik antara satu dan lainnya akibat adanya gaya gravitasi, seperti berbagai kumpulan galaksi. Gerakan aksial bintang-bntang dan planet-planet menghasilkan daya sentifugal yang menjaga bintang atau planet tetap berada pada posisinya didalam orbitnya dengan jarak yang tetap antara dirinya dan bintang induk. Sejak kelahirannya hingga sekarang yang diperkirakan sudah berlangsung miliaran tahun, matahari, bintang, dan planet tetap bekerja sesuai dengan yang ditetapkan tanpa mengalami gangguan. Hal ini dikarenakan mereka bekerja dibawah kendali perintah Allah SWT, bukan kebetulan atau tanpa aturan. Terjadinya kekacauan dalam bentuk apa pun pada faktor-faktor tersebut mengakibatkan terlepasnya daya pengikat antara matahari induk dan planet-planetnya yang selanjutnya akan menyababkan tata surya meledak dan bercerai-berai. Hal ini hanya akan terjadi apa bila Allah SWT yang menciptakan tata surya tersebut menghendaki terjadi. Ini akan terjadi pada hari kiamat di mana alam semesta kehilangan keseimbangannya. Bumi pun tidak luput dari dampak goncangan hebat yang waktunya telah dijanjikan yang membuat semua materi berat keluar dari perutnya lalu ia kehilangan keseimbangan, gaya gravitasi, dan posisinya di alam semesta. Jika peredaran aksial matahari tidak berlangsung secara kontinyu, proses pembentukan energi matahari akan berhenti dan tidak bisa melakukan proses pembaharuan diri seiring dengan berjalnnya waktu. Jika ini terjadi, matahari tentu akan menjadi bintang mati sejak miliaran tahun silam dan akan kehilangan daya gravitasinya lalu faktor-faktor pengikat antara matahari dan planet-planetnya akan terlepas, padahal faktor-faktor pengikat inilah yang menjaga masing-masing agar tetap berada pada posisi dan garis orbitnya dilangit. Allah SWT berfirman : Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui. (QS.Al-Waqiaah:75-76) Melaui penelitian dari kajian terhadap posisi-posisi bintang-bintang serta tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta, manusia dapat menangkap adanya keseimbangan yang mencengangkan diantara semua komponen alam semesta. Perbedaan ukurn bintangbintang dan planet-planet, juga perbedaan kepadatan, komposisi gas, materi, massa energy, kecepatan gerakan di dalm gris edar, dan jarak yang sngat jauh memisahkan antara satu dan lainnya merupakan perbedaan dengan kadar yang mencengangkan yang telah diperhitungkan

secara cerat dan akurat oleh Alllah SWT agar menjadi bukti nyata bagi seluruh manusia hingga hari kiamat. Alam semesta pun mengalami perluasan seperti yang terdapat pada firman Allah SWT : Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (kami, dan kami benar-benar meluaskannya. (QS.Az-Zariyat:47) Ibnu Manzhur di dalam Lisan al-Arab mengatakan bahwa kata al-aidu dan al-adu sama-sama bermakna al-quwwah (kekuatan). Diantara contohnya terdapat dlam firman Allah: dan ingatlah akan hamba kami Daud yang mempunyai kekuatan (za al-aidi) (QS.Sad:17) Di dalam aat ini disebutkan kata za al-aidi yang bermakna za al-quwwah (yang memiliki kekuatan). Kata ada yaidu aidan bermakna isytadda qawiya (menjadi kuat). B. Bumi Para ahli geologi mengatakan bahwa jika ketebalan lapisan atas bumi bertambah beberapa kilometer, semua oksigen yang ada sekarang kan rusak dan tidak aka nada tumbuhan atau hewan. Yang ada hanyalah karbon dioksida, oksigen berjumlah 88,8% dari jumlah air di seluruh dunia. Sedangkan sisanya adalah hydrogen jika kadar hydrogen bertambah sekian kali lipat ketika oksigen berpisah dengan bumi tidak akan lagi ditemukan oksigen dan air akan menggenangi sudut bumi. Bumi terdiri dari beberapa lapisan yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi. Perlu diketahui bahwa sebagian planet mempunyai waktu siang lebih lama 10 x lipat dibandingkan waktu siang di bumi, sebagianya mempunyai waktu siang selama-lamanya dan sebagiannya mempunyai waktu siang selama-lamanya. Dr. Manshur Muhammad Hasab an-Nabi ketua jurusan fisika di Ain Shams University, mengatakan bahwa ilmu pengetahuan hingga sekarng belum mengetahui apa yang dimaksud dengan 7 langit dan 7 bumi. Meskipun demikian kita mampu memahaminya berdasarkan Quran surat At-Talaq :12 yaitu Allah yang menciptakan 7 langit dan dari (penciptaan) bumi yang serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahuai bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.

Maksud dari ayat diatas menerangkan 6 bumi selain bumi kita. Setiap bumi mempunyai langit tersendiri. Adapun sabda Rosulluloh SAW yang memnguatkan penafsiran ini adalah ya Allah, Tuhan 7 langit dan apa yang dinaunginya dan Tuhan 7 buni dan apa yang ditanggungnya. Hadist ini menegaskan bahwa setiap bumi mempunyai langitnya sendiri dan Allah pun berfirman dalam QS Asy-Syura:29 Dan diantara tandatanda(kebesaran) Nya adalah penciptaan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan dia Maha Kuasa menggumpulkan semuanya apabila Dia kehendaki. Dalam hal ini terdapat isyarat kemungkinan pertemuan alam-alam yang berbeda dalam kehidupan dunia atau akhirat karena ungkapan Alhamdulillahi robbil alamin ( segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam) telah terulang dalam Al-Quran sebanyak 7x pada: 1. Ayat 2 surah al-Fatihah 2. Ayat 45 surah al-Anam 3. Ayat 10 surah Yunus 4. Ayat 182 surah As-Saffat 5. Ayat 75 surah Az-Zumar 6. Ayat 65 surah Al-Mumin 7. Ayat 36 surah Al-Jasiyah Kesesuaian jumlah ini mengukuhkan apa yang terdapat pada uraian di atas, dalam wujud 7 langit dan 7 lapis bumi. Bukti-bukti bumi terdiri dari 7 lapisan telah ditemukannya bahwa bumi mempunyai 7 lapisan: 1. Lapisan gas (atmosfer), udara yang menyelimuti bumi. 2. Lapisan Air (hidrosfer), yaitu air yang terdiri di atas air tawar dan air asin. 3. Lapisan Sial. Nama ini daimbil dari 2 huruf pertama dari ( logam) silisium dan alumunium (senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3, dua unsure yang paling banyak menyebar di dalamnya. Pada lapisan sial ini, antara lain terdapat batuan sedimen, granit, andesit, jenis-jenis batuan metamor dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan ini juga disebut lapisan kerak bumi. 4. Lapisan sima, nama ini diambil dari dua huruf pertama dari logam silisium dan magnesium 5. Lapisam sima besi 6. Lapisan Nife, yang terdiri atas nikel dan ferrium atau besi.

7. Inti bumi ( central nucleus) Penelitian-penelitian mengenai tiga lapisan terakhir belum sampai pada tingkat ilmiah yang jelas dan sempurana. Wallullohu alam. Dr.Zaglul an- Najjar membahas mengenai QS At-Toriq:12 Dan bumi yang mempunyai rekahan Ayat ini mempunyai bentuk kata sumpah. Allah sebenarnya tidak butuh bersumpah. Dari sini kita memahami bahwa sumpah ini mengisyaratkan pentingnya apa yang disumpahkan oleh-Nya. Dahulu pada ahli tafsir mengomentari ayat ini dengan mengatakan dengan baik untuk menciptakan jalan yang aman bagi keluarnya tunas tumbuhan dari bijinya di dalam tanah. Tunas ini keluar melalui rekahan-rekahan kecil yang ada di tanah. Rekahan di tanah ini terjadi karena adanya pengembangan setelah terurai oleh air dan cenderung terdorong ke atas sehingga tanah menjadi tipis dan membelah. Sistem rekahan yang ada di bumi dengan ukuran panjang puluhan ribu kilometer di segala arah. Hal ini menyebabkan terbagi-baginya litosfer menjadi lempengan-lempengan besar, sedang, dan kecil, disamping patahan dan sisa-sisa lempengan. Ini terjadi dengan jelas tanpa itu, bumi tidak dapat ditempati makhluk hidup karena rekahan-rekahan ini hingga sekarang menjadi celah penyerapan gas dari lapisan udara maupun lapisan air oleh bumi. Rekahan ini menjadi sebab pembentukan dan pemisahan benua-benua, pembentukan gunung,penyuburan lapisan dengan bermacam-macam logam secara sistematis, juga menyebabkan gerakan-gerakan litosfer. Proses ini meyebabkan lepasnya panas yang tersimpan secara gradual. Maksudnya, terus menerus tetap seperti ini. Rekahan-rekahan ini sangat penting bagi kelestarian bumi. Karena itu, tetapnya rekahan ini pada bumi berhak disebutkan oeh Al-Quran. Sebagai salah satu bukti penciptaanya. Para ilmuan baru memperhatikan hal ini setelah perang dunia II dan beru memahaminya dengan baik pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Dengan demikian, Al-quran yang lebih dahulu membawa informasi yang tetap dan jelas ini sejak lebih dari 14 abad yang lalu, merupakan salah satu bukti tentang sumber kitab ini, yaitu Allah SWT, dan kebenaran kenabian Muhammad SAW.

C. Gunung Allah SWT berfirman dalam QS Fatir:27 Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka ragam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Diantara ciptaan Allah SWT yang menakjubkan, salah satunya adalah gunung. Dia mencitakan gunung sebagai pasak yang ditanam kedalam permukaan bumi kemudian menerobos hingga kelapisan litosfer. Akar gunung ini menembus lapisan bumi yang ketebalannya mencapai 50 Km. fungsinya adalah untuk membuat bumi kokoh dan seimbang. Para ilmuan diparuh kedua abad 19 juga mengungkapkan pemikiran mereka tentang hal ini. Sementara para ilmuan baru mengetahuinya pada masa kini, Al-Quran telah

mengungkapkannya sejak lebih dari 15 abad silam. Gunung adalah tumbukan besar batu-batu yang berada diatas permukaan bumi yang jenisnya sama dengan jenis batuan gunung tersebut. Tumpukan besar batu ini menekan tumpukan batu yang lain, yaitu permukaan bumi. Inilah yang diketahui manusia tentang gunung. Allah SWT berfirman : Dan gunung-gunung sebagai pasak? (QS.An-Naba: 7) Dan gunung-gunung dia pancangkan dengan teguh. (QS An-Naziat:32) Dan Dia meletakkan gunung-gunung (dipermukaan) bumi agar ia ( bumi ) tidak menggoyangkan kamu ( QS Lukman:10 ) Terbentuknya gunung Allah SWT berfirman: Dan Dia menancapkan ( Alqa) gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, ( dan Dia menciptakan ) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. ( QS An-Nahl:15 ) Para ahli geologi mengatakan bahwa pembentukan gunung diatas permukaan bumi terjadi dengan cara Ilqa (penancapan). Penancapaan ini secara geologi terjadi dala waktu yang panjang, dari bawah ke atas. Samudra dan lautan mengeluarkan apa yang ada di

dalamnya dari bagianya yang paling dasar melalui gunung berapi atau dari atas ke bawah melalui aliran sungai dan endapan bebatuan. D. Ayat-Ayat Allah SWT Di Langit dan Bumi

Anda mungkin juga menyukai